Translate

Wednesday, July 12, 2017

Punya Malu Punya Iman, Oleh : Ustadz Ahmad Susilo, Lc.



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

Punya Malu Punya Iman
Ustadz Ahmad Susilo,  Lc.

 Jum’at, 14 Romadhon 1438H – 9 Juni 2017.

 Assalamu’alaikum wr.wb. ,
 
Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,

Thema bahasan kali ini adalah : Punya Malu dan Punya Iman.  Apa kaitan antara malu dan iman ? Apakah hanya karena punya malu, lalu seseorang punya Iman ?. Atau hanya karena tidak punya malu, kemudian seseorang dikatakan tidak punya Iman?  Jika ada orang gila (sakit jiwa) yang berjalan di depan umum tanpa busana, terlihat auratnya tidak malu.  Karena ia sudah tidak punya akal. Kadang ia bicara sendiri, tertawa sendiri, tetapi tidak malu. Karena ia sudah tidak punya akal. Lalu apakah orang yang sudah tidak punya akal lalu disebut tidak punya malu ?  Benar.

Kalau begitu banyak orang yang punya akal tetapi tidak punya malu, karena akalnya tidak digunakan (tidak difungsikan). Apa kaitannya antara malu dengan Iman ?.  Apa kaitan akal dengan Iman ?

Lihat AlQur’an Surat Yunus ayat 100 Allah subhanahu wata’ala berfirman :
سُوۡرَةُ یُونس

وَمَا كَانَ لِنَفۡسٍ أَن تُؤۡمِنَ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِ‌ۚ وَيَجۡعَلُ ٱلرِّجۡسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يَعۡقِلُونَ (١٠٠)

  
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.

Atas dasar ayat tersebut, kenapa ada orang-orang yang tidak diizinkan untuk  beriman ? Karena orang-orang tersebut diberi akal tetapi tidak dipergunakan akalnya untuk mencari Iman, untuk memahami dan mengetahui Iman. Berarti seakan-akan akalnya sudah tidak ada pada dirinya. Maka mereka tidak punya rasa malu. Oleh karena bila orang punya malu, maka ia punya Iman.

Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari Abdullah bin ‘Umar berkata bahwa  Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Malu adalah sebagian dari Iman”   Maksudnya :   Malu adalah salah satu kesempurnaan dari Iman. Berarti bila ada orang tidak punya rasa-malu maka ia tidak punya Iman. Jika orang rasa-malunya tidak sempurna, maka Imannya tidak sempurna.

Ketika Allah subhanahu wata’ala menyeru dalam AlQur’an, maka seruan itu ada yang khusus, ada seruan yang umum dan ada seruan khusus yang sifatnya umum. Misalnya : “Ya ayyuahrrasul” adalah  khusus untuk Rasulullah saw.
Yaa ayyuhannaas – Yaa ayyuhal insan – Ya Bani Adam”  - sifatnya umum, semua manusia, semua anak-cucu Adam diseru.

Dan ada seruan khusus yang sifatnya umum.  Misalnya : “Yaa ayyuhalladzina amanu” (Wahai orang-orang yang beriman).  Ternyata inilah yang paling banyak seruan Allah subhanahu wata’ala dalam AlQur’an ( Ada 86 kali). Itulah seruan kepada orang-orang yang disayangi dan dicintai Allah subhanahu wata’ala. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang mau diatur, diperintah dan di larang, hanya khusus orang-orang yang beriman.

Berarti jika kita merasa menjadi orang beriman, maka kita terpanggil oleh ayat  (seruan) tersebut.  Rela dan senang di atur oleh Allah sahubhanu wata’ala.  Jika kita punya rasa malu, lalu dipanggil oleh Allah subhanahu wata’ala pasti menurut. Yaitu menuruti (melaksanakan) apa perintah dan larangan-Nya. Tetapi ada orang Islam mengaku beriman, ketika diperintah/dilarang dan ditetapkan Syariat Allah, diatur oleh Allah subhanahu wata’ala, ia tidak menurut, tidak taat.  Diperintahkan tetapi tidak dilaksnakan, dilarang tetapi dikerjakan, bahkan seperti disuruh.  Orang yang demikian itu tidak punya rasa-malu kepada Allah subhanahu wata’ala.  

Jia orang sudah tidak punya rasa-malu kepada Allah subhanahu  wata’ala maka Allah mempersilakan  kepada orang itu untuk : Berbuat dan berlaku sesuka kamu.  Sebagaimana disebutkan dalam Hadits Shahih riwayat Imam Bukhari, dari sahabat Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam telah bersaabda : “Sesungguhnya yang didapati oleh umat-umat manusia yaitu nasehat dari para Nabi sejak zaman dahulu, para Nabi  itu berkata kepada kaumnya : Wahai kaumku, jika kalian tidak punya rasa-malu silakan kalian berbuat sesuka hati kalian”.

