Menjadi Manusia
Multi Manfaat
Dr.
Ahmad Juwaeni.
Jum’at, 7 Shofar 1439H – 27 Oktober 2017.
Assalamu’alaikumwr.wb.,
Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam
AlQur’an Surat Adz Dzariyat ayat 56 :
وَمَا
خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ (٥٦
Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.
Misi kita hidup di
dunia ini adalah untuk menjadi hamba dan untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, dengan menjadikan
seluruh hidup kita sebagai wahana ibadah. Tiap tarikan nafas kita sejak bangun
tidur dan seluruh kegiatan sampai tidur
lagi, semata-mata untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala.
Maka pada
hakekatnya hidup seorang muslim adalah untuk ibadah. Bukan yang lain. Dan ini
melingkupi seluruh aspek dalam kehidupan. Baik ibadah yang sifatnya Mahdhoh,
maupun ibadah yang sifatnya Ghoiru Mahdhoh. Baik ibadah yang
sifatnya ritual maupun yang bersifat sosial.
Maka dalam hidup
seorang muslim, hati dan pikiran serta fisiknya ditujukan untuk ibadah kepada
Allah subhanahu wata’ala. Misi besar
umat manusia hidup didunia ini adalah beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala.
Selain untuk
beribadah, Allah juga meminta kita
untuk menjalankan suatu tugas manusia di muka bumi sebagaimana disebutkan dalam
Surat Al Baqarah ayat 30 :
ة
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ
خَلِيفَةً۬ۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيہَا مَن يُفۡسِدُ فِيہَا وَيَسۡفِكُ
ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّىٓ
أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ (٣٠
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami Senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Allah subhanahu wata’ala meminta kita manusia
selain sebagai ‘Abid (hamba) juga
sebagai Khalifah. Apa beda ‘Abid dan Khalifah ?
‘Abid adalah
lebih pada fungsi kita secara langsung dalam hubungan langsung kepada Allah subhanahu wata’ala. Sedangkan Khalifah adalah hubungan kita manusia
dengan alam sekitar kita dan alam semesta.Kita seperti mendapat mandat dari
Allah subhanahu wata’ala untuk menjadi “Wakil Allah”
untuk menjalankan penataan di muka bumi dan sekitarnya.
Sebagai Khalifah
peran kita adalah bagaimana ber-interaksi dengan alam sekitar, dan makhluk lain
di sekitar kita, dengan gugusan bintang, dengan udara dan tata-surya. Allah subhanahu wata’ala menjadikan kita
manusia sebagai Penata Bumi, dalam koteks menjalankan misi Khalifah di muka
bumi.
Kemudian Allah subhanahu wata’ala ingin menilai
prestasi kita sebagai Hamba dan sebagai Khalifah, dengan mengukur dan melihat
amal-perbuatan kita di muka bumi.
Dalam Surat Al Mulk ayat 2 disebutkan :
ٱلَّذِى
خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلاً۬ۚ
وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ (٢
Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
Kita manusia akan
di-evaluasi oleh Allah subhanahu wata’ala
baik dalam memerankan fungsi sebagai ‘Abid (Hamba) maupun dalam menjalankan fungsi
kita sebagai Khalifah, untuk dinilai
siapa yang amalnya paling baik. (Yang paling banyak dan paling berkualitas).
Sesungguhnya dalam
sehari-hari kita adalah peserta kompetisi (perlombaan) yang disediakan oleh
Allah subhanahu wata’ala di muka bumi
ini dan akan dinilai siapa yang paling baik amalan kita. Amal yang dilakukan
dengan ber-kualitas lebih baik baik daripada sekedar amal yang banyak. Tentu
amalan yang banyak disertai dengan kualitas adalah jauh lebih baik.
Maka salah satu
makna dari Ahsanu A’mal dijelaskan
oleh Rasulullah saw dalam suatu Hadits yang sangat terkenal : Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia lain.
Ketika kita
menjadi hamba kita mempersembahkan ibadah yang paling berkualitas, yang paling
ikhlas, yang paling bersih hati kita, Tauhid kita yang paling bersih, jangan
sampai ada syirik sedikitpun, itu adalah kaitan dengan Ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala.
