PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Mendidik Anak Laki-Laki
ustadz
Bendri Jaysurrahman
Jum’at, 7 Muharram 1436 H – 31
Oktober 2014
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Bahasan kali ini adalah menggali ilmu
tentang mendidik anak laki-laki.
Bahasan ini dirasa perlu karena salah satu kerusakan yang terjadi dalam
pengasuhan anak oleh orangtua adalah menghilangkan fitrah kelaki-lakian dan
fitrah perempuan.
Dari data yang ada di BKKBN yang pernah
di release, bahwa hasil penelitian beberapa
tahun lalu oleh Dr. Henny salah seorang konsultan ahli di sana bahwa 70% anak
laki-laki usia SD berkarakter
kebanci-bancian. Hal itu patut dikhawatirkan, karena secara fisik mereka
laki-laki, tetapi psikis dan pemikiran mereka adalah perempuan. Dan sangat
mengkhawatirkan kalau ini muncul di tengah-tengah masyarakat kita khususnya
kaum-kaum yang dilaknat oleh Allah subhanahu wata’ala. Yaitu orang-orang Al
mutasyabihat al mutasyabihina minarrijal (Orang laki-laki yang
menyerupai perempuan alias banci)
Itulah yang sangat perlu diperhatikan
pendidikan anak laki-laki dan anak perempuan dalam Islam untuk menjaga
seksualitas yang benar. Pendidikan seksualitas dalam Islam bukan hanya terkait
dengan mengajarkan organ reproduksi tetapi
terkait dengan totalitas kepribadian seseorang. Laki-laki menjadi laki-laki dan
perempuan menjadi perempuan. Terkait dengan apa yang ia rasakan, pikirkan,
bagaimana cara ia berjalan, itulah sejatinya laki-laki dan sejatinya
perempuan.
Maka Islam membuat patokan bahwa
pendidikan seksualitas terkait dengan terpenuhinya tiga hal :
1. Seksualitas yang
benar,
2. Seksualitas yang
sehat
3. Seksualitas yang
lurus.
Seksualitas
yang benar,
tentu patokannya adalah Syari’ah, yaitu
bagaimana perilaku orang laki-laki secara AlQur’an dan Sunnah. Bagaimana
mengajarkan anak sesuai dengan kaedah Syari’ah yang tidak boleh kita meniru
cara-cara Barat yang diharamkan.
Contohnya, cara Barat apabila seorang ayah ingin mengajarkan tentang laki-laki,
khususnya tentang organ kemaluan, maka si bapak mengajak anak laki-lakinya untuk mandi bersama. Telanjang bersama, lalu
ditunjukkan kemaluan, ini namanya ini, fungsinya ini, dst.
Yang demikian itu sangat bertentangan
dengan ajaran dan adab Islam, di mana seorang anak laki-laki yang mumayyis
(sudah bisa membedakan antara kanan dan kiri), maka ia sudah punya adab
terhadap orangtuanya. Bahkan seorang
anak untuk masuk ke kamar orangtuanya saja harus mengetuk pintu terlebih
dahulu. Tidak sembarangan. Itulah salah
satu patokan pendidikan dalam Islam.
Contoh lagi cara Barat, bahwa seorang
anak boleh bermain sebebas-bebasnya, misalnya seorang anak bermain di kamar
mandi, mengubak-ubak air di WC, tidak apa-apa.
Sementara dalam Islam yang demikian itu tidak boleh, haram, hukumnya
najis. Anak harus diperkenalkan mana
yang suci dan mana yang najis.
Seksualitas
yang sehat,
yaitu berkaitan dengan faktor kesehatan.
Bagaimana disunahkan laki-laki untuk ber-khitan, terkait
dengan fungsi kesehatannya. Dan itulah salah satu yang diajarkan dalam Islam.
Seksualitas
yang lurus,
artinya sesuai dengan fitrahnya. Jangan
sampai ada anak laki-laki badannya gempal, berotot, tetapi gayanya seperti
orang perempuan (maho, homo).
Dompetnya-pun berwarna pink. Dst.
