Translate

Friday, December 2, 2016

Pertolongan Allah Sangat Dekat, oleh : Ustadz Irfanudin Rafiudin, Lc.



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

Pertolongan Allah Sangat Dekat.
Ustadz Irfanudin Rafiudin, Lc.


 Jum’at, 18 Shofar 1438 H – 18 November 2016



Assalamu’alaikum wr.wb. ,

Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surah Ali Imron ayat 142 :

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.

Jihad dapat berarti: 1. Berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam; 2. Memerangi hawa nafsu; 3. Mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam; 4. Memberantas yang batil dan menegakkan yang hak.

Bila kita memetakan persoalan hari ini yang dihadapi oleh kaum Muslimin di Indonesia  dengan beberapa aksi yang sudah dilakukan beberapa hari lalu (4 November 2016), dan kita melihat bahwa itu adalah bukti nyata bahwa Allah subhanahu wata’ala memperlihatkan kepada kita semua. Bahwa Soliditas kaum Muslimin dan orang-orang yang beriman-pun takut kepada kita, dengan kekokohan kaum muslimin di Indonesia.
Kalau kita memetakan persoalan ini yang merupakan Ujian Allah bagi kita maka sesungguhhnya kontribusi kita dalam bentuk Jihad kepada Allah subhanahu wata’ala,  adalah sangat ditunggu-tunggu.  Kalau kita kemudian tidak memiliki kepeka-an terhadap persoalan yang sedang kita hadapi, maka itu sangat tidak wajar.

Apalagi kalau kemudian ada di antara kaum muslimin yang  mengatakan:   “Islam ini tidak akan hina walaupun ada orang yang meng-hinakannya”.
Demikian sebagian orang mengatakan demikian, mereka tidak ikut memberikan ekspressi yang nyata, atau ikut turun ke jalan, minimal berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga Allah memberikan pertolongan kepada kaum Muslimin di Indonesia, dst. Karena memang persoalannya sudah sangat pelik.

Kita tidak bisa berdiam diri, membiarkan diri kita untuk tidak masuk kepada persoalan yang sedang kita hadapi.  Sudah sangat terang bahwa orang-orang yang kemudian membenci kita sebagai kaum Muslimin,  mereka sudah berupaya bagaimana caranya memporak-porandakan kita kaum Muslimin.

Dalam ayat tersebut (Surat Ali Imran ayat 142 tsb.) bahwa untuk masuk Surga manusia akan diuji :  Orang-orang yang secara totalitas berjihad”.  Maksudnya : Kalau belum sampai berdarah-darah, belum sampai sakit yang sangat terasa sakit, diuji oleh Allah subhanahu wata’ala dan kita bersabar dengan ujian itu, maka sejauh mana ketahanan kita di hadapan Allah subhanahu wata’ala.

Dan kita akan bisa “naik kelas” kalau kita bisa melaluinya. Ketika kita bisa melaluinya, maka di situlah Allah subhanahu wata’ala meng-klasifikasi kita dalam posisi orang-orang yang layak “lulus ujian”, yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala.  Dunia ini memang identik dengan Ujian dan Cobaan dari Allah subhanahu wata’ala.

Dalam Hadits Shahih, riwayat Imam Thurmudzy, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Cobaan akan tetap menimpa kepada orang beriman, dirinya, anak serta hartanya sehingga  ia menghadap Allah  sampai terhapus kesalahannya”.

