PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Ustadz Ahmad Susilo, Lc.
Jum’at, 14 Romadhon 1438H – 9 Juni 2017.
Assalamu’alaikum wr.wb. ,
Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Thema bahasan
kali ini adalah : Punya Malu dan Punya
Iman. Apa kaitan antara malu dan
iman ? Apakah hanya karena punya malu, lalu seseorang punya Iman ?. Atau hanya
karena tidak punya malu, kemudian seseorang dikatakan tidak punya Iman? Jika ada orang gila (sakit jiwa) yang berjalan
di depan umum tanpa busana, terlihat auratnya tidak malu. Karena ia sudah tidak punya akal. Kadang ia
bicara sendiri, tertawa sendiri, tetapi tidak malu. Karena ia sudah tidak punya
akal. Lalu apakah orang yang sudah tidak punya akal lalu disebut tidak punya
malu ? Benar.
Kalau begitu
banyak orang yang punya akal tetapi tidak punya malu, karena akalnya tidak
digunakan (tidak difungsikan). Apa kaitannya antara malu dengan Iman ?. Apa kaitan akal dengan Iman ?
Lihat AlQur’an Surat Yunus ayat 100 Allah subhanahu wata’ala berfirman :
سُوۡرَةُ یُونس
وَمَا كَانَ لِنَفۡسٍ أَن تُؤۡمِنَ إِلَّا بِإِذۡنِ
ٱللَّهِۚ وَيَجۡعَلُ ٱلرِّجۡسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يَعۡقِلُونَ (١٠٠)
Dan
tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
Atas dasar ayat
tersebut, kenapa ada orang-orang yang tidak diizinkan untuk beriman ? Karena orang-orang tersebut diberi akal tetapi tidak dipergunakan
akalnya untuk mencari Iman, untuk
memahami dan mengetahui Iman. Berarti
seakan-akan akalnya sudah tidak ada pada dirinya. Maka mereka tidak punya rasa
malu. Oleh karena bila orang punya malu, maka ia punya Iman.
Dalam Hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari Abdullah bin ‘Umar berkata
bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Malu adalah sebagian dari Iman”
Maksudnya : Malu adalah salah
satu kesempurnaan dari Iman. Berarti bila ada orang tidak punya rasa-malu maka ia tidak punya Iman. Jika
orang rasa-malunya tidak sempurna, maka Imannya tidak sempurna.
Ketika Allah subhanahu wata’ala menyeru dalam
AlQur’an, maka seruan itu ada yang khusus,
ada seruan yang umum dan ada seruan khusus yang sifatnya umum.
Misalnya : “Ya ayyuahrrasul”
adalah khusus untuk Rasulullah saw.
“Yaa ayyuhannaas – Yaa ayyuhal insan – Ya
Bani Adam” - sifatnya umum, semua
manusia, semua anak-cucu Adam diseru.
Dan ada seruan
khusus yang sifatnya umum. Misalnya : “Yaa ayyuhalladzina amanu” (Wahai orang-orang
yang beriman). Ternyata inilah yang
paling banyak seruan Allah subhanahu
wata’ala dalam AlQur’an ( Ada 86 kali). Itulah seruan kepada orang-orang
yang disayangi dan dicintai Allah subhanahu
wata’ala. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang mau diatur,
diperintah dan di larang, hanya khusus orang-orang yang beriman.
Berarti jika kita
merasa menjadi orang beriman, maka kita terpanggil oleh ayat (seruan) tersebut. Rela dan senang di atur oleh Allah sahubhanu wata’ala. Jika kita punya rasa malu, lalu dipanggil oleh Allah subhanahu wata’ala pasti menurut. Yaitu menuruti (melaksanakan) apa
perintah dan larangan-Nya. Tetapi ada orang Islam mengaku beriman, ketika
diperintah/dilarang dan ditetapkan Syariat Allah, diatur oleh Allah subhanahu wata’ala, ia tidak menurut,
tidak taat. Diperintahkan tetapi tidak
dilaksnakan, dilarang tetapi dikerjakan, bahkan seperti disuruh. Orang yang demikian itu tidak punya rasa-malu kepada Allah subhanahu wata’ala.
