PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Me-manage Dunia Agar Berkah
Irwansyah Al Maidany, Lc
Jum’at, 26 Jumadil Ula 1435 H – 28 Maret 2014
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Dahulu, Buya Hamka rohimahumullah, pernah meng-ilustrasikan (menggambar-kan) bahwa perjalanan
kehidupan manusia di dunia ini tak ubahnya seperti orang berlayar naik
kapal. Begitu kapal mulai beranjak dari
dermaga pelabuhan, ditiuplah peluit, lalu diumumkan dengan mikrofon, bahwa
kapal segera hendak berangkat dan tujuan kapal ini adalah menuju Jaziratul Akhirah.
Tetapi sebelum sampai ke Jaziratul
Akhirah (Pulau Akhirat) kita akan singgah dahulu di sebuah pulau yang bernama Jaziratud Dun-ya (Alam dunia). Bila
kita sampai ke Pulau Alam Dunia itu maka boleh para penumpang keluar dari kapal
dan singgah di Pulau Alam Dunia itu
hanya satu jam untuk mencari bekal di Pulau Dunia dan selanjutnya kita akan melanjutkan perjalanan menuju Jaziratul Akhirat.
Setelah batas waktu satu jam, ditiupkan
peluit sebagai pemberitahuan agar seluruh penumpang kembali ke kapal untuk
melanjutkan perjalanan, tetapi penumpang yang kembali masuk ke dalam kapal
hanya sepertiga. Padahal sejak dari pelabuhan kapal penuh dengan penumpang.
Yang duapertiga tinggal di pulau Dunia, terkecoh dan tertipu dengan kehidupan
dunia.
Bagaimana Islam memandang kehidupan
dunia dan me-manage kehidupan agar dunia ini menjadi berkah. Allah subhanahu
wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat
Ali Imran ayat 185 :
سُوۡرَةُ آل عِمرَان
كُلُّ نَفۡسٍ۬
ذَآٮِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَڪُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِۖ
فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا
ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلۡغُرُورِ (١٨٥)
Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
Di dunia ini tidak ada yang pasti dan
abadi, tetapi yang pasti adalah mati.
Karena dunia merupakan kesenangan yang
memperdayakan maka banyak orang yang terlupa (terkecoh, teperdaya). Tidak ingat akan mati dan tidak ingat Akhirat.
Dan sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut: Barangsiapa
yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung.
Itulah kesuksesan yang sesungguhnya. Sukses bukan diukur dengan “kacamata
dunia”, tetapi sukses adalah di Akhirat yaitu masuk surga.
Dunia hanyalah kesenangan yang
memperdayakan, yang semu, yang menipu.
Maka jangan tertipu dengan kesenangan yang semu, tetapi dunia harus kita
manage agar kehidupan dunia tidak
menipu kita.
Allah subhanahu
wata’ala berfirman dalam Surat Al
Ankabut ayat 64 :
سُوۡرَةُ العَنکبوت
وَمَا هَـٰذِهِ
ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا لَهۡوٌ۬ وَلَعِبٌ۬ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلۡأَخِرَةَ
لَهِىَ ٱلۡحَيَوَانُۚ لَوۡ ڪَانُواْ يَعۡلَمُونَ (٦٤)
Dan
tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya
akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.
Bahwa dunia ini hanyalah senda-gurau dan main-main. Maka bermainlah
dengan amal-kebajikan. Jangan bermain dengan amal-kemaksiatan, dan dosa.
Dan jangan sampai kita dipermainkan oleh dunia.
Selanjutnya Islam memandang dunia, agar
kita bisa me-manage dunia ini,
ternyata Islam (AlQur’an) tidak mengingkari bahwa manusia punya naluri cinta
kepada dunia.
Fitrah
(naluri)
manusia disebutkan dalam Firman Allah subhanahu
wata’ala dalam Surat Ali Imran ayat
14 :
سُوۡرَةُ آل عِمرَان
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ
ٱلشَّهَوَٲتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَـٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ
ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَـٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ
ذَٲلِكَ مَتَـٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُ ۥ حُسۡنُ
ٱلۡمَـَٔابِ (١٤)
Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia,
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Islam
(AlQur’an)
membenarkan manusia cinta kepada dunia, tetapi hendaklah ter-manage dengan baik. Memang dunia ini oleh Allah subhanahau wata’ala dibuat indah, dan
juga dalam pandangan manusia cinta terhadap lawan jenis.
Itu adalah fitrah. Laki-laki mencintai perempuan, demikian pula
sebaliknya. Maka fitrah itu dalam Islam dibingkai dengan pernikahan.
Memang ada yang di luar fitrah, menyimpang, yaitu laki-laki suka dengan
laki-laki (Homo) dan perempuan suka
dengan perempuan (Lesbian). Dan itu
pernah terjadi pada kaum Nabi Luth ‘alaihissalam tetapi dihabisi mereka oleh
Allah subhanahu wata’ala dengan
didatangkan bencana hujan batu dan
akhirnya mereka habis, mati karena mereka menyimpang dari fitrah manusia.
