Translate

Tuesday, October 31, 2017

Menjadi Manusia Multi Manfaat, oleh : Dr. Ahmad Juwaeni.

Menjadi Manusia Multi Manfaat
Dr. Ahmad Juwaeni.


Jum’at, 7 Shofar 1439H – 27 Oktober 2017.

 Assalamu’alaikumwr.wb.,

Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
 Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat Adz Dzariyat ayat 56 :
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ (٥٦
  
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Misi kita hidup di dunia ini adalah untuk menjadi hamba dan untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, dengan menjadikan seluruh hidup kita sebagai wahana ibadah. Tiap tarikan nafas kita sejak bangun tidur dan seluruh kegiatan  sampai tidur lagi, semata-mata untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala.

Maka pada hakekatnya hidup seorang muslim adalah untuk ibadah. Bukan yang lain. Dan ini melingkupi seluruh aspek dalam kehidupan. Baik ibadah yang sifatnya Mahdhoh, maupun ibadah yang sifatnya Ghoiru Mahdhoh. Baik ibadah yang sifatnya ritual maupun yang bersifat sosial.

Maka dalam hidup seorang muslim, hati dan pikiran serta fisiknya ditujukan untuk ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala. Misi besar umat manusia hidup didunia ini adalah beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala.

Selain untuk beribadah,   Allah juga meminta kita untuk menjalankan suatu tugas manusia di muka bumi sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Baqarah ayat 30 :  
ة
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةً۬‌ۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيہَا مَن يُفۡسِدُ فِيہَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ‌ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ (٣٠ 

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Allah subhanahu wata’ala meminta kita manusia selain sebagai Abid (hamba) juga sebagai Khalifah.  Apa beda ‘Abid dan Khalifah ?
‘Abid adalah lebih pada fungsi kita secara langsung dalam hubungan langsung kepada Allah subhanahu wata’ala. Sedangkan Khalifah adalah hubungan kita manusia dengan alam sekitar kita dan alam semesta.Kita seperti mendapat mandat dari Allah subhanahu  wata’ala untuk menjadi “Wakil Allah” untuk menjalankan penataan di muka bumi dan sekitarnya. 

Sebagai Khalifah peran kita adalah bagaimana ber-interaksi dengan alam sekitar, dan makhluk lain di sekitar kita, dengan gugusan bintang, dengan udara dan tata-surya. Allah subhanahu wata’ala menjadikan kita manusia sebagai Penata Bumi, dalam koteks menjalankan misi Khalifah di muka bumi.

Kemudian Allah subhanahu wata’ala ingin menilai prestasi kita sebagai Hamba dan sebagai Khalifah, dengan mengukur dan melihat amal-perbuatan kita di muka bumi.

Dalam Surat Al Mulk ayat 2 disebutkan : 
ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلاً۬‌ۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ (٢

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,

Kita manusia akan di-evaluasi oleh Allah subhanahu wata’ala baik dalam memerankan fungsi sebagai ‘Abid (Hamba) maupun dalam menjalankan fungsi kita sebagai Khalifah,  untuk dinilai siapa yang amalnya paling baik. (Yang paling banyak dan paling berkualitas).

Sesungguhnya dalam sehari-hari kita adalah peserta kompetisi (perlombaan) yang disediakan oleh Allah subhanahu wata’ala di muka bumi ini dan akan dinilai siapa yang paling baik amalan kita. Amal yang dilakukan dengan ber-kualitas lebih baik baik daripada sekedar amal yang banyak. Tentu amalan yang banyak disertai dengan kualitas adalah  jauh lebih baik.

Maka salah satu makna dari Ahsanu A’mal dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam suatu Hadits yang sangat terkenal : Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.

Ketika kita menjadi hamba kita mempersembahkan ibadah yang paling berkualitas, yang paling ikhlas, yang paling bersih hati kita, Tauhid kita yang paling bersih, jangan sampai ada syirik sedikitpun, itu adalah kaitan dengan Ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala.