Kaitannya dengan
Khalifah, maka ada dimensi yaitu banyak bermanfaat bagi manusia lain. Karena
ketika menjadi Khalifah substansi yang paling banyak adalah banyak bermanfaat bagi manusia lain. Selain juga
berinteraksi dengan alam dan makhluk
lain, seperti alam sekitar, tumbuhan, hewan, dst.
Dalam konteks
sebagai Khalifah, maka kita dalam menjalani hidup ini harus banyak manfaat bagi
manusia lain, juga bagi alam semesta. Maka marilah kita nilai diri kita ini
sudah seberapa jauh bermanfaat bagi orang lain. Bagi keluarga, tetangga,
masyarakat lingkungan kita.
Bila kita teropong
kehidupan orang sebelum kita (orang dahulu), misalnya Bintang Film terkenal Eilzabeth Taylor, tercantik di dunia
ketika itu. Ia lahir 27 Februari 1932 di
London Inggris. Menjelang akhir hayatnya, tetap saja ia menjadi tua dan
kecantikannya susut jauh sekali. Ia meninggal dalam usia 76 tahun di Los
Angelos tanggal 23 Maret 2011. Ia pernah mendapat dua Piala Oscar sebagai
bintang film.
Pelajaran yang
kita dapatkan : Bahwa sehebat apapun
manusia, ujungnya ialah kematian. Orang yang paling cantik sedunia, paling hebat
di dunia, ujungnya adalah kematian. Kalau kita lihat dari sudut pandang
prestasi manusia, Eliszabeth Taylor tidak termasuk orang yang beramal kebaikan.
Bung Karno, lahir
6 Juni 1901, menjadi Presiden RI pertama, beliau seorang Proklamator
kemerdekaan R.I. Beliau sangat terkenal
di dunia Internasional ketika itu, dikenal sebagai seorang Orator Ulung dan
menjadi Presiden R.I. selama 20 tahun, dan hidupnya berakhir beliau wafat 1
Juni 1970 di Jakarta.
Yang kita tarik
pelajaran dari beliau adalah : Ada manusia yang lahir di bumi Indonesia,
prestasi dalam hidupnya sudah sampai tingkat Internasional, Bung Karno adalah
Presiden yang tingkatannya adalah Tingkat internasional, dan salah seorang
Tokoh penting pada Konperensi Asia –Afrika. Juga dalam Gerkan Negara-Negara Non
Blok, beliau adalah tokoh penting. Beliau telah memberikan jasa yang besar bagi
bangsa Indonesia, itulah Kemerdekaan
Negara Republic Indonesia.
Bung Karno adalah
orang yang sangat berjasa dan memberi manfaat bagi bangsa Indonesia,
memperjuangkan Kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia. Dan manfaat itu sangat besar
bagi kita sampai saat ini. Kita bisa hidup di alam kemerdekaan adalah karena
jasa-jasa beliau. Itu tidak bisa diingkari oleh siapapun. Dalam hidup beliau,
beliau telah mempersembahkan manfaat bagi seluruh bangsa Indonesia, yaitu nikmat Kemerdekaan.
Demikianlah hidup
manusia, lahir, menjadi anak muda, dewasa, tua dan akhirnya mati. Maka hidup
manusia ini bila tidak ada manfaatnya, tidak ada artinya, tidak ada nilainya.
Berlalu begitu saja. Maka kalau kita hidup berlalu begitu saja, tidak ada
manfaatnya, maka hidup ini tidak ada nilainya.
Orang-orang yang
terkenal, berprestasi Internasional, orang yang tercantik di dunia, akhirnya
meninggal dunia (mati). Akhirnya manusia dinilai dari manfaat-nya. Karena itu betapa pentingnya kita memberi
arti dalam hidup kita.
Bagaimana agar memberi
makna dalam hidup ini, melakukan sesuatu (beramal sesuatu) kemudian nilai kita
menjadi tinggi. Bagaimna kita sebagai
muslim berusaha memberikan nilai yang berarti dalam hidup ini sehingga kita
mempunyai prestasi yang baik, bahkan sampai tingkat Istimewa.
Hidup ini hanya
sekali. Hidup ini mengemban amanah sebagai Abid dan sebagai Khalifah. Maka
hidup ini tidak boleh gagal, dalam arti tidak boleh berujung siksaan di Akhirat.
