PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Keutamaan
Istighfar Dan Bahayanya Makanan Haram
Valentino
Dinsi, SE, MM, MBA
Jum’at, 7 Romadhon 1438H – 2 Juni 2017.
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Dalam riwayat, suatu saat Ulama Besar di masa Tabi’in yaitu Syaikh Hassan al Bashri didatangi oleh serombongan orang yang mengeluh : “Ya Syaikh, negeri kami sudah berbulan-bulan bahkan
bertahun tidak turun hujan, apa yang harus kami lakukan?”. Hassan al Bashri menjawab singkat : “Kalian memohon ampun kepada Allah subhanahu
wata’ala dan perbanyak membaca Istighfar”.
Di lain waktu, datang lagi serombongan
orang yang mengeluhkan : “Ya Syaikh,
perniagaan kami bangkrut, kami selalu rugi.
Apa yang harus kami lakukan?”.
Syaikh Hassan al Bashri menjawab : “Kalian memohon ampun kepada Allah subhanahu
wata’ala dan perbanyak membaca Istighfar”.
Di lain waktu datang lagi sepasang
suami-isteri yang mengeluhkan : “Ya
Syaikh, kami telah bertahun-tahun menikah, tetapi tidak punya anak. Apa yang harus kami lakukan?”. Syaikh Hassan al Bashri
menjawab singkat : “Kalian memohon ampun
kepada Allah subhanahu wata’ala dan perbanyak membaca Istighfar”.
Orang-orang itu bingung, kenapa keluhan
dan pertanyaannya berbeda-beda tetapi jawabannya serupa, yaitu benyak memohon
ampun kepada Allah subhanahu wata’ala
dan banyak membaca Istighfar.
Tetapi karena yang mengucapkan adalah
Ulama Besar dan orang ‘Alim, maka dipraktekkan oleh umat, dan subhanallah,
semua persoalan mereka selesai. Yang
negerinya kering berbulan-bulan bahkan bertahun tidak turun hujan, orang-orang
yang perniagaannya bangkrut, sepasang suami-isteri yang lama tidak punya anak,
setelah mempraktekkan apa yang diucapkan oleh Syaikh Hassan al Bashri, ternyata
benar, semua itu terkabul. Negeri yang
semula tidak pernah hujan, menjadi hujan deras bahkan menyuburkan tanah-tanah
mereka. Orang-orang yang semula
perniagaannya bangkrut, sekarang menjadi banyak keuntungan dan menjadi
sejahtera. Sepasang suami-isteri yang sudah lama menikah dan belum juga punya
anak, menjadi punya anak. Karena yang memberikan nasihat dan yang mengucap-kan
itu adalah Ulama Besar.
Kyai
Abdurrasyid Abdullah Syafi’i, beliau adalah anak dari Bapak Abdullah
Syafi’i, seorang ulama Besar dari Betawi
(Jakarta) pendiri Pondok Pesantren Asy Syafi’yah, memberikan amalan
sebagai berikut :
Astagfirullah hal’adzim, li
waliwalidaiya min jami’il ma’atsi wa dzunub, la haula wala quwwata illa bilahil
‘aliyil ‘adzim
(Aku memohon kepada Allah yang Maha Agung untuk diriku dan kedua
orangtuaku, dari banyaknya maksiat dan dosa, tidak ada daya-upaya kecuali
kepada Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung).
Kyai
Dr. Muslih Abdul Karim, pimpinan pesantren di Depok, mengatakan dan
membenarkan amalan yang diberikan oleh Kyai Abdulrasyid bin Abdullah
Syafi’i tersebut, karena itu berdasarkan Al Qur’an Surat Nuh ayat 10 – 12 :
فَقُلۡتُ اسۡتَغۡفِرُوۡا رَبَّكُمۡؕ اِنَّهٗ كَانَ
غَفَّارًا ۙ ﴿۱۰﴾ يُّرۡسِلِ السَّمَآءَ عَلَيۡكُمۡ مِّدۡرَارًا ۙ ﴿۱۱﴾
وَّيُمۡدِدۡكُمۡ بِاَمۡوَالٍ وَّبَنِيۡنَ وَيَجۡعَلۡ لَّـكُمۡ جَنّٰتٍ
وَّيَجۡعَلۡ لَّـكُمۡ اَنۡهٰرًا ؕ ﴿۱۲﴾
10. Maka aku katakan kepada
mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun-,
11.
Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,
12.
Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.
