PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Ustadz Sulaiman
Jum’at, 6 Jumadats Tsani 1436H –
27 Maret 1015
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Allah
subhanahu wata’ala berfirman dalam
AlQur’an Surat Al A’raaf ayat 172 :
Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari Kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (ke-Esaan Tuhan)",
Maksudnya, bahwa ingatlah bahwa setiap
anak cucu Adam (manusia) ketika di alam Rahim pernah berikrar, bersaksi dan bersumpah bahwa Allah adalah Tuhan
satu-satunya yang harus disembah. Itulah fitrah
manusia sejak di alam ruh dan dalam kandungan ibunya, bersih, suci. Itulah janji manusia yang dikatakan sebagai Kewajiban Azasi Manusia.
Sementara manusia di dunia sekarang
menuntut Hak Azasi Manusia. Tetapi tentang Kewajiab Azasi Manusia tidak pernah
dibicarakan. Tidak pernah orang itu mengkaji siapa dirinya, untuk apa ia
diciptakan dan kemana setelah hidup yang hanya sementara ini. Padahal Hak dan Kewajiban itu seharusnya
diselaraskan, seimbang dan serasi.
Untuk Apa Allah subhanahu wata’ala meminta per-saksian (komitmen) seluruh manusia
sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut ?
Agar kelak manusia ketika di Hari Kiamat (Akhirat) tidak mukir
(mengelak) dengan mengatakan tidak tahu atas hal itu, tidak tahu bahwa harus menyembah Allah,
tidak tahu harus begaimana menjalani hidup di dunia, dst. Tentang karakter
manusi itu Allah Maha Tahu, karena Allah yang menciptakan, yaitu manusia suka
mencari alasan, suka berdebat dan berdalih.
Jangan sampai di Hari Kiamat kelak,
manusia itu ketika ditanya lalu mengatakan : Orangtua saya yang menyebabkan saya tidak mengenal Allah. Jangan
sampai manusia kelak ketika ditanya oleh Allah subhanahu wata’ala berkelit, berdebat, ber-argumentasi bahwa ia
lalai dengan sumpah dan janjinya ketika di alam ruh.
Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dalam
Hadits : Bahwa sesungguhnya bayi terlahir
dalam keadaan suci, bersih tanpa dosa. Perbuatan orangtuanyalah yang haram.
Tidak ada istilah “anak haram”. Semua bayi lahir adalah dalam keadaan fitrah (suci). Lingkungan dan
orangtuanya-lah yang menyebabkan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi
dll.
Dalam agama Islam, semua peraturan dan larangan
adalah untuk kemaslahatan manusia. Islam sangat menjaga kelangsungan hidup
manusia. Islam ditegakkan atas dasar Rahmatan lil ‘alamin (Rahmat bagi
seluruh alam).
Allah subhanahu
wata’ala mengutus Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam dan beliau bersabda : Islam
itu akan tegak dengan Akhlakul Karimah (Ahlak
Mulia).
Dan Allah subhanahu wata’ala memuji Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam karena akhlak beliau, bukan karena amal-sholihnya atau yang lain.
Sebagaimana dalam Surat Al Qalam ayat 4
:
Dan
sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Maka letak posisi kaum muslimin di tengah
masyarakat bukan karena dahinya hitam, atau yang sering mengikuti Majlis Ta’lim,
ikut sholat berjamaah, tetapi tidak akur dengan tetangganya, tidak perduli
dengan lingkungan. Karena buah dari semua yang tersebut di atas adalah : Hablumminallah
- Hablumminannaas. (Hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antar sesama
manusia).
Maka perlu dipertanyakan kesholihan
seseorang kalau ia sering ribut dengan tetangganya atau tidak pernah akur
dengan orang di sekitarnya.
Islam
ditegakkan atas dasar Akhlak mulia, kelembutan. Maka kalau ada kelompok-kelompok yang
melakukan kekerasan atau mengebom, dst, dengan alasan jihad fisabillah, maka kita tidak usah ikut-ikutan, tetapi marilah
kita memelihara diri dan keluarga agar tidak ikut-ikut melakukan kekerasan,
meskipun beda pendapat. Atau kalau ada kelompok yang samar-samar, harus jelas apa materinya, dalilnya, di mana
mereka melaksanakan Ta’lim.
Setiap hukum dalam Islam adalah menjaga
kelangsungan kehidupan manusia. Misalnya ada hukum yang mengatakan : Setelah isteri
dicerai oleh suaminya (cerai hidup) maka
ada Masa Iddah. Inilah salah satu
hukum dalam Islam, sesuai dengan fitrah
manusia. Maka seorang tokoh ilmuwan
beragama Yahudi di Amerika Serikat bernama Prof. Dr. Robert Ghulam. Dia
terkenal sebagai seorang ahli kandungan, Ahli DNA dan Ahli Sidik Kelamin.