Maksud Hadits tersebut, seakan-akan orang beriman dipersilakan untuk berbuat apa saja, syaratnya : Tidak punya rasa-malu. Tidak mau puasa silakan, mau korupsi silakan, mau mencuri silakan, tidak mau sholat, tidak mau baca-AlQur’an, dst., silakan.    Hadits tersebut tegas : Syaratanya kalau tidak punya rasa malu.
Kalau masih punya rasa-malu, mungkinkah kita akan melanggar ?.  Mungkinkah kita meninggalkan perintah Allah subhanahu wata’ala ?. Tidak mungkin.

Dalam AlQur’an Surat Al Anfaal ayat 24 Allah subhanahu wata’ala berfirman :


يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيڪُمۡ‌ۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦ وَأَنَّهُ ۥۤ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ (٢٤)

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.

Maksudnya : Penuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya, untuk menjalankan perintah, mengikuti Aturan, Syari’at, Ketetapan, meninggalkan larangan-larangan.
Allah membatasi antara manusia dan hatinya – Maksudnya, orang yang menjalankan perintah-Nya  tetapi tidak ikhlas karena Allah,  maka tidak akan dinilai oleh Allah subhanahu wata’ala. Yang beribadah tetapi tidak ikhlas karena Allah,  maka tidak akan mendapat penilaian dari Allah subhanahu wata’ala.  Apalagi yang tidak mau menjalankannya (Tidak mmau memenuhi panggilan).
Dan manusia semua akan dikumpulkan di hadapan Allah di Aklhirat dan akan dimintai pertanggungjawabannya.

Dimisalkan : Seorang karyawan/karyawati sebuah instansi atau perusahaan, suatu ketika dipanggil oleh atasnnya (Manager, Direktur atau Presiden Dirtektur-nya) untuk datang menghadap di ruangan atasannya itu, pasti ia akan segera datang menghadap,  langsung dan segera.  Tidak akan karyawan/karyawati berani menunda-nunda, nanti dulu, dsb.   Segera ia akan mengahadap atasannya. Dan siap menerima perintah atasannya itu.    Apa sebab ? Karena yang memanggil itu terlihat orangnya, atau terdengar suaranya, dst. Tidak nanti-dulu, atau  tunggu dulu, tetapi segara memenuhi panggilan atasanya.  Karena malu dengan Boss-nya itu.

Kalaupun yang memanggil bukan Dirutnya langsung, mungkin melalui sekretarisnya, atau OB-nya atau melalui karyawan lain, begitu mendengar bahwa orang itu dipanggil, pasti ia segera memenuhi panggilan Boss-nya itu.  Tidak akan berani menunda-nunda lagi.

Ketika ada suara Adzan, maka itu pertanda panggilan dari Allah subhanahu wata’ala untuk melakukan sholat. Bila laki-laki berjamaah di masjid, sedangkan wanita lebih baik sholat di rumah.  Suara Adzan adalah suara manusia (Mu’adzin), bukan suara Allah subhanahu wata’ala, karena tidak mungkin manusia biasa mendengar langsung suara Allah subhanahu wata’ala. Karena yang mendengar suara Allah langsung hanyalah para Nabi dan para Rasul. Itupun tidak semua Nabi dan Rasul. Termasuk yang mendengar suara Allah langsung adalah Nabi Muhammad shollallahu  ‘alaihi wasalam, melalui malaikat Jibril.

Suara (Wahyu) Allah subhanahu wata’ala diterima oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam melalui Jibril, lalu di sampaikan kepada manusia (para sahabat) dan selanjutnya disampaikan kepada kita semua.  Ketika menyampaikan Adzan juga melalui Muadzin, yang sering kita tidak mengenalnya, tetapi kita yakin dan percaya Adzan itu adalah pertanda panggilan Allah subhanahu wata’ala dan yakin itu perintah Allah subhanahu wata’ala,  untuk kita semua melakukan sholat.

Dalam Hadits shahih Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bila masuk waktu sholat beliau memerintahkan kepada salah seorang sahabat untuk Adzan (menyeru memanggil) manusia untuk melakukan sholat. Memang suara tersebut adalah suara Muadzin, tetapi hakekatnya adalah pertanda panggilan Allah subhanahu wata’ala.

Maka yang kita lakukan adalah sami’na wa atho’na, segera datang ke Masjid untuk sholat berjamaah. Tidak boleh ditunda-tunda karena urusan dunia, atau bermalas-malasan.  Kalau orang punya rasa-malu. Kecuali kalau ia tidak punya rasa malu atau tidak punya akal, maka ia akan bermalas-malasan bahkan tidak mau memenuhi panggilan itu.
Maka sabda Rasulullah saw : Jika tidak punya rasa-malu silakan kalian berbuat sekehendak kalian.  