Selanjutnya fitrah (naluri) manusia adalah
mencintai anak-anak dan keturunan.
Seorang bapak mencari nafkah seharian,
pulang sampai di rumahnya disambut oleh isteri dan keluarganya, dipeluknya
satu-persatu isteri dan anak-anaknya, Hilanglah rasa lelah kerja seharian
mencari nafkah. Itu karena cinta kepada
isteri dan anak-anaknya. Itulah fitrah manusia. Namun demikian cinta kepada
isteri dan anak-anak hendaknya jangan sampai melupakan cinta kepada Allah subhanahu
wata’ala.
Selanjutnya dalam ayat tersebut disebutkan
fitrah manusia adalah cinta kepada harta-benda, emas, perak, kuda pilihan,
binatang ternak dan sawah-ladang. Untuk zaman sekarang harta berupa simpanan uang di bank, mobil, rumah
dst.
Pada akhir ayat disebutkan: Dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang
baik (surga).
Maksudnya, bahwa cinta kepada keturunan,
harta-benda yang merupakan kesenangan dunia, harus diupayakan agar bisa
mengantar kita mencapai tempat yang terbaik yaitu Surga Allah subhanahu
wata’ala.
Maka yang harus ditanamkan dalam hati kita
adalah : Harta yang saya miliki, harus
mengantarkan saya, isteri dan anak-anak saya ke Surga Allah subhanahu
wata’ala. Jangan sampai harta dan
kedudukan yang saya dapatkan ini menghantarkan keluargaku ke Neraka.
Dengan demikian maka kita tidak akan men-dzolimi hak-hak orang lain.
Dalam sebuah Hadits shahih yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah sholallahu
‘alaihi wasallam bersabda : Dunia ini
bila dibandingkan dengan Akhirat adalah seperti jari-jari telunjuk yang
dicelupkan ke dalam air laut, lalu jari telunjuk itu diangkat, dan ada air yang
melekat (terbawa) pada telunjuk maka air yang melekat pada jari
telunjuk itu ibarat dunia, dibandingkan luasnya lautan sebagai ibarat Akhirat.
Itulah misal yang Rasulullah berikan
kepada kita bagaimana perbandingan antara dunia dan Akhirat. Betapa kecilnya dunia ini dibandingkan dengan
Akhirat. Maka jangan tertipu oleh dunia.
Justru jadikan dunia ini sebagai fasilitas untuk masuk surga.
Agar tidak tertipu dengan dunia maka sikap
kita adalah :
1. Orientasi kita
adalah Akhirat. Di dunia ini kita adalah
musafir, singgah sebentar di Pulau Alam Dunia dan kita sedang menuju Pulau
Akhirat, negeri yang kekal.
2. Menjauhkan diri
dari tipuan dunia. Jangan sampai tertipu.
Kitalah yang mengatur dunia, jangan sampai kita diatur oleh dunia. Jangan
sampai kita bekerja membanting tulang hanya untuk dunia. Tetapi ingatlah
Akhirat. Perbanyak amal-sholih. Senang memakmurkan masjid. Di manapun berada,
bekerja di manapun, hatinya selalu terpaut dengan masjid. Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam Hadits shahih: Di hari
kiamat kelak akan ada orang-orang yang diperlakukan khusus oleh Allah subhanahu
wata’ala, yaitu tujuh macam orang yang penting antara lain adalah orang-orang
yang hatinya selalu terpaut di masjid.
3. Mempersiapkan
kematian sebelum ajal menjemput, dengan memperbanyak amal-sholih.
Dalam sebuah
Hadits shahih, Rasulullah sholallahu
‘alaihi wasallam ditanya oleh sahabat, siapakah orang yang paling cerdas
? Beliau menjawab : Orang yang paling cerdas adalah orang selalu mengingat kematian. Kedua,
adalah orang yang banyak mempersiapkan kematian ketika di dunia.
Karena ingat mati
maka ia akan mempersiapkan di dunia dengan segala macam kebaikan dan
amal-sholih.
Agar ter-manage kehidupan dunia dengan baik
(tidak tertipu oleh dunia), maka:
1. Sesuai dengan
sabda Rasulullah sholallahu ‘alaihi
wasallam dalam Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Tarmidzi
: Perbanyaklah kamu mengingat pemutus
kelezatan (maksudnya : kematian).
2.
Sabda Rasulullah sholallahu
‘alaihi wasallam : Maukah kalian aku
beritahu orang terbaik di antara kalian ? Para sahabat menjawab : Mau.
Lalu beliau bersabda : Yang terbaik
di antara kalian adalah orang yang diberikan umur panjang dan baik pula
amal-perbuatannya.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
__________
No comments:
Post a Comment