PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Islam Sistem Hidup Yang Universal
Dr. Abdul Mu’ti,
M. Ed.
Jum’at,
21 Romadhon 1438H – 16 Juni 2017.
Assalamu’alaikum wr.wb.,
Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Thema bahasan
kali ini adalah : Islam sebagai system yang mengatur kehidupan Manusia. Bila
kita memahami Islam dan kita kaitkan dengan studi-studi agama maka kita akan
memiliki sebuah pemahaman bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang tidak merujuk
kepada indvidu, suku-bangsa atau tempat tertentu. Banyak agama di dunia yang
mengacu kepada Individu.
Misalnya agama
Budha, mengacu pada Sang Budha Sidarta Gaotama.
Agama Hindu
mengacu pada orang-orang (bangsa) Hindustan, suatu daerah tertentu di India,
dan agama tersebut memang berasal dari daerah tersebut. Agama Krsiten, yang
semula adalah agama (Islam) yang dibawakan oleh Nabi ‘Isa ‘alaihissalam,
kemudian menjadi “Kristen” karena merujuk dengan sebutan Kristus (Yang
disalib) yang dikaitkan dengan nama
Yesus Kristus. Agama Yahudi yang semula
adalah Agama Islam yang diturunkan dan dibawakan oleh Nabi Musa ‘alaihissalam dan para Rasul berikutnya
untuk umat Bani Israil, dalam perkembangannya disebut Yahudi karena dikaitkan
dengan salah satu suku dari kaum Bani Israil (Salah seorang anak Nabi Ya’qub ‘alaihissalam yang bernama Yahuda).
Islam
adalah agama yang tidak merujuk pada
individu tertentu, suku bangsa tertentu atau
daerah tertentu. Islam lebih menekankan pada suatu system yang merupakan Wahyu Allah subhanahu wata’ala yang diturunkan untuk manusia. Dalam studi-studi
di Barat, Islam sering disebut sebagai Muhammadanisme,
yang dikaitkan dengan Budhaisme, Hinduisme, dll. karena mereka menganggap bahwa
Islam adalah agama ciptaan Muhammad.
Sementara itu
kalau kita mempelajari AlQur’an, tidak ada satu-pun keterangan yang menunjukkan
bahwa Muhammad adalah sang Pencipta agama Islam. Muhammad shollallahu ‘alaihi
wasallam adalah seorang Rasul yang menyampai-kan Wahyu Allah subhanahu
wata’ala kepada umat manusia. Sehingga sejak awal kita mendapatkan
keterangan bahwa Islam adalah agama yang secara sistemik, baik hubungannya dengan
system Uluhiyah (Ketuhanan), maupun Rubbubiyah (Peribadatan),
maupun system Khuluqiyah (Moralitas), semuanya berasal dari Allah subhanahu wata’ala.
Sehingga Islam
bukanlah agama untuk suku, kelompok atau bangsa tertentu. Bila kita membaca (mempelajari)
AlQur’an, maka Allah adalah Robbul’alamin (Tuhan seluruh Alam semesta). Allah adalah Tuhan bagi
manusia, bagi binatang, tumbuhan, juga Tuhan para Malaikat. Bahkan seharusnya
Syaithan-pun menuhankan Allah, tetapi syaithan tidak mau menuhankan dan tidak
mau menyembah Allah subhanahu wata’ala.
Allah adalah Robbul’alamin,
Allah yang mengatur semua yang ada dialam semesta ini. Allah adalah Tuhan
dimana kita bergantung kepada-Nya. Sistem Uluhiyyah dalam Islam menekankan
adanya Centrality On God bukan Centrality for other Greatest (Sentralitas
manusia kepada Tuhan, bukan sentralitas manusia kepada makhluk lainnya atau
kepada dzat lain selain Allah subhanahu wata’ala.
Prinsip tersebut
menjadi penting sehingga dalam peradaban Islam kita hanya beribadah kepada
Allah subhanahu wata’ala. Wama
umiru illa liya’budullaha mukhlisina lahuddin. (Kita tidak diperintahkan kecuali hanya untuk tunduk sepenuhnya kepada
perintah Allah dan Ikhlas dalam menunaikan tuntunan-Nya).
