PENGAJIAN DHUHA
MASJID BAITUSSALAM
Budi Hikmat
Jum’at, 30 Jumadal Akhir 1437H –
8 April 2016.
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Selama ini Nabi Yusuf ‘alaihissalam oleh kita dikenal sebagai seorang Nabi yang berwajah ganteng
(gagah) yang tahan digoda seorang wanita cantik. Padahal itu sebagian kecil saja dari kisah
beliau. Yang lebih banyak kita pelajari dan cermati Nabi Yusuf ‘alaihissalam adalah kecuali seorang
Nabi, beliau juga terkenal sebagai seorang Ekonom dan Fund Manager.
Dalam AlQur’an, kisah beliau dikenal sebagai
kisah terbaik (Ahsanul Qashas) dan beliau diberikan kemampuan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk menerjemahkan
mimpi. Dan mimpi dalam dunia professional sering disebut Visi. Ketika itu Sang Raja
Mesir bermimpi melihat ada sapi yang gemuk
lalu datang lagi sapi yang kurus, juga tentang gandum yang berisi dan
gandum yang kopong.
Makna mimpi tersebut diterjemahkan oleh
Nabi Yusuf alaihissalam sebagai
isyarat bahwa di Mesir akan terjadi masa kejayaan, subur-makmur, rakyat sejahtera, tetapi sesudah itu akan akan terjadi masa
kekeringan, paceklik, sulit bahan-pangan.
Bila di dalam dunia ekonomi disebut Siklus Bisnis. Hebatnya, Nabi Yusuf ‘alaihissalam tidak hanya sekedar bisa menerjermahkan mimpi,
melainkan beliau memberikan saran jalan keluar dari kesulitan negeri Mesir
ketika itu.
Sebagaimana disebutkan dalam AlQur’an Surat Yusuf ayat 47 :
Yusuf
berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka
apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu
makan.
Ayat
48 :
Kemudian
sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang
kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit
gandum) yang kamu simpan.
Dari ayat tersebut, Nabi Yusuf ‘alaihissalam mengatakan tiga hal :
1. Menanam
berturut-turut.
2. Pengawetan hasil
tanaman (bahan-pangan)
3. Penghematan
(dimakan sedikit-sedikit).
Apa
yang terjadi di Indonesia?
Di Indonesia hampir semua kebutuhan barang
adalah impor dari luar negeri. Padahal kalau kita mendalami saran Nabi Yusuf ‘alaihissalam, beliau mendidik kita untuk
menjadi eksportir, bukan importir.
Karena sebenarnya produk kita berlimpah, bagus, awet, sampai ke tangan
konsumen dalam keadaan kualitas terbaik.
Maka seharusnya kita lebih banyak ekspor. Sedikit kita gunakan/makan,
atau disisakan untuk benih penanaman berikutnya.
Faktor tersebut sebenarnya yang akan
menjadikan bangsa Indonesia lebih maju. Bila Indonesia banyak mengekspor, tentu
akan mendapatkan Valas (Valuta Asing), lebih banyak, dan nilai Rupiah akan
menguat. Tetapi bila impor terus-menerus,
dimana untuk impor menghabiskan Valas,
maka akibatnya nilai Rupiah akan anjlok (menurun drastis).
Saran Nabi Yusuf ‘alaihissalam dalam ayat tersebut (Saran ketiga) : Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu
biarkan dalam bulirnya (tangkainya) – maksudnya agar diawetkan (diadakan pengawetan). Kecuali
sedikit untuk kamu makan –
Artinya diadakan penghematan.
Pelaksanaan di negeri kita adalah :
Diadakan teknologi pengawetan antara lain dengan Storage, termasuk dalam pendistribuasiannya. Kecuali
yang sedikit untuk kamu makan,
maksudnya : Penghematan. Tetapi kenyataannya kita tidak bisa berhemat
dalam makan. Buktinya ketika bulan
Romadhon, dimana orang diwajibkan
berpuasa tetapi ternyata kebutuhan untuk makan justru meningkat dan menyebabkan
harga-harga bahan makanan meningkat. Artinya maksud puasa agar berhemat tidak
tercapai.
Di kita para Ekonom hanya melihat pergantian masa malang – masa gemilang sebagai fenomena dalam kurun waktu
tujuh tahun, ekonomi meningkat, harga karet, batubara naik. Tetapi sekarang harga merosot, penjualan
kendaraan bermotor, property turun, lalu bagaimana menaikkan lagi, semua itu
pekerjaan para ekonom. Kebanyakan kita semua lupa bahwa pergantian masa malang
dan masa gemilang sering terjadi dalam waktu yang lebih panjang (lama). Yaitu
ketika pada akhirnya setiap orang akan memasuki masa pensiun.
Apakah kita punya sumber untuk membiayai
kehidupan kita, paling tidak dua hal : Mempersiapkan Asuransi dan Investasi.
Sementara itu banyak yang karena gagal berdagang, bangkrut dari perniagaannya,
di hari tuanya menjadi minder, putus asa.
Maka kami sarankan untuk orang yang semacam itu perbanyaklah dzikir,
bersabar. Bagi yang berumur 70 tahun
ucapkanlah dalam dzikirnya 70 kali ucapan
:
Lailaha illa anta subhanaka inni kuntu
minadzdzolimin
(Doa Nabi Yunus ‘alaihissalam) .
