PENGAJIAN DHUHA
MASJID BAITUSSALAM
Menuju Kesholihan
Pribadi & Sosial
Irwansyah Al Maidani
Jum’at, 22 Jumadil Ula 1436 H – 13 Maret 2015
Assalamu’alikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam
At Thurmudzy, haditsnya hasan-shahih, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Tebarkan salam, memberi makan, sambung silaturrahim dan sholat malam.
1.Tebarkan
salam.
Maksudnya, di manapun kita berada maka
hendaknya kita selalu menebarkan keselamatan, antara lain dengan mengucapkan salam
(Assalamu’alaikum) kepada kepada semua yang ada di sekeliling kita.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat An Nisaa’ ayat 86 :
Apabila
kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan
segala sesuatu.
Salam bermakna
mengandung do’a. Orang yang diucapi (diberi ucapan) salam berarti dido’akan
agar ia selalu selamat, diberikan kasih sayang dan keberkahan Allah subhanahu wata’ala. Salam dalam agama Islam tidak terbatas pada
ruang dan waktu. Karena salam dalam Assalamu’alaikum bermakna : Semoga
keselamatan, kasih-sayang Allah dan keberkahan-Nya selalu meliputi dan
mengikutimu.
Berbeda dengan ucapan dalam bahasa umum
(asing) : Selamat pagi (good morning) selamat siang, selamat malam, dst.
bermakna selamat hanya ketika itu saja, pagi, siang atau malam. Dan ketika dulu
ada seorang yang mengaku sebagai pembaharu Islam mengganti ucapan Assalamu’alaikum
dengan ucapan Shobahul Khair, itu
sudah menyalahi ajaran Islam (Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam) dan bertentangan dengan yat AlQur’an
tersebut di atas.
Makna berikutnya dari Assalamu’alaikum
adalah lebih luas, yaitu bahwa umat Islam (umat Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam) harus bisa
memberikan nilai-nilai kedamaian, keamanan, kasih-sayang di manapun ia berada.
Misalnya ketika kita masuk ke masjid, jangan sampai orang yang sudah ada
di dalam masjid terusik oleh kehadiran
kita. Jangan sampai terganggu ke-khusyu’- annya, mungkin mereka sedang
sholat, sedang dzikir, tasbih, dst.
Jangan sampai orang yang duduk dekat kita terganggu
dengan aroma (bau badan) kita yang tidak sedap, dst. Maka ketika kita hendak masuk
masjid, hendaknya dalam keadaan bersih, napas tidak bau, sebagaimana disabdakan
oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
sebuah Hadits : “Wahai anak Adam
(maksudnya manusia) berpakaianlah yang
baik dan bersih ketika kamu masuk
masjid”.
Juga dalam Hadits lain Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Salah satu tanda orang beriman adalah
apabila ia berada di suatu tempat, maka orang lain selamat (terhindar) dari
gangguan lisannya dan tangannya”.
Maknanya bahwa setiap muslim harus bisa
memberikan kedamaian di manapun ia berada. Maka dalam Islam sebenarnya tidak
dikenal istilah teroris, kekerasan dsb.
Kata “teroris” adalah perkataan orang Barat yang anti Islam untuk
menghancurkan Islam. Yang benar : Islam
adalah Rahmatan lil ‘alamin.
Dalam sejarah Islam, ketika Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam berdakwah
di Mekkah, ditempat kelahiran beliau
dan keluarga, suasananya sudah tidak
lagi kondusif, karena beliau dan umat Islam yang mengikuti ajaran beliau
diintimidasi, di ancam hendak di bunuh dst., maka Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kepada beliau dan umat Islam untuk hijrah (pindah)
dari Mekkah ke Madinah.
Maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimikn ketika itu hijrah dari Mekkah ke Madinah. Setiba
di Madinah, di mana masyarakat Madinah terdiri dari Yahudi, orang Majusi, orang musyrikin, orang Nashara
dan banyak lagi orang-orang kafir, apakah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam kemudian memerangi mereka ? Tidak.
