PENGAJIAN DHUHA MASJID
BAITUSSALAM
Hidup Ikhlas
Ustadz Rivai Usman
Jum’at, 8 Jumadil Awal 1436H –
27 Februari 2015
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Bahasan kali ini adalah tentang Hidup
Ikhlas. Agar hidup kita lebih senang,
bersahaja. Karena kita hidup bukan hanya
senang, tetapi terkadang juga susah, kadang panas kadang dingin, ada sempit ada
lapang, ada kaya ada miskin. Semua itu
harus kita jalani dengan sebaik-baiknya dan penuh ke-ikhlasan. Tidak sedikit-sedikit mengeluh, atau berkeluh-kesah.
Bagimana agar kita bisa meng-Ikhlaskan diri
kepada Allah subhanahu wata’ala.
Bagaimana agar kita bisa paham bahwa
kita tidak punya kuasa sama sekali, karena ada yang Maha Kuasa yang menentukan
segalanya, ialah Allah subhanahu wata’ala. Dan apa yang ditentukan Allah kepada
kita, itulah yang terbaik. Maka kita
diminta untuk Ikhlas.
Apakah Ikhlas ? Kalau kita buka
kitab tentang Ikhlas, ada lebih dari 300
pengertian tentang Ikhlas. Maka orang
bisa bingung seperti apakah Ikhlas yang sesungguhnya ? Tetapi setidaknya kita
bisa mengambil kata “Ikhlas” dari AlQur’an Surat
Al Ikhlash.
1. Katakanlah: "Dia-lah
Allah, yang Maha Esa.
2.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3.
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Kenapa disebut Surat Ikhlash ? Padahal tidak
ada kata “Ikhlash” di dalam Surat tersebut.
Ikhlas
adalah
nilai ketulusan, nilai kemurnian, hanya kepada Allah subhanahu wata’ala. Allah
adalah tempat bergantung segala sesuatu.
Minta rezki, minta kesembuhan, minta panas, minta dingin dan meminta
apapun hanya kepada Allah subhanahu
wata’ala. Tanpa perantara. Langsung kepada Allah subhanahu wata’ala.
Ketika hendak melakukan sholat, maka
niatnya harus Ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala. Demikian pula ketika
hendak melakukan ibadah-ibadah yang lain, maka niatnya harus Ikhlas karena
Allah subhanahu wata’ala. Lillahi Ta’ala.
Lihat Surat
An Nahl ayat 66 :
Dan
sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu.
Kami(Allah) memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang
meminumnya.
Susu yang berwarna
putih itu berasal dari perut bintang ternak, tidak ada sedikitpun pengaruh
darah dan kotoran binatang itu kepada susu. Baik warna dan baunya, tidak ada
sedikitpun pengaruhnya. Langsung bisa diminum, menyegarkan dan
menyehatkan. Itulah Ikhlas, bersih dan murni dari semua pengaruh luar.
Maka bagaimana membuat hidup ini Ikhlas
karena Allah subhanahu wata’ala,
tidak terpengaruh dari urusan duniawi.
Termasuk anda yang pergi ke masjid untuk mengaji di Majlis Ilmu
mendengarkan ilmu-ilmu Islam, adalah niat Ikhlas karena Allah Ta’ala. Tetapi bila kehadiran anda di Majlis tersebut
karena orang lain, misalnya karena atasan anda, maka itu bukan Ikhlas,
melainkan Riya, ada unsur syiriknya.
Dalam Hadits shahih, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Yang paling aku takuti dari umatku
adalah syirik kecil”.
Sahabat bertanya : “Apakah syrik kecil itu, ya Rasulullah ?”. Maka beliau menjawab : “Syirik kecil itu adalah Riya”.
(ingin dipuji, ingin dilihat orang, pamer).
Arti Hadits tersebut adalah: Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam sangat mengkhawatirkan bahwa umat
Islam dalam beribadah bukan karena Allah subhanahu
wata’ala, tetapi niat beribadhnya agar dipuji orang, ingin dilihat orang,
bukan karena Allah Ta’ala. Itulah Riya.
Imam
Ibnu Qoyyim Al Jauzi
berkata : Syarat diterima ibadah ada dua :
- Dikerjakan
dengan benar (Harus tahu ilmunya).
- Dikerjakan
dengan Ikhlas (Niat karena Allah subhanahu wata’ala, bukan karena yang
lain-lain).