Ada seorang ibu yang bersabar dan bersabar, karena salah satu tingkatan Taqwa-nya (Tangganya) adalah  Mujahadah (Berjihad), yaitu kesungguhan untuk mencapai tingkatan Taqwa itu. Seorang ibu itu mendapat cobaan dari Allah subhanahu wata’ala dan ternyata anaknya dipanggil (meninggal) lebih dahulu menghadap Allah subhanahu wata’ala.  
Selama hidupnya, anak tersebut lalai dari taat kepada Allah subhanahu wata’ala. Jauh dari mengingat Allah subhanahu wata’ala. Sholatnya malas-malasan bahkan sering tidak sholat.   Yang dilakukan ibunya adalah : Terus berdo’a kepada Allah subhanahu wata’ala agar anaknya diberi petunjuk (Hidayah). Karena yang Empunya Hidayah adalah Allah subhanahu wata’ala. Beberapa hari sebelum meninggal si anak itu terlihat banyak beribadah dan memohon ampun kepada Allah subhanahu wata’ala. Ia meninggal dalam keadaan Husnul Khotimah.

Itulah hasil do’a seorang ibu yang tidak pernah putus.  Dan do’a ibu itu adalah bentuk Mujahadah (kesungguhan) dia bahwa dia mengharapkan kebaikan dari /Allah subhanahu wata’ala untuk anaknya.

Maka bila di antara kita ada yang punya anak tetapi anak kita masih jauh dari apa yang disebut “Anak Sholih”, maka kita harus terus-menerus berdo’a mengharap Hidayah dari Allah bagi anak-anak kita. Dengan do’a :
Robba aj’alni muqimashsholah wamindurriyati Robbana wataqobbal du’a.

Cerita lain lagi ; Ada seorang ibu yang sulit sekali menyuruh anaknya untuk melakukan sholat bahkan terjadi debat antara si anak dengan ibunya, ketika ibunya menyuruh anaknya untuk melakukan sholat.  Sampai ibunya merasa kesal dan beberapa kali marah kepada anaknya.  Tetapi ada kasus lain yang sama dengan si ibu tadi, tetapi si ibu yang terakhir ini mudah sekali mengingatkan anaknya untuk selalu melakukan sholat dan banyak beribadah kepada Allah subhanahau wata’ala.  Bahkan anaknya itu sering membangunkan ibunya untuk sholat malam (Tahajud).

Ternyata yang dilakukan oleh si ibu yang terakhir adalah : Ia rajin membacakan sebuah do’a sebagaimana do’a tersebut di atas. Maka kami sarankan kepada anda semua kaum Muslimin dan muslimah jangan pernah bosan untuk berdo’a kepada Allah subhanahu wata’ala, untuk diri dan keluarga kita. Karena para Nabi dan orang-orang sholeh mengajarkan demikian itu kepada kita.

Ketika hari ini kaum muslimin dibantai habis-habisan di negeri Myanmar (Bangkok),  maka kita tidak bisa menutup mata,  bahwa itu adalah bagian masalah kita kaum Muslimin.  Ditayangkan dalam TV Swasta, anak-anak remaja muslmin yang disiksa oleh tentara Myanmar,  karena para remaja itu ditangkap dan sedang meng-hafal AlQur’an. Anak-anak remaja disiksa dengan diborgol tangannya,  ditendang, dipukuli, oleh beberapa orang tentara Myanmar.   Apakah kita kaum muslimin Indonesia tidak punya kepedulian terhadap kondisi anak-anak remaja di Myanmar yang beragama Islam ? 
Maka marilah kita berdo’a kepada Allah subhanahu wata’ala agar Allah menolong saudara-saudara kita kaum Muslimin di Myanmar yang saat ini sedang dibantai dan disiksa oleh Pemerintah Myanmar.  Jangan-jangan kondisi demikian itu akan terjadi juga di Indonesia.

Buya Hamka pernah mengatakan : Ketika kepekaaan Islam kita hilang, maka suatu saat kita akan berpakaian kain kafan.  Ketika kecemburjuan kita hilang ketika agama kita dihina (didustakan) orang,  maka kita harus bertanya pada hati kita masing-masing, jangan-jangan hati kita sudah mati dan layak hidup kita diganti dengan kain kafan.