Tidak boleh
berujung penderitaan selama-lamanya di Neraka.
Hidup yang hanya sekali ini tidak boleh berujung penderitaan selamanya.
Kita harus berusaha agar hidup ini tidak berujung penderitaan, melainkan berujung
kebahagiaan, dengan nilai manfaat yang banyak.
Bila kita telaah
lebih dalam lagi, ada 4 hal yang ada dalam dimensi keberhasilan.
1. Dimensi
Keselamatan. Bahwa manusia harus hidup selamat. Yaitu selamat di
dunia dan di Akhirat. Kunci keselamatan adalah Taqwa.
2. Dimensi
Kebahagiaan. Bahwa manusia harus bahagia dalam hidup, rasa senang
di hati dalam hidup di dunia.
3.
Dimensi
Kemanfaatan.
4.
Dimenmsi
Keunggulan.
Ketaqwaan adalah
takut kepada Allah, melaksanakan yang diperintahkan-Nya dan manjauhi
larangan-Nya. Maka kalau kita ingin selamat syaratnya sederhana : Jangan melakukan yang Haram, laksanakan yang Wajib.
Meskipun belum
mengerjakan yang sunnah-Sunnah dan tanpa meninggalkan yang Makruh-makruh,
sebenarnya sudah cukup. Tetapi kalau kita melaksanakan yang Sunnah-Sunnah itu
jauh lebih baik. Prioritasnya adalah :
1.
Laksnakan
yang Wajib, tinggalkan yang haram. Itu saja kita
sudah mendapat tiket ke Surga.
2.
Mengutamakan
kebaikan, menjauhi keburukan. Dimensinya agak meluas, seperti
melaksanakan Sunnah-Sunnah, menjauhi yang makruh-makruh.
3.
Memperbanyak
amal-sholih dan menghindari kesia-siaan. Ini tingkat tertinggi dari Ketaqwaan
Kaitannya
denganKebahagiaan.
Kita diajarkan
do’a oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam dan do’a ini juga disebut dalam AlQur’an : Robbana atina fiddun-ya hasanah,
wa fil-akhirati hasanah waqina ‘adzabannaar. (Ya Allah berikan kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di Akhirat serta hindarkan kami
dari api neraka).
Maksudnya, kita
ingin bahagia di Akhirat (masuk Surga) tetapi juga ingin bahagia di dunia.
Untuk mendapatkan kebahagiaan di Akhirat tidak harus menderita di dunia.
Kebahagiaan
didunia berawal dari hati. Tetapi sering terkait dengan beberapa hal, misalnya
terkait dengan kebutuhan pokok : Makanan,
Pakaian, Tempat-tinggal, Kesehatan, Pendidkian. Lima hal tersebut bisa mengganggu kebahagiaan
hidup kita. Bila seseorang sulit untuk mendapat lima kebutuhan pokok tersebut
maka ia tidak akan bahagia. Kurang makan, tidak punya pakaian, tidak punya
tempat-tinggal dst, pasti ia tidak bahagia hidup di dunia. Apalagi bila sakit,
maka lebih tidak bahagia lagi, lebih menderita lagi.
Artinya, kalau orang ingin bahagia di dunia maka ia
harus punya semangat berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti tersebut
di atas. Memang benar, untuk bahagia tidak harus kaya-harta. Tetapi kenyataan bahwa banyak orang miskin
yang tidak bahagia.
Maka setelah kita
berusaha untuk menjadi orang yang bertaqwa,
kita harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup kita. Bila tidak, maka
kita akan terganggu kebahagiaan kita. Peringkat kedua dalam keberhsilan hidup
kita, manakala kita berhasil mengatasi problema kebutuhan dasar kita. Kita bisa
selamat dan bisa berbahagia di dunia.
Bahkan nafkah
seorang laki-laki kepada keluarganya adalah merupakan Shodakoh. Demikian
menurut Rasulullah saw. Apalagi kalau
kita melaksanakan Rukun Islam yang lain, seperti Zakat, Infak, Ibadah Haji, semua
membutuhkan biaya (harta). Semua itu harus diraih dengan upaya kita.
