Translate

Tuesday, March 24, 2015

Menuju Kesholihan Pribadi & Sosial, oleh : Irwansyah Al Maidani



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

Menuju Kesholihan Pribadi & Sosial
Irwansyah Al Maidani

Jum’at,  22 Jumadil Ula 1436 H – 13 Maret 2015

Assalamu’alikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam At Thurmudzy, haditsnya hasan-shahih, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Tebarkan salam, memberi makan, sambung silaturrahim dan sholat malam.

1.Tebarkan salam.

Maksudnya, di manapun kita berada maka hendaknya kita selalu menebarkan keselamatan,  antara lain dengan mengucapkan salam (Assalamu’alaikum) kepada kepada semua yang ada di sekeliling kita.

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat An Nisaa’ ayat 86 : 

Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.


Salam bermakna mengandung do’a. Orang yang diucapi (diberi ucapan) salam berarti dido’akan agar ia selalu selamat, diberikan kasih sayang dan keberkahan Allah subhanahu wata’ala.  Salam dalam agama Islam tidak terbatas pada ruang dan waktu. Karena salam dalam Assalamu’alaikum bermakna : Semoga keselamatan, kasih-sayang Allah dan keberkahan-Nya selalu meliputi dan mengikutimu.

Berbeda dengan ucapan dalam bahasa umum (asing) : Selamat pagi (good morning) selamat siang, selamat malam, dst. bermakna selamat hanya ketika itu saja, pagi, siang atau malam. Dan ketika dulu ada seorang yang mengaku sebagai pembaharu Islam mengganti ucapan Assalamu’alaikum dengan ucapan Shobahul Khair,  itu sudah menyalahi ajaran Islam (Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam) dan bertentangan dengan yat AlQur’an tersebut di atas.

Makna berikutnya dari Assalamu’alaikum adalah lebih luas, yaitu bahwa umat Islam (umat Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam) harus bisa memberikan nilai-nilai kedamaian, keamanan, kasih-sayang di manapun ia berada. Misalnya ketika kita masuk ke masjid, jangan sampai orang yang sudah ada di  dalam masjid terusik oleh kehadiran kita.  Jangan sampai terganggu ke-khusyu’- annya, mungkin mereka sedang sholat, sedang dzikir, tasbih, dst.

Jangan sampai orang yang duduk dekat kita terganggu dengan aroma (bau badan) kita yang tidak sedap, dst. Maka ketika kita hendak masuk masjid, hendaknya dalam keadaan bersih, napas tidak bau, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam sebuah Hadits : “Wahai anak Adam (maksudnya manusia) berpakaianlah yang baik dan bersih ketika  kamu masuk masjid”.

Juga dalam Hadits lain Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Salah satu tanda orang beriman adalah apabila ia berada di suatu tempat, maka orang lain selamat (terhindar) dari gangguan lisannya dan tangannya”.
Maknanya bahwa setiap muslim harus bisa memberikan kedamaian di manapun ia berada. Maka dalam Islam sebenarnya tidak dikenal istilah teroris, kekerasan dsb.  Kata “teroris” adalah perkataan orang Barat yang anti Islam untuk menghancurkan Islam. Yang benar :  Islam adalah Rahmatan lil ‘alamin.

Dalam sejarah Islam, ketika Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam berdakwah di Mekkah, ditempat kelahiran beliau dan keluarga,  suasananya sudah tidak lagi kondusif, karena beliau dan umat Islam yang mengikuti ajaran beliau diintimidasi, di ancam hendak di bunuh dst., maka Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kepada  beliau dan umat Islam untuk hijrah (pindah) dari Mekkah ke Madinah.

Maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimikn ketika itu hijrah dari Mekkah ke Madinah. Setiba di Madinah, di mana masyarakat Madinah terdiri dari Yahudi,  orang Majusi, orang musyrikin, orang Nashara dan banyak lagi orang-orang kafir, apakah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam kemudian memerangi mereka ? Tidak.