Jia orang sudah
tidak punya rasa-malu kepada Allah subhanahu wata’ala maka Allah mempersilakan kepada orang itu untuk : Berbuat dan berlaku sesuka kamu.
Sebagaimana disebutkan dalam Hadits Shahih riwayat Imam Bukhari,
dari sahabat Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam telah bersaabda : “Sesungguhnya yang didapati oleh umat-umat manusia yaitu nasehat dari para Nabi
sejak zaman dahulu, para Nabi itu
berkata kepada kaumnya : Wahai kaumku, jika kalian tidak punya rasa-malu
silakan kalian berbuat sesuka hati kalian”.
Maksud Hadits
tersebut, seakan-akan orang beriman dipersilakan untuk berbuat apa saja,
syaratnya : Tidak punya rasa-malu. Tidak mau puasa silakan, mau korupsi
silakan, mau mencuri silakan, tidak mau sholat, tidak mau baca-AlQur’an, dst., silakan.
Hadits tersebut tegas : Syaratanya kalau tidak punya rasa malu.
Kalau masih punya
rasa-malu, mungkinkah kita akan melanggar ?.
Mungkinkah kita meninggalkan perintah Allah subhanahu wata’ala ?. Tidak mungkin.
Dalam AlQur’an Surat Al Anfaal ayat 24 Allah subhanahu wata’ala berfirman :
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ
لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيڪُمۡۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ
ٱللَّهَ يَحُولُ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦ وَأَنَّهُ ۥۤ إِلَيۡهِ
تُحۡشَرُونَ (٢٤)
Hai
orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul
menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya
kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.
Maksudnya : Penuhi
panggilan Allah dan Rasul-Nya, untuk menjalankan perintah, mengikuti Aturan,
Syari’at, Ketetapan, meninggalkan larangan-larangan.
Allah
membatasi antara manusia dan hatinya – Maksudnya,
orang yang menjalankan perintah-Nya
tetapi tidak ikhlas karena Allah,
maka tidak akan dinilai oleh Allah subhanahu
wata’ala. Yang beribadah tetapi tidak ikhlas karena Allah, maka tidak akan mendapat penilaian dari Allah subhanahu wata’ala. Apalagi yang tidak mau menjalankannya (Tidak
mmau memenuhi panggilan).
Dan manusia semua
akan dikumpulkan di hadapan Allah di Aklhirat dan akan dimintai
pertanggungjawabannya.
Dimisalkan :
Seorang karyawan/karyawati sebuah instansi atau perusahaan, suatu ketika
dipanggil oleh atasnnya (Manager, Direktur atau Presiden Dirtektur-nya) untuk
datang menghadap di ruangan atasannya itu, pasti ia akan segera datang
menghadap, langsung dan segera. Tidak akan karyawan/karyawati berani
menunda-nunda, nanti dulu, dsb. Segera
ia akan mengahadap atasannya. Dan siap menerima perintah atasannya itu. Apa sebab ? Karena yang memanggil itu terlihat
orangnya, atau terdengar suaranya, dst. Tidak nanti-dulu, atau tunggu dulu, tetapi segara memenuhi panggilan
atasanya. Karena malu dengan Boss-nya
itu.
Kalaupun yang
memanggil bukan Dirutnya langsung, mungkin melalui sekretarisnya, atau OB-nya
atau melalui karyawan lain, begitu mendengar bahwa orang itu dipanggil, pasti ia
segera memenuhi panggilan Boss-nya itu.
Tidak akan berani menunda-nunda lagi.