Tugas orangtua adalah menjaga agar
fitrah anak laki-lakinya sebagai anak laki-laki dan anak perempuan sebagai anak
perempuan.
Kali ini yang kita bahas adalah anak
laki-laki.
Berdasarkan Hadits Riwayat Imam Bukhari,
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Tidaklah seorang bayi lahir kecuali dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang menjadikannya
Yahudi, Nasrani atau Majusi.
Maka sejatinya sejak bayi laki-laki punya fitrah yang berbeda dengan
perempuan.
Orangtuanya-lah yang menyimpangkan
fitrah anak laki-lakinya itu, yang berdasarkan Hadits tersebut fitrah anaknya
disimpangkan menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi. Dengan kata lain, kalau laki-laki menjadi feminin,
kewanita-wanitaan, menjadi gay, sejatinya bukan karena genetik. Dan itu
dibantah oleh Allah subhanahau wata’ala. Mana mungkin Allah subhanahu wata’ala menciptakan suatu kaum lalu Allah sendiri
melaknat. Sangat tidak mungkin.
Bagaimana mungkin Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam melaknat
laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki kalau
itu merupakan fitrah. Karena kalau sudah
fitrah, maka orang tidak bisa menolak. Kalau ada seorang gay atau banci lalu mengatakan : “Saya begini
karena memang sudah fitrah saya begini”, itu adalah dusta, bohong. Yang benar
adalah karena pengaruh lingkungan. Dan lingkungan paling dekat adalah
orangtuanya.
Maka orangtua-lah yang bertugas menjaga
fitrahnya itu. Ketika ditanyakan dalam suatu komunitas kaum Gay, kenapa mereka
menjadi gay, terbanyak dari mereka menjawab : Sejak kecil tidak punya sosok ayah.
Sejak kecil tidak pernah ada stimulasi ayah. Semua pengasuhan oleh
ibunya tidak pernah mengenal ayah.
Hasil pengamatan dan diskusi dengan
anak-anak gay : Kalau anak laki-laki itu tidak punya ayah sejak kecil karena
ayahnya mati, atau cerai, tetapi tidak punya kebencian terhadap ayah, maka anak
laki-laki itu paling-paling gayanya saja seperti perempuan (feminin) saja,
tidak sampai menjadi gay.
Misalnya seorang anak laki-laki ayahnya
tidak pernah mengurusinya, karena sibuk kerja,
atau ayahnya meninggal tidak ada sosok ayah pengganti, paman atau
kakeknya tidak ada, ia diurus oleh perempuan (ibunya) saja maka anak laki-laki
itu cenderung bergaya feminin. Tetapi ia tetap punya ketertarikan dengan lawan
jenis. Hanya gayanya saja tetap feminin, cara bicaranya, cara marahnya, karena
selama ini ia hanya menirukan ibunya.
Yang parah adalah kalau seorang anak
laki-laki trauma dengan sosok ayah.
Bapaknya pulang kerja yang dilakukan hanya marah-marah, bicaranya keras, menampar,
menendang, memukul kepada si anak laki-lakinya. Apalagi sering anak itu melihat
bapaknya menampar ibunya di depan matanya. Maka anak laki-laki itu akan muncul
kebencian dalam jiwanya : Laki-laki itu jahat,
ibuku disakiti, ibuku jadi korban kejahatan ayahnya, dst. Maka akan ter-stigma dalam otak anak laki-laki itu : Aku tidak mau menjadi laki-laki. Lalu
lebih cenderung bermain dengan anak perempuan.
Itulah yang menjadi pemicu utama mengapa anak laki-laki menjadi Gay.
Mungkin ada faktor lain, tetapi dari
pengamatan dan berkali-kali menangani kasus laki-laki menjadi Gay, umumnya
disebabkan oleh hal-hal seperti disebutkan di atas. Karena
rasa trauma dengan ayahnya.
Walaupun akhirnya bapaknya berubah ketika anak laki-lakinya remaja,
tetapi sudah terlanjur anak laki-lakinya membenci laki-laki karena masuk ke alam
bawah-sadarnya.