Tetapi beliau dan para pengikutnya hidup berdampingan dengan penduduk Madinah secara damai.  Bahkan dalam kurun waktu 8 tahun kemudian Makkah bisa ditaklukkan kembali tanpa ada darah setetespun tercurah.  Artinya tanpa melalui peperangan.  Dan seluruh penduduk Mekkah berduyun-duyun masuk Islam.

Ketika baru datang di Madinah,  orang-orang non Islam seperti Yahudi, Nasrani dan Majusi serta orang-orang musyrik lainnya dibiarkan, tidak diusik sama sekali.  Bahkan mereka direkrut untuk mempertahankan kota Madinah dari serangan musuh, dengan suatu perjanjian yang terkenal dengan nama Piagam Madinah.  
Suatu piagam perjanjian untuk hidup damai, yang ditanda-tangani tokoh-tokoh masayarakat  Madinah dan semua masyarakat Madinah setuju.  Terbukti Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam seorang negosiator dan diplomat ulung, bisa membangun kekuatan Madinah.

Dalam hadits lain, diriwayatkan bahwa di sebuah pasar di Madinah, namanya Pasar Qainuqa, ada seorang nenek tua pengemis, ia orang Yahudi, matanya buta, setiap pagi selalu diberi makanan dengan disuapi makanan oleh oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalam.  Tetapi sambil mengunyah makanan itu si nenek pengemis buta itu selalu mencaci-maki Rasulullah shollalalahu ‘alaihi wasallam, dengan mengatakan Muhammad itu tukang sihir, orang gila, tukang dusta, dst.   

Sambil menyuapi pengemis buta itu Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mendengarkan caci-maki terhadap diri beliau, tetapi beliau tidak marah, bahkan senyum sambil  menyuapi makanan ke mulut pengemis tua itu sesuap demi sesuap,  Demikianlah yang beliau lakukan setiap pagi. Si pengemis tua itu tidak tahu bahwa orang yang memberi makanan dan menyuapi setiap pagi adalah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.

Ketika suatu saat dimana Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam sudah wafat, Abubakar as Siddiq yang menggantikan menjadi Khalifah.

Beliau bertanya kepada anak putrinya ‘Aisyah rodhiyalalahu ‘anha, yang juga isteri Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam,  adakah kebiasaan-kebiasaan Rasulullah yang harus diteruskan untuk dilakukan ?   Maka ‘Aisyah r.a. menjawab : “Ada ya ayahku, beliau setiap pagi menyuapi seorang nenek tua yang menjadi pengemis di sudut pasar Qainuqa”. 

Maka Abubakar segera menuju sudut pasar untuk memberi suapan makanan kepada nenek tua yang menjadi pengemis itu.  Si pengemis buta itu merasakan suapannya lain dari biasanya, lalu bertanya kepada yang menyuapi  yaitu Abubakar as Siddiq : “Rasanya yang menyuapi aku sekarang bukan yang biasa menyuapi aku, siapa engkau ?”.

Maka Abubakar as Siddiq menjawab : “Aku Abubakar, menggantikan orang yang setiap pagi menyuapimu.  Yang biasa menyuapi kamu selama ini adalah beliau Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, beliau sekarang sudah wafat”.
Pengemis itu terkejut,  balik bertanya : “Benarkah yang kamu katakan itu ? Kalau begitu selama ini aku mencaci maki dia,  padahal dia yang selalu menyuapi aku setiap pagi ?”.

Kemudian pengemis itu duduk tersungkur, menyesali apa yang selama ini ia ucapkan, yaitu mencaci-maki orang yang selama ini memberi makan kepadanya, dan ternyata yang ia caci-maki adalah Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam dan beliau tidak pernah marah,  beliau sekarang sudah wafat.  Maka setelah itu pengemis tua itu menyatakan masuk Islam, mengucapkan Dua Kalimah Syahadat.