Ketika ada suara
Adzan, maka itu pertanda panggilan dari Allah subhanahu wata’ala untuk melakukan sholat. Bila laki-laki berjamaah
di masjid, sedangkan wanita lebih baik sholat di rumah. Suara Adzan adalah suara manusia (Mu’adzin),
bukan suara Allah subhanahu wata’ala,
karena tidak mungkin manusia biasa mendengar langsung suara Allah subhanahu wata’ala. Karena yang
mendengar suara Allah langsung hanyalah para Nabi dan para Rasul. Itupun tidak
semua Nabi dan Rasul. Termasuk yang mendengar suara Allah langsung adalah Nabi
Muhammad shollallahu ‘alaihi wasalam, melalui malaikat Jibril.
Suara (Wahyu)
Allah subhanahu wata’ala diterima
oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam melalui Jibril, lalu di
sampaikan kepada manusia (para sahabat) dan selanjutnya disampaikan kepada kita
semua. Ketika menyampaikan Adzan juga
melalui Muadzin, yang sering kita tidak mengenalnya, tetapi kita yakin dan
percaya Adzan itu adalah pertanda panggilan Allah subhanahu wata’ala dan yakin itu perintah Allah subhanahu wata’ala, untuk kita semua melakukan sholat.
Dalam Hadits
shahih Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam bila masuk waktu sholat beliau memerintahkan kepada salah seorang
sahabat untuk Adzan (menyeru memanggil) manusia untuk melakukan sholat. Memang
suara tersebut adalah suara Muadzin, tetapi hakekatnya adalah pertanda
panggilan Allah subhanahu wata’ala.
Maka yang kita
lakukan adalah sami’na wa atho’na,
segera datang ke Masjid untuk sholat berjamaah. Tidak boleh ditunda-tunda
karena urusan dunia, atau bermalas-malasan.
Kalau orang punya rasa-malu.
Kecuali kalau ia tidak punya rasa malu atau tidak punya akal, maka ia akan
bermalas-malasan bahkan tidak mau memenuhi panggilan itu.
Maka sabda
Rasulullah saw : Jika tidak punya
rasa-malu silakan kalian berbuat sekehendak kalian.
Itu baru satu
panggilan Allah subhanahu wata’ala
melalu Adzan, apalagi panggilan yang
lain. Yang namanya panggilan atau seruan tidak harus melalui lidah (lisan),
atau suara mulut, justru yang paling
banyak panggilan Allah subhanahu wata’ala
adalah melalui Surat
(AlQur’an). Misalnya seseorang karyawan
dipanggil oleh Boss-nya melalui secarik kertas (surat) yang diletakkan di meja
kerjanya, pasti karyawan tersebut segera menghadap Boss-nya. Tidak peduli surat
itu siapa yang mengantar. Sebab kalau sampai telat menghadap, pasti ia akan
dimarahi oleh Boss-nya atau paling tidak ia menerima SP3 (surat pemberhentian
bekerja).
Panggilan Allah subhanahu wata’ala paling banyak adalah
melalui Surat, yaitu AlQur’anil Karim.
Penjelasannya melalui Hadits-hadits
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasllam. Itulah
seruan Allah, seruan Rasul, bila anda punya rasa-malu maka anda punya Iman,
berarti : Laksanakan segera dan
tidak boleh ditunda-tunda.
Dalam Surat Fushshilat ayat 40 Allah subhanahu wata’ala berfirman :
إِنَّ ٱلَّذِينَ يُلۡحِدُونَ فِىٓ ءَايَـٰتِنَا لَا يَخۡفَوۡنَ عَلَيۡنَآۗ أَفَمَن يُلۡقَىٰ فِى ٱلنَّارِ خَيۡرٌ أَم مَّن يَأۡتِىٓ ءَامِنً۬ا يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِۚ ٱعۡمَلُواْ مَا شِئۡتُمۡۖ إِنَّهُ ۥ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ (٤٠)
Sesungguhnya
orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari
kami. maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik,
ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? Perbuatlah
apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
Maksud ayat
tersebut, manusia berbuat sesuka hatinya, silakan, tetapi ingat semua itu akan
diketahui oleh Allah Yang Maha Melihat dan Mengetahui.
