PENGAJIAN DHUHA MASJID
BAITUSSALAM
Pertolongan Allah Sangat Dekat.
Ustadz Irfanudin Rafiudin, Lc.
Jum’at, 18 Shofar 1438 H – 18 November 2016
Assalamu’alaikum
wr.wb. ,
Muslimin
dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Allah
subhanahu wata’ala berfirman dalam
AlQur’an Surah Ali Imron ayat 142 :
Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah
orang-orang yang berjihad diantaramu
dan belum nyata orang-orang yang sabar.
Jihad
dapat
berarti: 1. Berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam;
2. Memerangi hawa nafsu; 3. Mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan
umat Islam; 4. Memberantas yang batil dan menegakkan yang hak.
Bila kita memetakan persoalan hari ini yang
dihadapi oleh kaum Muslimin di Indonesia
dengan beberapa aksi yang sudah dilakukan beberapa hari lalu (4 November
2016), dan kita melihat bahwa itu adalah bukti nyata bahwa Allah subhanahu wata’ala memperlihatkan kepada
kita semua. Bahwa Soliditas kaum Muslimin dan orang-orang yang beriman-pun takut
kepada kita, dengan kekokohan kaum muslimin di Indonesia.
Kalau kita memetakan persoalan ini yang merupakan
Ujian Allah bagi kita maka sesungguhhnya kontribusi kita dalam bentuk Jihad kepada Allah subhanahu wata’ala, adalah
sangat ditunggu-tunggu. Kalau kita
kemudian tidak memiliki kepeka-an terhadap persoalan yang sedang kita hadapi,
maka itu sangat tidak wajar.
Apalagi kalau kemudian ada di antara kaum
muslimin yang mengatakan: “Islam ini tidak akan hina walaupun ada
orang yang meng-hinakannya”.
Demikian sebagian orang mengatakan
demikian, mereka tidak ikut memberikan ekspressi yang nyata, atau ikut turun ke
jalan, minimal berdoa kepada Allah subhanahu
wata’ala, semoga Allah memberikan pertolongan kepada kaum Muslimin di Indonesia,
dst. Karena memang persoalannya sudah sangat pelik.
Kita tidak bisa berdiam diri, membiarkan
diri kita untuk tidak masuk kepada persoalan yang sedang kita hadapi. Sudah sangat terang bahwa orang-orang yang
kemudian membenci kita sebagai kaum Muslimin,
mereka sudah berupaya bagaimana caranya memporak-porandakan kita kaum
Muslimin.
Dalam ayat tersebut (Surat Ali Imran ayat
142 tsb.) bahwa untuk masuk Surga manusia akan diuji : “ Orang-orang
yang secara totalitas berjihad”. Maksudnya
: Kalau belum sampai berdarah-darah, belum sampai sakit yang sangat terasa
sakit, diuji oleh Allah subhanahu
wata’ala dan kita bersabar dengan ujian itu, maka sejauh mana ketahanan
kita di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
Dan kita akan bisa “naik kelas” kalau kita bisa melaluinya. Ketika kita bisa
melaluinya, maka di situlah Allah subhanahu
wata’ala meng-klasifikasi kita dalam posisi orang-orang yang layak “lulus ujian”, yang diberikan oleh Allah
subhanahu wata’ala. Dunia ini memang identik dengan Ujian dan
Cobaan dari Allah subhanahu wata’ala.
Dalam Hadits Shahih, riwayat Imam
Thurmudzy, Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Cobaan akan
tetap menimpa kepada orang beriman, dirinya, anak serta hartanya sehingga ia menghadap Allah sampai terhapus kesalahannya”.
Ada seorang ibu yang bersabar dan
bersabar, karena salah satu tingkatan Taqwa-nya (Tangganya) adalah Mujahadah
(Berjihad), yaitu kesungguhan untuk mencapai tingkatan Taqwa itu. Seorang
ibu itu mendapat cobaan dari Allah subhanahu
wata’ala dan ternyata anaknya dipanggil (meninggal) lebih dahulu menghadap
Allah subhanahu wata’ala.