Demikianlah kisah tersebut, bagaimana Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam memberikan contoh kedamaian. Memang ada kalanya kita harus membalas kekerasan dengan kekerasan, tetapi di medan perang. Dan masih banyak contoh lagi dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam tentang kedamaian dan  keindahan Islam.   Islam tidak mengenal teroris, anargis, dst. sebagaimana dikatakan oleh orang Barat.

Kapan kita (Islam) harus berlaku tegas dan keras ?. Yaitu manakala kita diserang untuk mempertahankan kebenaran.  Islam itu seperti lebah, tidak pernah mengusik orang kecuali bila ia diganggu. Hewan lebah akan mempertahankan harga diri dan kewibawaannya, kalau ia diganggu dan diusik oleh makhluk lain. Lebah tidak akan mengganggu makhluk lain. Lebah hinggap di manapun ranting atau daun tetapi tidak pernah merusak yang ia hinggapi.

Lebah akan menghampiri bunga membantu proses penyerbukan dan lebah hanya akan menghisap sari bunga yang bersih, lebah tidak mau hingga di tempat yang kotor. Dan lebah akan mengeluarkan madu yang sangat bermanfaat untuk obat bagi manusia.

Kalau orang Barat mengatakan bahwa Islam senang berperang, agama Islam disebarkan melalui peperangan, maka kita bantah pernyataan mereka.  Perang Badar dan perang Uhud serta perang lainnya di zaman Rasulullah shollallahu alaihi wasallam terjadi karena Islam yang diserang.  Maka perang dalam Islam selalu terjadi di luar (sekitar) kota Madinah, karena Islam yang didatangi dan di serang.  Kaum muslimin ketika itu menyambut musuh di luar kota Madinah, untuk menjaga jangan sampai kota Madinah rusak dan mengorbankan anak-anak dan orang-orang tua.

Sampai Islam di negeri Nusantara juga tidak melalui peperangan melainkan melalui perdagangan dan pendekatan budaya. Orang Barat menjajah Nusantara dengan pemaksaan dan peperangan. Itulah orang Barat. Tetapi mereka mengatakan Islam datang dengan pedang, dengan peperangan. Dan orang Barat (Portugis, Belanda, Inggris) itu jelas kafir.  Sementara orang-orang kaum Muslimin datang sambil berdagang, melalui Gujarat, Yaman, datang di Nusantara. Mereka banyak menikah dengan penduduk pesisir pantai di Pasai (Aceh), di Barus – Tapanuli (Sumatera Utara),  di Pulau Jawa, Maluku, dst. Sementara itu Belanda selalu mengajak perang, membunuh, merampok hasil bumi penduduk Nusantara.

Perang di zaman Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam adalah karena Islam yang didatangi, diserang, maka kaum Muslimin melawan dan mempertahankan harga agama, harga-diri, jiwa  dan kedaulatan  kota Madinah.  Maka harus didudukkan persepsi kita umat Islam, supaya kita jangan sampai ter-racuni oleh pemikiran orang Barat.  Justru merekalah yang menebarkan agama dengan peperangan.

Sedangkan Islam datang dengan damai, menebarkan salam. Maka yang terjadi di Suriah, di Irak dan ISIS saat ini,  tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam.

2.Memberi makan (Hidup Berbagi).

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah menolak orang yang meminta sesuatu kepada beliau.  Demikian pula para sahabat, mereka hidup selalu berbagi.

Dalam AlQur’an Surat Al Lail ayat 5 – 10 Allah subhanahu wata’ala berfirman :

5. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,
6. Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga),
7. Maka Kami(Allah) kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.
8. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup.
9. Serta mendustakan pahala terbaik,
10. Maka kelak Kami (Allah) akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.

Makna Berbagi.
1.     Berbagi paling tidak  dalam bentuk bersedekah (shodakoh) dengan do’a.
2.     Berbagi juga bisa dengan tindakan, atau wajah berseri (senyuman).
3.     Berbagi dalam bentuk konsep, pemikiran, ilmu, dst.
4.     Berbagi dengan  tenaga, kekuatan badan kita. Biasanya di kampung ada kerja gotong-royong, dst.
5.     Berbagi dengan harta, menyediakan sarana dsb.