Manusia tidak
mungkin bisa menghindar dari pertanggunjawabannya kepada Allah subhanahu wata’ala. Bila ayat tersebut kita pahami dengan baik,
tidak akan ada orang berani korupsi, berani suap-menyuap, berani berbuat
zina, atau perbuatan keji lainnya.
Tetapi kenapa ada yang berani berbuat negativ seperti disebut di atas, karena tidak punya rasa-malu.
Maka Allah subhanahu wata’ala mengingatkan kepada
kita : Bila kamu benar-benar sempurna Imanmu, maka Allah perintahkan dan
larang, semua perintah wajib dijalankan dan yang dilarang wajib
ditinggalkan. Teruatama yang dilarang
adalah mengerjakan dosa dan yang
diperintah adalah mengerjakan Ibadah.
Lihat Surat Al An’am ayat 120 :
وَذَرُواْ ظَـٰهِرَ ٱلۡإِثۡمِ وَبَاطِنَهُ ۥۤۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكۡسِبُونَ ٱلۡإِثۡمَ سَيُجۡزَوۡنَ بِمَا كَانُواْ يَقۡتَرِفُونَ) ١٢٠
Dan
tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang yang
mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan
apa yang mereka telah kerjakan.
Maka jagalah
tutur-kata, dalam berucap (terutama di bulan Romadhon ini), karena banyak orang
yang menjalani puasa Romadhon tetapi mulutnya tidak dijaga, tetap melakukan ghibah,
mencela orang lain, berdusta, dst. Orang
yang seperti itu, karena tidak punya
rasa-malu, tidak merasa bersalah. Jangankan kepada sesama manusia, kepada Allah
saja ia tidak merasa malu. Padahal malu yang paling utama adalah malu kepada Allah subhanahu wata’ala.
Tentang menjaga
lisan, lihat Surat Al Ahzab ayat 70 – 71
:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلاً۬ سَدِيدً۬ا (٧٠) يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَـٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا (٧١)
70.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan
yang benar,
71.
Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia
telah mendapat kemenangan yang besar.
Ayat tersebut oleh
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalam
selalu diulang-ulang setiap beliau memulai khutbah apa saja, dan kapan saja,
tidak pernah meninggalkan (tanpa) mengucapkan ayat tersebut.
Ternyata memang
banyak orang yang selalu dusta, bicaranya selalu dusta, penuh celaan, hinaan,
kata-kata kotor dan menyakitkan orang lain. Seakan-akan mulutnya lincah
berbicara tanpa rasa-malu kepada
Allah subhanahu wata’ala.
Namun demikian,
ketika di hadapan seorang Pimpinan, seorang Direktur, atau atasannya
(Boss-nya), maka seorang pun tidak akan berani berkata-kata kotor, bicara
kasar, meskipun kata-katanya tidak ditujukan kepada Pimpinannya. Karena malu ada Boss-nya. Sementara itu banyak orang yang tidak punya rasa-malu kepada Allah subhanahu wata’ala, maka ucapannya bebas
diumbar ke mana-mana.
Hadits shahih
riwayat Imam Bukhari dan Imam Abu Dawud, dari Abu Hurairah rodhiyallah ‘anhu, Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Barang-siapa
yang tidak pernah meninggalkan kata-kata dusta (kata-kata kotor) yang isinya
fitnah, ghibah, celaan dan ia beramal dengan ucapan kita dan perbuatan-perbuatan yang jahil (bodoh) di
bulan Romadhon, maka Allah tidak punya sedikitpun kepentingan atas kalian meninggalkan makan-minum”.
Artinya Allah tidak
akan menilai amal-ibadahmu (puasa-mu). Betapa banyaknya rugi (orang
merugi), orang beribadah dibulan
Romadhon tetapi Allah tidak memberikan pahala apapun kecuali mendapat lapar dan
haus.
