Translate

Thursday, December 3, 2015

Perkembangan Muslim Di Eropa, oleh : Ustadz Agus Purwanto, Lc.



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM


Perkembangan Muslim Di Eropa
 Ustadz Agus Purwanto, Lc.

Jum’at,  8 Shofar 1437 H – 20 November 2015

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Sebagaimana kita ketahui bahwa bangsa Eropa pada umumnya cenderung untuk tidak menyukai anak (tidak ingin punya anak).  Dalam keluarga mereka, mereka lebih suka ber-interaksi dengan anjing atau hewan peliharaan lainnya dibandingkan berinteraksi dengan anggota keluarga atau anak-anak.  Akhirnya populasi orang Eropa kalah dengan orang-orang Islam yang apunya anak relatif banyak.  Populasi umat Islam di Eropa yang paling banyak adalah di Jerman dan Perancis. Termasuk juga Rusia.

Maka tahun 2010 ada sekitar 4,8 juta orang muslim di Jerman (5,8% dari penduduk Jerman).  Dan 4,7 juta orang Muslim di Perancis (7,5% dari jumlah penduduk Perancis).  Yang terbesar di Rusia, yaitu  ada 14 juta muslim ( 10% dari jumlah penduduk Rusia). 

Dalam beberapa dekade terakhir, penduduk muslim di Eropa tumbuh sekitar 1% setiap dekade dari 4% pada tahun 1990 dan menjadi 6% pada tahun 2010. Pola ini diperkirakan.akan berlanjut hingga tahun 2030 ketika umat Islam diproyeksikan untuk membuat 8% dari populasi penduduk di Eropa. Perkembangan populasi Muslim di Eropa luar-biasa.

Mereka kaum muslimin terus berinteraksi baik penduduk asli maupun orang muslim Imigran (pendatang), mereka saling hidup rukun, sehingga kondisi yang demikian itulah yang membuat populasi umat Islam terus berkembang di Eropa.

Pada  umumnya umur rata-rata umat muslim di Eropa lebih muda dibandingkan orang Eropa lainnya.  Tahun 2010 usia rata-rata muslim Eropa adalah 32 tahun, 8 tahun lebih muda dibandingkan  rata-rata semua orang Eropa yang 40 tahun. Sebaliknya usia rata-rata orang yang tidak ber-afiliasi agama di Eropa termasuk Atheis-Agnostik adalah 37 tahun.   Usia rata-rata orang Kristen (Eropa) rata-rata adalah 42 tahun. 

Jadi secara umur-pun Muslim di Eropa lebih muda dibanding rata-rata orang Eropa.  Anak-anak yang lahir dari seorang ibu muslimah, adalah luar-biasa. Muslim Eropa berasal dari negeri Serbia, Maroko, Turki, Bosnia, dll.   Mereka dengan kesungguhnannya hidup menjalankan Islam.   Rata-rata satu keluarga muslim dengan jumlah anak antara 4 - 6 orang anak.

Fakta selanjutnya menunjukkan bahwa pandangan terhadap Islam lebih bervariasi dibanyak Negara Eropa.   Mayoritas warga di  Perancis, Inggris dan Jerman mempunyai pandangan yang lebih menguntungkan bagi umat Islam.
Dua pandangan masyarakat terhadap muslim terjadi di Spanyol.  Sedangkan pandangan mayoritas negatif terhadap muslim ada di Itali, Yunani dan Polandia.

Pandangan positif dan negatif terhadap muslim selalu ada di manapun orang muslim itu bertempat-tinggal. Pandangan negatif terhadap Islam, betapapun baiknya Islam, maka pandangan itu tetap negatif.  Demikian pula ketika seseorang berinteraksi sesama muslim, orang yang tidak disukai, ketika ia melakukan kebaikan, tetap saja ia dinilai negatif. Itulah yang terjadi, dimana muslim selalu mendapatkan perlakuan diskriminasi, intimidasi dst.  Namun demikian Islam semakin ditekan, semakin berkembang.  Ibarat air yang ditepuk, maka justru cipratannya akan menyebar kemana-mana.  Itulah Islam,  semakin ditekan maka ia akan semakin ber-inovasi, berkembang, karena Allah subhanahu wata’ala yang menjaga Islam.

