Translate

Monday, April 6, 2015

Fitrah Manusia, oleh : Ustadz Sulaiman


PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

Fitrah Manusia
Ustadz Sulaiman

 Jum’at,  6 Jumadats Tsani 1436H – 27 Maret 1015

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat Al A’raaf ayat 172 : 

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (ke-Esaan Tuhan)",

Maksudnya, bahwa ingatlah bahwa setiap anak cucu Adam (manusia) ketika di alam Rahim pernah berikrar, bersaksi  dan bersumpah bahwa Allah adalah Tuhan satu-satunya yang  harus disembah.  Itulah fitrah manusia sejak di alam ruh dan dalam kandungan ibunya, bersih, suci.  Itulah janji manusia yang dikatakan sebagai Kewajiban Azasi Manusia.

Sementara manusia di dunia sekarang menuntut Hak Azasi Manusia. Tetapi tentang Kewajiab Azasi Manusia tidak pernah dibicarakan. Tidak pernah orang itu mengkaji siapa dirinya, untuk apa ia diciptakan dan kemana setelah hidup yang hanya sementara ini.  Padahal Hak dan Kewajiban itu seharusnya diselaraskan, seimbang dan serasi.

Untuk Apa Allah subhanahu wata’ala meminta per-saksian (komitmen) seluruh manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut ?  Agar kelak manusia ketika di Hari Kiamat (Akhirat) tidak mukir (mengelak) dengan mengatakan tidak tahu atas hal itu,   tidak tahu bahwa harus menyembah Allah, tidak tahu harus begaimana menjalani hidup di dunia, dst. Tentang karakter manusi itu Allah Maha Tahu, karena Allah yang menciptakan, yaitu manusia suka mencari alasan, suka berdebat dan berdalih.

Jangan sampai di Hari Kiamat kelak, manusia itu ketika ditanya lalu mengatakan : Orangtua saya yang menyebabkan saya tidak mengenal Allah. Jangan sampai manusia kelak ketika ditanya oleh Allah subhanahu wata’ala berkelit, berdebat, ber-argumentasi bahwa ia lalai dengan sumpah dan janjinya ketika di alam ruh.

Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dalam Hadits : Bahwa sesungguhnya bayi terlahir dalam keadaan suci, bersih tanpa dosa. Perbuatan orangtuanyalah yang haram. Tidak ada istilah “anak haram”. Semua bayi lahir adalah dalam keadaan fitrah (suci). Lingkungan dan orangtuanya-lah yang menyebabkan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi dll.

Dalam agama Islam, semua peraturan dan larangan adalah untuk kemaslahatan manusia. Islam sangat menjaga kelangsungan hidup manusia. Islam ditegakkan atas dasar Rahmatan lil ‘alamin (Rahmat bagi seluruh alam).  
Allah subhanahu wata’ala mengutus Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dan beliau bersabda : Islam itu akan tegak dengan Akhlakul Karimah (Ahlak Mulia).

Dan Allah subhanahu wata’ala memuji Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam karena akhlak beliau, bukan karena amal-sholihnya atau yang lain. Sebagaimana dalam Surat Al Qalam ayat 4 :
 

Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Maka letak posisi kaum muslimin di tengah masyarakat bukan karena dahinya hitam, atau yang sering mengikuti Majlis Ta’lim, ikut sholat berjamaah, tetapi tidak akur dengan tetangganya, tidak perduli dengan lingkungan. Karena buah dari semua yang tersebut di atas adalah : Hablumminallah - Hablumminannaas. (Hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antar sesama manusia).
Maka perlu dipertanyakan kesholihan seseorang kalau ia sering ribut dengan tetangganya atau tidak pernah akur dengan orang di sekitarnya.

Islam ditegakkan atas dasar Akhlak mulia, kelembutan.  Maka kalau ada kelompok-kelompok yang melakukan kekerasan atau mengebom, dst, dengan alasan jihad fisabillah, maka kita tidak usah ikut-ikutan, tetapi marilah kita memelihara diri dan keluarga agar tidak ikut-ikut melakukan kekerasan, meskipun beda pendapat. Atau kalau ada kelompok yang samar-samar,  harus jelas apa materinya, dalilnya, di mana mereka melaksanakan Ta’lim.

Setiap hukum dalam Islam adalah menjaga kelangsungan kehidupan manusia. Misalnya ada hukum yang mengatakan : Setelah isteri dicerai oleh suaminya (cerai hidup)  maka ada Masa Iddah. Inilah salah satu hukum dalam Islam, sesuai dengan fitrah manusia.  Maka seorang tokoh ilmuwan beragama Yahudi di Amerika Serikat bernama Prof. Dr. Robert Ghulam. Dia terkenal sebagai seorang ahli kandungan, Ahli DNA dan Ahli Sidik Kelamin.