Selama hidupnya, anak tersebut lalai
dari taat kepada Allah subhanahu
wata’ala. Jauh dari mengingat Allah subhanahu
wata’ala. Sholatnya malas-malasan bahkan sering tidak sholat. Yang dilakukan ibunya adalah : Terus berdo’a
kepada Allah subhanahu wata’ala agar
anaknya diberi petunjuk (Hidayah). Karena yang Empunya Hidayah adalah Allah subhanahu wata’ala. Beberapa hari
sebelum meninggal si anak itu terlihat banyak beribadah dan memohon ampun
kepada Allah subhanahu wata’ala. Ia
meninggal dalam keadaan Husnul Khotimah.
Itulah hasil do’a seorang ibu yang tidak
pernah putus. Dan do’a ibu itu adalah bentuk
Mujahadah
(kesungguhan) dia bahwa dia mengharapkan kebaikan dari /Allah subhanahu wata’ala untuk anaknya.
Maka bila di antara kita ada yang punya
anak tetapi anak kita masih jauh dari apa yang disebut “Anak Sholih”, maka kita
harus terus-menerus berdo’a mengharap Hidayah dari Allah bagi anak-anak kita.
Dengan do’a :
Robba aj’alni muqimashsholah
wamindurriyati Robbana wataqobbal du’a.
Cerita lain lagi ; Ada seorang ibu yang
sulit sekali menyuruh anaknya untuk melakukan sholat bahkan terjadi debat
antara si anak dengan ibunya, ketika ibunya menyuruh anaknya untuk melakukan
sholat. Sampai ibunya merasa kesal dan
beberapa kali marah kepada anaknya.
Tetapi ada kasus lain yang sama dengan si ibu tadi, tetapi si ibu yang
terakhir ini mudah sekali mengingatkan anaknya untuk selalu melakukan sholat
dan banyak beribadah kepada Allah subhanahau
wata’ala. Bahkan anaknya itu sering
membangunkan ibunya untuk sholat malam (Tahajud).
Ternyata yang dilakukan oleh si ibu yang
terakhir adalah : Ia rajin membacakan sebuah do’a sebagaimana do’a tersebut di
atas. Maka kami sarankan kepada anda semua kaum Muslimin dan muslimah jangan
pernah bosan untuk berdo’a kepada Allah subhanahu
wata’ala, untuk diri dan keluarga kita. Karena para Nabi dan orang-orang
sholeh mengajarkan demikian itu kepada kita.
Ketika hari ini kaum muslimin dibantai
habis-habisan di negeri Myanmar (Bangkok), maka kita tidak bisa menutup mata, bahwa itu adalah bagian masalah kita kaum
Muslimin. Ditayangkan dalam TV Swasta,
anak-anak remaja muslmin yang disiksa oleh tentara Myanmar, karena para remaja itu ditangkap dan sedang
meng-hafal AlQur’an. Anak-anak remaja disiksa dengan diborgol tangannya, ditendang, dipukuli, oleh beberapa orang
tentara Myanmar. Apakah kita kaum
muslimin Indonesia tidak punya kepedulian terhadap kondisi anak-anak remaja di
Myanmar yang beragama Islam ?
Maka marilah kita berdo’a kepada Allah subhanahu wata’ala agar Allah menolong
saudara-saudara kita kaum Muslimin di Myanmar yang saat ini sedang dibantai dan
disiksa oleh Pemerintah Myanmar.
Jangan-jangan kondisi demikian itu akan terjadi juga di Indonesia.
Buya
Hamka
pernah mengatakan : Ketika kepekaaan Islam kita hilang, maka suatu saat kita
akan berpakaian kain kafan. Ketika
kecemburjuan kita hilang ketika agama kita dihina (didustakan) orang, maka kita harus bertanya pada hati kita masing-masing,
jangan-jangan hati kita sudah mati dan layak hidup kita diganti dengan kain
kafan.
Allah
subhanahu wata’ala selalu menguji
kita dengan kebaikan dan keburukan. Kita mengatakan kebaikan ketika Allah subhanahu wata’ala memberikan rezki yang
berlimpah, sehingga kita hidup mewah, maka itu adalah ujian, apakah akan
mendatangkan ke-lalai-an ataukah akan mendapatkan Dzikrullah. Ketika
kebaikan yang Allah berikan kepada kita justru mendatangkan keburukan bagi
kita, semakin jauh kita mengingat Allah subahanahu
wata’ala,
Lihat AlQur’an Surat Al Ahzab ayat 10
– 12 :
10. (Yaitu) ketika mereka datang
kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi
penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu
menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.