Itulah yang Allah berikan kepada kita umat Islam, bahwa Islam adalah agama Allah subhanahu wata’ala. Banyak tokoh yang masuk Islam mengatakan :  “Saya berbahagia mengenal Islam adalah karena Islam-nya, bukan karena orang Islam. Ketika orang mengenal Islam dari orangnya (Muslimnya) maka banyak yang kecewa. 
Karena banyak orang mengaku beragama Islam tetapi tidak sholat, tidak menjalankan aturan Islam. Mengaku Islam tetapi bohong (dusta), curang, menipu, korupsi, dst.
Tetapi ketika orang mengenal Islam dengan Islam yang benar, dari AlQur’an dan As Sunnah, maka ia akan mengenal Islam dengan sesungguhnya, seutuhnya.  

Sampai tahun 2010 Uni-Eropa merupakan tempat bagi sekitar 13 juta imigran muslim. Negara-negara Eropa sebenarnya tidak terlalu luas.  Negeri Belanda hanya sekitar Periangan (Jawa-Barat), Belgia, Jerman tidak lebih besar dari Pulau Jawa Dengan berkendaraan mobil, bisa melampaui beberapa Negara Eropa.  Dan bila dicermati, maka Eropa mempunyai potensi yang luar-biasa bagi perkembangan agama Islam.

Perkembangan Islam  di Eropa, melalui :

1.Imigran Muslim.
Islam berkembang di Eropa melalui imigran, melalui proses sistim penjajahan masa lalu, banyak muslim yang datang ke Eropa (Belanda) karena berkaitan dengan kolonisasi. Demikian pula Perancis, Belgia, Spanyol banyak muslim yang berasal dari negeri koloni mereka.  Mereka berinteraksi, lalu mendirikan rumah-rumah ibadah, dst.kemudian mendirikan komunitas Islam di Negara-negara Eropa.
Mereka banyak dari Maroko, Aljazair, Tunisia, Indonesia dll, mereka ber-potensial menyebarkan Islam di Eropa.

Muslim di Belanda sudah ada tiga generasi.  Banyak muslim yang datang ke negara-negara Eropa yang semula bertujuan untuk bekerja. Sehingga “Ke-Islaman” mereka kurang kental (murni).  Karena motivasinya adalah mencari nafkah. Tidak ada yang bertujuan untuk menyebarkan Islam di Eropa.

Setelah generasi pertama itu, maka datanglah generasi kedua dari mereka (muslim) dan mereka adalah anak-anak muda yang berpendidikan, lalu berinteraksi dengan orang-orang asli Eropa (Belanda), sehingga banyak dari mereka yang mendapatkan posisi, menjadi anak-anak yang pintar. Mereka berhasil masuk ke instansi-instansi, dst., sehingga mereka bisa menempati posisi-posisi penting.  Seperti misalnya Gubernur Rotterdam sekarang adalah berasal dari Maluku, generasi kedua.

Saat ini muslim di Eropa adalah generasi ketiga, yang berpendidikan lebih tinggi dibanding generasi kedua. Mereka masuk ke tempat bekerja, sehingga Islam lebih bisa berinteraksi dengan intensif dan akrab. 
Maka ada seorang teman muslim keturunan imigran  yang bisa bekerja di ABN Amro (perusahaan perbankan) di Belanda.  Direkturnya adalah orang Kristen, tetapi dengan komunikasi yang baik, ketika diterima lamaran kerjanya, ia (si muslim) berterus terang bahwa ia muslim, menjalan sholat lima-waktu dan setiap hari Jum’at harus sholat Jum’at di masjid, dst.dst.
Ternyata ia diterima dengan baik, bekerja di perusahaan itu, dan setiap hari Jum’at atasannya jutru mengingatkan untuk sholat Jum’at,  dan kalau perlu akan diantar sampai di mesjid dimana diadakan sholat Jum’at.

