Translate

Thursday, November 19, 2015

Sifat Ar Rahman Allah Swt (Bahasan ke-7), oleh : Ustadz Hendri Tanjung, Ph.D.



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
                            
Sifat Ar Rahman Allah Swt
(Bahasan ke-7)
Ustadz Hendri Tanjung, Ph.D.

Jum’at,  10 Muharram 1437H – 23 Oktober 2015

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,

Bahasan tentang Sifat Arrahman Allah subhanahu wata’ala kali ini adalah bahasan ke-7 yaitu bagaimana Sifat Arrahman Allah subhanahu wata’ala sehingga menjadikan keseimbangan dalam Matematika.  Dalam kehidupan sehari-hari segala kegiatan manusia,  ternyata selalu berkaitan dengan Matematika. Sementara  banyak anak sekolah yang tidak suka dengan pelajaran Matematika.  Itu hanya disebabkan karena para pengajar tidak tahu cara mengajarkan agar matematika menarik dan disukai.

Bagi para pengajar matematika yang pandai mengajarkan kepada siswa(murid) , dengan metode yang tepat, maka Matematika akan disukai oleh para siswa peserta didik.  Padahal dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada urusan tanpa terkait dengan matematika.  Orang yang butahuruf-pun akan menggunakan ilmu matematika dalam kehidupannya sehari-hari. Misalnya ia diberi uang, pasti ia bisa menghitung. Dengan menghitung, membelanjakan, mengurangi, menambah dan mengalikan jumlah uang itu, berarti ia sudah melaksanakan ilmu matematika.

Angka dan bilangan selalu terkait dengan kehidupan manusia sehari-hari. Maka bagaimana Allah subhanahu wata’ala menciptakan Matematika dan kita lihat bagaimana keseimbangan yang Allah ciptakan.
Kalimat “Arrahman” selalu tercantum dalam banyak ayat AlQur’an. Ayat “Bismillahirrohmanirrohim” terdiri dari 19 huruf Hijaiyah (Arab). Kalimat “Arrahman” dalam Basmalah merupakan kalimat ke-3 dan merupakan kalimat “Arrahman” yang pertama dalam AlQur’an.

Kata “Arrahman” dalam AlQur’an disebutkan 57 kali.  Angka tersebut didapat dari angka 19 X 3 = 57.    Angka 19 adalah jumlah huruf  dalam kalimat Bismillahirrohamnirrohim dan angka 3 merupakan urutan kata “Arrahman”dalam Bismillahirrohmanirrohim. Maka AlQur’an tidak bisa dipalsukan, karena keteraturannya sampai kepada angka-angka huruf dan kalimat, berapa kali disebutkan dalam AlQur’an, sesuai dengan keteraturan Matematika.

Sebagai salah satu bukti betapa Sifat Arrahman Allah kepada kita manusia, maka diturunkan Kitab (AlQur’an) yang tidak mungkin bisa dipalsukan oleh siapapun, disamping ada jutaan orang yang Hafidz (hafal) AlQur’an, tetapi juga adanya keteraturan susunan di dalamnya.

Jumlah kalimat “Arrahman” (Maha Pemurah) dalam AlQur’an ada 57.  Dimulai dari ayat Bismillahirrohmanirrohim.

Misalnya, Surat Yaasin ayat 11 :
إِنَّمَا تُنذِرُ مَنِ ٱتَّبَعَ ٱلذِّڪۡرَ وَخَشِىَ ٱلرَّحۡمَـٰنَ بِٱلۡغَيۡبِۖ فَبَشِّرۡهُ بِمَغۡفِرَةٍ۬ وَأَجۡرٍ۬ ڪَرِيمٍ (١١)

Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah walaupun Dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.

Juga ada 57 kalimat “Arrahman” (Maha Pemurah) dalam AlQur’an, tersebar di berbagai Surat.  Penyebutan “Arrahman” yang ke-19 , terdapat dalam Surat ke-19 (Surat Maryam) Apakah itu kebetulan? Tidak. Allah subhanahu wata’ala menciptakan AlQur’an bukan kebetulan.  Semua sudah dibuat dalam satu keteraturan yang Allah ciptakan.

Allah subhanahu wata’ala menyebut “Arrahman” ke-19 kali, dalam Surat ke-19 (Surat Maryam) ayat 92 :
وَمَا يَنۢبَغِى لِلرَّحۡمَـٰنِ أَن يَتَّخِذَ وَلَدًا (٩٢)

Dan tidak layak bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.