Istighfar adalah amalan (ucapan) yang
paling mudah dan ringan. Yaitu:
1. Astaghfirullahal
‘adzim. Atau yang lebih panjang :
2. Astaghfiurllahal
‘adzim wa atubu ilaih. Atau yang lebih panjang lagi :
3. Astaghfirullahal
‘adzim alladzi lailaha illa huwal hayyul qoyyum wa atubu ilaih.
Amalan tersebut sederhana diucapkan tetapi
hasilnya besar luar-biasa.
Betapapun banyaknya dosa kita, kalau kita
memohon ampun kepada Allah subhanahu
wata’ala, selama nyawa kita belum sampai tenggorokan karena menjelang sakaratulmaut, pasti akan dimpuni. Karena Allah Maha Pengampun. Tetapi bila
nyawa sudah sampai di tenggorokan, maka tidak ada ampun lagi.
Apa yang Allah subhanahu wata’ala berikan bila kita memohon ampun dengan membaca Istighfar, berdasarkan ayat tersebut adalah :
1. Akan turun hujan
yang lebat tetapi tidak menyebabkan banjir, tidak menyebabkan bencana,
sebaliknya akan membuat subur tanah. Dengan kata lain, siapa yang banyak Istighfar, maka ia akan dikabulkan apa
yang ia harap-harap.
2. Akan diberikan
harta yang melimpah.
3. Akan diberikan
anak-anak yang banyak.
4. Akan diberikan
oleh Allah subhanahu wata’ala, kebun-kebun dan sungai-sungai. Maksudnya, akan
diberikan sumber-sumber rezeki.
Demikianlah janji Allah subhanahu wata’ala, dan Allah tidak
pernah ingkar-janji. Dan semua itu benar-benar terjadi di sekitar kehidupan
kita. Banyak terbukti orang-orang yang
mengamalkan Istighfar (Banyak Istighfar)
terkabul apa yang menjadi harapannya. Ucapan ringan tetapi hasilnya luar-biasa.
Maka dianjurkan kepada kita sebanyak mungkin membaca Istighfar, dimana saja
kapan saja. Dalam Islam banyak amalan-amalan yang sepele, tetapi balasannya besar sekali. Silakan anda lakukan. Perbanyak Istighfar.
Kecuali Istighfar, perbanyak ber-Tasbih : Subhanallah
wabihamdihi, subhanallahil ‘adzim. (Mahasuci
Allah yang Maha Terpuji, Mahasuci Allah Yang Maha Agung). Akan lebih bagus lagi. Karena Tasbih tersebut adalah Tasbih
yang selalu diucapkan oleh para Malaikat Allah
subhanahu wata’ala bersemayam di ‘Arsy dan malaikat yang memikul
‘Arsy selalu membaca Tasbih tersebut. Dan Tasbih tersebut adalah dzikir yang
paling disukai oleh Allah subhanahu
wata’ala.
Maka sangat dianjurkan untuk memperbanyak
membaca Istighfar (Astagfirullahil ‘adzim) yang ringan tetapi dampaknya
(balasannya) luar biasa. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala dalam Surat
Nuh ayat 10 – 12 tersebut diatas.
Suatu saat, dalam riwayat, seorang sahabat
bernama Ibrahim bin ‘Aadin selesai
melaksanakan ibadah Haji di Mekkah, ia rindu dan ingin ke Masjidil Aqsha. Maka dibelilah satu koligram kurma di depan
Masjidil Haram untuk bekal dalam perjalanan menuju Masjidil Aqsha. Ketika kurma dibeli dan ditimbang dan
dibungkus ada sebiji kurma yang jatuh.
Lalu sebiji kurma itu dimakan oleh Ibrahim bin ‘Aadin. Ia mengira bahwa
sebiji kurma yang jatuh itu adalah termasuk yang ditimbang satu kilogram itu,
maka ia langsung memasukkan dalam mulutnya, dimakan.
Kemudian ia berjalan menuju Masjidil Aqsha
di Falistin, setelah empat bulan perjalanan sampailah ia di Masjidil
Aqsha. Kemudian ia melakukan sholat Tahiyatul
Masjid tepat di bawah Sakhra (kubah masjid), ketika ia
sedang sholat ia mendengar percakapan dua Malaikat : “Wahai saudaraku, lihat Ibrahim bin ‘Aadin sedang sholat, ia selalau
rajin beribadah dan do’anya selalu diterima oleh Allah subhanahu
wata’ala”. Malaikat satunya menjawab
: “Tetapi kali ini sholat dan ibadahnya
tidak ditrerima oleh Allah subhanahu wata’ala, karena ia telah memakan sebutir
kurma yang bukan haknya”.