Sementara itu pada umumnya di kita (Muslim) ketika hendak bekerja di luar-negeri   tidak berterus terang menyertakan keterangan identitas kita sebagai muslim. Karena takut untuk menyatakan terus-terang siapa diri kita. Kita cenderung malu mengatakan bahwa kita seorang muslim.  Padahal bila kita berterus-terang mengaku sebagai muslim, mereka (orang-orang Eropa) itu justru menyediakan tempat untuk sholat.  Sedangkan bila kita diam saja, tidak mengaku sebagai seorang muslim, maka mereka juga tidak tahu bahwa kita muslim.  Maka kita tidak usah takut, risih dst. karena orang Eropa pada umumnya bersikap terbuka. 

Bahkan seharusnya kita sebagai muslim, hendaknya selalu menyebarkan salam. Setiap bertemu dengan siapa saja, ucapkan salam (Assalamu’alaikum). Orang Eropa-pun setiap bertemu dengan siapa saja selalu mengucapkan salam (Good morning, dst.).  Salam adalah do’a, bagi yang mengucapkan atau yang menjawabnya.

2.Pernikahan Campur.
Maksudnya, baik suami ataupun isteri adalah orang peribumi (Eropa). Banyak orang Maroko, Aljazair, Tunisia atau Indoneisa yang menikah dengan orang Eropa (Belanda, Perancis, Jerman, dst).   Sayangnya, kebanyakan pernikahan mereka itu bukan untuk membimbing pasangannya yang bukan Islam menjadi Islam.

Kebanyakan mereka menikah hanya untuk mencari identitas (KTP).  Mereka menikah beberapa waktu, setelah mendapatkan Visa atau identitas lain (KTP), lalu bercerai.  Banyak juga antara mereka menikah sesama jenis., hanya untuk sekedar mendapatkan identitas.  Orang Indonesia-pun banyak yang berbuat demikian itu. Baik itu dari kalangan TKI ataupun pelajar.

Sebabnya adalah : Yang bisa meng-cover  (memberikan) ke-Iamannya adalah mereka harus mencari lingkungan.  Maka bila anda mengirim putra-putri anda untuk melanjutkan studi atau bekerja ke Eropa,  carilah :

1.     Tempat tinggal (lingkungan) yang Islami.
2.     Dekat dengan masjid,
3.     Mudah mencari makanan halal. 

Ketiga syarat itu harus ditekankan kepada putra-putri anda.  Sebab bila tidak, maka mereka akan terbawa dengan gaya hidup Eropa yang sekuler (tidak kenal agama).
Banyak terjadi, mereka yang sikapnya “normal” dari Indonesia, sampai di Eropa, belajar/bekerja,  menikah-campur lalu menukar agamanya, karena hanya sekedar mencari identitas.

Kita jangan merasa bangga dengan putra-putri kita yang belajar di Eropa
Boleh bangga bila putra-putri anda belajar ke Eropa tetapi tetap dengan Ke-Islamannya. Karena  banyak juga putra-putri kita (anak Indonesia) yang mengajak pasangannya masuk Islam dan menjadi seorang muslim/muslimah yang baik.
Tentunya itu dilaksanakan dengan kemauan, kesungguhan dan kerja keras. Meskipun banyak juga kita yang ber-Islam tetapi hanya bersifat kognitif (wacana) saja.  Mengaku ingin belajar ini, ingin belajar itu, tetapi tidak ada tindakan (usaha).
Padahal yang diperlukan adalah kesungguhan berusaha. Kalau ada kesungguhan, pasti ada jalan.

3.Pelajar.  
Para pelajar (mahasiswa) yang datang ke Eropa dari Negara-negara Islam, Arab Saudi, Maroko, Tunisia, Indonesia, dst, memberi pengaruh  kepada kehidupan ke-agama-an di Eropa. Mereka banyak  ber-interaksi dengan warga setempat dan banyak orang-orang Eropa yang balajar tentang Islam, akhirnya mereka masuk Islam.  Dan yang demikian itu banyak jumlahnya.

