Translate

Tuesday, June 6, 2017

Keutamaan Istighfar Dan Bahayanya Makanan Haram, Oleh : Valentino Dinsi, SE, MM, MBA

PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

Keutamaan Istighfar Dan Bahayanya Makanan Haram

Valentino Dinsi, SE, MM, MBA

 Jum’at, 7 Romadhon 1438H – 2 Juni 2017.


Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Dalam riwayat,  suatu saat Ulama Besar di masa Tabi’in yaitu Syaikh Hassan al Bashri didatangi oleh serombongan orang yang mengeluh : “Ya Syaikh, negeri kami sudah berbulan-bulan bahkan bertahun tidak turun hujan, apa yang harus kami lakukan?”.  Hassan al Bashri menjawab singkat : “Kalian memohon ampun kepada Allah subhanahu wata’ala dan perbanyak membaca Istighfar”. 

Di lain waktu, datang lagi serombongan orang yang mengeluhkan : “Ya Syaikh, perniagaan kami bangkrut, kami selalu rugi.  Apa yang harus kami lakukan?”.
Syaikh Hassan al Bashri menjawab : “Kalian memohon ampun kepada Allah subhanahu wata’ala dan perbanyak membaca Istighfar”.

Di lain waktu datang lagi sepasang suami-isteri yang mengeluhkan : “Ya Syaikh, kami telah bertahun-tahun menikah, tetapi tidak punya anak.  Apa yang harus kami  lakukan?”. Syaikh Hassan al Bashri menjawab singkat : “Kalian memohon ampun kepada Allah subhanahu wata’ala dan perbanyak membaca Istighfar”.

Orang-orang itu bingung, kenapa keluhan dan pertanyaannya berbeda-beda tetapi jawabannya serupa, yaitu benyak memohon ampun kepada Allah subhanahu wata’ala dan banyak membaca Istighfar.  

Tetapi karena yang mengucapkan adalah Ulama Besar dan orang ‘Alim, maka dipraktekkan oleh umat, dan subhanallah, semua persoalan mereka selesai.  Yang negerinya kering berbulan-bulan bahkan bertahun tidak turun hujan, orang-orang yang perniagaannya bangkrut, sepasang suami-isteri yang lama tidak punya anak, setelah mempraktekkan apa yang diucapkan oleh Syaikh Hassan al Bashri, ternyata benar, semua itu terkabul.  Negeri yang semula tidak pernah hujan, menjadi hujan deras bahkan menyuburkan tanah-tanah mereka.  Orang-orang yang semula perniagaannya bangkrut, sekarang menjadi banyak keuntungan dan menjadi sejahtera. Sepasang suami-isteri yang sudah lama menikah dan belum juga punya anak, menjadi punya anak. Karena yang memberikan nasihat dan yang mengucap-kan itu adalah Ulama Besar.

Kyai Abdurrasyid Abdullah Syafi’i, beliau adalah anak dari Bapak Abdullah Syafi’i,  seorang ulama Besar dari Betawi (Jakarta) pendiri Pondok Pesantren Asy Syafi’yah, memberikan amalan sebagai  berikut :

Astagfirullah hal’adzim, li waliwalidaiya min jami’il ma’atsi wa dzunub, la haula wala quwwata illa bilahil ‘aliyil ‘adzim (Aku memohon kepada Allah  yang Maha Agung untuk diriku dan kedua orangtuaku, dari banyaknya maksiat dan dosa, tidak ada daya-upaya kecuali kepada Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung).

Kyai Dr. Muslih Abdul Karim, pimpinan pesantren di Depok, mengatakan dan membenarkan amalan yang diberikan oleh Kyai Abdulrasyid bin Abdullah Syafi’i  tersebut,  karena itu berdasarkan Al Qur’an Surat Nuh ayat 10 – 12 :
  
فَقُلۡتُ اسۡتَغۡفِرُوۡا رَبَّكُمۡؕ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًا ۙ‏ ﴿۱۰﴾  يُّرۡسِلِ السَّمَآءَ عَلَيۡكُمۡ مِّدۡرَارًا ۙ‏ ﴿۱۱﴾  وَّيُمۡدِدۡكُمۡ بِاَمۡوَالٍ وَّبَنِيۡنَ وَيَجۡعَلۡ لَّـكُمۡ جَنّٰتٍ وَّيَجۡعَلۡ لَّـكُمۡ اَنۡهٰرًا ؕ‏ ﴿۱۲﴾  

10. Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,

11. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,

12. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.