Sebagaimana kita tahu bahwa selama ini
yang kita kenal adalah Sidik Jari.
Dan menurut Professor tersebut dalam meneliti DNA yang diperiksa pertama-tama
adalah Sidik Kelamin. Ilmu pengetahuan
selama ini membuktikan bahwa setiap
manusia tidak sama sidik jarinya
dan tidak sama Sidik Kelaminnya.
Itulah Maha Besar dan Maha Kuasa Allah dalam menjaga Fitrah Manusia.
Apa kaitannya ?. Ada persitiwa yang
menarik. Prof.Dr. Robert Ghulam dengan
ke-ilmuannya yang demikian dalam dan diakui oleh Amerika dan dunia
internasional. Professor tersebut pada
semula menganggap bahwa aturan Islam (Masa
Iddah) adalah tidak adil, bahwa perempuan
yang dicerai sebelum tiga kali haid
(tiga kali suci) tidak boleh menikah lagi. Sementara seorang laki-laki hari ini bercerai
dengan isterinya, maka esok harinya boleh menikah lagi dengan wanita lain.
Bahkan masih ada isterinya-pun laki-laki boleh menikah lagi sampai paling
banyak empat orang isteri. Yang demikian itu (semula) menurut Prof. Robert
Ghulam tidak adil.
Karena professor itu penasaran, maka ia
mengadakan penelitian. Dia mengadakan survey dan penelitian di salah satu
negara Afrika yang penduduknya mayoritas non-muslim. Dikumpulkan wanita-wanita janda yang menikah
lagi (tanpa Masa Iddah). Ketika wanita-wanaita tersebut mempunyai anak, maka anak yang lahir dari wanita yang menikah
lagi (tanpa masa Iddah) itu, ternyata dari tubuh anak-anak yang lahir itu
DNA-nya lebih dari satu macam bahkan lebih.
Sidik-Kelamin di peroleh dari
penyelidikan ketika seorang suami-isteri berhu-bungan, si suami akan
meninggalkan sidik kelamin di dinding rahim isterinya. Bila sepasang
suami-isteri berhubungan berapa kali saja maka akan tertinggal di dinding rahim
isterinya itu hanya satu jenis sidik-kelamin. Kalau si isteri itu berhubungan
dengan laki-laki lain (bukan suaminya) walaupun hanya sekali, maka akan
meninggalkan sidik-kelamin yang lain yang berbeda dengan sidik-kelamin
suaminya.
Dari hasil penyelidikan yang dilakukan
oleh Professor tersebut ternyata wanita-wanita di Negara non muslim tersebut
(di Afrika) hampir semua mempunyai sidik-kelamin
lebih dari satu.
Kemudian Professor tersebut beralih ke
Negara yang penduduknya mayoritas muslim. Yaitu Nigeria. Dia mengadakan penelitian terhadap para
wanita yang statusnya janda yang kemudian menikah lagi. Setelah mereka punya
anak, lalu di test DNA anak-anaknya,
ternyata anak-anak mereka hanya
mempunyai satu jenis DNA dan satu jenis
Sidik-Kelamin.
Akhirnya Professor tersebut berkesimpulan
dan bisa membedakan antara wanita-wanita janda yang non-muslim dengan wanita-wanita
Muslimah yang mengikuti aturan Islam (Masa Iddah). Professor itu kembali ke Amerika dan anaknya
ada 4 (empat) orang. Keempat anak dan isterinya
diteliti DNA-nya. Anak pertama
sesuai DNA-nya dengan dirinya (Professor). Berarti anak tersebut adalah
anaknya.
Anak kedua diterliti, hasilnya berbeda
DNA-nya dengan anak pertama. Berarti ayah dari anak kedua itu berbeda. Demikian pula anak ketiga dan ke-empat
juga berbeda-beda satu-sama-lain. Maka
Professor tersebut berkesimpulan bahwa isterinya berhubungan dengan laki-laki
lain (selingkuh) sampai ada empat laki-laki lain. Berarti isterinya tidak
memegang komitmen dalam rumah-tangga alias khianat.Akhirnya dia ceraikan
isterinya, lalu dia masuk Islam dan
diajaklah anak pertamanya untuk bergabung dengannya dalam keluarga barunya masuk
Islam.
Itulah Islam menjaga kehormatan wanita dan menjaga kelangsungan hidup
manusia. Jadi jelas seseorang itu siapa bin siapa, jelas nasabnya, jelas
garis keturnan dari siapa.