Juga Surat Maryam adalah Surat yang terbanyak menyebut “Arrahman” dalam AlQur’an.  Yaitu 16 kali menyebut “Arrahman” dalam Surat tersebut. Kisah Maryam dimulai pada ayat 16 dalam Surat Maryam.

Maka para peneliti melihat keteraturan AlQur’an dari angka (matematika). Penjumlahan nomor Surat dan ayat-ayatnya :  Nomor Surat 1744 + nomor ayat 2740 = 4484 .  Angka 4484 merupakan kelipatan angka 19 (bila dikalikan 236).  Apakah itu kebetulan?.  Tidak. Bagi Allah tidak ada sesuatu yang kebetulan, melainkan semua sudah direncanakan oleh Allah subhanahu wata’ala.  

Maka Allah subhanahu wata’ala menantang, siapa yang sanggup membuat kitab seperti AlQur’an. Tidak ada yang sanggup membuat yang serupa AlQur’an walaupun satu ayat-pun. Karena AlQur’an bukan saja isinya yang luar-biasa, atau keteraturan makna dan tafsirnya, tetapi juga keteraturan angka-angkanya (matematikanya) luar-biasa.

Dalam Surat ke-19 (Surat Maryam) kalimat “Arrahman” disebut pertama kali pada ayat 18 dan terakhir kali  pada ayat 96.  Bila angka 18 dijumlahkan dengan angka 96, maka menjadi angka 114, sama dengan jumlah Surat dalam AlQur’an.
Maknanya : AlQur’an luar-biasa dilihat dari keteraturan angka (matematika).

Dari segi penyebutan angka Ganjil dan Genap, lihat Surat Al Fajr ayat 1 :

وَٱلۡفَجۡرِ (١) وَلَيَالٍ عَشۡرٍ۬ (٢) وَٱلشَّفۡعِ وَٱلۡوَتۡرِ (٣)
 1. Demi fajar,
2. Dan malam yang sepuluh,
3. Dan yang genap dan yang ganjil,

Dalam Surat (ayat) tersebut Allah subhanahu wata’ala bersumpah : Demi bilangan Ganjil dan Genap.  Karena bilangan ganjil dan genap merupakan kehidupan sehari-hari. Jumlah angka Hari ada 7, urutannya dari : Ahad (satu), Isnain (dua), Tsalasa (tiga), Arbi’a (empat), Khomis (lima), Jum’ah (enam, hari raya), Sabath (tujuh,  Sabtu).

Semua itu adalah angka-angka (matematika) yang ganjil dan genap. Artinya, bilangan ganjil dan genap adalah ciptaan Allah subhanahu wata’ala dengan Sifat “Arrahman”. Maka sebetulnya yang pertama-tama menemukan Matematika (angka-angka  dari 0 (nol), 1 (satu)  sampai 9 (Sembilan) adalah orang Islam.

Bagaimana Allah subhanahu wata’ala menciptakan keseimbangan, keteraturan pada angka-angka, membuat para ahli matematikan selalu menggali ilmu matematika.  Apa manfaat matematika ? Ternyata semua bidang ilmu selalu  menggunakan matematika. Maka Galilea Galileo mengatakan : Orang yang tidak bisa matematika jangan belajar tentang Science (Ilmu Pengetahuan).

Matematika adalah bahasa semua agama. Yang menciptakan matematika adalah Allah subhanahu wata’ala dengan keteraturan sebagaimana disebutkan di atas.
Sekarang matematika dikembangkan, untuk menjawab persoalan-persoalan kehidupan.  Maka muncullah perhitungan-perhitungan yang sangat akurat di bidang fisika, sehingga bisa diciptakan pesawat terbang, dll., bagaimana kecepatannya, tehnologinya, diperhitungkan dengan baik.

Di bidang ekonomi, terutama akutansi, pasti selalu menggunakan perhitungan angka-angka. Bagaimana dengan matematika untuk meyakinkan orang percaya kepada suatu konsep (system) ?.

Dalam sebuah konperensi tentang Ekonomi Islam di Jepang. Salah seorang peserta dari Malaysia memberikan presentasi dengan judul Perbankan Syari’ah membuat ekonomi stabil. Kalau system perbankan dikonversi menjadi Bank Syari’ah, dalam jangka panjang akan membuat ekonomi Negara stabil. Yaitu dengan pendekatan AlQur’an dan Hadits. Ia banyak mengeluarkan argumentasi ayat-ayat AlQur’an dan Hadits.