Istighfar adalah amalan (ucapan) yang paling mudah dan ringan. Yaitu:

1.    Astaghfirullahal ‘adzim.  Atau yang lebih panjang :
2.    Astaghfiurllahal ‘adzim wa atubu ilaih. Atau yang lebih panjang lagi :
3. Astaghfirullahal ‘adzim alladzi lailaha illa huwal hayyul qoyyum wa atubu ilaih.

Amalan tersebut sederhana diucapkan tetapi hasilnya besar luar-biasa.

Betapapun banyaknya dosa kita, kalau kita memohon ampun kepada Allah subhanahu wata’ala, selama nyawa kita belum sampai tenggorokan karena menjelang sakaratulmaut, pasti akan dimpuni.  Karena Allah Maha Pengampun. Tetapi bila nyawa sudah sampai di tenggorokan, maka tidak ada ampun lagi.

Apa yang Allah subhanahu wata’ala berikan bila kita memohon ampun dengan membaca Istighfar,   berdasarkan ayat tersebut adalah :

1.  Akan turun hujan yang lebat tetapi tidak menyebabkan banjir, tidak menyebabkan bencana, sebaliknya akan membuat subur tanah. Dengan kata lain, siapa yang banyak Istighfar, maka ia akan dikabulkan apa yang ia harap-harap.
2.     Akan diberikan harta yang melimpah.
3.     Akan diberikan anak-anak yang banyak.
4.  Akan diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala,  kebun-kebun dan sungai-sungai. Maksudnya, akan diberikan sumber-sumber rezeki.

Demikianlah janji Allah subhanahu wata’ala, dan Allah tidak pernah ingkar-janji. Dan semua itu benar-benar terjadi di sekitar kehidupan kita.  Banyak terbukti orang-orang yang mengamalkan Istighfar (Banyak Istighfar) terkabul apa yang menjadi harapannya. Ucapan ringan tetapi hasilnya luar-biasa. Maka dianjurkan kepada kita sebanyak mungkin membaca Istighfar, dimana saja kapan saja. Dalam Islam banyak amalan-amalan yang sepele, tetapi balasannya besar sekali. Silakan anda lakukan. Perbanyak Istighfar.

Kecuali Istighfar, perbanyak ber-Tasbih : Subhanallah wabihamdihi, subhanallahil ‘adzim. (Mahasuci Allah yang Maha Terpuji, Mahasuci Allah Yang Maha Agung). Akan lebih bagus lagi. Karena Tasbih tersebut adalah Tasbih yang selalu diucapkan oleh para Malaikat Allah subhanahu wata’ala bersemayam di ‘Arsy dan malaikat yang memikul ‘Arsy selalu membaca Tasbih tersebut. Dan Tasbih tersebut adalah dzikir yang paling disukai oleh Allah subhanahu wata’ala.

Maka sangat dianjurkan untuk memperbanyak membaca Istighfar (Astagfirullahil ‘adzim) yang ringan tetapi dampaknya (balasannya) luar biasa. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala dalam Surat Nuh ayat 10 – 12 tersebut diatas. 

Suatu saat, dalam riwayat, seorang sahabat bernama Ibrahim bin ‘Aadin selesai melaksanakan ibadah Haji  di Mekkah,  ia rindu dan ingin ke Masjidil Aqsha.   Maka dibelilah satu koligram kurma di depan Masjidil Haram untuk bekal dalam perjalanan menuju Masjidil Aqsha.  Ketika kurma dibeli dan ditimbang dan dibungkus ada sebiji kurma yang jatuh.  Lalu sebiji kurma itu dimakan oleh Ibrahim bin ‘Aadin. Ia mengira bahwa sebiji kurma yang jatuh itu adalah termasuk yang ditimbang satu kilogram itu, maka ia langsung memasukkan dalam mulutnya, dimakan.

Kemudian ia berjalan menuju Masjidil Aqsha di Falistin, setelah empat bulan perjalanan sampailah ia di Masjidil Aqsha.  Kemudian ia melakukan sholat Tahiyatul Masjid tepat di bawah Sakhra (kubah masjid), ketika ia sedang sholat ia mendengar percakapan dua Malaikat : “Wahai saudaraku, lihat Ibrahim bin ‘Aadin sedang sholat, ia selalau rajin beribadah dan do’anya selalu diterima oleh Allah subhanahu wata’ala”.  Malaikat satunya menjawab : “Tetapi kali ini sholat dan ibadahnya tidak ditrerima oleh Allah subhanahu wata’ala, karena ia telah memakan sebutir kurma yang bukan haknya”.