Tetapi beliau dan para pengikutnya hidup
berdampingan dengan penduduk Madinah secara damai. Bahkan dalam kurun waktu 8 tahun kemudian
Makkah bisa ditaklukkan kembali tanpa ada darah setetespun tercurah. Artinya tanpa melalui peperangan. Dan seluruh penduduk Mekkah berduyun-duyun
masuk Islam.
Ketika baru datang di Madinah, orang-orang non Islam seperti Yahudi, Nasrani
dan Majusi serta orang-orang musyrik lainnya dibiarkan, tidak diusik sama
sekali. Bahkan mereka direkrut untuk
mempertahankan kota Madinah dari serangan musuh, dengan suatu perjanjian yang
terkenal dengan nama Piagam Madinah.
Suatu piagam perjanjian untuk hidup damai,
yang ditanda-tangani tokoh-tokoh masayarakat
Madinah dan semua masyarakat Madinah setuju. Terbukti Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam seorang negosiator dan diplomat ulung,
bisa membangun kekuatan Madinah.
Dalam hadits lain, diriwayatkan bahwa di
sebuah pasar di Madinah, namanya Pasar Qainuqa, ada seorang nenek tua pengemis,
ia orang Yahudi, matanya buta, setiap pagi selalu diberi makanan dengan disuapi
makanan oleh oleh Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasalam. Tetapi sambil mengunyah
makanan itu si nenek pengemis buta itu selalu mencaci-maki Rasulullah shollalalahu ‘alaihi wasallam, dengan
mengatakan Muhammad itu tukang sihir, orang gila, tukang dusta, dst.
Sambil menyuapi pengemis buta itu
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
mendengarkan caci-maki terhadap diri beliau, tetapi beliau tidak marah, bahkan
senyum sambil menyuapi makanan ke mulut
pengemis tua itu sesuap demi sesuap, Demikianlah yang beliau lakukan setiap
pagi. Si pengemis tua itu tidak tahu
bahwa orang yang memberi makanan dan menyuapi setiap pagi adalah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.
Ketika suatu saat dimana Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam sudah
wafat, Abubakar as Siddiq yang menggantikan menjadi Khalifah.
Beliau bertanya kepada anak putrinya
‘Aisyah rodhiyalalahu ‘anha, yang
juga isteri Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam, adakah
kebiasaan-kebiasaan Rasulullah yang harus diteruskan untuk dilakukan ? Maka ‘Aisyah r.a. menjawab : “Ada ya ayahku,
beliau setiap pagi menyuapi seorang nenek tua yang menjadi pengemis di sudut
pasar Qainuqa”.
Maka Abubakar segera menuju sudut pasar untuk
memberi suapan makanan kepada nenek tua yang menjadi pengemis itu. Si pengemis buta itu merasakan suapannya lain
dari biasanya, lalu bertanya kepada yang menyuapi yaitu Abubakar as Siddiq : “Rasanya yang
menyuapi aku sekarang bukan yang biasa menyuapi aku, siapa engkau ?”.
Maka Abubakar as Siddiq menjawab : “Aku Abubakar,
menggantikan orang yang setiap pagi menyuapimu.
Yang biasa menyuapi kamu selama ini adalah beliau Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, beliau
sekarang sudah wafat”.
Pengemis itu terkejut, balik bertanya : “Benarkah yang kamu katakan
itu ? Kalau begitu selama ini aku mencaci maki dia, padahal dia yang selalu menyuapi aku setiap
pagi ?”.
Kemudian pengemis itu duduk tersungkur,
menyesali apa yang selama ini ia ucapkan, yaitu mencaci-maki orang yang selama
ini memberi makan kepadanya, dan ternyata yang ia caci-maki adalah Nabi
Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam dan beliau tidak pernah
marah, beliau sekarang sudah wafat. Maka setelah itu pengemis tua itu menyatakan
masuk Islam, mengucapkan Dua Kalimah Syahadat.