11.
Disitulah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan
yang sangat.
12.
Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit
dalam hatinya berkata :"Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada Kami
melainkan tipu daya".
Perhatikan bagimana kita menyikapi sebuah
ujian. Kadang kita sebagai manusia, pada
tingkatan orang terpelajar, seringkali kita mengatakan bahwa unjian Allah yang
diberikan kepada kita tidak adil buat kita. Kita sering melihat ada orang tidak
pernah sholat, tetapi rezekinya lancar-lancar saja.
Bahkan dalam ayat 12 tersebut di atas
dikatakan: Dan ingatlah, ketika
orang-orang munafiq dan orang-orang yang
berpenyakit dalam hatinya berkata : Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan
kepada kami melainkan tipu-daya.
Kita diajarkan bagaimana mengimani Rukun Iman dengan baik. Bahkan sampai
Rukun Iman yang terakhir
Didalam riwayat ada seorang sahabat Nabi
Muhammad saw mendapatkan ujian dalam bentuk sakit yang parah, ia bersyukur
kepada Allah subhanahu wata’ala,
karena menikmati ujian itu. Sahabat tersebut (Abu Dzar Al Ghifari),
menikmati sakit-parahnya sebagai cara
meningkatkan kedekatan kepada Allah subhanahu
wata’ala, bukan sebaliknya. Inilah
yang seharusnya menjadi karakter
orang-orang yang beriman, ketika
mendapatkan ujian dari Allah subhanahu
wata’ala, bukan lantas memarahi Allah, mengatakan Allah tidak adil, dsb.
Padahal sakit yang Allah berikan adalah
cara Allah subhanahu wata’ala untuk
menggugurkan dosa-dosa kita. Semua yang Allah berikan kepada kita tidak ada
yang sia-sia. Pasti ada hikmah di balik semua itu.
Seperti kita saksikan, sampai hari
ini, umat Islam itu harus terdesak terlebih dahulu barulah
kemudian ia sadar. Bila ada seorang
pejabat yang menghina (menista) AlQur’an dan Para Ulama, maka itu adalah cara Allah untuk mengingatkan
kepada kita semua. Sesungguhnya
peristiwa seperti tersebut bukan hanya sekali itu saja, tetapi jauh-jauh hari sebelumnya
ada juga ujian semacam ini, walaupun Cash-nya berbeda.
Dalam sejarah, ketika Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam wafat,
kemudian muncul nabi-nabi palsu, antara lain Musailamah Al Kadzab. Itu merupakan bentuk penistaan agama. Ketika Khalifah Abubakar banyak orang-orang
yang tidak mau membayar zakatnya, sampai Khalifah Abubakar memerintahkan kepada
kaum Muslimin untuk memerangi mereka. Itupun bentuk penistaan agama.
Dan kalau kita bicara ujian yang
sifatnya pribadi, misalnya, kita diuji dengan ujian yang menurut kita, kita
tidak sanggup, para Nabi-pun diuji.
Dalam sejarah para Nabi, ada seorang
Nabi yang bernama Nabi Ayyub ‘alaihissalam diberi penyakit berupa
sakit gatal-gatal di seluruh tubuhnya., sehingga seluruh tubuhnya bau tidak
sedap, sehingga beliau dijauhkan dari pergaulan. Apakah Nabi Ayyub ‘alaihissalam kemudian meninggalkan Islam ?, Atau meninggalkan
keimanannya kepada Allah subhanahu
wata’ala ?. Tentu tidak, karena setiap Nabi mempunyai sifat Mukhlasho,
yaitu orang-orang yang dipilih oleh Allah subhanahu
wata’ala untuk tegar terhadap ujian apapun yang menimpa mereka.
Sama juga ketika ujian itu menimpa kita
umat Islam, ketika ujian itu semakin
memuncak, maka kita akan semakin dekat dengan Allah subhanahu wata’ala, atau sebaliknya ?.