Oleh karena itu pendidikan untuk anak
laki-laki mutlak harus diasuh oleh sosok laki-laki. Seseorang ingin mendidik
anak laki-laki menjadi laki-laki sejati, tetapi dalam kehidupan masa kecilnya
tidak ada sosok laki-laki yang mengasuhnya, mana mungkin anak laki-laki itu
belajar sebagai laki-laki. Fitrahnya
itulah yang menjadi rusak.
Fitrah adalah sejenis software
yang diberikan oleh Allah subhanahu
wata’ala kepada seorang anak. Berbeda dengan pemahaman orang Barat yang
menyatakan bahwa anak itu ibarat kertas putih, tinggal orangtuanya yang
mengisinya. Sedangkan dalam Islam, seorang bayi sudah mempunya program-software, sudah ada fitrahnya,
pertama ia (bayi) itu Islam.
Lihat AlQur’an Surat Al A’raaf ayat 172 :
سُوۡرَةُ الاٴعرَاف
وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ
مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّيَّتَہُمۡ وَأَشۡہَدَهُمۡ عَلَىٰٓ
أَنفُسِہِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ قَالُواْ بَلَىٰۛ شَهِدۡنَآۛ أَن
تَقُولُواْ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ إِنَّا ڪُنَّا عَنۡ هَـٰذَا غَـٰفِلِينَ (١٧٢)
Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?"
mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Seorang bayi (siapapun) masih dalm
kandungan ibunya umur 4 bulan sudah bersaksi bahwa Allah adalah Tuhannya,
berarti ia Islam. Itulah fitrahnya.
Laki-laki itu fitrahnya adalah dalam
bermacam hal :
1.Jiwa
Al Qowam (pemimpin).
Tentu otaknya berbeda dengan anak
perempuan. Maka pendidikan laki-laki
berbeda dengan anak perempuan karena Allah subhanahu
wata’ala menciptakan-nya berbeda.
Allah sebutkan dalam AlQur’an Surat Hujurat ayat 13 bahwa hanya ada dua jenis manusia
yaitu laki-laki dan perempuan. Tidak
pernah disebutkan adanya manusia berjenis banci
(bencong). Menuduh bahwa banci itu
fitrah, berarti menuduh Allah berkhianat dalam penciptaan-Nya. Jadi tidak ada
mansia berjenis Waria, kalau ada, maka itu penyimpangan dari fitrah.
2.Laki-laki
punya keunikan/kelebihan dibanding perempuan.
Karena fitrahnya sejak awal berbeda (Lihat
AlQur’an Surat An Nisaa’ ayat 34).
Laki-laki punya kelebihan dibandingkan
perempuan. Laki-laki berpikiran singkat, kalau bicara seperlunya. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam sebagai
suami (laki-laki) kalau berkata-kata seperlunya, cukup singkat tetapi merangkum
semua hal. Maka bila orang laki-laki
banyak ngomong, panjang sekali ngomongnya, itu karena selama ini ia tidak
pernah mendapat stimulan laki-laki pada software-nya.
Selama ini diasuh oleh perempuan saja.
Bagiamana kita mendidik anak laki-laki dan
permpuan adalah berdasarkan AlQur’an, maka kita belajar dari keluarga yang ada
dalam AlQur’an, salah satu jiwa laki-laki adalah Al Qowam (pemimpin) sebagaimana disebutkan di atas. Sebagaimana
disebutkan dalam Surat An Nisaa’ ayat 34:
Bahwa kaum laki-laki itu adalah pemimpin
(Al Qowam) bagi wanita.
Artinya sejak lahir anak laki-laki oleh
Allah subhanahu wata’ala diberikan software : Pemimpin. Masalahnya software (kepemimpinan) bersesuaian atau
tidak dengan hardware (yang diasuhkan). Ternyata selama ini hardware-nya justru merusak jiwa Qowam-nya (jiwa kepemimpinannya). Sehingga ada orang laki-laki yang
jiwa Qowam-nya hilang karena diasuh
oleh ayah yang Cuek (tidak peduli) dan ibu
yang otoriter.