Sebagaimana kita tahu bahwa selama ini yang kita kenal adalah Sidik Jari. Dan menurut Professor tersebut dalam meneliti DNA yang diperiksa pertama-tama adalah Sidik Kelamin.  Ilmu pengetahuan selama ini membuktikan bahwa setiap  manusia tidak sama sidik jarinya dan tidak sama Sidik Kelaminnya. Itulah Maha Besar dan Maha Kuasa Allah dalam menjaga Fitrah Manusia.

Apa kaitannya ?. Ada persitiwa yang menarik.  Prof.Dr. Robert Ghulam dengan ke-ilmuannya yang demikian dalam dan diakui oleh Amerika dan dunia internasional.  Professor tersebut pada semula menganggap bahwa aturan Islam (Masa Iddah) adalah tidak adil, bahwa perempuan  yang dicerai sebelum tiga kali haid (tiga kali suci) tidak boleh menikah lagi.  Sementara seorang laki-laki hari ini bercerai dengan isterinya, maka esok harinya boleh menikah lagi dengan wanita lain. Bahkan masih ada isterinya-pun laki-laki boleh menikah lagi sampai paling banyak empat orang isteri. Yang demikian itu (semula) menurut Prof. Robert Ghulam tidak adil.


Karena professor itu penasaran, maka ia mengadakan penelitian. Dia mengadakan survey dan penelitian di salah satu negara Afrika yang penduduknya mayoritas non-muslim.  Dikumpulkan wanita-wanita janda yang menikah lagi (tanpa Masa Iddah). Ketika wanita-wanaita tersebut mempunyai anak,  maka anak yang lahir dari wanita yang menikah lagi (tanpa masa Iddah) itu, ternyata dari tubuh anak-anak yang lahir itu DNA-nya lebih dari satu macam bahkan lebih.

Sidik-Kelamin di peroleh dari penyelidikan ketika seorang suami-isteri berhu-bungan, si suami akan meninggalkan sidik kelamin di dinding rahim isterinya. Bila sepasang suami-isteri berhubungan berapa kali saja maka akan tertinggal di dinding rahim isterinya itu hanya satu jenis sidik-kelamin. Kalau si isteri itu berhubungan dengan laki-laki lain (bukan suaminya) walaupun hanya sekali, maka akan meninggalkan sidik-kelamin yang lain yang berbeda dengan sidik-kelamin suaminya. 

Dari hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Professor tersebut ternyata wanita-wanita di Negara non muslim tersebut (di Afrika) hampir semua mempunyai sidik-kelamin lebih dari satu. 

Kemudian Professor tersebut beralih ke Negara yang penduduknya mayoritas muslim. Yaitu Nigeria.  Dia mengadakan penelitian terhadap para wanita yang statusnya janda yang kemudian menikah lagi. Setelah mereka punya anak,  lalu di test DNA anak-anaknya, ternyata  anak-anak mereka hanya mempunyai satu jenis DNA  dan satu jenis Sidik-Kelamin.

Akhirnya Professor tersebut berkesimpulan dan bisa membedakan antara wanita-wanita janda yang non-muslim dengan wanita-wanita Muslimah yang mengikuti aturan Islam (Masa Iddah).   Professor itu kembali ke Amerika dan anaknya ada 4 (empat) orang.  Keempat anak  dan isterinya  diteliti DNA-nya.  Anak pertama sesuai DNA-nya dengan dirinya (Professor). Berarti anak tersebut adalah anaknya.

Anak kedua diterliti, hasilnya berbeda DNA-nya dengan anak pertama. Berarti ayah dari anak kedua itu  berbeda. Demikian pula anak ketiga dan ke-empat juga berbeda-beda satu-sama-lain.  Maka Professor tersebut berkesimpulan bahwa isterinya berhubungan dengan laki-laki lain (selingkuh) sampai ada empat laki-laki lain. Berarti isterinya tidak memegang komitmen dalam rumah-tangga alias khianat.Akhirnya dia ceraikan isterinya, lalu dia masuk Islam dan diajaklah anak pertamanya untuk bergabung dengannya dalam keluarga barunya masuk Islam.

