Translate

Thursday, March 5, 2015

Hidup Ikhlas, oleh : Ustadz Rivai Usman



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
  
Hidup Ikhlas
Ustadz Rivai Usman

 Jum’at,  8 Jumadil Awal 1436H – 27 Februari 2015
 
Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Bahasan kali ini adalah tentang Hidup Ikhlas.  Agar hidup kita lebih senang, bersahaja.  Karena kita hidup bukan hanya senang, tetapi terkadang juga susah, kadang panas kadang dingin, ada sempit ada lapang, ada kaya ada miskin.  Semua itu harus kita jalani dengan sebaik-baiknya dan penuh ke-ikhlasan. Tidak sedikit-sedikit mengeluh, atau berkeluh-kesah. Bagimana agar kita bisa meng-Ikhlaskan diri  kepada Allah subhanahu wata’ala.

Bagaimana agar kita bisa paham bahwa kita tidak punya kuasa sama sekali, karena ada yang Maha Kuasa yang menentukan segalanya, ialah Allah subhanahu wata’ala.  Dan apa yang ditentukan Allah kepada kita,  itulah yang terbaik. Maka kita diminta untuk Ikhlas.

Apakah Ikhlas ? Kalau kita buka kitab  tentang Ikhlas, ada lebih dari 300 pengertian tentang Ikhlas.  Maka orang bisa bingung seperti apakah Ikhlas yang sesungguhnya ? Tetapi setidaknya kita bisa mengambil kata “Ikhlas” dari AlQur’an Surat Al Ikhlash.
  
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Kenapa disebut Surat Ikhlash ? Padahal tidak ada kata “Ikhlash” di dalam Surat tersebut. 

Ikhlas adalah nilai ketulusan, nilai kemurnian, hanya kepada Allah subhanahu wata’ala.  Allah adalah tempat bergantung segala sesuatu.  Minta rezki, minta kesembuhan, minta panas, minta dingin dan meminta apapun hanya kepada Allah subhanahu wata’ala. Tanpa perantara. Langsung kepada Allah subhanahu wata’ala.

Ketika hendak melakukan sholat, maka niatnya harus Ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala. Demikian pula ketika hendak melakukan ibadah-ibadah yang lain, maka niatnya harus Ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala. Lillahi Ta’ala.

Lihat Surat An Nahl ayat 66 :

Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami(Allah) memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.

Susu yang berwarna putih itu berasal dari perut bintang ternak, tidak ada sedikitpun pengaruh darah dan kotoran binatang itu kepada susu. Baik warna dan baunya, tidak ada sedikitpun pengaruhnya. Langsung bisa diminum, menyegarkan dan menyehatkan.  Itulah Ikhlas, bersih dan murni dari semua pengaruh luar.

Maka bagaimana membuat hidup ini Ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala, tidak terpengaruh dari urusan duniawi.  Termasuk anda yang pergi ke masjid untuk mengaji di Majlis Ilmu mendengarkan ilmu-ilmu Islam, adalah niat Ikhlas karena Allah Ta’ala.  Tetapi bila kehadiran anda di Majlis tersebut karena orang lain, misalnya karena atasan anda, maka itu bukan Ikhlas, melainkan Riya, ada unsur syiriknya.

Dalam Hadits shahih, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Yang paling aku takuti dari umatku adalah syirik kecil”. 
Sahabat bertanya : “Apakah syrik kecil itu, ya Rasulullah ?”.  Maka beliau menjawab : “Syirik kecil itu adalah Riya”.  (ingin dipuji, ingin dilihat orang, pamer).

Arti Hadits tersebut adalah:   Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam sangat mengkhawatirkan bahwa umat Islam dalam beribadah bukan karena Allah subhanahu wata’ala, tetapi niat beribadhnya agar dipuji orang, ingin dilihat orang, bukan karena Allah Ta’ala. Itulah Riya.

Imam Ibnu Qoyyim Al Jauzi berkata : Syarat diterima ibadah ada dua :
-   Dikerjakan dengan benar (Harus tahu ilmunya).  
-  Dikerjakan dengan Ikhlas (Niat karena Allah subhanahu wata’ala, bukan karena yang lain-lain).