Oleh karena itu
prinsip penting dalam hubungannya dengan peribadatan dalam Islam adalah Ibadah.
Ibadah dalam Islam pengertiannya bukan penyembahan kepada Tuhan melainkan
ketundukan kepada kehendak Allah subhanahu wata’ala. Kita tunduk
sepenuhnya kepada kehendak Allah subhanahu
wata’ala.
Itulah hakekat Ibadah.
Dalam kaitan itu
maka pengertian Ibadah sinonim
dengan Salama (Aslama) di mana dalam ber-Islam kita tunduk sepenuhnya pada
apapun yang diperintahkan oleh Allah,
dan kita menghindari sejauh-jauhnya dari apa yang dilarang oleh Allah suhanahu wata’ala. Itulah yang damksud Udkhul fissilmi kaffah
(Masuklah ke dalam agama Islam seutuhnya, sepenuhnya).
Karena kalau
kita perhatikan secara tekstual Surat Al
Baqarah ayat 208 :
سُوۡرَةُ البَقَرَة
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِى
ٱلسِّلۡمِ ڪَآفَّةً۬ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٲتِ ٱلشَّيۡطَـٰنِۚ إِنَّهُ ۥ
لَڪُمۡ عَدُوٌّ۬ مُّبِينٌ۬ (٢٠٨)
Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu.
Artinya, adalah
orang-orang yang beriman, tetapi banyak orang yang telah beriman tetapi tidak
tunduk sepenuhnya kepada kehendak Allah subhanahu
wata’ala. Dan tidak tunduk sepenuhnya pada apa yang diajarkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Padahal orang yang beriman
itu harus tunduk sepenuhnya kepada Allah tanpa kecuali. Semakin jelas ketika
dalam ayat tersebut Allah berfirman : Jangan kamu ikuti langkah-langkah syaithan,
karena sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu.
Penegasan tersebut
menjadi penting, karena ada orang yang mengaku beriman sebagian tunduk kepada
Allah dan sebagian lainnya tidak. Sebagian mau mengikuti tuntunan Allah dan
Rasulnya, tetapi sebagian lainnya mengikuti tuntunan syaithan dan balatentaranya. Maka dalam beribadah
kepada Allah subhanahu wata’ala kita
harus tunduk sepenuhnya dengan apa yang diperintahkan, kepada apapun yang
diajarkan.
Dalam hubungan
tersebut di atas, sebagai sebuah system, kalau disebutkan di atas bahwa Allah
Robbul’alamin, maka Nabi Muhammad saw adalah Rasul Rahmatan lil ‘alamin. Muhammad
adalah Rasul untuk seluruh umat Manusia.
Lihat
Surat Al Anbiyaa ayat 107 :
وَمَآ أَرۡسَلۡنَـٰكَ إِلَّا رَحۡمَةً۬
لِّلۡعَـٰلَمِينَ (١٠٧)
Dan
tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.
Dan bila kita
membaca (mempelajari ) AlQur’an, maka AlQur’an adalah Kitab untuk seluruh
manusia. Lihat Surat Al Baqarah ayat 185 :
سُوۡرَةُ البَقَرَة
شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ
هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ فَمَن شَہِدَ
مِنكُمُ ٱلشَّہۡرَ فَلۡيَصُمۡهُۖ وَمَن ڪَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ۬
فَعِدَّةٌ۬ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِڪُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا
يُرِيدُ بِڪُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُڪۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُڪَبِّرُواْ ٱللَّهَ
عَلَىٰ مَا هَدَٮٰكُمۡ وَلَعَلَّڪُمۡ تَشۡكُرُونَ (١٨٥)
(Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur.
Maka bila kita
kaitkan dengan system Ilahiyah, system Nubuwah
dan system Syari’ah, maka Islam adalah agama untuk seluruh umat manusia.
Agama bukan untuk etnis tertentu, kelompok tertentu atau makhluk tertentu.