Padahal yang benar adalah laki-laki (suami)
menjadi penguat, penjadi faktor yang menegakkan keluarga. Sehingga seorang perempuan mendapatkan suami
yang Qowam (pemimpin, penegak
keluarga) adalah beruntung. Yang sebelumnya
perempuan itu pesimistis, tiba-tiba menjadi orang yang termotivasi oleh
suaminya, karena suaminya selalu berkata-kata yang positif. Yang selama ini perempuan itu tidak punya
potensi, karena menikah dengan seorang laki-laki yang punya jiwa kepemimpinan,
maka perempuan itu menjadi bintang.
Itulah hebatnya laki-laki yang mempunyai jiwa Al Qowam (Pemimpin),
sehingga isterinya bisa tumbuh potensinya.
Maka sebagaimana dicontohkan oleh
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
yang menempatkan diri beliau dalam keluarganya sebagai Al Qowam (pemimpin keluarga) sehingga isteri beliau ‘Aisyah rodhiyallahu ‘anha menjadi salah seorang ulama. Hafal banyak Hadits, menjadi guru beberapa
ulama laki-laki di zamannya.
Bagaimana pula Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mendidik
isteri beliau yang lain yaitu Zainab
binti Khuzaimah rodhiyallahu ‘anhuma,
disebut juga Ummul Masakin (Ibu
orang-orang miskin), karena beliau punya jiwa dermawan, jiwa sosial yang
tinggi, sehingga dicap sebagai orang wanita yang punya jiwa sosial tinggi,.
Bahkan Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam memujinya dalam sebuah Hadits : Khoirukunna man tholayadiha
- Sebaik-baik perempuan yang panjang tangannya (senang memberi). Demikian pula isteri-isteri beliau yang lain
menjadi contoh-teladan bagi perempuan-perempuan lain dizaman itu.
Makna “Al Qowam” juga berarti adil dan
seimbang. Maka laki-laki dalam Islam dibolehkan poligami karena punya
jiwa AlQowam (adil-seimbang). Dan bagi laki-laki yang tidak punya jiwa
AlQowam jangan sekali-kali ingin menikah lebih dari seorang wanita. Sebab akhirnya akan menjadi masalah, dan
menimbulkan pertengkaran dalam keluarga.
“AlQowam – AlQoyyim”, menurut Imam
Abubakar Arrozi dalam Kitab Mukhtar Ash Shiha maknanya
adalah Pemimpin (Leader), bukan pengekor.
Maka sejatinya laki-laki adalah AlQowam,
untuk menegakkan, menjadikan, membentuk, meningkatkan kemampuan anggota
keluarganya, terutama isterinya, misalnya ketika isterinya sedang hamil, ia
(suami) membantu dalam pekerjaan-pekerjaan keseharian di rumahtangganya. Untuk meringankan
tugas dalam rumah tangga yang biasanya dikerjakan oleh isterinya. Jangan sampai
isterinya yang sedang hamil itu tetap terbebani pekerjaan-pekerjaan
rumahtangganya.
Hal-hal yang demikian akan muncul pada
jiwa anak-anaknya, apabila anak dalam pengasuhan yang benar. Terutama anak
laki-laki yang tidak diasuh dengan benar, bisa-bisa ketika sudah dewasa ia akan
sering menyakiti perempuan, jiwanya pengecut, tidak bisa menjadi Leader, cengeng, dst. Itulah yang sering terjadi.
Maka agar kita bisa mendidik anak
laki-laki, belajarlah dari keluarga pendidik laki-laki terbaik. Dalam AlQur’an Surat Ali Imran ayat 33 Allah subhanahu
wata’ala memberikan contoh keluarga :
سُوۡرَةُ آل عِمرَان
۞
إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰٓ ءَادَمَ وَنُوحً۬ا وَءَالَ إِبۡرَٲهِيمَ وَءَالَ
عِمۡرَٲنَ عَلَى ٱلۡعَـٰلَمِينَ (٣٣)
Sesungguhnya
Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi
segala umat (di masa mereka masing-masing),
Ayat tersebut bila dibahas akan menjadi
dalam sekali maknanya, karena ayat tersebut memberikan petunjuk bagaimana
pendidikan dalam sebuah keluarga.
