PENGAJIAN DHUHA MASJID
BAITUSSALAM
Perkembangan Muslim Di Eropa
Ustadz Agus Purwanto, Lc.
Jum’at,
8 Shofar 1437 H – 20 November 2015
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Sebagaimana kita ketahui bahwa bangsa
Eropa pada umumnya cenderung untuk tidak menyukai anak (tidak ingin punya anak). Dalam keluarga mereka, mereka lebih suka
ber-interaksi dengan anjing atau hewan peliharaan lainnya dibandingkan berinteraksi
dengan anggota keluarga atau anak-anak. Akhirnya
populasi orang Eropa kalah dengan orang-orang Islam yang apunya anak relatif banyak. Populasi umat Islam di Eropa yang paling banyak
adalah di Jerman dan Perancis. Termasuk juga Rusia.
Maka tahun 2010 ada sekitar 4,8 juta
orang muslim di Jerman (5,8% dari penduduk Jerman). Dan 4,7 juta orang Muslim di Perancis (7,5%
dari jumlah penduduk Perancis). Yang
terbesar di Rusia, yaitu ada 14 juta
muslim ( 10% dari jumlah penduduk Rusia).
Dalam beberapa dekade terakhir, penduduk
muslim di Eropa tumbuh sekitar 1% setiap dekade dari 4% pada tahun 1990 dan
menjadi 6% pada tahun 2010. Pola ini diperkirakan.akan berlanjut hingga tahun
2030 ketika umat Islam diproyeksikan untuk membuat 8% dari populasi penduduk di
Eropa. Perkembangan populasi Muslim di Eropa luar-biasa.
Mereka kaum muslimin terus berinteraksi
baik penduduk asli maupun orang muslim Imigran (pendatang), mereka saling hidup
rukun, sehingga kondisi yang demikian itulah yang membuat populasi umat Islam
terus berkembang di Eropa.
Pada umumnya umur rata-rata umat muslim di Eropa
lebih muda dibandingkan orang Eropa lainnya. Tahun 2010 usia rata-rata muslim Eropa adalah
32 tahun, 8 tahun lebih muda dibandingkan
rata-rata semua orang Eropa yang 40 tahun. Sebaliknya usia rata-rata
orang yang tidak ber-afiliasi agama di Eropa termasuk Atheis-Agnostik adalah 37
tahun. Usia rata-rata orang Kristen
(Eropa) rata-rata adalah 42 tahun.
Jadi secara umur-pun Muslim di Eropa
lebih muda dibanding rata-rata orang Eropa.
Anak-anak yang lahir dari seorang ibu muslimah, adalah luar-biasa.
Muslim Eropa berasal dari negeri Serbia, Maroko, Turki, Bosnia, dll. Mereka dengan kesungguhnannya hidup
menjalankan Islam. Rata-rata satu
keluarga muslim dengan jumlah anak antara 4 - 6 orang anak.
Fakta selanjutnya menunjukkan bahwa
pandangan terhadap Islam lebih bervariasi dibanyak Negara Eropa. Mayoritas warga di Perancis, Inggris dan Jerman mempunyai
pandangan yang lebih menguntungkan bagi umat Islam.
Dua
pandangan masyarakat
terhadap muslim terjadi di Spanyol.
Sedangkan pandangan mayoritas negatif terhadap muslim ada di Itali,
Yunani dan Polandia.
Pandangan positif dan negatif terhadap
muslim selalu ada di manapun orang muslim itu bertempat-tinggal. Pandangan
negatif terhadap Islam, betapapun baiknya Islam, maka pandangan itu tetap
negatif. Demikian pula ketika seseorang
berinteraksi sesama muslim, orang yang tidak disukai, ketika ia melakukan
kebaikan, tetap saja ia dinilai negatif. Itulah yang terjadi, dimana muslim
selalu mendapatkan perlakuan diskriminasi, intimidasi dst. Namun demikian Islam semakin ditekan, semakin
berkembang. Ibarat air yang ditepuk,
maka justru cipratannya akan menyebar kemana-mana. Itulah Islam,
semakin ditekan maka ia akan semakin ber-inovasi, berkembang, karena
Allah subhanahu wata’ala yang menjaga
Islam.