Demikianlah kisah tersebut, bagaimana
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
memberikan contoh kedamaian. Memang ada kalanya kita harus membalas kekerasan
dengan kekerasan, tetapi di medan perang. Dan masih banyak contoh lagi dari
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
tentang kedamaian dan keindahan
Islam. Islam tidak mengenal teroris,
anargis, dst. sebagaimana dikatakan oleh orang Barat.
Kapan kita (Islam) harus berlaku tegas dan
keras ?. Yaitu manakala kita diserang untuk mempertahankan kebenaran. Islam
itu seperti lebah, tidak pernah mengusik orang kecuali bila ia diganggu.
Hewan lebah akan mempertahankan harga diri dan kewibawaannya, kalau ia diganggu
dan diusik oleh makhluk lain. Lebah tidak akan mengganggu makhluk lain. Lebah
hinggap di manapun ranting atau daun tetapi tidak pernah merusak yang ia
hinggapi.
Lebah akan menghampiri bunga membantu
proses penyerbukan dan lebah hanya akan menghisap sari bunga yang bersih, lebah
tidak mau hingga di tempat yang kotor. Dan lebah akan mengeluarkan madu yang
sangat bermanfaat untuk obat bagi manusia.
Kalau orang Barat mengatakan bahwa Islam
senang berperang, agama Islam disebarkan melalui peperangan, maka kita bantah
pernyataan mereka. Perang Badar dan
perang Uhud serta perang lainnya di zaman Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
terjadi karena Islam yang diserang. Maka
perang dalam Islam selalu terjadi di luar (sekitar) kota Madinah, karena Islam
yang didatangi dan di serang. Kaum
muslimin ketika itu menyambut musuh di luar kota Madinah, untuk menjaga jangan
sampai kota Madinah rusak dan mengorbankan anak-anak dan orang-orang tua.
Sampai Islam di negeri Nusantara juga
tidak melalui peperangan melainkan melalui perdagangan dan pendekatan budaya. Orang
Barat menjajah Nusantara dengan pemaksaan dan peperangan. Itulah orang Barat.
Tetapi mereka mengatakan Islam datang dengan pedang, dengan peperangan. Dan
orang Barat (Portugis, Belanda, Inggris) itu jelas kafir. Sementara orang-orang kaum Muslimin datang
sambil berdagang, melalui Gujarat, Yaman, datang di Nusantara. Mereka banyak
menikah dengan penduduk pesisir pantai di Pasai (Aceh), di Barus – Tapanuli
(Sumatera Utara), di Pulau Jawa, Maluku,
dst. Sementara itu Belanda selalu mengajak perang, membunuh, merampok hasil
bumi penduduk Nusantara.
Perang di zaman Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam adalah karena
Islam yang didatangi, diserang, maka kaum Muslimin melawan dan mempertahankan
harga agama, harga-diri, jiwa dan kedaulatan kota Madinah. Maka harus didudukkan persepsi kita umat
Islam, supaya kita jangan sampai ter-racuni oleh pemikiran orang Barat. Justru merekalah yang menebarkan agama dengan
peperangan.
Sedangkan Islam datang dengan damai,
menebarkan salam. Maka yang terjadi di Suriah, di Irak dan ISIS saat ini, tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam.
2.Memberi
makan (Hidup Berbagi).
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah menolak orang yang meminta
sesuatu kepada beliau. Demikian pula
para sahabat, mereka hidup selalu berbagi.
Dalam AlQur’an Surat Al Lail ayat 5 – 10 Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
5. Adapun orang yang memberikan
(hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,
6. Dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga),
7.
Maka Kami(Allah) kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.
8. Dan
adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup.
9. Serta
mendustakan pahala terbaik,
10.
Maka kelak Kami (Allah) akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.
Makna
Berbagi.
1. Berbagi paling
tidak dalam bentuk bersedekah (shodakoh)
dengan do’a.
2. Berbagi juga bisa
dengan tindakan, atau wajah berseri (senyuman).
3. Berbagi dalam
bentuk konsep, pemikiran, ilmu, dst.
4. Berbagi
dengan tenaga, kekuatan badan kita.
Biasanya di kampung ada kerja gotong-royong, dst.
5. Berbagi dengan
harta, menyediakan sarana dsb.