Pertama : Allah subhanahu wata’ala kepada Nabi Adam dan Nabi Nuh tidak memberikan
gelar ‘Ala Adam wa Nuh tetapi
kepada Ibrahim dan Imran membarikan gelar ‘Ala Ibrahim wa ‘ala Imran. Tetapi Allah memuji Adam dan Nuh tetapi
bukan keluarganya.
Sejatinya Keluarga Terbaik ada tiga ciri :
Punya pasangan, anak dan cucu yang baik. Keluarga Ibrahim dan Keluarga Imran punya
pasangan, anak dan keturunan yang baik-baik semua. Sementara Adam dan Nuh tidak
dipuji sebagai keluarga yang baik, tetapi dilebihkan sebagai sosok ayah yang
baik. Karena anak Adam (Qabil) sebagai pembunuh. Nabi Nuh ‘alaihissalam anaknya (Kan’an) menjadi kafir.
Nabi Adam ‘alaihissalam dipuji oleh Allah subhanahu
wata’ala, karena meskipun beliau punya kesalahan, beliau tidak pernah menuding pihak lain. Adam cepat
mengakui kesalahannya. Ketika Nabi Adam di keluarkan dari surga dan diturunkan
di bumi, terlunta-lunta di muka bumi,
tetapi beliau tetap mengakui kesalahannya sendiri, tidak pernah menyalahkan
pihak lain, misalnya dengan mengatakan :
Ini gara-gara iblis maka aku dikeluarkan dari surga. Tidak.
Nabi Adam ‘alaihissalam tidak menyalahkan demikian. Melainkan mengakui kesalahannya sendiri
sebagaimana dalam do’a beliau : Robbana dholamna anfusana wa illam
taghfirlana watarhamna lana kunanna minal khosyirin – (Wahai Tuhanku, kami telah menganiaya diri
kami sendiri, jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak memberi rahmat kepada
kami, niscaya kami termasuk orang yang merugi).
Sebagai teladan bagi kita, seorang bapak kalau
ternyata anaknya bandel, lalu
menyalahkan pihak lain, gara-gara TV,
gara internet, gara-gara gurunya, dsb. Tetapi hendaknya si bapak mawas diri,
evaluasi diri terlebih dahulu. Cepat
akui kesalahan diri, tidak usah mencari kambing hitam. Itulah yang
terbaik. Kalau anda ingin seperti
kualitas Nabi Adam ‘alaihissalam.
Nabi Nuh ‘alaihissalam, beliau dipuji Allah subhanahu wata’ala karena anak dan isterinya kafir, tetapi Nabi Nuh
tidak putus asa dalam berdakwah kepada anak-isteri dan kepada umat beliau.
Beliau berdakwah siang-malam, tiada pernah henti.
Maka orangtua yang baik bukan melihat
hasilnya, melainkan yang dilihat adalah prosesnya. Kalau orang tua hanya memikirkan hasilnya,
maka ia akan berpikir instan. Anaknya
yang bandel lalu dipanggilkan dukun, panggil ahli hipnotis dst,. Si bapaknya lupa
bahwa Allah subhanahu wata’ala
meng-hisab prosesnya.
Si bapak melihat anaknya bandel tidak mau
sholat, lalu dimasukkan ke pesantren, dst.
Maka pesantren seperti bengkel, memperbaiki anak-anak yang rusak. Karena orang tuanya angkat tangan. Bahkan
marah-marah kepada anaknya, berkata : “Bapak
tidak akan mengakui kamu sebagai anak” !
Jangan demikian, ingat, kelak hukumannya seperti Nabi Yunus
yang marah kepada umatnya yang tidak mau beriman, lalu beliau meninggalkan
umatnya itu.