Itulah yang Allah berikan kepada kita
umat Islam, bahwa Islam adalah agama Allah subhanahu
wata’ala. Banyak tokoh yang masuk Islam mengatakan : “Saya berbahagia mengenal Islam adalah karena Islam-nya, bukan karena orang Islam.
Ketika orang mengenal Islam dari orangnya (Muslimnya) maka banyak yang
kecewa.
Karena banyak orang mengaku beragama
Islam tetapi tidak sholat, tidak menjalankan aturan Islam. Mengaku Islam tetapi
bohong (dusta), curang, menipu, korupsi, dst.
Tetapi ketika orang mengenal Islam
dengan Islam yang benar, dari AlQur’an dan As Sunnah, maka ia akan mengenal
Islam dengan sesungguhnya, seutuhnya.
Sampai tahun 2010 Uni-Eropa merupakan
tempat bagi sekitar 13 juta imigran muslim. Negara-negara Eropa sebenarnya
tidak terlalu luas. Negeri Belanda hanya
sekitar Periangan (Jawa-Barat), Belgia, Jerman tidak lebih besar dari Pulau Jawa
Dengan berkendaraan mobil, bisa melampaui beberapa Negara Eropa. Dan bila dicermati, maka Eropa mempunyai
potensi yang luar-biasa bagi perkembangan agama Islam.
Perkembangan
Islam di Eropa, melalui :
1.Imigran
Muslim.
Islam berkembang di Eropa melalui
imigran, melalui proses sistim penjajahan masa lalu, banyak muslim yang datang
ke Eropa (Belanda) karena berkaitan dengan kolonisasi. Demikian pula Perancis,
Belgia, Spanyol banyak muslim yang berasal dari negeri koloni mereka. Mereka berinteraksi, lalu mendirikan
rumah-rumah ibadah, dst.kemudian mendirikan komunitas Islam di Negara-negara
Eropa.
Mereka banyak dari Maroko, Aljazair, Tunisia, Indonesia dll, mereka ber-potensial
menyebarkan Islam di Eropa.
Muslim di Belanda sudah ada tiga
generasi. Banyak muslim yang datang ke
negara-negara Eropa yang semula bertujuan untuk bekerja. Sehingga “Ke-Islaman”
mereka kurang kental (murni). Karena
motivasinya adalah mencari nafkah. Tidak ada yang bertujuan untuk menyebarkan
Islam di Eropa.
Setelah generasi pertama itu, maka
datanglah generasi kedua dari mereka (muslim) dan mereka adalah anak-anak muda
yang berpendidikan, lalu berinteraksi dengan orang-orang asli Eropa (Belanda), sehingga
banyak dari mereka yang mendapatkan posisi, menjadi anak-anak yang pintar. Mereka
berhasil masuk ke instansi-instansi, dst., sehingga mereka bisa menempati
posisi-posisi penting. Seperti misalnya
Gubernur Rotterdam sekarang adalah berasal dari Maluku, generasi kedua.
Saat ini muslim di Eropa adalah generasi
ketiga, yang berpendidikan lebih tinggi dibanding generasi kedua. Mereka masuk
ke tempat bekerja, sehingga Islam lebih bisa berinteraksi dengan intensif dan
akrab.
Maka ada seorang teman muslim keturunan
imigran yang bisa bekerja di ABN Amro
(perusahaan perbankan) di Belanda.
Direkturnya adalah orang Kristen, tetapi dengan komunikasi yang baik,
ketika diterima lamaran kerjanya, ia (si muslim) berterus terang bahwa ia
muslim, menjalan sholat lima-waktu dan setiap hari Jum’at harus sholat Jum’at
di masjid, dst.dst.
Ternyata ia diterima dengan baik,
bekerja di perusahaan itu, dan setiap hari Jum’at atasannya jutru mengingatkan
untuk sholat Jum’at, dan kalau perlu
akan diantar sampai di mesjid dimana diadakan sholat Jum’at.