Bila dikaitkan
dengsn system Thobi’iyah (system di alam semesta) maka Alam Semesta adalah
makluk yang tunduk sepenuhnya dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala.
Ada system ytang
membuat Alam ini berjalan dengan baik dengan segala system yang ada di
dalamnya. Ada system Tata-Surya, ada
system yang berkaitan dengan khidupan satwa, fauna, dst., semua tunduk pada
Allah dan tunduk pada hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah subhanahu wata’ala.
Dalam hubungannya
dengan kehidupan manusia AlQur’an juga memberikan tuntunan bagaimana agar kita manusia ini menjadi
manusia yang selamat, bagaimana agar kita menjadi orang yang sukses. Bila
dikaitkan dengan, misalnya : bagaimana manusia membuat sebuah perangkat tehnologi,
misalnya system Komputer.
Maka system
computer itu akan mengikuti sepenuhnya pada si pencipta system computer itu. Sang pencipta computer itu mengerti bagaimana system itu bekerja, ia mengerti
bagaimana system itu dapat dioperasikan dengan baik.
Bila pengertian
tersebut di atas dikaitkan dengan hidup kita, maka hidup kita ini dituntun oleh
system yang berkaitan dengan wahyu Allah subhanahu
wata’ala, yang menuntun kita kepada keselamatan dan keberhasilan. Dalam Bahasa AlQur’an : Hasanah fi dun-ya wal Akhirah (Selamat
hidup kita di dunia dan selamat hidup di Akhirat). Sukses di dunia dan sukses di Akhirat.
Agar kita sukses,
selamat, maka kita harus mengikuti system itu. Bila kita tidak mengikuti system
itu maka kita berjalan pada jalan yang salah (sesat).
Maka agar kita
ikut dalam system, AlQur’an memberikan isyarat agar kita senantiasa pada jalan yang lurus. We are on the right track.
Kita
ikuti track itu sehingga setiap kita meminta (memohon) kepada Allah, maka Allah
akan memberikan petunjuk jalan yang lurus.
Ihdinashyshirothol mustaqim (Tunjukilah kami jalan yang lurus).
Agar kita selalu On the right track, sebab kalau kita tidak on the right track, maka kita tidak akan
selamat.
Bila kemudian kita
kaitkan dengan hidup kita, Allah subhanahu
wata’ala menciptakan manusia dengan system ke-manusia-annya. Manusia adalah
makhluk jasmani juga makhluk Rohani. Makhluk yang bernama manusia dalam
AlQur’an disebut sebagai Basyar, juga disebut sebagai Nafs.
Basyar adalah
manusia dengan segala system fisiknya dan tabi’at jasmaniyahnya, dengan segala
konstruksi tubuhnya : Sistem pencernaan, system penglihatan, system
pendengaran, dan system lain yang berkaitan dengan tubuh manusia.
Manusia sebagai
Basyar perlu makan, karena makan adalah bagian dari manusia untuk bertahan
hidup. Manusia sebagai Basyar perlu berhubungan supaya bisa melangsungkan
keturunan. Manusia sebagai Basyar perlu dengan hal-hal yang sifatnya materi
untuk dia bisa bertahan hidup.
Dan system
tersebut diatur oleh Allah subhanahu
wata’ala. Bagaimana manusia makan, ada tuntunannya. Manusia hendaknya makan
yang Halal dan Thoyib (baik). Itulah tuntunan manusia makan.
Walaupun manusia
harus makan, maka cara makannya-pun harus mengikuti system yang diatur oleh
Allah subhanahu wata’ala. Kalau kita
makan makanan yang haram, maka makanan itu menjadi tidak berkah bagi tubuh
kita.
Secara fisik
mungkin bermanfaat, tetapi manusia adalah makhluk Spiritual, maka Halal
mempunyai makna Spiritual. Thoyib
hubungannya dengan Makna Material.
Sehingga makanan
Halal hubungannya dengan makhluk Basyariyah dan makhluk Ruhaniyah memiliki 4
unsur :
1.
Halal secara dzat-nya,
2.
Halal dari cara mendapatkannya,
3.
Halal cara memprosesnya,
4.
Halal pada saat mengkonsumsinya.