Maka marilah kita miliki malu (punya malu), punya Iman,
karena kaitan malu adalah akal dan kaitan akal adalah Iman. Kalau ada orang punya Iman, maka wajib
menggunakan akalnya, bukan akal yang menggunakan hawa nafsu, tetapi akal yang
ditundukkan oleh Aturan Allah, akal kita harus mencari tahu Hukum-Hukum Allah,
Syari’at dan Aturan Allah subhanahu
wata’ala. Kemudian sabar dalam
menjalankannya, maka Allah akan mencintai kita. Insya Allah.
Dalam Hadits
riwayat Imam Thirmidzi, Ibnu Hibban, dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Bukanlah seorang beiriman jika mulutnya
suka mencela, suka melaknat,
kata-katanya keji, lidahnya kotor, senantiasa dengan dusta, celaan dan ghibah
dan lain-lainnya”.
Dalam Hadits lain
yang diriwayatkan oleh Imam At Thirmidzy, Hadits hasan-shohih, dari sahabat Abu
Darda’, Rasulullah bersabda : “Sungguh,
Allah sangat membenci orang yang kata-katanya yang kotor lidahnya”.
Orang yang punya
Iman, wajib menggunakan akalnya agar ia
punya rasa-malu. Karena orang yang
akalnya sudah dicabut maka rasa-malunya
hilang, urat-malunya sudah putus. Bila
sudah demikian, silakan anda berbuat apapun. Allah subhanahu wata’ala murka kepada orang yang mulutnya tidak dijaga.
Orang yang seperti ini jangan mengharap dicintai Allah subhanahu wata’ala.
Hadits lain yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari sahabat Abu Darda, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya orang-orang yang
mulutnya suka mencela, suka melaknat, yang kotor lidahnya, kelak di Yaumil
Akhir mereka tidak bisa menjadi Ahli Syafaat, karena ia tidak akan mendapat
syafaat. Dan tidak menjadi saksi ketika Hari Kiamat”
Maka orang yang
suka berkata dusta, akan dikunci mulutnya rapat-rapat di Hari Kiamat, tidak
boleh menjadi saksi. Yang akan bersaksi
adalah tangan, kaki, mata, hidung dan seluruh anggota tubuh kita. Karena persaksian lisan yang sering berdusta
ditolak oleh Allah subhanahu wata’ala.
Dalam Surat An Naba’ ayat 37 – 38 Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
رَّبِّ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَہُمَا ٱلرَّحۡمَـٰنِۖ لَا يَمۡلِكُونَ مِنۡهُ خِطَابً۬ا (٣٧) يَوۡمَ يَقُومُ ٱلرُّوحُ وَٱلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةُ صَفًّ۬اۖ لَّا يَتَكَلَّمُونَ إِلَّا مَنۡ أَذِنَ لَهُ ٱلرَّحۡمَـٰنُ وَقَالَ صَوَابً۬ا (٣٨)
37.
Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; yang
Maha Pemurah. mereka tidak dapat berbicara dengan Dia.
38.
Pada hari, ketika ruh dan para Malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak
berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan yang
Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.
Semua tidak bisa
berbicara, kecuali orang-orang yang diijinkan berbicara, mereka orang-orang
yang kata-katanya benar. Sebagaimana
disebutkan dalam Surat Yaasin ayat 65 :
سُوۡرَةُ یسٓ
ٱلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلَىٰٓ أَفۡوَٲهِهِمۡ
وَتُكَلِّمُنَآ أَيۡدِيہِمۡ وَتَشۡہَدُ أَرۡجُلُهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ (٦٥)
Pada
hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan
memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.