Lihat AlQur’an
Surat Anbiyaa ayat 87 :
سُوۡرَةُ الاٴنبیَاء
وَذَا ٱلنُّونِ إِذ
ذَّهَبَ مُغَـٰضِبً۬ا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقۡدِرَ عَلَيۡهِ فَنَادَىٰ فِى
ٱلظُّلُمَـٰتِ أَن لَّآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبۡحَـٰنَكَ إِنِّى ڪُنتُ مِنَ
ٱلظَّـٰلِمِينَ (٨٧)
Dan
(ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia
menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia
(Yunus) menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan
selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang
yang zalim."
Nabi Yunus merasa bahwa kaumnya tidak
prospektif, bandel, tidak mau beriman,
diberitahu agar sholat, tetapi tidak mau sholat. Dilarang berzina, tetapi bahkan berzina
berkali-kali, maka Nabi Yunus ‘alaihissalam
kesal sekali, marah dan meninggalkan kaumnya, dengan maksud mencari kaum yang
lain, yang kira-kira mau mendengarkan dakwahnya. Maka Allah hukum Nabi Yunus dengan dimasukkan
ke dalam perut ikan paus. Kehidupannya
terasa gelap.
Maka jangan sekali-kali seorang bapak
marah-marah kepada anak dan keluarganya, lalu meninggalkannya. Akan mengalami kegelapan hidup. Usahanya kandas terus, bisnisnya selalu
merugi, dst. Maka orangtua jangan sampai putus asa mendidik anak-anak terutama
anak laki-laki. Hidayah adalah milik Allah subhanahu
wata’ala. Maka orangtua sebagaimana
Rasul Ulul ‘Azmi adalah bekerja saja secara sungguh-sungguh, mendidik anak dengan benar, sebagaimana Nabi Ibrahim
dan keluarga Ali Imran yang sukses mendidik-anak-anaknya.
Catatan
:
1. Ibrahim adalah
Nabi, sedangkan Imran bukan Nabi.
Maknanya, meskipun kita bukan Nabi, kita bisa sukses seperti keluarga
Imran.
2. Ibrahim
ber-poligami, menurut Imam Ibnu Ishaq meriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim
punya isteri 4 : Sarah, Hajar, Qondura
dari Bani Madyan, dan Hajun binti Amin tinggal diwilayah sekitar Yaman. Dari empat isteri melahirkan anak 12 orang
tetapi ada yang meriwayatkan 13 orang anak.
3.
Ibrahim
sukses berpoligami, anak-anak beliau semua menjadi tokoh pada zamannya. Bahkan
seluruh nabi-nabi nasab-nya adalah
Nabi Ibrahim a.s. Maka Nabi Ibrahim
disebut : Bapak semua nabi.
4.
Nabi
Ibrahim adalah keluarga yang berpindah-pindah (Nomaden). Beliau tinggal di
Babylonia pindah ke Syam, pindah lagi ke Mesir, lalu ke Hijaz. Sementara Keluarga Imran, tidak
berpindah-pindah menetap di Baitul Maqdis.
5.
Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam anaknya
laki-laki semua. Maka mengurus anak
laki-laki belajarlah dengan Nabi Ibrahim.
Sedangkan Keluarga Imran anaknya perempuan (Maryam).
Target
Pengasuhan.
Berbeda target antara pengasuhan anak
laki-laki dan perempuan, karena pada dasarnya anak laki-laki secara fitrahnya berbeda (tidak
sama) dengan anak perempuan. Maka targetnya-pun berbeda. Oleh karena itu paham Emansipasi itu merusak.
Banyak keluarga rusak karena melaksanakan Eamansipasi yang tidak punya patokan
dalam Syari’at.
Oleh karena itu dalam Islam ada patokan
cara mendidiknya. Anak laki-laki
berbeda, sebagaimana disebutkan di atas keluarga
Ibrahim dengan anak laki-lakinya dan keluarga
Imran yang punya anak perempuan.