Maka AlQur’an
memerintahkan kita untuk makan dan minum tetapi jangan berlebihan (melampaui
batas). Jangan Mubadzir, Demikian itu
terkait dengan sistem, karena tubuh kita mempunyai system Ruhaniyah, yang bila system tersebut kita ikuti,
begitu kita mendapatkan makanan yang Haram, maka sebenarnya ada sensor
dari tubuh kita. Kalau Iman kita ikuti,
kita tunduk sepenuhnya pada kehendak Allah subhanahu
wata’ala, bila kita makan makanan Haram maka tubuh kita akan memberikan
sinyal.
Misalnya seseorang
makan makanan tidak Halal, maka akan ada tanda-peringatan Dari Allah subhanahu wata’ala, misalnya sakit, terjadi perkara yang tidak menyenangkan,
bahkan kesulitan hidup, dst. Cara Allah memberi sinyal bisa dengan cara halus,
bahkan bisa cara keras. Tetapi kadang manusia tidak mengikuti (menangkap)
isyarat atau sinyal itu.
Bila seseorang
mendapat rezki banyak, kemudian tidak ada berkahnya, misalnya seseorang
mendapat rezki berupa uang yang banyak, kemudian dibelikan mobil, ternyata
mobilnya tabrakan, atau untuk membiyayai anaknya ternyata anaknya idiot, jangan-jangan itu merupakan
peringatan dari Allah subhanahu wata’ala.
Maka rezki yang diperoleh mungkin
sebagian tidak halal. Orang sekarang
mengejar rezki yang Halal secara materi (secara fisik) tetapi tidak Halal cara
mendapatkannya. Ini jarang dibicarakan (dibahas)
orang.
Perhatikan ayat
AlQur’an yang berkaitan (berangkaian) dengan Puasa, diakhiri dengan cara
mendapatkan harta. Lihat Surat Al Baqarah ayat 188 :
سُوۡرَةُ البَقَرَة
وَلَا تَأۡكُلُوٓاْ أَمۡوَٲلَكُم بَيۡنَكُم
بِٱلۡبَـٰطِلِ وَتُدۡلُواْ بِهَآ إِلَى ٱلۡحُڪَّامِ لِتَأۡڪُلُواْ فَرِيقً۬ا
مِّنۡ أَمۡوَٲلِ ٱلنَّاسِ بِٱلۡإِثۡمِ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ (١٨٨)
Dan
janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah)
kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,
Padahal kamu mengetahui.
Secara formil
mungkin orang syah cara mendapatkannya, laporan beres, tidak bekerja,
tandatangan Gaji, dan KPK tidak akan menemukan sepanjang Undangan dan Daftar
Hadir dan Tandatangan. Tetapi kalau
orang itu tidak hadir dalam kelompok-kerjanya, tetapi tanda tangan dalam Daftar
Hadir, apakah ia berhak memperoleh
gaji/Honor/ atau apapun uang yang berkaitan dengan tugas dan pekerjaannya.
Secara proseduraal
tidak ada yang salah ketika KPK, Irjen memeriksa, semuanya baik-baik saja.
Apakah uang yang didapatkannya itu halal ? Hati atau Ruh kita yang mengatakan
hal itu. Manusia lain bisa kita kelabui tetapi Ruh.Hati kita tidak bisa
dikelabui.
Proses
memakannya harus Halal.
Ini yang sering
kita abaikan, yaitu meng-konsumsinya. Ada sebuah artikel : Makanan Dalam sampah Kita. Artikel tersebut mengingatkan kita bahwa
: Banyak makanan yang terbuang menjadi sampah. Apa sebab ? Karena orang membeli makanan (bahan makanan)
secara berlebihan kemudian disimpan di Freezer atau Kulkas. Biasanya seseorang ketika baru gajian, lalu
belanja untuk mencukupi kebutuhan makan sebulan. Karena merasa punya uang, lalu
semua yang menarik dibelinya. Akhirnya semua belanjaan masuk semua ke dalam
Freezer/Kulkas.