Acara berikutnya adalah forum Tanya-jawab. Seorang peserta dari Jepang mengajukan pertanyaan: “Saya bukan orang Islam, tidak percaya AlQur’an dan Hadits, tetapi tolong buktikan bahwa Bank Syari’ah akan membuat ekonomi stabil dengan bahasa yang saya bisa paham, bukan dengan bahasa AlQur’an dan Hadits”.
Ternyata peserta dari Malaysia yang menyampaikan presentasi tidak bisa menjawab pertanyaan peserta dari Jepang itu.   Karena paper-nya mengenai AlQur’an dan Hadits.

Ketika berita itu sampai kepada saya, karena saya tidak ikut dalam konperensi tersebut, maka saya buat tulisan bahasan dengan bahasa yang bisa diterima oleh semua orang, yaitu dengan “Bahasa Matematika”.  Kami buat paper, tentang bagaimana perdagangan Sistem Syari’ah akan membuat ekonomi stabil dengan pendekatan Matematika.  Dan paper tersebut saya ikutkan (daftarkan) dalam lomba riset tentang Perbankan Syari’ah untuk seluruh Indonesia ke-V di Makassar, ternyata paper saya menjadi Juara Pertama untuk Peneliti Madya.
Bahkan Dewan Yuri lomba tersebut ketika itu  memberikan komentar atas paper saya tersebut di hadapan Forum Lomba : “Kalaulah ada Hadiah Nobel untuk ekonomi Islam,  maka Hendri Tanjung layak untuk mendapatkan Hadih Nobel itu”. 

Paper tersebut intinya berisi tentang suatu pendekatan Matematika terhadap Perbankan Islam membuat ekonomi stabil. Mungkin paper tersebut tidak dipahami oleh orang umum, tetapi oleh orang-orang Matematika akan dipahami.

Saya mulai dengan pendekatan yang sederhana, bahwa ekonomi klasik sudah gagal, ekonomi modern juga gagal, resesi ekonomi terjadi berulang kali, lalu pakar ekonomi dari Amerika Serikat berkata : “Harus ada dua system perbankan yang benar, yaitu Bank Deposit dan Bank Investment, dan system itulah yang dekat sekali dengan ekonomi Islam”.   Selanjutna pakar tersebut mengatakan : “Sistem tersebut hendaknya dipikirkan, karena itu akan membuat Prime Cost dalam ekonomi”.

Dari latar-belakang itu saya coba melihat hasil penelitian orang-orang  atas Perbankan Syari’ah sejak tahun 1985,  lalu saya masukkan Tiga Pilar Ekonomi Islam, seperti yang disebutkan dalam Surat Al Baqarah ayat 275 – 280. Intinya :
1.     Jual-beli sektor riil,
2.     Peng-haraman Riba (tidak ada interest-rate),
3.     Zakat system.

Saya memasukkan tiga unsur tersebut ke dalam kerangka pemikiran Barat, saya coba melihat labour market (?) dalam Ekonomi Islam, dan bila Ekonomi Islam diterapkan, maka hasilnya adalah : Jumlah pekerja semakin banyak dan gajinya semakin tinggi.   

Demikianlah Matematika.  Dengan matematika ibu-ibu di pasar bisa tawar-menawar. Dengan matematika bisnis bisa berjalan, dan dengan matematika juga kita bisa membuktikan suatu system matematika yang diterapkan dalam semua bidang usaha akan berjalan baik, bila diterapkan dengan cara yang benar.
Itulah inti paper saya dan itu ada dalam buku saya dengan Judul Metode Penelitian Ekonomi Islam.

Demikianlah Sifat Arrahman dari Allah subhanahua wata’ala yang dalam AlQur’an kalimat “Arrahman” disebut dengan keteraturan, juga konsep angka dan bilangan matematika secara beraturan. Semua itu karena Sifat Arrahman dari Allah subhanahu wata’ala.
Maka dalam Surat Arrahman,  berkali-kali Allah subhanahu wata’ala bertanya (menguji) kepada kita manusia : Fabiayyi alaa-i robbikuma tukadzdziban
(Maka nikmat Tuhan mana lagi yang hendak engkau dustakan?).

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                      ______________

No comments:

Post a Comment