Imam Muhammad Mutawali Sya’rowi seorang Ahli Tafsir AlQur’an berkata:
Orang yang berpuasa karena ia sadar bahwa itu diperintahkan oleh Allah subhanahau wata’ala, maka ia berpuasa dengan Ikhlas.  Orang melakukan Sholat Dhuha, karena  ia sadar bahwa itu  diperintahkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, maka sholat Dhuha-nya adalah Ikhlas.

Kalau orang sholat Dhuha karena katanya sholat itu membikin orang menjadi kaya, maka sholatnya itu tidak ikhlas.  Kalau sholat karena ingin sehat, maka sholatnya tidak ikhlas. Jadi sholat jangan karena ada embel-embel agar kaya, agar sehat, dst.  sholat yang demikian itu tidak ikhlas. Sholat yang ikhlas adalah sholat karena Allah subhanahu wata’ala, bukan karena yang lain.

Hendaknya dimaklumi bahwa orang yang membicarakan tentang Ikhlas berarti ia orang yang Ikhlas, belum tentu.  Ia hanya seorang yang membicarakan teori Ikhlas.  Karena sesungguhnya Ikhlas itu letaknya di hati tidak seorangpun tahu kecuali Allah subhanahau wata’ala.

Ikhlas adalah tanpa pamrih. Betulkah ?.
Kalau kita beribadah kepada Allah lalu mengharapkan berkah kepada Allah subhanahu wata’ala, ikhlaskah itu ?  Mengharapkan pahala, mengharapkan surga dari Allah, ikhlaskah ibadah kita ?

Dalam sebuah riwayat Hadits shahih, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bercerita tentang tiga orang yang sedang berjalan di sebuah hutan dan datanglah waktu malam.  Maka mereka masuk ke dalam sebuah gua untuk bermalam.
Ketika mereka sudah masuk ke dalam gua, tiba-tiba mulut gua tertutup oleh batu besar yang runtuh akibat hujan deras.  Esok harinya ketika mereka hendak keluar gua, tidak bisa keluar karena pintu gua tertutup oleh batu besar yang tidak mungin diangkat atau digeser oleh tiga orang itu.  Terjebaklah mereka  di dalam gua, tidak mungkin bisa keluar.

Karena sudah tidak mungkin bisa keluar dari gua, maka mereka sepakat bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkan kecuali Allah subhanahu wata’ala. Mereka sepakat untuk berdoa dengan amal-sholehnya masing-masing.

Orang pertama berdo’a : “Ya Allah, aku punya orangtua yang sudah tua.  Setiap hari aku tidak memberi makan kepada anak-isteriku, sebelum aku memberi makan dan minum  kepada orangtuaku yang sudah tua-renta itu.  Suatu hari aku pulang terlambat sampai jauh malam baru sampai di rumah. Kemudian aku memerah susu kemudian aku berikan kepada orangtuaku, ternyata orangtuaku sudah tidur.  Aku tidak tega untuk membangunkannya. 

Sementara itu anakku yang masih kecil menangis, bangun dari tidurnya merengek-rengek minta minum susu, tetapi aku tidak  berikan kepada anakku itu, karena susu dalam mangkuk itu aku sediakan untuk orangtuaku.. Sampai esok harinya ketika orangtuku bangun tidur dan susu aku berikan untuk diminum orangtuaku.  Ya Allah, bila amalku tersebut ikhlas karena Engkau, bukakanlah pintu gua ini agar kami bisa keluar dari gua ini”.  
Tiba-tiba batu bergeser, pintu gua terbuka sedikit tetapi belum bisa untuk jalan keluar bagi tiga orang itu.

Orang kedua berdo’a : “Ya Allah,  aku tertarik kepada  seorang perempuan cantik, ia adalah saudara sepupuku.. Aku sangat mencintainya dan  pernah meminang kepadanya, tetapi ia menolak.   Ia berterus-terang tidak mencintaiku.  Setelah waktu berlalu setahun kemudian, suatu hari anak pamanku itu datang dan berkata kepadaku untuk meminjam sejumlah uang, karena orangtuanya sakit untuk berobat.  Ia sudah mencoba pinjam ke sana ke mari tetapi tidak ada seorangpun yang bisa meminjami uang kepadanya.  Maka ia dengan sangat terpaksa mendatangiku  untuk meminjam uang.