Dan yang demikian itu sangat penting bagi
segala urusan kemanusiaan. Maka Maha Besar Allah dengan segala
aturan-aturan-Nya. Dari hasil penelitaan
tersebut di atas, ternyata DNA atau
Sidik-Kelamin yang menempel dalam rahim akan hilang setelah wanita mengalami tiga kali haid (Tiga kali suci).
Demikian hukum (aturan) dalam Islam,
jangan sampai ketika seorang anak (terutama anak perempuan) siapa walinya
(ayahnya). Dan ketika hendak dinikahkan siapa waliya, harus jelas. Maka
hendaknya kita harus hati-hati terhadap anak-putri kita, jangan sampai salah
dalam bergaul. Jangan sampai bergaul dengan cara yang di luar cara-cara
Syari’at Islam. Karena semua itu akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah
subhanahu wata’ala kelak di Hari
Kiamat.
Demikian banyak dan mendalamnya
hukum-hukum Islam secara ilmiyah, dengan tehnologi perkembanagan manusia,
kebenaran Islam bisa dibuktikan.
Islam
dengan segala hukum-hukumnya adalah benar. Setiap yang diwajibkan dan dianjurkan
adalah baik bagi manusia dan semua yang dilarang bila dilanggar adalah
berakibat buruk bagi manusia (kehidupan manusia).
Ketika perintah Allah dilaksanakan oleh
manusia, maka manfaat akan diperoleh oleh manusia itu sendiri, karena Allah subhanahu wata’ala yang menciptakan
manusia. Allah sangat mengetahui kelemahan-kelemahan manusia maka dibuatlah
aturan yang namanya Din (Agama),
Kitab Suci AlQur’an dan As Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalalam.
Lihat AlQur’an Surat Ar Ruum ayat 30 :
Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. tidak
ada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Fitrah
Allah:
Maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama
yaitu agama Tauhid.
Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka
hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran
pengaruh lingkungan.
Ayat tersebut merupakan perintah Allah
kepada manusia untuk masuk ke dalam Islam,
untuk mengingat kembali bahwasanya manusia jangan sampai lupa kepada ikrarnya kepada Allah subhanahu wata’ala, maka Allah
berfirman sebagaimana ayat 172 Surat Al A’raaf, tersebut di
atas.
Tidak ada perubahan dalam fitrah manusia,
maka bila ada manusia tidak beragama Islam, maka ia (manusia) sudah keluar dari fitrahnya
sebagai manusia.
Fitrah manusia adalah butuh makan, butuh
tidur, dan segala macam kebutuhan lainnya, dan kalau ada ajaran yang keluar
dari segala yang dibutuhkan manusia, maka ia keluar dari fitrahnya.
Misalnya orang tidak menikah, orang puasa terus-menerus, sholat
terus-menerus, tidak tidur terus-menerus, dst, adalah tidak sesuai dengan
fitrahnya sebagai manusia. Tidak sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Islam
juga
melarang manusia merusak alam lingkungan. Lihat Surat Ar Ruum ayat 41 :
Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Padahal fitrah manusia adalah melestarikan dan menjaga keseimbangan alam
yang Allah ciptakan, demi kenyamanan, demi kebutuhan dan kemaslahatan hidup
manusia. Tetapi manusianya yang merusak
alam. Padahal manausia dipersilakan ambil hasil alamnya, silakan dinikmati, memang itu semua Allah
ciptakan untuk kita manusia. Tetapi firman Allah subhanahu wata’ala : “Jaga
keseimbangannya, kelestariannya,
jangan dirusak”.
Ingatlah akan dampak yang ditimbulkannya,
misalnya banjir, longsor, gempa-bumi, semua adalah akibat kerusakan alam yang
telah terjadi. Dan itu akibat ulah manusia.
Padahal fitrah manusia adalah menjaga kesucian tangannya, menjaga sifat
keserakahannya, ingatlah perjanjiannya dengan Allah subhanahu wata’ala.
Karena kehidupan di dunia ini hanya
sementara (fana) dan yakin akan ada pertemuan dengan Allah subhanahu wata’ala
dan di situ ada pertanggungjawaban dari aktivitas apa yang kita lakukan selama
kita manusia hidup di dunia ini.
Setiap perbuatan kita sekecil dan sebesar apapun akan ditampakkan oleh Allah
subhanahu wata’ala. Oleh karena itu marilah kita sama-sama
menjaga fitrah itu, yaitu :
1. Hablumminllah – hubungan
manusia dengan Allah subhanahu wata’ala
2. Hablumminannaas – hubungan antar
sesama manusia,
3. Rahmat Allah untuk seluruh
alam – berarti alam tidak boleh kita rusak.