Hadits shahih dalam Kitab Riyadhushsholihin, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bercerita bahwa ada tiga orang dengan kekurangan pada tubuhnya, yaitu orang buta, orang belang (kusta) dan orang yang botak (tidak punya rambut kepala) sejak lahir.

Datanglah malaikat utusan Allah subhanahu wata’ala menjelma berupa manusia, berkata kepada orang yang buta: Wahai saudaraku, apa yang engkau cita-citakan sejak engkau lahir ?.  Orang itu menjawab : “Aku ingin bisa melihat.  Sejak lahir sampai sekarang saya sudah berumur ini belum pernah melihat seperti apa keindahan dunia.  Dengan saya bisa melihat dunia akan menambah keimanan saya kepada Allah subhanahu wata’ala.” 

Malaikat berkata : “Berdo’alah wahai sadaraku kepada Allah semoga terkabul apa yang kau inginkan”. Setelah itu orang buta itu berdo’a menengadahkan kedua tangannya,  kemudian ia mengusapkan tangan kewajahnya, tiba-tiba ia bisa melihat dunia terang-benderang, semua bisa terlihat oleh matanya yang sudah tidak buta lagi.  Maka tersungkurlah ia bersujud syukur kepada Allah subhanahu wata’ala, telah bisa melihat secara normal.

Kemudian orang yang baru bisa melihat dari butanya itu ditawari lagi dua ekor kambing jantan dan betina. Maka ia sngat suka-cita bukan alang-kepalang. Setelah beberapa tahun kemudian ia mempunyai kambing yang banyak dari sepasang kambing yang dulu diberikan kepadanya, beranak-pinak.  Sampai akhirnya ia menjadi orang kaya di kampung itu.

Hari kedua malaikat datang lagi dengan menjelma berujud manusia mendatangi orang yang punya sakit kusta (belang).  “Apa yang engkau inginkan dalam hidupmu wahai saudaraku ?”. Tanya malaikat kepada orang yang berpenyakit kusta.  Orang itu menjawab : “Aku sangat ingin agar Allah menyembuhkan penyakitku ini.  Karena setiap kali aku ingin bergabung dengan orang lain, orang-orang itu menyingkir jauh karena bau badanku yang sakit ini.  Aku sangat menderita karena dihina oleh orang-orang itu”.

“Berdoalah kepada Allah wahai saudaraku, minta agar engkau disembuhkan dari penyakitmu itu”. Kata orang yang sebetulnya malaikat  itu.  Maka berdoalah orang itu kepada Allah subhanahu wata’ala, minta disembuhkan penyakit kustanya.  Maka secara perlahan-lahan tetapi pasti orang itu sembuh dari sakit kustanya.  Ia menjadi orang tampan, bersih, wangi badannya.   Sesudah itu ditawari lagi oleh malaikat itu harta, yaitu seekor sapi betina, yang harganya lebih mahal dibandingkan harga kambing. Kemudian ia bersujud syukur kepada Allah subhanahu wata’ala.

Hari berikutnya malaikat yang menjelma menjadi manusia itu mendatangi orang yang botak sejak lahir.  Orang botak itu disarankan untuk meminta (berdo’a) kepada Allah agar ia ditumbuhkan rambut kepalanya.  Ternyata ia diberi oleh Allah rambut tumbuh dengan lebat di kepalanya sehingga ia menjadi pemuda yang tampan, gagah, tidak minder lagi. Lalu ia ditawari seekor unta untuk dipelihara, yang harganya lebih mahal dibandingkan dengan kambing atau sapi betina.  Orang yang semula botak itu bersujud syukur kepada Allah subhanahu wata’ala.

Setelah beberapa tahun kemudian, Allah subhanahu wata’ala mengutus malaikat tadi untuk menguji (mencoba) siapakah di antara ketiga orang itu yang benar-benar bersyukur dan mau berbagi kepada sesama.   Mula-mula malaikat menguji  orang yang pertama yang semula buta tetapi bisa melihat dan sudah menjadi orang yang kaya-raya di  kampungnya. 