Kaitannya dengan Khalifah, maka ada dimensi yaitu banyak bermanfaat bagi manusia lain. Karena ketika menjadi Khalifah substansi yang paling banyak adalah banyak  bermanfaat bagi manusia lain. Selain juga berinteraksi dengan  alam dan makhluk lain, seperti alam sekitar, tumbuhan, hewan, dst.

Dalam konteks sebagai Khalifah, maka kita dalam menjalani hidup ini harus banyak manfaat bagi manusia lain, juga bagi alam semesta. Maka marilah kita nilai diri kita ini sudah seberapa jauh bermanfaat bagi orang lain. Bagi keluarga, tetangga, masyarakat lingkungan kita.

Bila kita teropong kehidupan orang sebelum kita (orang dahulu), misalnya Bintang Film terkenal Eilzabeth Taylor, tercantik di dunia ketika itu.  Ia lahir 27 Februari 1932 di London Inggris. Menjelang akhir hayatnya, tetap saja ia menjadi tua dan kecantikannya susut jauh sekali. Ia meninggal dalam usia 76 tahun di Los Angelos tanggal 23 Maret 2011. Ia pernah mendapat dua Piala Oscar sebagai bintang film.  

Pelajaran yang kita dapatkan :   Bahwa sehebat apapun manusia, ujungnya ialah kematian.  Orang yang paling cantik sedunia, paling hebat di dunia, ujungnya adalah kematian. Kalau kita lihat dari sudut pandang prestasi manusia, Eliszabeth Taylor tidak termasuk orang yang beramal kebaikan.

Bung Karno, lahir 6 Juni 1901, menjadi Presiden RI pertama, beliau seorang Proklamator kemerdekaan R.I.  Beliau sangat terkenal di dunia Internasional ketika itu, dikenal sebagai seorang Orator Ulung dan menjadi Presiden R.I. selama 20 tahun, dan hidupnya berakhir beliau wafat 1 Juni 1970 di Jakarta.

Yang kita tarik pelajaran dari beliau adalah : Ada manusia yang lahir di bumi Indonesia, prestasi dalam hidupnya sudah sampai tingkat Internasional, Bung Karno adalah Presiden yang tingkatannya adalah Tingkat internasional, dan salah seorang Tokoh penting pada Konperensi Asia –Afrika. Juga dalam Gerkan Negara-Negara Non Blok, beliau adalah tokoh penting. Beliau telah memberikan jasa yang besar bagi bangsa Indonesia, itulah Kemerdekaan Negara Republic Indonesia.

Bung Karno adalah orang yang sangat berjasa dan memberi manfaat bagi bangsa Indonesia, memperjuangkan Kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia. Dan manfaat itu sangat besar bagi kita sampai saat ini. Kita bisa hidup di alam kemerdekaan adalah karena jasa-jasa beliau. Itu tidak bisa diingkari oleh siapapun. Dalam hidup beliau, beliau telah mempersembahkan manfaat bagi seluruh bangsa Indonesia, yaitu nikmat Kemerdekaan.

Demikianlah hidup manusia, lahir, menjadi anak muda, dewasa, tua dan akhirnya mati. Maka hidup manusia ini bila tidak ada manfaatnya, tidak ada artinya, tidak ada nilainya. Berlalu begitu saja. Maka kalau kita hidup berlalu begitu saja, tidak ada manfaatnya, maka hidup ini tidak ada nilainya.

Orang-orang yang terkenal, berprestasi Internasional, orang yang tercantik di dunia, akhirnya meninggal dunia (mati). Akhirnya manusia dinilai dari manfaat-nya.   Karena itu betapa pentingnya kita memberi arti dalam  hidup kita.
Bagaimana agar memberi makna dalam hidup ini, melakukan sesuatu (beramal sesuatu) kemudian nilai kita menjadi tinggi.  Bagaimna kita sebagai muslim berusaha memberikan nilai yang berarti dalam hidup ini sehingga kita mempunyai prestasi yang baik, bahkan sampai tingkat Istimewa.