Ternyata para pelajar tersebut ikut juga memberikan nuansa yang luar-biasa bagi perkembangan Islam di Eropa.  Perkembangan yang demikian itu memberikan sisi positip bagi Islam.   Sementara kita di Indonesia yang sudah Islam sejak lahir, tetapi sejauh mana kita memberikan sisi yang positif bagi Islam ?  Sudah berapa kalikah kita meng-khatam-kan AlQur’an ?  Sudah berapa Hadits yang kita hafal ? Sudah berapa banyak buku-buku Fiqih yang kita pelajari ?

Sebenarnya kita harus malu, karena kita Indonesia ini adalah Negara dengan penduduk mayoritas Islam. Banyak sekali di negeri kita ini sarana-sarana, kesempatan untuk belajar AlQur’an, Hadits, dan pelajaran Fiqih Islam, dst.
Bagaimana kita memberikan perhatian, sehingga waktu yang Allah berikan kepada kita akan kita gunakan untuk belajar Islam.
Misalnya dalam waktu sehari 24 jam kita mengatur waktu, untuk bekerja, untuk istirahat dan ada waktu setidaknya untuk membaca AlQur’an.  Kita yang harus mengatur waktu, bukan waktu mengatur kita.   Kalau memang kita disiplin bahwa saat-saat malam hari atau siang hari dipergunakan untuk membaca AlQur’an atau Hadits atau pelajaran agama (Fiqih),  pasti bisa.  Tetapi bila kita tidak bisa mengatur waktu maka hidup kita akan dihabiskan oleh urusan dunia saja.

Alangkah sayangnya kita sering mengabaikan waktu.  Ketika diperintah oleh boss untuk mengerjakan ini dan itu, langsung dijawab : “Siap,  Pak”.   Tetapi ketika mendengar kumandang Adzan (bahwa sudah masuk waktu sholat), hati kita berkata : “Nanti dulu, ah !”. dst.   Padahal panggilan yang tertinggi di dunia ini adalah : Allahu Akbat, Allahu Akbar!.  Bahwa itu adalah  waktu  untuk memenuhi panggilan Allah subhanahu wata’ala.  Tinggalkan yang lain kecuali sholat (berjamaah).

Pendekatan dakwah dengan ber-interaksi.
Kita berdakwah dengan penduduk sekitar kita adalah dengan berinteraksi. Baik dengan para orangtua maupun kepada anak-muda bahkan kepada anak-anak kecil sekalipun. Sebetulnya di antara anggota masyarakat itu sudah punya jati-diri, yaitu ketika masuk waktu sholat, mereka akan melakukan sholat. Selanjutnya tinggal kita tanamkan pada diri mereka bahwa kita adalah muslim, sebelum menjadi sesuatu kita lebih dahulu muslim.

Sebelum kita menjabat atau memegang kekuasaan, kita sudah muslim terlebih dahulu.  Jadi jangalah jabatan, kekuasaan lalu menghapuskan jati-diri kita sebagai seorang muslim.  Identitas Emas akan tetap Emas, walaupun ia ditemukan ditempat sampah. Demikianlah jati-diri seorang muslim, harus jelas, harus ditunjukkan bahwa kita seorang muslim. Tidak usah malu menjadi seorang muslim.

Sebagaimana ketika kita tinggal di negeri Eropa,  seorang muslim sholat di tanah lapang, atau di pinggir jalan, itu adalah biasa.  Di tempat-tempat keramaian, kita tetap melakukan sholat.  Tidak usah malu dan menunda-nunda waktu sholat, nanti saja di rumah, dst. Apalagi di Indonesia, sangat mudah mendapatkan tempat sholat (masjid, mushola), tidak ada alasan untuk menunda-nunda sholat.

Seharusnya kta bangga menjadi seorang muslim.  Karena seorang muslim akan selalu dijaga oleh Allah subhanahu wata’ala, di mana saja ia berada selalu diiringi oleh dua malaikat, selama ia tidak melakukan kemaksiatan.