Mendengar percakapan dua Malaikat tersebut,  Ibrahim bin’Aadin tekejut. Ia ingat telah memakan satu butir kurma yang jatuh, ketika ia membeli kurma, ia mengira itu kurma adalah termasuk yang ia beli dan sudah dibayar.  Ternyata bukan.
Kurma tersebut adalah milik penjual kurma yang tidak ikut ditimbang dan dibungkus. Selama empat bulan ibadah dan do’anya tidak diterima oleh Allah subhanahu wata’ala. Maka ia segera kembali ke Mekkah ingin menemui penjual kurma yang empat bulan lalu ia beli.

Sampai di Mekkah di depan Masjidil Haram empat bulan kemudian, dicarilah si penjual kurma tetapi tidak ditemukan. Yang ia temukan adalah anak muda yang berjualan kurma di tempat Ibrahim bin ‘Aadin delapan bulan yang lalu ia  beli.  Ia tanyakan : “Wahai anak muda, dimanakah orang penjual kurma yang biasa berjualan di sini?”. Dijawab oleh anak muda penjual kurma itu : “Dia sudah meninggal, dia adalah ayahku, maka aku meneruskan usaha ayahku berjualan kurma di sini”.
Lalu diceritakan bahwa ia telah memakan sebutir kurma yang jatuh, yang ternyata adalah milik penjual kurma yang dulu. “Maka dengan ini aku minta dihalalkan sebutir kurma itu yang ternyata milik ayahmu”.

Anak muda itu menjawab : “Aku halalkan kurma yang telah Tuan makan, tetapi  aku tidak tahu dengan 11 orang saudaraku yang lain.  Apakah mereka juga akan menghalalkan?”. Rupanya anak muda itu adalah salah seorang  dari 12 anak penjual kurma yang sudah meninggal. Maka Ibrahim bin ‘Aadin minta dipertemukan dengan 11 anak saudara yang lain.  Diantarkanlah, satu-persatu anak penjual kurma dan satu-persatu diminta menghalalkan kurma yang telah ia makan. Karena sebutir kurma yang telah ia makan itu tidak halal.

Setelah dihalalkan oleh semua anak penjual kurma itu, maka Ibrahim bin’Aadin hatinya menjadi tenang, ia kembali lagi menuju Masjidil Aqsha, lalu menempatkan dirinya di bawah Sakhra (Qubah masjid), lalu ia sholat dan berdo’a dibawah Sakhra itu. Terdengar lagi dua Malaikat yang berkata : “Ibarahim bin ‘Aadin datang lagi tetapi sekarang ibadah dan do’anya diterima oleh Allah subhanahu wata’ala, karena ia telah meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ia makan”. 

Bayangkan, seorang ulama seperti Ibrahim bin ‘Aadin harus bolak-balik antara Mekkah dan Masjidil Aqsha berjalan kaki selama delapan bulan, hanya untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ia makan tidak sengaja, agar ibadah dan do’anya bisa diterima oleh Allah subhanahu wata’ala.
Demikian itu merupakan pelajaran bagi kita semua kaum muslimin dan muslimah jangan sampai kita dan keluarga memakan harta yang tidak halal.

Bila diatas disampaikan bahwa dengan Istighfar, suatu amalan ringan (kecil) yang bisa berdampak (mendapat balasan) yang besar, maka demikian pula dosa yang kelihatan kecil (memakan sebutir kurma yang bukan haknya) akan berdampak  besar, yaitu seluruh ibadah dan do’anya tidak diterima oleh Allah subhanahu wata’ala.

Maka pesan kali ini sederhana  agar dipraktekkan, yaitu :
1.     Banyak Istighfar, dimana saja,  kapan saja, sebanyak mungkin.
2.     Tidak memakan atau memakai sesuatu barang dengan cara yang tidak halal.

Mudah-mudahan Allah subhanahu wata’ala mengampuni semua dosa-dosa kita, menerima segala amal ibadah di bulan Romadhon 1438H ini, kita bertambah dekat dengan Allah dan kita bisa melahirkan anak-anak yang sholih dan sholihah.

SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                           ___________


SEKILAS PROFILE :


Valentino Dinsi, SE, MM, MBA

Pendiri Majelis Taklim Wirausaha dan Rumah Wirausaha serta penulis buku "Satu Keluarga satu Pengusaha".


Lulus dari Polteknik UI dan Fakultas Ekonomi UI serta memperolleh gelar MM dari PPM Business School (2001) dan gelar MBA dari Jakarta Institute of Management (1999), serta penerima beasiswa Program Doktoral dari Austin Texas University USA.

No comments:

Post a Comment