Hidup ini hanya sekali. Hidup ini mengemban amanah sebagai Abid dan sebagai Khalifah. Maka hidup ini tidak boleh gagal, dalam arti tidak boleh berujung siksaan di Akhirat.   
Tidak boleh berujung penderitaan selama-lamanya di Neraka.  Hidup yang hanya sekali ini tidak boleh berujung penderitaan selamanya. Kita harus berusaha agar hidup ini tidak berujung penderitaan, melainkan berujung kebahagiaan, dengan nilai manfaat yang banyak.

Bila kita telaah lebih dalam lagi, ada 4 hal yang ada dalam dimensi keberhasilan.
1.   Dimensi Keselamatan. Bahwa manusia harus hidup selamat. Yaitu selamat di dunia dan di Akhirat. Kunci keselamatan adalah Taqwa.
2.    Dimensi Kebahagiaan. Bahwa manusia harus bahagia dalam hidup, rasa senang di hati dalam hidup di dunia.
3.     Dimensi Kemanfaatan.
4.     Dimenmsi Keunggulan.

Ketaqwaan adalah takut kepada Allah, melaksanakan yang diperintahkan-Nya dan manjauhi larangan-Nya. Maka kalau kita ingin selamat syaratnya sederhana : Jangan melakukan yang Haram,  laksanakan yang Wajib.

Meskipun belum mengerjakan yang sunnah-Sunnah dan tanpa meninggalkan yang Makruh-makruh, sebenarnya sudah cukup. Tetapi kalau kita melaksanakan yang Sunnah-Sunnah itu jauh lebih baik. Prioritasnya adalah :

1.     Laksnakan yang Wajib, tinggalkan yang haram. Itu saja kita sudah mendapat tiket ke Surga.
2.     Mengutamakan kebaikan, menjauhi keburukan. Dimensinya agak meluas, seperti melaksanakan Sunnah-Sunnah, menjauhi yang makruh-makruh.
3.     Memperbanyak amal-sholih dan menghindari kesia-siaan.  Ini tingkat tertinggi dari Ketaqwaan

Kaitannya denganKebahagiaan.
Kita diajarkan do’a oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dan do’a ini juga disebut dalam AlQur’an : Robbana atina fiddun-ya hasanah, wa fil-akhirati hasanah waqina ‘adzabannaar. (Ya Allah berikan kami kebaikan di dunia,  dan kebaikan di Akhirat serta hindarkan kami dari api neraka).

Maksudnya, kita ingin bahagia di Akhirat (masuk Surga) tetapi juga ingin bahagia di dunia. Untuk mendapatkan kebahagiaan di Akhirat tidak harus menderita di dunia.

Kebahagiaan didunia berawal dari hati. Tetapi sering terkait dengan beberapa hal, misalnya terkait dengan kebutuhan pokok : Makanan, Pakaian, Tempat-tinggal, Kesehatan, Pendidkian.   Lima hal tersebut bisa mengganggu kebahagiaan hidup kita. Bila seseorang sulit untuk mendapat lima kebutuhan pokok tersebut maka ia tidak akan bahagia. Kurang makan, tidak punya pakaian, tidak punya tempat-tinggal dst, pasti ia tidak bahagia hidup di dunia. Apalagi bila sakit, maka lebih tidak bahagia lagi, lebih menderita lagi.

Artinya,  kalau orang ingin bahagia di dunia maka ia harus punya semangat berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti tersebut di atas. Memang benar, untuk bahagia tidak harus kaya-harta.  Tetapi kenyataan bahwa banyak orang miskin yang tidak bahagia.

Maka setelah kita berusaha untuk menjadi orang yang bertaqwa, kita harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup kita. Bila tidak, maka kita akan terganggu kebahagiaan kita. Peringkat kedua dalam keberhsilan hidup kita, manakala kita berhasil mengatasi problema kebutuhan dasar kita. Kita bisa selamat dan bisa berbahagia di dunia.

Bahkan nafkah seorang laki-laki kepada keluarganya adalah merupakan Shodakoh. Demikian menurut Rasulullah  saw. Apalagi kalau kita melaksanakan Rukun Islam yang lain, seperti Zakat, Infak, Ibadah Haji, semua membutuhkan biaya (harta). Semua itu harus diraih dengan upaya kita.