Sementara itu pada umumnya di kita
(Muslim) ketika hendak bekerja di luar-negeri
tidak berterus terang menyertakan keterangan identitas kita sebagai
muslim. Karena takut untuk menyatakan terus-terang siapa diri kita. Kita
cenderung malu mengatakan bahwa kita seorang muslim. Padahal bila kita berterus-terang mengaku
sebagai muslim, mereka (orang-orang Eropa) itu justru menyediakan tempat untuk
sholat. Sedangkan bila kita diam saja,
tidak mengaku sebagai seorang muslim, maka mereka juga tidak tahu bahwa kita muslim. Maka kita tidak usah takut, risih dst. karena
orang Eropa pada umumnya bersikap terbuka.
Bahkan seharusnya kita sebagai muslim,
hendaknya selalu menyebarkan salam. Setiap bertemu dengan siapa saja, ucapkan
salam (Assalamu’alaikum). Orang
Eropa-pun setiap bertemu dengan siapa saja selalu mengucapkan salam (Good morning, dst.). Salam adalah do’a, bagi yang mengucapkan atau
yang menjawabnya.
2.Pernikahan
Campur.
Maksudnya, baik suami ataupun isteri
adalah orang peribumi (Eropa). Banyak orang Maroko, Aljazair, Tunisia atau
Indoneisa yang menikah dengan orang Eropa (Belanda, Perancis, Jerman,
dst). Sayangnya, kebanyakan pernikahan
mereka itu bukan untuk membimbing pasangannya yang bukan Islam menjadi Islam.
Kebanyakan mereka menikah hanya untuk
mencari identitas (KTP). Mereka menikah
beberapa waktu, setelah mendapatkan Visa atau identitas lain (KTP), lalu
bercerai. Banyak juga antara mereka
menikah sesama jenis., hanya untuk sekedar mendapatkan identitas. Orang Indonesia-pun banyak yang berbuat
demikian itu. Baik itu dari kalangan TKI ataupun pelajar.
Sebabnya adalah : Yang bisa meng-cover
(memberikan) ke-Iamannya adalah
mereka harus mencari lingkungan. Maka
bila anda mengirim putra-putri anda untuk melanjutkan studi atau bekerja ke Eropa, carilah :
1.
Tempat
tinggal (lingkungan) yang Islami.
2.
Dekat
dengan masjid,
3.
Mudah
mencari makanan halal.
Ketiga syarat itu harus ditekankan
kepada putra-putri anda. Sebab bila
tidak, maka mereka akan terbawa dengan gaya hidup Eropa yang sekuler (tidak kenal agama).
Banyak terjadi, mereka yang sikapnya
“normal” dari Indonesia, sampai di Eropa, belajar/bekerja, menikah-campur lalu menukar agamanya, karena
hanya sekedar mencari identitas.
Kita jangan merasa bangga dengan putra-putri
kita yang belajar di Eropa
Boleh bangga bila putra-putri anda
belajar ke Eropa tetapi tetap dengan Ke-Islamannya. Karena banyak juga putra-putri kita (anak Indonesia)
yang mengajak pasangannya masuk Islam dan menjadi seorang muslim/muslimah yang
baik.
Tentunya itu dilaksanakan dengan
kemauan, kesungguhan dan kerja keras. Meskipun banyak juga kita yang ber-Islam
tetapi hanya bersifat kognitif (wacana)
saja. Mengaku ingin belajar ini, ingin
belajar itu, tetapi tidak ada tindakan (usaha).
Padahal yang diperlukan adalah kesungguhan
berusaha. Kalau ada kesungguhan, pasti ada jalan.
3.Pelajar.
Para pelajar (mahasiswa) yang datang ke
Eropa dari Negara-negara Islam, Arab Saudi, Maroko, Tunisia, Indonesia, dst,
memberi pengaruh kepada kehidupan
ke-agama-an di Eropa. Mereka banyak
ber-interaksi dengan warga setempat dan banyak orang-orang Eropa yang
balajar tentang Islam, akhirnya mereka masuk Islam. Dan yang demikian itu banyak jumlahnya.