Malaikat menjelma menjadi seorang pengemis yang  berpakaian lusuh dan compang-camping, meninta-minta kepada orang yang sudah kaya-raya itu, tetapi ditolaknya. 
Hari kedua malikat  itu mendatangi orang kedua yang semula sakit kusta dan sekarang sudah menjadi orang gagah dan kaya-raya, meminta barang sedikit harta,  tetapi ditolaknya dan orang yang kaya itu mencaci-maki dan mengusirnya.  

Hari ketiga malaikat yang menyamar menjadi pengemis itu mendatangi orang ketiga yang semula botak, tidak tumbuh rambut di kepala, sekarang sudah menjaidi orang yang gagah, tidak botak lagi, tetapi hidupnya tidak terlalu kaya, hanya cukup untuk makan sehari-hari.

Malaikat  menyamar menjadi orang pengemis,  meminta bantuan sedikit harta atau makanan kepada orang yang ketiga, yang hidupnya tidak terlalu kaya seperti orang pertama dan kedua.  Tertnyata orang ketiga ini menerima dengan ramah kepada pengemis itu dan memberinya bantuan. Orang itu mengajak ke kandang pambing yang sangat luas dan dipersilakn untuk memilih kambing yang mana saja, berapa ekor saja, silakan ambil dan bawa.

Manusia pengemis yang sebenarnya malaikat itu berkata dan berdo’a : Barokallahu fi  amwalika wasakhatallahu anshohi bai’. (Allah memberkahi pada harta-bendamu dan Allah murka kepada dua temanmu yang tidak mau berbagi).

Kisah dalam Hadits tersebut memberikan pelajaran kepada kita bahwa berbagi tidak akan mengurangi harta kita, bahkan keberkahan yang akan kita dapatkan. 

3.Sambung Silaturrahim.

Rasulullah bersabda dalam Hadits shahih  : Tidaklah orang beriman itu bisa langsung masuk surga karena ia memutuskan silaturrahim. Yang dimaksud silaturrahim tidak harus betatap-muka langsung, tetapi zaman sekarang bisa melalui telepon HP. SMS, E-mail, dst.

Jangan sampai hubungan kekeluargaan, kekerabatan, persaudaraan putus hanya karena perkara harta atau warisan. Itu bisa terjadi karena lemahnya iman, lemahnya hubungan orang itu kepada Allah subhanahu wata’ala.  Bahkan di dunia bisnis, silaturrahim merupakan ujung-tombak kesuksesan bisnisnya.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam Hadits shahih :
Barangsiapa yang ingin dimudahkan rezkinya,  diberikan panjang umur, perbanyaklah silaturrahim”. 

4.Sholat malam (Tahajud).

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam Hadits shahih : “Sholatlah kalian di sebagian malam hari ketika orang sedang tidur nyenyak, maka kalian akan masuk surga dengan selamat sejahtera”.

Maka hubungan antara point 1 sampai 3 tersebut di atas adalah hubungan horizontal, hubungan sesama manusia, hubungan sosial.  Hubungan tersebut belum lengkap bila tidak dibarengi dengan hubungan vertical, yaitu hubungan kita (manusia) dengan Allah subhanahu wata’ala.  Maka point 4  (sholat Malam) adalah ibadah Mahdhoh, ibadah yang ritual.

Rasul bersabda : “Sisihkan waktu malammu untuk ber-munajat di malam hari kepada Allah subhanahu wata’ala ketika manusia sedang tidur nyenyak”.

Lihat AlQur’an Surat Al Isra’ ayat 79 :   

Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.

Pada waktu malam do’a-do’a kita makbul, langsung tidak ada batas di hadapan Allah subhanahu wata’ala.  Ada masalah, atau problem apapun, adukan kepada Allah subhanahu wata’ala. Insya Allah masalah akan selesai.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabaroktauh.
                                                         _____________

No comments:

Post a Comment