Kemanfaatan.
Manfaat, kalau kita tambahkan dalam diri kita bertumpu pada 3 faktor :
1.     Manfaat tenaga kita,
2.     Manfaat pikiran kita,
3.     Manfaat harta kita. 

Bagaimana kita meningkatkan manfaat yang sudah dimiliki oleh sumber-daya kita sebagaimana tersebut di atas. Nilai manfaat diuji oleh ketiga sumber daya yang sudah kita milki sebagaimana tersebut.  Dengan sumber-daya yang telah Allah anugerahkan kepada kita, seberapa besar kemanfaatnnya kepada manusia lain.

Ada orang mungkin hartanya sedikit tetapi ia memberikan tenaga dan pikirannya kepada orang lain lebih besar. Ada orang mungkin memberikasn manfaat tenaga dan pikirannya hanya sedikit,  tetapi memberikan manfaat hartanya jauh lebih besar bagi orang lain.  Tentu yang terbaik bila ketiga faktor tersebut bermanfaat bagi orang lain.

Misalnya: Memberikan bantuan sembako kepada 50 orang akan lebih baik dibandingkan memberikan bantuan kepada 5 orang. Mengajarkan Ilmu kepada 100 orang lebih baik dibandingkan mengajarkan Ilmu hanya kepada 10 morang.  Membuka lapangan pekerjaan kepada 1000 orang adalah lebih baik dibandingkan dengan membuka lapangan pekerjaan hanya kepada 10 orang.

Maka kita akan memilih langkah atau cara yang lebih baik dan bermanfaat kepada orang lain. Kalau belum bisa membantu 100 orang, maka cukup 10 orang.  Kalau belum sanggup 10, cukuplah membantu 1 atau 2 orang.

Keunggulan.
Tingkat tertinggi adalah Keungggulan. Yaitu sebuah prestasi dalam hidup kita, yang akhirnya orang tahu bahwa seseorang itu luar biasa prestasinya.
Bukan bermaksud Riya (pamer) melainkan cara mengukur prestasi sesorang adalah sederhana :
-         Ketika sesorang meninggal dunia (wafat), lihatlah berapa banyak orang yang datang Ta’ziyah ke tempat tinggalnya. Tanda seseorang itu seberapa banyak manfaatnya bagi orang lain.  

Kesimpulan:
Hidup ini adalah arena kita berlomba memperbanyak manfaat. Supaya hidup ini meninggalkan kebaikan untuk orang banyak. Itulah ujian.  Kita akan saksikan seberapa besar kualitas manfaat kita dalam hidup ini.

Sekian  bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                              ____________


PROFILE NARA SUMBER:

Nama: Ust. DR. Ahmad Juwaini






Ahmad Juaeni, 20 tahun terlibat mengembangkan organisasi Dompet Dhuafa, dari organisasi sederhana sampai menjadi organisasi Internasional dan terdaftar di PBB, Jabatan terakhirnya di DD adalah sebagai Presiden Direktur yang memimin ribuan karyawan dan relawan untuk mencapai mimpi-mimpinya.

Ahmad Juaeni juga banyak terlibat dalam mengembangakan berbagai Lembaga Pendidikan, dari level sekolah dasar sampai Perguruan Tinggi. Dengan sentuhannya, banyak lembaga pendidikan biasa-biasa saja, yang kini telah berubah menjadi mentereng dan diperhitungkan.

Menjadi Konsultan Managemen Strategik untuk berbagai organisasi dan perusahaan mitra profesionalnya. Terlibat dalam pengembangan Investasi dan crowd-funding untuk mendukung perputaran bisnis beberapa social enterprise.

Ahmad Juaeni adalah pembicara seminar dan konfrensi internasional di lima benua. Menjadi trainer pengembangan diri dan manajemen organisasi di lebih dari 20 negara. Ahmad Juwaini menjadi dosen tamu di program pasca sarjana beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta, sekaligus menjadi dosen penguji disertai mahasiswa S3 di berbagai kampus.
 -------------


No comments:

Post a Comment