Hadits shahih dalam Kitab Riyadhushsholihin,
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bercerita bahwa ada tiga orang dengan
kekurangan pada tubuhnya, yaitu orang
buta, orang belang (kusta) dan orang
yang botak (tidak punya rambut kepala) sejak lahir.
Datanglah malaikat utusan Allah subhanahu wata’ala menjelma berupa
manusia, berkata kepada orang yang buta: Wahai saudaraku, apa yang engkau
cita-citakan sejak engkau lahir ?. Orang
itu menjawab : “Aku ingin bisa melihat.
Sejak lahir sampai sekarang saya sudah berumur ini belum pernah melihat
seperti apa keindahan dunia. Dengan saya
bisa melihat dunia akan menambah keimanan saya kepada Allah subhanahu wata’ala.”
Malaikat berkata : “Berdo’alah wahai
sadaraku kepada Allah semoga terkabul apa yang kau inginkan”. Setelah itu orang
buta itu berdo’a menengadahkan kedua tangannya, kemudian ia mengusapkan tangan kewajahnya,
tiba-tiba ia bisa melihat dunia terang-benderang, semua bisa terlihat oleh
matanya yang sudah tidak buta lagi. Maka
tersungkurlah ia bersujud syukur kepada Allah subhanahu wata’ala, telah bisa melihat secara normal.
Kemudian orang yang baru bisa melihat dari
butanya itu ditawari lagi dua ekor kambing jantan dan betina. Maka ia sngat
suka-cita bukan alang-kepalang. Setelah beberapa tahun kemudian ia mempunyai
kambing yang banyak dari sepasang kambing yang dulu diberikan kepadanya,
beranak-pinak. Sampai akhirnya ia
menjadi orang kaya di kampung itu.
Hari kedua malaikat datang lagi dengan
menjelma berujud manusia mendatangi orang yang punya sakit kusta (belang). “Apa
yang engkau inginkan dalam hidupmu wahai saudaraku ?”. Tanya malaikat kepada
orang yang berpenyakit kusta. Orang itu
menjawab : “Aku sangat ingin agar Allah menyembuhkan penyakitku ini. Karena setiap kali aku ingin bergabung dengan
orang lain, orang-orang itu menyingkir jauh karena bau badanku yang sakit ini. Aku sangat menderita karena dihina oleh
orang-orang itu”.
“Berdoalah kepada Allah wahai saudaraku,
minta agar engkau disembuhkan dari penyakitmu itu”. Kata orang yang sebetulnya
malaikat itu. Maka berdoalah orang itu kepada Allah subhanahu wata’ala, minta disembuhkan
penyakit kustanya. Maka secara
perlahan-lahan tetapi pasti orang itu sembuh dari sakit kustanya. Ia menjadi orang tampan, bersih, wangi
badannya. Sesudah itu ditawari lagi
oleh malaikat itu harta, yaitu seekor sapi betina, yang harganya lebih mahal
dibandingkan harga kambing. Kemudian ia bersujud syukur kepada Allah subhanahu wata’ala.
Hari berikutnya malaikat yang menjelma
menjadi manusia itu mendatangi orang yang botak sejak lahir. Orang botak itu disarankan untuk meminta
(berdo’a) kepada Allah agar ia ditumbuhkan rambut kepalanya. Ternyata ia diberi oleh Allah rambut tumbuh
dengan lebat di kepalanya sehingga ia menjadi pemuda yang tampan, gagah, tidak minder lagi. Lalu ia ditawari seekor
unta untuk dipelihara, yang harganya lebih mahal dibandingkan dengan kambing
atau sapi betina. Orang yang semula
botak itu bersujud syukur kepada Allah subhanahu
wata’ala.
Setelah beberapa tahun kemudian, Allah subhanahu wata’ala mengutus malaikat
tadi untuk menguji (mencoba) siapakah di antara ketiga orang itu yang
benar-benar bersyukur dan mau berbagi kepada sesama. Mula-mula malaikat menguji orang yang pertama yang semula buta tetapi bisa melihat dan sudah
menjadi orang yang kaya-raya di
kampungnya.