Dalam sebuah Hadits shahih diriwayatkan
oleh Imam Bukhari, para sahabat bertanya kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam : “Ya
Rasulullah, mengapa engkau tidak berdo’a kepada Allah untuk kami?”. Maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya di antara orang-orang
sebelum kalian ada orang yang diletakkan di atas ubun-ubunnya sebuah
gergaji, lalu orang itu dibelah dengan gergaji itu sampai ke telapak kakinya,
tetapi hal itu tidak memalingkan dari agamanya.
Ada pula orang yang di antara daging dan tulangnya disisir dengan sisir
besi, tetapi hal tersebut tidak menggoyangkan imannya dari agamanya”.
Kemudian Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Demi Allah, sesungguhnya Allah pasti akan menyempurnakan agama ini
sehingga seorang pengendara berjalan dari Sona’a sampai Hadramaut tanpa merasa
takut kecuali kepada Allah dan serigala yang mengancam ternak (kambing)-nya,
tetapi kalian adalah orang yang tergesa-gesa”.
Belum lagi penderitaan Keluarga Yasir isteri dan anaknya, yang
disiksa oleh orang Kafir Quraisy ketika itu .
Bagaimana pula penderitaan Bilal
bin Robah yang disiksa oleh majikannya.
Itu semua adalah puncak dari cobaan dari Allah subhanahau wata’ala.
Kita-pun akan merasakan semacam itu,
cobaan dan ujian dari Allah subhanahu
wata’ala, kita pilih yang mana, kita mendapatkan kenikmatan terus, padahal
kita tidak beriman kepada Allah, tetapi suatu saat Allah akan mencampakkan kita
(namanya : Istidraj).
Ternyata kita sudah taat kepada Allah subhanahu wata’ala tetapi kita tidak
terkena ujian dari-Nya, sepertinya hidup kita ini enak-enak saja.
Tetapi ada orang yang beriman kemudian
diuji oleh Allah subhanahu wata’ala, kemudian ia lulus terus dari setiap
ujiannya. Mau pilih yang mana kita
kira-kira ?
Orang yang tidak pernah diuji kemudian
ketika diuji, oleh Allah dicampakkan kepada keadaan seburuk-buruknya. Tetapi
ada orang yang beriman, ketika diuji dan dicoba sampai kepada puncaknya, ia
tetap lulus dari ujian Allah subhanahu
wata’ala.
Pesan dari Allah subhanahu wata’ala sebagaimana difirmankan dalam Surat Al Baqarah ayat 214 :
Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa
oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam
cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah
datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu
amat dekat.
Berdasarkan ayat tersebut, merupakan
pelajaran bagi kita semua, bahwa kita jangan tergesa-gesa, do’a kita minta
disegerakan oleh Allah subhanahu
wata’ala. Dan jangan tergesa-gesa kita cepat-cepat “Naik Kelas” sehingga kita menghalal-kan segala cara. Demikian dalam
urusan dunia, ketika kita bekerja, tergesa-gesa untuk bisa mendapatkan
kedudukan (jabatan). Ketahuilah bahwa kedudukan (jabatan) hakekatnya adalah dari
Allah subhanahau wata’ala.
Banyak orang yang ingin kaya dan
kedudukan dengan instan, dst. Padahal
Allah subhanahu wata’ala berfirman
dengan tegas sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas : Sesungguhnya pertolongan Allah
itu sangat dekat.
Maknanya : Bahwa dibalik kesulitan ada
kemudahan. Sebagaimana disebutkan dalam Surat Alam Nasyrah ayat 5 dan 6. Bahwa kesulitan yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala kepada kita, sebagai
bentuk ujian bagi kita, sesung-guhnya sedikit. Tetapi karena kita tidak (kurang) sabar, lalu
complain kita lebih banyak. Kenapa saya diuji terus-menerus, dst.
dst.
Padahal kemudahan yang diberikan
(dijanjikan) oleh Allah subhanahu
wata’ala jauh lebih banyak dibandingkan kesulitannya. Dalam ayat lain Allah
subhanahu wata’ala berfirman : Barangsiapa
yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.
Sekian bahasan, mudah-mudahan
bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alikum
warohmatullahi wabarokatuh.
____________
No comments:
Post a Comment