Yaitu sejak kita keluar rumah dengan membaca do’a Bismillahitawakkaltu ‘alallah, dan selalu ber-dzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, pergi ke mana saja, dua malaikat akan selalu menjaga kita.   Dengan selalu berdzikir, maka kita selalu tenang, dimanapun kita berada.

Apalagi bila kita bangun malam dan sholat Tahajud, untuk berdialog dengan Allah subhanahu wata’ala, maka waktu itulah Allah akan memberikan keberkahan yang luar-biasa kepada kita baik di dunia maupun di Akhirat kelak.  Mengapa kita tidak bangun malam untuk Tahajud ? Alangkah sayangnya.
Maka cobalah kita memperbaiki diri kita terhadap Allah subhanahu wata’ala, dengan mendekatkan diri kepada-Nya.

Berdakwah dengan menjembatani komunitas.
Bagaimana berdakwah di kalangan anak muda ?. Kita harus berbaur dengan mereka terlebih dahulu. Ketika kami di negeri Belanda, ada sebuah masjid  orang Turki di mana di lantai atas  mesjid diadakan semacam Kafeteria, di mana ada bilyar, ada parabola untuk menonton televisi, dengan maksud agar anak-anak muda tidak usah pergi ke tempat-tempat hiburan, maksiat dan sebagainya,  tetapi cukup berkumpul di lantai atas  mesjid itu. 

Ternyata banyak anak-anak muda yang berkumpul, meskipun mula-mula mereka tidak sholat, tetapi mereka berkumpul makan-minum, main bilyar, menonton pertandingan sepakbola di  layar TV yang lebar yang disediakan oleh pengurus masjid.  Karena sering melihat orang sholat berjamaah di masjid itu, semakin lama semakin mereka tertarik untuk melakukan ikut sholat berjamaah di masjid Turki itu.  Dan banyak di antara mereka yang masuk Islam.

Para pengurus masjid itu berinisiatif demikian dengan maksud agar anak-anak muda tertarik kepada Islam, melihat orang sholat, melihat orang beraktivitas Islam, sehingga mereka tertarik dengan Islam dan akhirnya mereka masuk Islam.  Tentunya dengan idzin Allah subhanahu wata’ala.

Demikianlah para pengurus masjid Turki itu memikirkan generasi muda mereka, mereka mencari cara bagaimana agar bisa mendidik generasi berikutnya untuk bisa menjadi muslim. Mereka berdakwah dengan cara inovatif, tidak dengan cara-cara yang membosankan.  Mereka menjadikan dakwah adalah  Fun, dakwah adalah seni, yaitu seni bagaimana bergaul dengan masyarakat, sehingga masyarakat tertarik untuk masuk Islam, menjadi muslim.

Bahwa kita sebagai muslim bertanggung jawab untuk mengajak saudara-saudara kita atau siapa saja untuk mengenal Allah subhanahu wata’ala.  Demikianlah saudara-saudara kita mengenalkan Islam, berdakwah dengan inovatif, tidak melalui kekerasan dan bisa diterima oleh masyarakat sekeliling. Meskipun mereka tinggal di negera Eropa, tetapi mereka tetap yakin bahwa Islam adalah agama yang benar.

Islam adalah identitas, kemanapun kita pergi,  di manapun kita berada kita tetap seorang muslim. Tidak perlu takut, tidak perlu ragu atau khawatir dengan ke-Islaman kita. Kita tetap dengan aktifitas sebagai seorang muslim, makan-minum memilih yang yang halal, sholat, ber-akhlak mulia dan mengerjakan ibadah-ibadah yang lain. Dan ternyata di kota Utrecht (Belanda) ada sebuah masjid yang baru  selesai dibangun oleh orang-orang Arab dan Turki, dan sudah dibolehkan menyuarakan Adzan dengan speaker.  Dan di sekitarnya  dengan mudah mendapatkan makanan yang halal. Itulah antara lain hasil dakwah secara inovatif.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                             ___________

No comments:

Post a Comment