Ternyata para pelajar tersebut ikut juga
memberikan nuansa yang luar-biasa bagi perkembangan Islam di Eropa. Perkembangan yang demikian itu memberikan
sisi positip bagi Islam. Sementara kita
di Indonesia yang sudah Islam sejak lahir, tetapi sejauh mana kita memberikan
sisi yang positif bagi Islam ? Sudah
berapa kalikah kita meng-khatam-kan AlQur’an ? Sudah berapa Hadits yang kita hafal ? Sudah
berapa banyak buku-buku Fiqih yang kita pelajari ?
Sebenarnya kita harus malu, karena kita
Indonesia ini adalah Negara dengan penduduk mayoritas Islam. Banyak sekali di
negeri kita ini sarana-sarana, kesempatan untuk belajar AlQur’an, Hadits, dan pelajaran Fiqih Islam, dst.
Bagaimana kita memberikan perhatian,
sehingga waktu yang Allah berikan kepada kita akan kita gunakan untuk belajar
Islam.
Misalnya dalam waktu sehari 24 jam kita
mengatur waktu, untuk bekerja, untuk istirahat dan ada waktu setidaknya untuk
membaca AlQur’an. Kita yang harus
mengatur waktu, bukan waktu mengatur kita.
Kalau memang kita disiplin bahwa saat-saat malam hari atau siang hari
dipergunakan untuk membaca AlQur’an atau Hadits atau pelajaran agama
(Fiqih), pasti bisa. Tetapi bila kita tidak bisa mengatur waktu
maka hidup kita akan dihabiskan oleh urusan dunia saja.
Alangkah sayangnya kita sering
mengabaikan waktu. Ketika diperintah
oleh boss untuk mengerjakan ini dan itu, langsung dijawab : “Siap, Pak”.
Tetapi ketika mendengar kumandang Adzan (bahwa sudah masuk waktu
sholat), hati kita berkata : “Nanti dulu, ah !”. dst. Padahal panggilan yang tertinggi di dunia
ini adalah : Allahu Akbat, Allahu Akbar!.
Bahwa itu adalah waktu untuk memenuhi panggilan Allah subhanahu wata’ala. Tinggalkan yang lain kecuali sholat
(berjamaah).
Pendekatan
dakwah dengan ber-interaksi.
Kita berdakwah dengan penduduk sekitar kita
adalah dengan berinteraksi. Baik dengan para orangtua maupun kepada anak-muda
bahkan kepada anak-anak kecil sekalipun. Sebetulnya di antara anggota
masyarakat itu sudah punya jati-diri, yaitu ketika masuk waktu sholat, mereka
akan melakukan sholat. Selanjutnya tinggal kita tanamkan pada diri mereka bahwa
kita adalah muslim, sebelum menjadi sesuatu kita lebih dahulu muslim.
Sebelum kita menjabat atau memegang
kekuasaan, kita sudah muslim terlebih dahulu. Jadi jangalah jabatan, kekuasaan lalu
menghapuskan jati-diri kita sebagai seorang muslim. Identitas Emas akan tetap Emas,
walaupun ia ditemukan ditempat sampah. Demikianlah jati-diri seorang muslim,
harus jelas, harus ditunjukkan bahwa kita seorang muslim. Tidak usah malu
menjadi seorang muslim.
Sebagaimana ketika kita tinggal di
negeri Eropa, seorang muslim sholat di
tanah lapang, atau di pinggir jalan, itu adalah biasa. Di tempat-tempat keramaian, kita tetap
melakukan sholat. Tidak usah malu dan
menunda-nunda waktu sholat, nanti saja di rumah, dst. Apalagi di Indonesia,
sangat mudah mendapatkan tempat sholat (masjid, mushola), tidak ada alasan
untuk menunda-nunda sholat.
Seharusnya kta bangga menjadi seorang
muslim. Karena seorang muslim akan selalu dijaga oleh Allah subhanahu wata’ala, di mana saja ia
berada selalu diiringi oleh dua malaikat, selama ia tidak melakukan
kemaksiatan.