Itulah Islam menjaga kehormatan wanita dan menjaga kelangsungan hidup manusia.  Jadi jelas seseorang itu siapa bin siapa, jelas nasabnya, jelas garis keturnan dari siapa.
Dan yang demikian itu sangat penting bagi segala urusan kemanusiaan. Maka Maha Besar Allah dengan segala aturan-aturan-Nya.  Dari hasil penelitaan tersebut di atas, ternyata DNA  atau Sidik-Kelamin yang menempel dalam rahim akan hilang setelah wanita mengalami tiga kali haid (Tiga kali suci).

Demikian hukum (aturan) dalam Islam, jangan sampai ketika seorang anak (terutama anak perempuan) siapa walinya (ayahnya). Dan ketika hendak dinikahkan siapa waliya, harus jelas. Maka hendaknya kita harus hati-hati terhadap anak-putri kita, jangan sampai salah dalam bergaul. Jangan sampai bergaul dengan cara yang di luar cara-cara Syari’at Islam. Karena semua itu akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah subhanahu wata’ala kelak di Hari Kiamat.

Demikian banyak dan mendalamnya hukum-hukum Islam secara ilmiyah, dengan tehnologi perkembanagan manusia, kebenaran Islam bisa dibuktikan.
Islam dengan segala hukum-hukumnya adalah benar.  Setiap yang diwajibkan dan dianjurkan adalah baik bagi manusia dan semua yang dilarang bila dilanggar adalah berakibat buruk bagi manusia (kehidupan manusia).

Ketika perintah Allah dilaksanakan oleh manusia, maka manfaat akan diperoleh oleh manusia itu sendiri, karena Allah subhanahu wata’ala yang menciptakan manusia. Allah sangat mengetahui kelemahan-kelemahan manusia maka dibuatlah aturan yang namanya Din (Agama), Kitab Suci AlQur’an dan As Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalalam. 
Lihat AlQur’an Surat Ar Ruum ayat 30 :
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama Tauhid.
Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.
Ayat tersebut merupakan perintah Allah kepada manusia untuk masuk ke dalam Islam,  untuk mengingat kembali bahwasanya manusia jangan sampai lupa kepada ikrarnya kepada Allah subhanahu wata’ala, maka Allah berfirman  sebagaimana ayat 172 Surat Al A’raaf, tersebut di atas.

Tidak ada perubahan dalam fitrah manusia, maka bila ada manusia tidak beragama Islam,  maka ia (manusia) sudah keluar dari fitrahnya sebagai manusia.
Fitrah manusia adalah butuh makan, butuh tidur, dan segala macam kebutuhan lainnya, dan kalau ada ajaran yang keluar dari segala yang dibutuhkan manusia, maka ia keluar dari fitrahnya.  Misalnya orang tidak menikah, orang puasa terus-menerus, sholat terus-menerus, tidak tidur terus-menerus, dst, adalah tidak sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia. Tidak sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Islam juga melarang manusia merusak alam lingkungan. Lihat Surat Ar Ruum ayat 41 :

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Padahal fitrah manusia adalah melestarikan dan menjaga keseimbangan alam yang Allah ciptakan, demi kenyamanan, demi kebutuhan dan kemaslahatan hidup manusia.   Tetapi manusianya yang merusak alam. Padahal manausia dipersilakan ambil hasil alamnya,  silakan dinikmati, memang itu semua Allah ciptakan untuk kita manusia. Tetapi firman Allah subhanahu wata’ala : “Jaga keseimbangannya, kelestariannya, jangan dirusak”.

Ingatlah akan dampak yang ditimbulkannya, misalnya banjir, longsor, gempa-bumi, semua adalah akibat kerusakan alam yang telah terjadi. Dan itu akibat ulah manusia.   Padahal fitrah manusia adalah menjaga kesucian tangannya, menjaga sifat keserakahannya, ingatlah perjanjiannya dengan Allah subhanahu wata’ala.
Karena kehidupan di dunia ini hanya sementara (fana) dan yakin akan ada pertemuan dengan Allah subhanahu wata’ala dan di situ ada pertanggungjawaban dari aktivitas apa yang kita lakukan selama kita manusia hidup di dunia ini. 
Setiap perbuatan kita sekecil  dan sebesar apapun akan ditampakkan oleh Allah subhanahu wata’ala.  Oleh karena itu marilah kita sama-sama menjaga fitrah itu, yaitu :

1.     Hablumminllah – hubungan manusia dengan Allah subhanahu wata’ala
2.     Hablumminannaas – hubungan antar sesama manusia,
3.     Rahmat Allah untuk seluruh alam – berarti alam tidak boleh kita rusak.