Kemudian karena
tidak langsung dikonsumsiu maka makanan tersebut sebagian rusak. Buah apel yang
semula Fress (segar) menjadi layu/kisut. Lalu dibuang, tidak dimakan. Apalagi
sayuran, ketika dibeli masih segar, masuk dalam Freezer tidak sampai satu
minggu sudah layu. Akhirnya dibuang. Semua itu terjkadi karena kita membeli secara
berlebihan.
Kedua, makanan
terbuang karena kita menyediakannya berlebihan. Biasanya dalam bulan Romadhon,
orang berpuasa, tetapi menu-nya menjadi bermacam-jenis. Apalagi ketika ada acara buka bersama, menu-nya
bermacam-macam. Maka ketika bulan Romadhon, dimana orang berpuasa, ternyata
makannya berlebihan bahkan banyak makanan yang terbuang. Ketika berbuka bersama,
ingin semua makanan disiapkan tetapi hanya berapa persen yang kita makan.
Sebagian kita buang percuma.
Ketiga, kadang
untuk gaya hidup. Misalnya kita ingin meloby partner, ada meeting, meloby
mitra, biasanya udangan Dinner (Makan malam), atau Lunch
(makan siang), makanan biasanya tidak dihabiskan (dipas-kan), demi
gengsi. Akhirnya makanan tersisa itu dibuang.
Maka masalah
manusia modern adalah sampah. Kedua, adalah pemborosan energy. Ruang ber-AC,
tetap dinyalakan AC-nya padahal tidak ada orang yang menggunakan ruangan itu.
Karena ia merasa bisa membayar biaya listriknya. Demikian lampu tetap
dihidupan, karena ia merasa bisa membayar listriknya. Kita tidak sadar bahawa
sampah yang dihasilkan oleh Negara-negara maju, menurut hasil riset para ahli,
pertahun 328 juta Ton sampah terbuang dari Negara maju.
Yang itu lebih
banyak daripada kemampuan Negara Sub-Sahara yang menghasilkan makanan untuk
hidup mereka yang hanya sekitar 230-an
juta Ton per-tahun.
Itulah problem
kita. Kalau itu terjadi maka rusaklah
dunia. Konsumsi listrik bisa kita bayar tetapi Ozon yang terlalu banyak diproduksi bisa merusak system alam. Itulah
yang timbul karena system alam tidak kita ikuti.
Kalau kita makan
berlebihan, maka kita akan menimbun penyakit dalam tubuh kita, sehingga para
ahli kesehatan mengatasi kekurangan gizi
lebih mudah daripada mengatasi kelebihan
gizi. Menurunkan kadar-gula lebih
sulit daripada menaikkan kadar gula. Kenapa orang gulanya berlebih dalam tubuh,
karena secara mubadzir meng-konsumsi gulanya. Dan seterusnya.
Maka kalau system
alam tidak kita ikuti, hidup kita tidak akan bahagia. Berkaitan dengan hidup
kita ini maka kembali kepada Udkhulu fissilmi kaffah (Masuklah ke
dalam Islam secara menyeluruh), yaitu mengiktui tuntunan Allah subhanahu wata’ala jangan
setengah-setengah, tetapi secara total (menyeluruh).
Misalnya sholat,
yang dituntukan oleh Allah tidak sekedar menunaikannya, tetapi sholatnya harus Ikhlas karena Allah subhanahu
wata’ala. Karena menurut AlQur’an,
bila sholat karena manusia, ingin dilihat manusia, maka sholatnya akan sia-sia. Sholatnya tidak
akan mencegah perbuatan yang keji dan mungkar. Sholatnya tidak menjadi ibadah karena ketundukan dalam menunaikannya.
Demikian pula
puasa, kalau puasa (Shaum) kita hanya karena rutinitas, bukan karena ikhlas
menunaikan perintah Allah, maka puasa akan terasa menjadi berat dan semakin
berat karena kadang-kadang kita ada aktivitas yang normal. Tetapi bila dengan
Ikhlas puasa kita tunaikan, penuh ketundukan, maka yang berat terasa
ringan.