Imam
Muhammad Mutawali Sya’rowi seorang Ahli Tafsir AlQur’an berkata:
Orang yang berpuasa karena ia sadar bahwa
itu diperintahkan oleh Allah subhanahau
wata’ala, maka ia berpuasa dengan Ikhlas. Orang melakukan Sholat Dhuha, karena ia sadar bahwa itu diperintahkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, maka
sholat Dhuha-nya adalah Ikhlas.
Kalau orang sholat Dhuha karena katanya
sholat itu membikin orang menjadi kaya, maka sholatnya itu tidak ikhlas. Kalau sholat karena ingin sehat, maka sholatnya
tidak ikhlas. Jadi sholat jangan karena ada embel-embel agar kaya, agar sehat,
dst. sholat yang demikian itu tidak
ikhlas. Sholat yang ikhlas adalah sholat karena Allah subhanahu wata’ala, bukan karena yang lain.
Hendaknya dimaklumi bahwa orang yang
membicarakan tentang Ikhlas berarti
ia orang yang Ikhlas, belum tentu. Ia
hanya seorang yang membicarakan teori Ikhlas.
Karena sesungguhnya Ikhlas itu
letaknya di hati tidak seorangpun tahu kecuali Allah subhanahau wata’ala.
Ikhlas adalah tanpa pamrih. Betulkah ?.
Kalau kita beribadah kepada Allah lalu
mengharapkan berkah kepada Allah subhanahu
wata’ala, ikhlaskah itu ? Mengharapkan pahala, mengharapkan surga dari
Allah, ikhlaskah ibadah kita ?
Dalam sebuah riwayat Hadits shahih,
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
bercerita tentang tiga orang yang sedang berjalan di sebuah hutan dan datanglah
waktu malam. Maka mereka masuk ke dalam
sebuah gua untuk bermalam.
Ketika mereka sudah masuk ke dalam gua,
tiba-tiba mulut gua tertutup oleh batu besar yang runtuh akibat hujan
deras. Esok harinya ketika mereka hendak
keluar gua, tidak bisa keluar karena pintu gua tertutup oleh batu besar yang
tidak mungin diangkat atau digeser oleh tiga orang itu. Terjebaklah mereka di dalam gua, tidak mungkin bisa keluar.
Karena sudah tidak mungkin bisa keluar
dari gua, maka mereka sepakat bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkan kecuali
Allah subhanahu wata’ala. Mereka
sepakat untuk berdoa dengan amal-sholehnya masing-masing.
Orang pertama berdo’a : “Ya Allah, aku
punya orangtua yang sudah tua. Setiap
hari aku tidak memberi makan kepada anak-isteriku, sebelum aku memberi makan
dan minum kepada orangtuaku yang sudah
tua-renta itu. Suatu hari aku pulang
terlambat sampai jauh malam baru sampai di rumah. Kemudian aku memerah susu
kemudian aku berikan kepada orangtuaku, ternyata orangtuaku sudah tidur. Aku tidak tega untuk membangunkannya.
Sementara itu anakku yang masih kecil
menangis, bangun dari tidurnya merengek-rengek minta minum susu, tetapi aku
tidak berikan kepada anakku itu, karena
susu dalam mangkuk itu aku sediakan untuk orangtuaku.. Sampai esok harinya
ketika orangtuku bangun tidur dan susu aku berikan untuk diminum orangtuaku. Ya Allah, bila amalku tersebut ikhlas karena
Engkau, bukakanlah pintu gua ini agar kami bisa keluar dari gua ini”.
Tiba-tiba batu bergeser, pintu gua terbuka
sedikit tetapi belum bisa untuk jalan keluar bagi tiga orang itu.
Orang kedua berdo’a : “Ya Allah, aku tertarik kepada seorang perempuan cantik, ia adalah saudara
sepupuku.. Aku sangat mencintainya dan pernah meminang kepadanya, tetapi ia menolak. Ia berterus-terang tidak mencintaiku. Setelah waktu berlalu setahun kemudian, suatu
hari anak pamanku itu datang dan berkata kepadaku untuk meminjam sejumlah uang,
karena orangtuanya sakit untuk berobat.
Ia sudah mencoba pinjam ke sana ke mari tetapi tidak ada seorangpun yang
bisa meminjami uang kepadanya. Maka ia dengan
sangat terpaksa mendatangiku untuk
meminjam uang.