Mendengar percakapan dua Malaikat
tersebut, Ibrahim bin’Aadin tekejut. Ia
ingat telah memakan satu butir kurma yang jatuh, ketika ia membeli kurma, ia
mengira itu kurma adalah termasuk yang ia beli dan sudah dibayar. Ternyata bukan.
Kurma tersebut adalah milik penjual kurma
yang tidak ikut ditimbang dan dibungkus. Selama empat bulan ibadah dan do’anya
tidak diterima oleh Allah subhanahu
wata’ala. Maka ia segera kembali ke Mekkah ingin menemui penjual kurma yang
empat bulan lalu ia beli.
Sampai di Mekkah di depan Masjidil Haram
empat bulan kemudian, dicarilah si penjual kurma tetapi tidak ditemukan. Yang
ia temukan adalah anak muda yang berjualan kurma di tempat Ibrahim bin ‘Aadin
delapan bulan yang lalu ia beli. Ia tanyakan : “Wahai anak muda, dimanakah
orang penjual kurma yang biasa berjualan di sini?”. Dijawab oleh anak muda
penjual kurma itu : “Dia sudah meninggal, dia adalah ayahku, maka aku
meneruskan usaha ayahku berjualan kurma di sini”.
Lalu diceritakan bahwa ia telah memakan
sebutir kurma yang jatuh, yang ternyata adalah milik penjual kurma yang dulu.
“Maka dengan ini aku minta dihalalkan sebutir kurma itu yang ternyata milik
ayahmu”.
Anak muda itu menjawab : “Aku halalkan
kurma yang telah Tuan makan, tetapi aku
tidak tahu dengan 11 orang saudaraku yang lain.
Apakah mereka juga akan menghalalkan?”. Rupanya anak muda itu adalah
salah seorang dari 12 anak penjual kurma
yang sudah meninggal. Maka Ibrahim bin ‘Aadin minta dipertemukan dengan 11 anak
saudara yang lain. Diantarkanlah,
satu-persatu anak penjual kurma dan satu-persatu diminta menghalalkan kurma
yang telah ia makan. Karena sebutir kurma yang telah ia makan itu tidak halal.
Setelah dihalalkan oleh semua anak penjual
kurma itu, maka Ibrahim bin’Aadin hatinya menjadi tenang, ia kembali lagi
menuju Masjidil Aqsha, lalu menempatkan dirinya di bawah Sakhra (Qubah masjid),
lalu ia sholat dan berdo’a dibawah Sakhra itu. Terdengar lagi dua
Malaikat yang berkata : “Ibarahim bin ‘Aadin datang lagi tetapi sekarang ibadah
dan do’anya diterima oleh Allah subhanahu
wata’ala, karena ia telah meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ia
makan”.
Bayangkan, seorang ulama seperti Ibrahim
bin ‘Aadin harus bolak-balik antara Mekkah dan Masjidil Aqsha berjalan
kaki selama delapan bulan, hanya untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang
telah ia makan tidak sengaja, agar ibadah dan do’anya bisa diterima oleh Allah subhanahu wata’ala.
Demikian itu merupakan pelajaran bagi kita
semua kaum muslimin dan muslimah jangan sampai kita dan keluarga memakan harta yang tidak halal.
Bila diatas disampaikan bahwa dengan Istighfar,
suatu amalan ringan (kecil) yang bisa berdampak (mendapat balasan) yang besar,
maka demikian pula dosa yang kelihatan kecil (memakan sebutir kurma yang bukan
haknya) akan berdampak besar, yaitu
seluruh ibadah dan do’anya tidak diterima oleh Allah subhanahu wata’ala.
Maka pesan kali ini sederhana agar dipraktekkan, yaitu :
1. Banyak Istighfar, dimana
saja, kapan saja, sebanyak mungkin.
2. Tidak memakan atau
memakai sesuatu barang dengan cara yang tidak halal.
Mudah-mudahan Allah subhanahu wata’ala mengampuni semua dosa-dosa kita, menerima segala
amal ibadah di bulan Romadhon 1438H ini, kita bertambah dekat dengan Allah dan
kita bisa melahirkan anak-anak yang sholih dan sholihah.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
___________
SEKILAS PROFILE :
Valentino Dinsi, SE, MM, MBA
Lulus dari Polteknik UI dan Fakultas Ekonomi UI serta memperolleh gelar MM dari PPM Business School (2001) dan gelar MBA dari Jakarta Institute of Management (1999), serta penerima beasiswa Program Doktoral dari Austin Texas University USA.
No comments:
Post a Comment