Yaitu sejak kita keluar rumah dengan
membaca do’a Bismillahitawakkaltu ‘alallah, dan selalu ber-dzikir kepada
Allah subhanahu wata’ala, pergi ke
mana saja, dua malaikat akan selalu
menjaga kita. Dengan selalu berdzikir,
maka kita selalu tenang, dimanapun kita berada.
Apalagi bila kita bangun malam dan sholat Tahajud, untuk berdialog dengan
Allah subhanahu wata’ala, maka waktu
itulah Allah akan memberikan keberkahan
yang luar-biasa kepada kita baik
di dunia maupun di Akhirat kelak.
Mengapa kita tidak bangun malam untuk Tahajud ? Alangkah sayangnya.
Maka cobalah kita memperbaiki diri kita
terhadap Allah subhanahu wata’ala,
dengan mendekatkan diri kepada-Nya.
Berdakwah
dengan menjembatani komunitas.
Bagaimana berdakwah di kalangan anak
muda ?. Kita harus berbaur dengan mereka terlebih dahulu. Ketika kami di negeri
Belanda, ada sebuah masjid orang Turki
di mana di lantai atas mesjid diadakan
semacam Kafeteria, di mana ada bilyar, ada parabola untuk menonton televisi,
dengan maksud agar anak-anak muda tidak usah pergi ke tempat-tempat hiburan,
maksiat dan sebagainya, tetapi cukup
berkumpul di lantai atas mesjid
itu.
Ternyata banyak anak-anak muda yang
berkumpul, meskipun mula-mula mereka tidak sholat, tetapi mereka berkumpul
makan-minum, main bilyar, menonton pertandingan sepakbola di layar TV yang lebar yang disediakan oleh
pengurus masjid. Karena sering melihat
orang sholat berjamaah di masjid itu, semakin lama semakin mereka tertarik
untuk melakukan ikut sholat berjamaah di masjid Turki itu. Dan banyak di antara mereka yang masuk Islam.
Para pengurus masjid itu berinisiatif
demikian dengan maksud agar anak-anak muda tertarik kepada Islam, melihat orang
sholat, melihat orang beraktivitas Islam, sehingga mereka tertarik dengan Islam
dan akhirnya mereka masuk Islam.
Tentunya dengan idzin Allah subhanahu
wata’ala.
Demikianlah para pengurus masjid Turki
itu memikirkan generasi muda mereka, mereka mencari cara bagaimana agar bisa
mendidik generasi berikutnya untuk bisa menjadi muslim. Mereka berdakwah dengan
cara
inovatif, tidak dengan cara-cara yang membosankan. Mereka menjadikan dakwah adalah Fun, dakwah adalah seni, yaitu seni
bagaimana bergaul dengan masyarakat, sehingga masyarakat tertarik untuk masuk
Islam, menjadi muslim.
Bahwa kita sebagai muslim bertanggung
jawab untuk mengajak saudara-saudara kita atau siapa saja untuk mengenal Allah subhanahu wata’ala.
Demikianlah saudara-saudara kita mengenalkan Islam, berdakwah dengan inovatif,
tidak melalui kekerasan dan bisa diterima oleh masyarakat sekeliling. Meskipun
mereka tinggal di negera Eropa, tetapi mereka tetap yakin bahwa Islam adalah
agama yang benar.
Islam
adalah identitas,
kemanapun kita pergi, di manapun kita
berada kita tetap seorang muslim. Tidak perlu takut, tidak perlu ragu atau
khawatir dengan ke-Islaman kita. Kita tetap dengan aktifitas sebagai seorang
muslim, makan-minum memilih yang yang halal, sholat, ber-akhlak mulia dan
mengerjakan ibadah-ibadah yang lain. Dan ternyata di kota Utrecht (Belanda) ada sebuah masjid yang baru selesai dibangun oleh orang-orang Arab dan
Turki, dan sudah dibolehkan menyuarakan Adzan dengan speaker. Dan di sekitarnya dengan mudah mendapatkan makanan yang halal. Itulah
antara lain hasil dakwah secara inovatif.
Sekian bahasan, mudah-mudahan
bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
___________
No comments:
Post a Comment