Maka aku berkata kepada anak perempuan
itu, bahwa aku bisa memberikan uang yang ia butuhkan, tetapi ia harus bersedia
“berhubungan” dengan aku. Dengan sangat terpaksa ia bersedia.
Selanjutnya, ketika kami berdua sudah siap
untuk melakukan hubungan, ketika badanku sudah berada antara kedua pahanya,
tiba-tiba ia berkata: Wahai saudaraku, bertakwalah kepada Allah, takutlah
kepada Allah, jangan engkau lakukan kemaksiatan itu. Tiba-tiba aku sadar, aku takut kepada Allah subhanahu wata’ala dan aku batalkan
niatku untuk melakukan hubungan badan dengannya.
Dan uang pinjaman aku berikan semua
kepadanya tanpa aku minta kembali. Ya Allah, bila apa yang aku kerjakan karena
takut dan ikhlas karena Engkau, tolong bukakan pintu gua ini”.
Tiba-tiba batu besar itu bergeser sedikit,
pintu gua terbuka lebih lebar lagi, tetapi belum bisa dilewati, untuk keluar
dari gua.
Orang ketiga berdo’a : “Ya Allah, aku
seorang majikan yang mempunyai beberapa pegawai yang bekerja pada
perusahaanku. Suatu hari ketika aku
harus memberikan upah kepada pegawaiku, ada seorang yang tidak datang untuk
mengambil upahnya. Aku tunggu sampai beberapa hari bahkan beberapa bulan,
seorang pegawaiku itu tidak juga datang untuk mengambil uang upahnya.
Karena itu maka uang upah pegawaiku itu
aku belikan kambing dan aku suruh seseorang untuk memelihara. Ternyata beberapa
tahun kemudian kambing itu sudah beranak-pinak dan jumlahnya sudah banyak
sekali. Dan suatu hari pegawaiku itu datang untuk meminta haknya, yaitu upah
yang belum ia ambil ketika itu.
Kemudian aku katakan bahwa uang upahnya sudah aku belikan kambing dan
sekarang sudah menjadi banyak sekali jumlahnya,
kemudian aku tunjukkan kambing-kambing itu kepadanya. Maka ia ambil semua kambing itu tidak
seekorpun ditinggalkan. Ya Allah, bila amalku itu ikhlas karena Engkau, tolong
bukakan pintu gua ini agar kami bisa keluar dari gua ini”.
Maka batu besar itu tiba-tiba bergeser
lagi, dan pintu gua terbuka, sehingga ketiga orang itu bisa keluar dari gua,
selamatlah mereka.
Dari riwayat Hadits tersebut, artinya
ketika kita sudah berbuat amal-ibadah dengan ikhlas kepada Allah subhanahu
wata’ala, maka amal yang ikhlas itu bisa dibuat wasilah (jalan) memohon sesuatu kepada Allah subhanahu wata’ala. Karena itu memang merupakan perintah Allah subhanahu wata’ala.
Kesimpulannya, bahwa niat hati ketika
melaksanakan ibadah kepada Allah subhanahu
wata’ala dengan Ikhlas, adalah :
1. Mendekatkan diri
kepada Allah subhanahu wata’ala).
2.
Mengharap ganjaran, untuk mendapatkan surga dari Allah
subhanahu wata’ala.
Kiat
agar bisa menjadi orang Ikhlas.
1. Biasakan
(didawamkan) melakukan ibadah. Allah subhanahu
wata’ala mencintai amal yang di dawamkan (dirutinkan) meskipun sedikit.
Misalnya seseorang sodakoh hanya Rp 2000,- tetapi itu dilakukan setiap hari,
terus-menerus, itulah yang Allah cintai.
2. Mulailah dengan
amalan yang kecil/ringan. Kemudian semakin lama semakin
diperbesar/diperbanayak. Biasanya dari yang kecil-kecil, maka akan muncul
keinginan memperbesar/memperbanyak amalan tersebut.
3. Niat berikutnya
dalam hati kita : Besarkan Akhirat dan memperkecil urusan dunia.
4.
Landasilah apa yang kita kerjakan adalah ingin mendekatkan
diri kepada Allah subhanahu wata’ala
dengan melaksanakan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.
5.
Kunci Ikhlas : Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
6. Lihat Surat Ali
Imran ayat 31 dan 32 :
31.
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
32. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya;
jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
kafir".
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA
WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
____________
No comments:
Post a Comment