Kita sering
mendapat keluhan, ada orang yang sakit tetapi tidak merasa sakit, ada orang
yang sehat tetapi merasa sakit. Ada orang yang menurut perhitungan dokter orang
itu sakit, tetapi ia tidak merasa sakit. Karena orang itu ikhlas dengan keadaan
yang dihadapi itu. Tetapi ada orang yang secara fisik sehat, ia mengeluh merasa
sakit. Kenapa demikian, karena ia tidak ikhlas menerima keadaan yang ada pada
dirinya.
Itulah makna dari
“Tunduk” mengikuti sistim yang diatur oleh Allah subhanahu wata’ala. Banyak orang yang bekerja dengan sangat sibuk,
orang lain membayangkan pekerjaannya sangat berat, tetapi kalau ia
menunaikannya dengan Ikhlas, orang yang
sibuk itu merasa ringan saja. Tidak menjadi beban, karena orang itu
melaksanakannya dengan penuh ketundukan dan ke-ikhlasan.
Demikian itu yang
menjadi prinsip, kalau kita ingin bahagia, maka apa yang diperintahkan oleh
Allah subhanahu wata’ala, ikuti
saja. Walaupun diberi kesempatan untuk Ruhshoh
(ada keringanan), jangan mencari Ruhshohnya, tetapi carilah yang
utamanya.
Demikianlah,
bagaimana kita memenuhi Islam sebagai sebuah system, karena itu maka AlQur’an
mengatakan : Yang diperintahkan oleh Rasul itu kamu ikuti (kamu ambil) dan yang
dilarang harus kamu tinggalkan.
Itu bagian dari
system, kalau kita langgar maka satu-persatu virus mulai masuk. Ibarat
komputer, ada prosedur yang harus kita ikuti. Bila prosedur tidak diikuti, maka
akan menjadi rusak. Begitulah system dalam kehidupan kita. Oleh karenanya,
dalam kita ber-Islam hendakanya kita ber-Islam secara kaffah (total).
Bila kita
diperintahkan oleh Allah subhanahu
wata’ala untuk ibadah, maka tunaikan ibadah itu. Dan jangan
mengarang-ngarang ibadahnya. Tidak ada perintahnya tetapi dilakukan. Tidak
boleh demikian.
Sistem dalam
Ibadah tidak selesai dengan ditunaikannya Ibadah, tetapi juga mengarah dengan
terbentuknya Akhlak. Misalnya kita
disuruh berpuasa (Romadhon) agar kita menjadi orang yang ber-Takwa. Kita
disuruh sholat agar terhindar dari perbuatan keji dan munkar. Zakat agar dibayarkan (ditunaikan) agar kita
peduli kepada orang lain dan punya kelembutan hati kepada orang lain.
Membersihkan jiwa,
membersihkan harta dan membersihkan masalah yang ada di masyarakat. Haji tidak
selesai pada masalah ritualnya, tetapi hendaknya melaksanakan Haji tidak
sekedar terlaksana tetapi untuk mendapatkan Haji yang Mabrur.
Demikian bahasan,
mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA
WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
____________
PROFILE NARASUMBER :
Dr. H.
Abdul Mu`ti, M.Ed.
Dilahirkan
di Kudus, 2 September 1968, menamatkan pendidikan
dasarnya di kota yang sama tahun 1986. Gelar S1 diperoleh di Fak. Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang pada tahun 1991, jenjang selanjutnya diselesaikan di
Flinders University, South Australia pada tahun 1996. Saat ini bekerja sebagai
dosen IAIN Walisongo sejak 1993 dan merupakan salah satu Advisor di The British
Council London sejak 2006. Tercatat sebagai anggota Muhammadiyah sejak 1994
dengan nomor anggota 750178, pernah mejabat sebagai Sekretaris PWM Jateng
periode 2000-2002, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah periode 2002-2006, dan
Sekretaris Majelis Dikdasmen PP Muhamamdiyah 2005-2010.
Alamat: Jl. Talas V Rt 01/09 Pondok Cabe Ilir Pamulang Tangerang Selatan Banten. Dan jabatannya saat ini sebagai Sekjen PP Muhammadiyah.
No comments:
Post a Comment