Keluarga Ibrahim punya tokoh anak laki-laki terbaik, yaitu Ismail
dan Ishaq. Sementara itu keluarga Imran
punya tokoh perempuan terbaik, yaitu Maryam.
Ismail dan Ishaq menjadi Nabi sedangkan
Maryam yang punya predikat “perempuan suci” tidak menjadi Nabi tetapi mendukung
kenabian, yaitu melahirkan Nabi yaitu Nabi ‘Isa ‘alaihissalam.
Artinya, khusus untuk anak laki-laki
target pengasuhannya adalah mencetak
menjadi “nabi”. Maknanya, anda punya
anak laki-laki didiklah menjadi “nabi” atau mendidik “ala
nabi”. Untuk anak perempuan, targetnya
adalah : Didiklah ia menjadi “wanita
suci”. Menjadi pendukung kenabian. Maka dalam Hadits disebutkan bahwa
wanita terbaik ada empat :
1. Asiyah, isteri Fir’aun. Suaminya tokoh kafir,
tetapi ia tetap beriman.
2. Maryam binti Imran, yang melahirkan Nabi ‘Isa ‘alaiahissalam,
3.
Khadijah binti
Khuwailid,
isteri Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi
wasallam,
4.
Fatimah binti
Muhammad,
putri Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam
Ternyata keempatnya bukan Nabi, tetapi
peran Asiyah (isteri Fir’aun)
merupakan faktor pendukung proses kenabian, yaitu mengasuh Musa hingga menjadi
Nabi.
Maryam
binti Imran,
berperan menjadi pendukung kenabian, dari rahimnya lahir seorang Nabi yaitu
Nabi ‘Isa ‘alaihissalam.
Khadijah
binti Khuwailid,
suaminya menjadi Nabi dan Rasul, yaitu
Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam.
Fatimah, ayahnya menjadi
Nabi, yang menjadi contoh keberhasilan seorang ayah mendidik anak perempuan.
Untuk mencetak anak laki-laki menjadi Nabi,
adalah mustahil. Karena kenabian sudah selesai dengan ke-Rasulan Muhammad shollallahu
‘alaihi wasallam.
Yang kita bahas adalah bagaimana nilai
kenabian itu ada pada laki-laki. Yaitu :
1. Seorang anak
laki-laki dicetak menjadi Ahli Ilmu
(Ulama). Sebab ulama adalah penerus para Nabi. Maka bila ingin mencetak anak laki-laki di
zaman ini adalah mencetak menjadi Ulama, yaitu Ahli Ilmu bidang apa saja,
bukan hanya bidang agama. Didiklah anak
laki-laki menjadi ahli di bidangnya. Maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mendidik para sahabat menjadi Ahli.
Dalam pengertian ahli adalah seorang pemimpin yang bisa memahami dan memberikan
solusi.
2. Seorang anak
menjadi Iqomatuddin, menegakkan
agama (Islam). Didiklah anak laki-laki menjadi penegak Islam. Orang ahli tetapi tidak punya jiwa pembelaan
terhadap Islam, berarti gagal orangtua mendidiknya.
Demikian Bagian Pertama tentang mendidik anak laki-laki, akan dilanjutkan
dengan Bagian Kedua pada pertemuan
berikutnya, yang intinya mencetak laki-laki menjadi Ahli dan punya jiwa Iqomatuddin (pembelaan terhadap tegaknya
Islam).
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA
WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
____________
sebenarnya isi pembahasan ini bagus,cuma umtuk bagian "dompet pink", itu terkesan diskriminasi terhadap kebebasan berekspresi,lalu bagaimana dengan pria yang suka warna pink,tapi tetap hidup sebagai pria normal,lalu yang ingin saya tanyakan juga,jika benar pink itu itu untuk perempuan saja,kenapa perempuan yang memakai aksesoris biru/hitam tidak dianggap maskulin bahkan terlalu laki saja,karena masyarakat sendiri yang bilang kalau biru & hitam itu maskulin
ReplyDeleteterimakasih infonya menarik,jangan lupa kunjungi balik website kami http://bit.ly/2NkavPz
ReplyDelete