Kemanfaatan.
Manfaat, kalau
kita tambahkan dalam diri kita bertumpu pada 3 faktor :
1.
Manfaat tenaga kita,
2.
Manfaat pikiran kita,
3.
Manfaat harta kita.
Bagaimana kita
meningkatkan manfaat yang sudah dimiliki oleh sumber-daya kita sebagaimana
tersebut di atas. Nilai manfaat diuji oleh ketiga sumber daya yang sudah kita
milki sebagaimana tersebut. Dengan
sumber-daya yang telah Allah anugerahkan kepada kita, seberapa besar
kemanfaatnnya kepada manusia lain.
Ada orang mungkin
hartanya sedikit tetapi ia memberikan tenaga dan pikirannya kepada orang lain
lebih besar. Ada orang mungkin memberikasn manfaat tenaga dan pikirannya hanya
sedikit, tetapi memberikan manfaat hartanya
jauh lebih besar bagi orang lain. Tentu
yang terbaik bila ketiga faktor tersebut bermanfaat bagi orang lain.
Misalnya:
Memberikan bantuan sembako kepada 50 orang akan lebih baik dibandingkan
memberikan bantuan kepada 5 orang. Mengajarkan Ilmu kepada 100 orang lebih baik
dibandingkan mengajarkan Ilmu hanya kepada 10 morang. Membuka lapangan pekerjaan kepada 1000 orang
adalah lebih baik dibandingkan dengan membuka lapangan pekerjaan hanya kepada
10 orang.
Maka kita akan
memilih langkah atau cara yang lebih baik dan bermanfaat kepada orang lain.
Kalau belum bisa membantu 100 orang, maka cukup 10 orang. Kalau belum sanggup 10, cukuplah membantu 1
atau 2 orang.
Keunggulan.
Tingkat tertinggi
adalah Keungggulan. Yaitu sebuah prestasi dalam hidup kita, yang akhirnya orang
tahu bahwa seseorang itu luar biasa prestasinya.
Bukan bermaksud
Riya (pamer) melainkan cara mengukur prestasi sesorang adalah sederhana :
-
Ketika sesorang meninggal dunia (wafat),
lihatlah berapa banyak orang yang datang Ta’ziyah ke tempat tinggalnya. Tanda
seseorang itu seberapa banyak manfaatnya bagi orang lain.
Kesimpulan:
Hidup ini adalah
arena kita berlomba memperbanyak manfaat. Supaya hidup ini meninggalkan
kebaikan untuk orang banyak. Itulah ujian.
Kita akan saksikan seberapa besar kualitas manfaat kita dalam hidup ini.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA
WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alikum
warohmatullahi wabarokatuh.
____________
PROFILE NARA SUMBER:
Nama:
Ust. DR. Ahmad Juwaini
Ahmad Juaeni, 20 tahun terlibat mengembangkan
organisasi Dompet Dhuafa, dari organisasi sederhana sampai menjadi organisasi Internasional
dan terdaftar di PBB, Jabatan terakhirnya di DD adalah sebagai Presiden
Direktur yang memimin ribuan karyawan dan relawan untuk mencapai
mimpi-mimpinya.
Ahmad
Juaeni juga banyak terlibat dalam mengembangakan berbagai Lembaga Pendidikan, dari
level sekolah dasar sampai Perguruan Tinggi. Dengan sentuhannya, banyak lembaga
pendidikan biasa-biasa saja, yang kini telah berubah menjadi mentereng dan
diperhitungkan.
Menjadi
Konsultan Managemen Strategik untuk berbagai organisasi dan perusahaan mitra
profesionalnya. Terlibat dalam pengembangan Investasi dan crowd-funding untuk
mendukung perputaran bisnis beberapa social enterprise.
Ahmad
Juaeni adalah pembicara seminar dan konfrensi internasional di lima benua.
Menjadi trainer pengembangan diri dan manajemen organisasi di lebih dari 20
negara. Ahmad Juwaini menjadi dosen tamu di program pasca sarjana beberapa
perguruan tinggi negeri dan swasta, sekaligus menjadi dosen penguji disertai
mahasiswa S3 di berbagai kampus.
-------------
No comments:
Post a Comment