Allah subhanahu wata’ala selalu menguji kita dengan kebaikan dan keburukan. Kita mengatakan kebaikan ketika Allah subhanahu wata’ala memberikan rezki yang berlimpah, sehingga kita hidup mewah, maka itu adalah ujian, apakah akan mendatangkan ke-lalai-an ataukah akan mendapatkan Dzikrullah. Ketika kebaikan yang Allah berikan kepada kita justru mendatangkan keburukan bagi kita, semakin jauh kita mengingat Allah subahanahu wata’ala,

Lihat AlQur’an Surat Al Ahzab  ayat 10 – 12 :


10. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.

11. Disitulah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.

12. Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata :"Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada Kami melainkan tipu daya".

Perhatikan bagimana kita menyikapi sebuah ujian.  Kadang kita sebagai manusia, pada tingkatan orang terpelajar, seringkali kita mengatakan bahwa unjian Allah yang diberikan kepada kita tidak adil buat kita. Kita sering melihat ada orang tidak pernah sholat, tetapi rezekinya lancar-lancar saja.

Bahkan dalam ayat 12 tersebut di atas dikatakan: Dan ingatlah, ketika orang-orang munafiq  dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata : Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu-daya.

Kita diajarkan bagaimana mengimani Rukun Iman dengan baik. Bahkan sampai Rukun Iman yang terakhir

Didalam riwayat ada seorang sahabat Nabi Muhammad saw mendapatkan ujian dalam bentuk sakit yang parah, ia bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala, karena menikmati ujian itu. Sahabat tersebut (Abu Dzar Al Ghifari), menikmati sakit-parahnya  sebagai cara meningkatkan kedekatan kepada Allah subhanahu wata’ala, bukan sebaliknya.  Inilah yang seharusnya menjadi karakter orang-orang yang beriman, ketika mendapatkan ujian dari Allah subhanahu wata’ala, bukan lantas memarahi Allah, mengatakan Allah tidak adil, dsb.

Padahal sakit yang Allah berikan adalah cara Allah subhanahu wata’ala untuk menggugurkan dosa-dosa kita. Semua yang Allah berikan kepada kita tidak ada yang sia-sia. Pasti ada hikmah di balik semua itu.

Seperti kita saksikan, sampai hari ini,  umat Islam itu  harus terdesak terlebih dahulu barulah kemudian ia sadar.  Bila ada seorang pejabat yang menghina (menista) AlQur’an dan Para Ulama, maka  itu adalah cara Allah untuk mengingatkan kepada kita semua.  Sesungguhnya peristiwa seperti tersebut bukan hanya sekali itu saja, tetapi jauh-jauh hari sebelumnya ada juga ujian semacam ini, walaupun Cash-nya berbeda.

Dalam sejarah, ketika Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam wafat, kemudian muncul nabi-nabi palsu, antara lain Musailamah Al Kadzab.  Itu merupakan bentuk penistaan agama.  Ketika Khalifah Abubakar banyak orang-orang yang tidak mau membayar zakatnya, sampai Khalifah Abubakar memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk memerangi mereka. Itupun bentuk penistaan agama.

Dan kalau kita bicara ujian yang sifatnya pribadi, misalnya, kita diuji dengan ujian yang menurut kita, kita tidak sanggup, para Nabi-pun diuji. 
Dalam sejarah para Nabi, ada seorang Nabi yang bernama Nabi Ayyubalaihissalam diberi penyakit berupa sakit gatal-gatal di seluruh tubuhnya., sehingga seluruh tubuhnya bau tidak sedap, sehingga beliau dijauhkan dari pergaulan.  Apakah Nabi Ayyub ‘alaihissalam kemudian meninggalkan Islam ?, Atau meninggalkan keimanannya kepada Allah subhanahu wata’ala ?. Tentu tidak, karena setiap Nabi mempunyai sifat Mukhlasho, yaitu orang-orang yang dipilih oleh Allah subhanahu wata’ala untuk tegar terhadap ujian apapun yang menimpa mereka.

Sama juga ketika ujian itu menimpa kita umat Islam,  ketika ujian itu semakin memuncak, maka kita akan semakin dekat dengan Allah subhanahu wata’ala, atau sebaliknya ?.