Maka kelestarian alam lingkungan, kita
pelihara kebersihan diri dan lingkungan.
Jadilah pelopor di lingkungan kita dalam
menjaga kelestarian dan kebersihan alam, karena hal itu merupakan ajaran Islam
agama kita. Bahwa kebersihan merupakan
bagian dari ke-Imanan dan cermin akhlak seseorang, untuk berbudaya
tertib dan seterusnya.
Itulah Fitrah Manusia yang
demikian indah dan suci, jangan dikotori oleh kita sendiri. Ingatlah,
faktor-faktor lingkungan kita,
pergaulan kita serta pendidikan yang kita dapatkan, akan mewarnai akhlak dan
fitrah kita manusia. Maka kita jaga
yaitu dengan melaksanakan apa yang Allah perintahkan dan meninggalkan segala
sesuatu yang Allah larang. Amin, ya Robbal ‘alamin.
Hendaknya kita selalu mengingat Surat Adz Dzariyat ayat 56, Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Maksudnya, Allah menciptakan kita manusia
(dan jin) dengan sungguh-sungguh, tidak main-main, atau kebetulan, atau karena
iseng-iseng, tetapi Allah subhanahu
wata’ala menghadirkan kita manusia di muka bumi ini dengan sungguh-sungguh
dan melalui proses pemilihan yang sangat ketat, dari sekian juta sperma,
sehingga menjadi bayi dalam kandungan ibu, dan lahir menjadi makhluk manusia
(makhluk pilihan).
Artinya kita manusia diciptakan bukan
kebetulan atau sia-sia atau iseng-iseng, tetapi ada tujuan yaitu Allah ciptakan
kita manusia, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk beribadah kepada Allah subhanahu
wata’ala. Selanjutnya dalam menjalani hidup kita di dunia ini setiap detik,
setiap jam, setiap hari dan setiap tahun
kita lalui, dan semakin berkuranglah jatah umur kita.
Maka sangat tidak masuk akal, sangat naïf
kalau seorang muslim merayakan Hari Ulang Tahunnya, dengan eforia, dengan
pesta-pesta, karena yang demikian itu tidak sesuai dengan ajaran Islam. Yang seharusnya dengan Muhasabah (interospeksi
diri) , dan waktu umur yang dilaluinya semakin mendekatkan dirinya kepada finish yang Allah sudah tentukan
sebagai Camat (Calon mati). Akan mendekati Saat
Mati.
Lihat Surat Al Mulk ayat 1 – 2 Allah subhanahau wata’ala berfirman
1.
Maha suci Allah
yang di tangan-Nya segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,
2. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun,
Yang dimaksud amalannya adalah untuk menyongsong kehidupan kekal (abadi). Maka
adalah keliru kalau ada ungkapan : Hidup hanya sekali. Yang benar
hidup adalah lima kali : Di alam Arwah (Ruh), di alam Rahim, di alam Dunia, di alam Barzah dan
di alam Akhirat. Ketika kita mati, itulah gerbang awal memasuki kehidupan
yang abadi.
Hidup di dunia inilah yang menentukan
kehidupan selanjutnya (Akhirat) yang lamanya tidak terbatas. Bahagia atau sengsara di Akhirat ditentukan
oleh kita manusia ketika hidup di dunia. Allah ingin lihat apa amal-kebaikan kita
di dunia, dengan umur yang Allah berikan ketika di dunia ini. Siapa yang paling pandai memanfaatkkan dan
menggunakan waktu yang Allah berikan selama di dunia.
Kemudian orang mengatakan bahwa ketika
jenazah manusia di makamkan, dimasukkan ke liang kubur, orang mengatakan itulah
tempat peristirahatan terakhir. Keliru
lagi mengatakannya. Siapa bilang bahwa
dalam kubur itu orang istirahat ? Tujuh
langkah dari orang terakhir yang mengantar jenazah meninggalkan makam itu, maka
dua Malaikat datang kepada orang yang dalam kubur itu menanyakan
pertanggungjawaban apa yang hendak dilakukan selama hidupnya di dunia. Tidak istirahat. Tergantung amal-perbuatannya
ketika di dunia.
Alam kubur (Alam Barzah) adalah awal dari kehidupan yang sebenarnya.
Yang terakhir kehidupan kita adalah : di
Surga atau Neraka. Maka pandai-pandailah kita menjaga fitrah manusia,
fitrah kita sebagai hamba Allah. Kita mengabdi kepada Allah subhanahu wata’ala, dalam arti luas,
kita bekerja dengan penuh amanah, dengan penuh disiplin. Itulah bagian dari ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala.
Sekian bahasan, mudah-mudahaan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA
WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
______________
No comments:
Post a Comment