Maka aku berkata kepada anak perempuan itu, bahwa aku bisa memberikan uang yang ia butuhkan, tetapi ia harus bersedia “berhubungan” dengan aku. Dengan sangat terpaksa ia bersedia.

Selanjutnya, ketika kami berdua sudah siap untuk melakukan hubungan, ketika badanku sudah berada antara kedua pahanya, tiba-tiba ia berkata: Wahai saudaraku, bertakwalah kepada Allah, takutlah kepada Allah, jangan engkau lakukan kemaksiatan itu.   Tiba-tiba aku sadar, aku takut kepada Allah subhanahu wata’ala dan aku batalkan niatku untuk melakukan hubungan badan dengannya.
Dan uang pinjaman aku berikan semua kepadanya tanpa aku minta kembali. Ya Allah, bila apa yang aku kerjakan karena takut dan ikhlas karena Engkau, tolong bukakan pintu gua ini”.   

Tiba-tiba batu besar itu bergeser sedikit, pintu gua terbuka lebih lebar lagi, tetapi belum bisa dilewati, untuk keluar dari gua.

Orang ketiga berdo’a : “Ya Allah, aku seorang majikan yang mempunyai beberapa pegawai yang bekerja pada perusahaanku.  Suatu hari ketika aku harus memberikan upah kepada pegawaiku, ada seorang yang tidak datang untuk mengambil upahnya. Aku tunggu sampai beberapa hari bahkan beberapa bulan, seorang pegawaiku itu tidak juga datang untuk mengambil uang upahnya. 

Karena itu maka uang upah pegawaiku itu aku belikan kambing dan aku suruh seseorang untuk memelihara. Ternyata beberapa tahun kemudian kambing itu sudah beranak-pinak dan jumlahnya sudah banyak sekali. Dan suatu hari pegawaiku itu datang untuk meminta haknya, yaitu upah yang belum ia ambil ketika itu.   Kemudian aku katakan bahwa uang upahnya sudah aku belikan kambing dan sekarang sudah menjadi banyak sekali jumlahnya,  kemudian aku tunjukkan kambing-kambing itu kepadanya.  Maka ia ambil semua kambing itu tidak seekorpun ditinggalkan. Ya Allah, bila amalku itu ikhlas karena Engkau, tolong bukakan pintu gua ini agar kami bisa keluar dari gua ini”.   

Maka batu besar itu tiba-tiba bergeser lagi, dan pintu gua terbuka, sehingga ketiga orang itu bisa keluar dari gua, selamatlah mereka.

Dari riwayat Hadits tersebut, artinya ketika kita sudah berbuat amal-ibadah dengan ikhlas kepada Allah subhanahu wata’ala, maka amal yang ikhlas itu bisa dibuat wasilah (jalan) memohon sesuatu kepada Allah subhanahu wata’ala. Karena itu memang merupakan perintah Allah subhanahu wata’ala.

Kesimpulannya, bahwa niat hati ketika melaksanakan ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala dengan Ikhlas,  adalah :

1.     Mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala).
2.     Mengharap ganjaran, untuk mendapatkan surga dari Allah subhanahu wata’ala.

Kiat agar  bisa menjadi orang Ikhlas.
1.   Biasakan (didawamkan) melakukan ibadah. Allah subhanahu wata’ala mencintai amal yang di dawamkan (dirutinkan) meskipun sedikit. Misalnya seseorang sodakoh hanya Rp 2000,- tetapi itu dilakukan setiap hari, terus-menerus, itulah yang Allah cintai.
2.     Mulailah dengan amalan yang kecil/ringan. Kemudian semakin lama semakin diperbesar/diperbanayak. Biasanya dari yang kecil-kecil, maka akan muncul keinginan memperbesar/memperbanyak amalan tersebut.
3.     Niat berikutnya dalam hati kita : Besarkan Akhirat dan memperkecil urusan dunia.
4.     Landasilah apa yang kita kerjakan adalah ingin mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melaksanakan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.
5.     Kunci Ikhlas : Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
6.     Lihat Surat Ali Imran ayat 31 dan 32 :

31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

32. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                            ____________

No comments:

Post a Comment