Artinya : Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
aniaya.(Surat Al Anbiyaa 87).
Do’a
tersebut
ampuh sekali untuk mengusir kegalauan. Do’a tersebut diucapkan oleh Nabi
Yunus a.s. ketika berada dalam perut
ikan. Suasana serba gelap, tidak tahu ia berada di mana, karena serba gelap.
Beliau bingung, tidak tahu jalan keluarnya. Maka beliau berdoa sebagaimana
tersebut di atas. Anatomi dari doa tersebut ada tiga : Kalimat kebenaran yaitu Lailaha
illa anta (Tidak ada sesembahan kecuali Engkau (Allah), kalimat ibadah
: Subhanaka
(Mahasuci Engkau) dan kalimat pengakuan : Inni kuntu minadzdzolimin
(Sesungguhnya aku ini orang yang aniaya).
Setelah ayat tersebut yaitu ayat 88 Allah subhanahu wata’ala menyatakan :
Maka Aku hilangkan kegundahan
dalam hatinya. Surat Al Anbiyaa ayat
88 :
Maka
Kami(Allah) telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada
kedukaan. dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.
Nabi Yusuf ‘alaihissalam menjadi seorang ahli Pengelola Dana (Fund Manager) ketika itu beliau menyarankan kepada pihak
kerajaan Mesir dalam rangka meng-antisipasi masa malang (masa paceklik) yang lebih panjang. Saran Nabi Yusuf ‘alaihissalam itu menjadi dasar pijakan yang
luar-biasa, untuk investasi
sepanjang hayat (Life cycle Investing).
Masa
Pertumbuhan (Grouwth).
Di sinilah bertemu pemahaman di
pasar-modal, di investasi, dll. Maka
kita sejak kecil biasakan menanam (menabung) dan Allah subhanahu wata’ala yang menumbuhkan (invest) dan jangan menanam
investasi dari uang sisa. Karena tidak
pernah akan ada uang sisa. Kita harus menyadari sesuatu yang harus kita bayar
di masa datang, maka sebaiknya kita persiapkan.
Mirip BPJS, langsung dipotong dari gaji/upah. Di sinilah mulai fase
pertumbuhan (Grouwth).
Saran kedua dari Nabi Yusuf ‘alaihissalam adalah proteksi (perlindungan) dan saran terakhir adalah distribusi
(pemerataan pembagian). Yang paling baik adalah investasi saham. Saham adalah
kepemilikan dalam perusahaan.
Contoh : Pemilik saham terbesar PT Telkomsel (40% saham) dimiliki oleh
Singtel (Singapore Telkom). Karena
Singapor tahu bahwa Indonesia adalah “Pohon yang tumbuh besar”, apalagi
Indonesia adalah Federasi Facebook terbesar.
Dan ada trend baru (tiga tahun terakhir) : Orang Indonesia boleh
Lebaran tidak pakai baju baru sehingga penjualan pakaian di Tanah Abang turun,
tetapi pulsa telepon ketika arus-mudik Lebaran penuh. Direktur Keuangan PT Telkomsel menyatakan bahwa satu hari dari Pulsa Pra-bayar (Voucher) uang masuk Rp 300
milyar/hari.
Bayangkan bila anda punya saham dari PT
Telkomsel, maka anda akan mendapatkan deviden setiap tahun. Artinya ada hasilnya, karena kita punya
“Pohon yang berbuah”. Menanam berarti
mengetam, ada buahnya. Menanam keberuntungan. Kita banyak sumber keberuntungan.
Kalau kita cermati (baca) penduduk Indonesia 37% berusia dibawah 30 tahun. Itu
kelompok pembelanja.
Bila kaidah Nabi Yusuf ‘alaihisalam diterapkan di Indonesia,
yaitu sebagian pendapatan anda di investasikan, baik itu di saham atau cicilan
property atau cicilan asuransi, maka nantinya suatu saat penghasilan anda bukan
dari pekerjaan melainkan dari “pohon”
yang kita tanam. Semakin cepat Non
Labour Income (Penghasilan di luar pekerjaan) ini bisa menutupi Labour Income (Penghasilan dari pekerjan).
Masyarakat Indodnesia adalah masyarakat
yang tertipu. Kita diajari menabung
tetapi menabung itu sifatnya pasif.
Lebih baik membeli saham bank.
Kalau menabung rata-rata per-tahun hanya
dapat 5% per-tahun. Sedangkan bila membeli saham bank, maka akan mendapat 23%
pertahun. Pilih mana ? Sementara inflasi
rata-rata 7%. Akan ada masa malang dan
masa-gemilang. Masa-malang adalah ketika
pensiun. . Dan saat ini banyak orang yang sakit sedikit saja menjadi miskin
(sa-di-kin).
Investasi adalah menanam keberuntungan. Lakukan
sebagaimana dilakukan oleh Nabi Yusuf ‘alaihissalam.
Insya Allah bahasan akan kita
lanjutkan pada pertemuan yang akan datang.
Sekian bahasan mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Catatan Admin :
Narasumber : Budi Hikmat, saat ini bekerja di PT Bahana TCW investment (Fund Manager) , beliau pakar ekonomi makro. contact : budi_hikmat@bahana.co.id
_____________
No comments:
Post a Comment