Lihat Surat Fushshilat ayat 19 – 21 :
وَيَوۡمَ يُحۡشَرُ أَعۡدَآءُ ٱللَّهِ إِلَى ٱلنَّارِ فَهُمۡ
يُوزَعُونَ (١٩) حَتَّىٰٓ إِذَا مَا جَآءُوهَا شَہِدَ عَلَيۡہِمۡ سَمۡعُهُمۡ
وَأَبۡصَـٰرُهُمۡ وَجُلُودُهُم بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ (٢٠) وَقَالُواْ
لِجُلُودِهِمۡ لِمَ شَهِدتُّمۡ عَلَيۡنَاۖ قَالُوٓاْ أَنطَقَنَا ٱللَّهُ ٱلَّذِىٓ
أَنطَقَ كُلَّ شَىۡءٍ۬ وَهُوَ خَلَقَكُمۡ أَوَّلَ مَرَّةٍ۬ وَإِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ
(٢١)
19.
Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah di giring ke dalam neraka, lalu
mereka dikumpulkan semuanya.
20.
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit
mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.
21.
Dan mereka berkata kepada kulit mereka:
"Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" kulit mereka menjawab:
"Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan Kami
pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan
hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan".
Dan orang ketika
itu tidak akan bisa lolos dari jerat Hukum Allah subhanahu wata’ala. Tidak
seperti ketika di dunia, ketika orang di adili di Pengadilan banyak yang lolos
dari jerat hukum atau dihukum ringan karena ia punya uang, punya kedudukan dan
punya pangkat-jabatan. Tetapi di Yaumil
Akhir kelak tidak akan ada orang yang bisa bebas dari jerat Hukum Allah Subhanallahu wata’ala.
Dalam Pengadilan
Allah kelak, semua anggota badan kita, kulit, tangan kaki, mata, telinga dst.
bisa bicara kecuali mulut. Anggota tubuh kita bersaksi satu per-satu. Bukankah ayat tersebut menggetarkan ?
Tidakkah kita punya rasa malu di hadapan Allah subhanahu wata’ala ? Dan yang membuat semua anggota tubuh bisa
bicara adalah Allah subhanahu wata’ala,
secara tiba-tiba semua angota tubuh bisa bicara.
Jika kita punya rasa-malu
dan menggunakan akal kita,. sungguh peringatan ayat tersebut Maha Dahsyat dari Allah subhanahu wata’ala. Dan kita tidak akan berani berbuat
sembarangan. Apalagi bulan ini bulan Romadhon, tentu kita ingin agar Romadhon
ini kita sukses. Bayangkan seandainya
bulan Romadhon ini adalah terakhir hidup kita, tidakkah kita ingin dengan Iman,
disertai rasa-malu, kita akan menggunakan akal kita sebaik-baiknya.
Menjawab
pertanyaan bagaimana dengan rasa takut
kepada Allah subhanahu wata’ala, maka sesungguhnya orang yang punya ras-malu
dan Iman ia pasti punya rasa-takut.
Karena sama dua-duanya antara rasa-malu dan rasa takut. Rasa-malu adalah sebagian dari rasa
takut kepada Allah subhanahu wata’ala. Tidak mungkin sempurna iman seseorang kalau
tidak punya rasa takut kepada Allah subhanahu wata’ala. Dan puncak rasa malu
adalah karena takut kepada Allah subhanahu wata’ala.
Lihat Surat At Taubah ayat 18 :
إِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسَـٰجِدَ ٱللَّهِ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّڪَوٰةَ وَلَمۡ يَخۡشَ إِلَّا ٱللَّهَۖ فَعَسَىٰٓ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُهۡتَدِينَ (١٨)
Hanya
yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
tidak takut (kepada siapapun) selain takut kepada Allah, maka merekalah
orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk.
Maka bila
seseorang ibadah hanya karena malu kepada manusia, hanya karena takut kepada manusia, maka malu
dan takut itu belum sempurna. Orang yang punya Iman (beriman) walaupun sedang
sendirian, tidak ada orang lain, atau ada banyak orang, niatnya sama : Beribadah karena Allah. Niat karena
rasa-malu dan rasa-takut kepada Allah , bukan karena ingin mendapat pujian dari siapapun.
Demikianlah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Sekian bahasan
mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA
WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
_______________
No comments:
Post a Comment