Maka kelestarian alam lingkungan, kita pelihara kebersihan diri dan lingkungan.
Jadilah pelopor di lingkungan kita dalam menjaga kelestarian dan kebersihan alam, karena hal itu merupakan ajaran Islam agama kita.  Bahwa kebersihan merupakan bagian dari ke-Imanan dan cermin akhlak seseorang, untuk berbudaya tertib dan seterusnya. 

Itulah Fitrah Manusia yang demikian indah dan suci, jangan dikotori oleh kita sendiri.  Ingatlah,  faktor-faktor  lingkungan kita, pergaulan kita serta pendidikan yang kita dapatkan, akan mewarnai akhlak dan fitrah kita manusia.  Maka kita jaga yaitu dengan melaksanakan apa yang Allah perintahkan dan meninggalkan segala sesuatu yang Allah larang.  Amin, ya Robbal ‘alamin.

Hendaknya kita selalu mengingat Surat Adz Dzariyat ayat 56,  Allah subhanahu wata’ala berfirman :

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Maksudnya, Allah menciptakan kita manusia (dan jin) dengan sungguh-sungguh, tidak main-main, atau kebetulan, atau karena iseng-iseng, tetapi Allah subhanahu wata’ala menghadirkan kita manusia di muka bumi ini dengan sungguh-sungguh dan melalui proses pemilihan yang sangat ketat, dari sekian juta sperma, sehingga menjadi bayi dalam kandungan ibu, dan lahir menjadi makhluk manusia (makhluk pilihan).


Artinya kita manusia diciptakan bukan kebetulan atau sia-sia atau iseng-iseng, tetapi ada tujuan yaitu Allah ciptakan kita manusia, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala. Selanjutnya dalam menjalani hidup kita di dunia ini setiap detik, setiap jam,  setiap hari dan setiap tahun kita lalui, dan semakin berkuranglah jatah umur kita.

Maka sangat tidak masuk akal, sangat naïf kalau seorang muslim merayakan Hari Ulang Tahunnya, dengan eforia, dengan pesta-pesta, karena yang demikian itu tidak sesuai dengan ajaran Islam.  Yang seharusnya dengan Muhasabah (interospeksi diri) , dan waktu umur yang dilaluinya semakin mendekatkan dirinya kepada finish yang Allah sudah tentukan sebagai Camat (Calon mati). Akan mendekati Saat Mati.
 
 Lihat Surat Al Mulk ayat 1 – 2 Allah subhanahau wata’ala berfirman

1.     Maha suci Allah yang di tangan-Nya segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,

2.     Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,

Yang dimaksud amalannya adalah untuk menyongsong kehidupan kekal (abadi). Maka adalah keliru kalau ada ungkapan : Hidup hanya sekali. Yang benar hidup  adalah lima kali : Di alam Arwah (Ruh), di alam Rahim, di alam Dunia, di alam Barzah dan di alam Akhirat. Ketika kita mati, itulah gerbang awal memasuki kehidupan yang abadi.

Hidup di dunia inilah yang menentukan kehidupan selanjutnya (Akhirat) yang lamanya tidak terbatas.  Bahagia atau sengsara di Akhirat ditentukan oleh kita manusia ketika hidup di dunia. Allah ingin lihat apa amal-kebaikan kita di dunia, dengan umur yang Allah berikan ketika di dunia ini.  Siapa yang paling pandai memanfaatkkan dan menggunakan waktu yang Allah berikan selama di dunia.


Kemudian orang mengatakan bahwa ketika jenazah manusia di makamkan, dimasukkan ke liang kubur, orang mengatakan itulah tempat peristirahatan terakhir.   Keliru lagi mengatakannya.  Siapa bilang bahwa dalam kubur itu orang istirahat ?   Tujuh langkah dari orang terakhir yang mengantar jenazah meninggalkan makam itu, maka dua Malaikat datang kepada orang yang dalam kubur itu menanyakan pertanggungjawaban apa yang hendak dilakukan selama hidupnya di dunia.  Tidak istirahat. Tergantung amal-perbuatannya ketika di dunia.

Alam kubur (Alam Barzah) adalah awal dari kehidupan yang sebenarnya. Yang terakhir kehidupan kita adalah : di Surga atau Neraka. Maka pandai-pandailah kita menjaga fitrah manusia, fitrah kita sebagai hamba Allah. Kita mengabdi kepada Allah subhanahu wata’ala, dalam arti luas, kita bekerja dengan penuh amanah, dengan penuh disiplin.  Itulah bagian dari ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala.

Sekian bahasan, mudah-mudahaan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                          ______________

No comments:

Post a Comment