Dalam sebuah Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari, para sahabat bertanya kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam : “Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak berdo’a kepada Allah untuk kami?”.   Maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya di antara orang-orang  sebelum kalian ada orang yang diletakkan di atas ubun-ubunnya sebuah gergaji, lalu orang itu dibelah dengan gergaji itu sampai ke telapak kakinya, tetapi hal itu tidak memalingkan dari agamanya.  Ada pula orang yang di antara daging dan tulangnya disisir dengan sisir besi, tetapi hal tersebut tidak menggoyangkan imannya dari agamanya”.  

Kemudian Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Demi Allah, sesungguhnya Allah pasti akan menyempurnakan agama ini sehingga seorang pengendara berjalan dari Sona’a sampai Hadramaut tanpa merasa takut kecuali kepada Allah dan serigala yang mengancam ternak (kambing)-nya, tetapi kalian adalah orang yang tergesa-gesa”.

Belum lagi penderitaan Keluarga Yasir isteri dan anaknya, yang disiksa oleh orang Kafir Quraisy ketika itu .  Bagaimana pula penderitaan Bilal bin Robah yang disiksa oleh majikannya.  Itu semua adalah puncak dari cobaan dari Allah subhanahau wata’ala.

Kita-pun akan merasakan semacam itu, cobaan dan ujian dari Allah subhanahu wata’ala, kita pilih yang mana, kita mendapatkan kenikmatan terus, padahal kita tidak beriman kepada Allah, tetapi suatu saat Allah akan mencampakkan kita (namanya : Istidraj). 

Ternyata kita sudah taat kepada Allah subhanahu wata’ala tetapi kita tidak terkena ujian dari-Nya, sepertinya hidup kita ini enak-enak saja.
Tetapi ada orang yang beriman kemudian diuji oleh Allah subhanahu wata’ala,  kemudian ia lulus terus dari setiap ujiannya.   Mau pilih yang mana kita kira-kira ?
Orang yang tidak pernah diuji kemudian ketika diuji, oleh Allah dicampakkan kepada keadaan seburuk-buruknya. Tetapi ada orang yang beriman, ketika diuji dan dicoba sampai kepada puncaknya, ia tetap lulus dari ujian Allah subhanahu wata’ala.

Pesan dari Allah subhanahu wata’ala sebagaimana difirmankan dalam Surat Al Baqarah ayat 214 :

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.

Berdasarkan ayat tersebut, merupakan pelajaran bagi kita semua, bahwa kita jangan tergesa-gesa, do’a kita minta disegerakan oleh Allah subhanahu wata’ala. Dan jangan tergesa-gesa kita cepat-cepat “Naik Kelas” sehingga kita menghalal-kan segala cara. Demikian dalam urusan dunia, ketika kita bekerja, tergesa-gesa untuk bisa mendapatkan kedudukan (jabatan). Ketahuilah bahwa kedudukan (jabatan) hakekatnya adalah dari Allah subhanahau wata’ala.

Banyak orang yang ingin kaya dan kedudukan dengan instan, dst.  Padahal Allah subhanahu wata’ala berfirman dengan tegas sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas : Sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat.

Maknanya : Bahwa dibalik kesulitan ada kemudahan. Sebagaimana disebutkan dalam Surat Alam Nasyrah ayat 5 dan 6.  Bahwa kesulitan yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala kepada kita, sebagai bentuk ujian bagi kita, sesung-guhnya sedikit.  Tetapi karena kita tidak (kurang) sabar, lalu complain kita lebih banyak.  Kenapa saya diuji terus-menerus, dst. dst.

Padahal kemudahan yang diberikan (dijanjikan) oleh Allah subhanahu wata’ala jauh lebih banyak dibandingkan kesulitannya. Dalam ayat lain Allah subhanahu wata’ala berfirman : Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                        ____________

No comments:

Post a Comment