Malaikat menjelma menjadi seorang pengemis
yang berpakaian lusuh dan
compang-camping, meninta-minta kepada orang yang sudah kaya-raya itu, tetapi
ditolaknya.
Hari kedua malikat itu mendatangi orang kedua yang semula sakit kusta dan sekarang sudah menjadi orang
gagah dan kaya-raya, meminta barang sedikit harta, tetapi ditolaknya dan orang yang kaya itu
mencaci-maki dan mengusirnya.
Hari ketiga malaikat yang menyamar menjadi
pengemis itu mendatangi orang ketiga yang semula botak, tidak tumbuh rambut di kepala, sekarang sudah menjaidi orang
yang gagah, tidak botak lagi, tetapi hidupnya tidak terlalu kaya, hanya cukup
untuk makan sehari-hari.
Malaikat
menyamar menjadi orang pengemis, meminta
bantuan sedikit harta atau makanan kepada orang yang ketiga, yang hidupnya
tidak terlalu kaya seperti orang pertama dan kedua. Tertnyata orang ketiga ini menerima dengan
ramah kepada pengemis itu dan memberinya bantuan. Orang itu mengajak ke kandang
pambing yang sangat luas dan dipersilakn untuk memilih kambing yang mana saja,
berapa ekor saja, silakan ambil dan bawa.
Manusia pengemis yang sebenarnya malaikat
itu berkata dan berdo’a : Barokallahu
fi amwalika wasakhatallahu anshohi bai’.
(Allah memberkahi pada harta-bendamu dan Allah murka kepada dua temanmu yang
tidak mau berbagi).
Kisah dalam Hadits tersebut memberikan
pelajaran kepada kita bahwa berbagi tidak akan mengurangi harta kita, bahkan
keberkahan yang akan kita dapatkan.
3.Sambung
Silaturrahim.
Rasulullah bersabda dalam Hadits
shahih : Tidaklah orang beriman itu bisa langsung masuk surga karena ia
memutuskan silaturrahim. Yang dimaksud silaturrahim
tidak harus betatap-muka langsung, tetapi zaman sekarang bisa melalui telepon
HP. SMS, E-mail, dst.
Jangan sampai hubungan kekeluargaan,
kekerabatan, persaudaraan putus hanya karena perkara harta atau warisan. Itu
bisa terjadi karena lemahnya iman, lemahnya hubungan orang itu kepada Allah subhanahu wata’ala. Bahkan di dunia bisnis, silaturrahim merupakan ujung-tombak kesuksesan bisnisnya.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam Hadits shahih :
“Barangsiapa
yang ingin dimudahkan rezkinya,
diberikan panjang umur, perbanyaklah silaturrahim”.
4.Sholat
malam (Tahajud).
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam Hadits shahih : “Sholatlah kalian di sebagian malam hari
ketika orang sedang tidur nyenyak, maka kalian akan masuk surga dengan selamat
sejahtera”.
Maka hubungan antara point 1 sampai 3
tersebut di atas adalah hubungan horizontal, hubungan sesama manusia, hubungan
sosial. Hubungan tersebut belum lengkap
bila tidak dibarengi dengan hubungan vertical, yaitu hubungan kita (manusia)
dengan Allah subhanahu wata’ala. Maka point 4
(sholat Malam) adalah ibadah Mahdhoh, ibadah yang ritual.
Rasul bersabda : “Sisihkan waktu malammu untuk ber-munajat di malam hari kepada Allah
subhanahu wata’ala ketika manusia sedang tidur nyenyak”.
Lihat AlQur’an Surat Al Isra’ ayat 79 :
Dan
pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah
kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat
kamu ke tempat yang terpuji.
Pada waktu malam do’a-do’a kita makbul,
langsung tidak ada batas di hadapan Allah subhanahu
wata’ala. Ada masalah, atau problem
apapun, adukan kepada Allah subhanahu
wata’ala. Insya Allah masalah akan selesai.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA
WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabaroktauh.
_____________
No comments:
Post a Comment