Itu baru satu panggilan Allah subhanahu wata’ala melalu Adzan, apalagi  panggilan yang lain. Yang namanya panggilan atau seruan tidak harus melalui lidah (lisan), atau suara mulut,  justru yang paling banyak panggilan Allah subhanahu wata’ala adalah melalui Surat (AlQur’an).  Misalnya seseorang karyawan dipanggil oleh Boss-nya melalui secarik kertas (surat) yang diletakkan di meja kerjanya, pasti karyawan tersebut segera menghadap Boss-nya. Tidak peduli surat itu siapa yang mengantar. Sebab kalau sampai telat menghadap, pasti ia akan dimarahi oleh Boss-nya atau paling tidak ia menerima SP3 (surat pemberhentian bekerja).

Panggilan Allah subhanahu wata’ala paling banyak adalah melalui Surat, yaitu AlQur’anil Karim. Penjelasannya  melalui Hadits-hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasllam. Itulah seruan Allah, seruan Rasul, bila anda punya rasa-malu maka anda punya Iman, berarti : Laksanakan segera dan tidak boleh ditunda-tunda.

Dalam Surat Fushshilat ayat 40 Allah subhanahu wata’ala berfirman :

إِنَّ ٱلَّذِينَ يُلۡحِدُونَ فِىٓ ءَايَـٰتِنَا لَا يَخۡفَوۡنَ عَلَيۡنَآۗ أَفَمَن يُلۡقَىٰ فِى ٱلنَّارِ خَيۡرٌ أَم مَّن يَأۡتِىٓ ءَامِنً۬ا يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِۚ ٱعۡمَلُواْ مَا شِئۡتُمۡۖ إِنَّهُ ۥ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ (٤٠)

Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari kami. maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

Maksud ayat tersebut, manusia berbuat sesuka hatinya, silakan, tetapi ingat semua itu akan diketahui oleh Allah Yang Maha Melihat dan Mengetahui.

Manusia tidak mungkin bisa menghindar dari pertanggunjawabannya kepada Allah subhanahu wata’ala.   Bila ayat tersebut kita pahami dengan baik, tidak akan ada orang berani korupsi, berani suap-menyuap, berani berbuat zina,  atau perbuatan keji lainnya. Tetapi kenapa ada yang berani berbuat negativ seperti disebut di atas, karena tidak punya rasa-malu.

Maka Allah subhanahu wata’ala mengingatkan kepada kita : Bila kamu benar-benar sempurna Imanmu, maka Allah perintahkan dan larang, semua perintah wajib dijalankan dan yang dilarang wajib ditinggalkan.  Teruatama yang dilarang adalah  mengerjakan dosa dan yang diperintah adalah mengerjakan Ibadah.

Lihat Surat Al An’am ayat 120 :

   وَذَرُواْ ظَـٰهِرَ ٱلۡإِثۡمِ وَبَاطِنَهُ ۥۤۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكۡسِبُونَ ٱلۡإِثۡمَ سَيُجۡزَوۡنَ بِمَا كَانُواْ يَقۡتَرِفُونَ) ١٢٠
Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang mereka telah kerjakan.

Maka jagalah tutur-kata, dalam berucap (terutama di bulan Romadhon ini), karena banyak orang yang menjalani puasa Romadhon tetapi mulutnya tidak dijaga, tetap melakukan ghibah, mencela orang lain, berdusta, dst.  Orang yang seperti itu,  karena tidak punya rasa-malu, tidak merasa bersalah. Jangankan kepada sesama manusia, kepada Allah saja ia tidak merasa malu. Padahal malu yang paling utama adalah malu kepada Allah subhanahu wata’ala.

Tentang menjaga lisan, lihat Surat Al Ahzab ayat 70 – 71 :

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلاً۬ سَدِيدً۬ا (٧٠) يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَـٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا (٧١)
70. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar,

71. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.

Ayat tersebut oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalam selalu diulang-ulang setiap beliau memulai khutbah apa saja, dan kapan saja, tidak pernah meninggalkan (tanpa) mengucapkan ayat tersebut.

Ternyata memang banyak orang yang selalu dusta, bicaranya selalu dusta, penuh celaan, hinaan, kata-kata kotor dan menyakitkan orang lain. Seakan-akan mulutnya lincah berbicara tanpa rasa-malu kepada Allah subhanahu wata’ala.
Namun demikian, ketika di hadapan seorang Pimpinan, seorang Direktur, atau atasannya (Boss-nya), maka seorang pun tidak akan berani berkata-kata kotor, bicara kasar, meskipun kata-katanya tidak ditujukan kepada Pimpinannya.   Karena malu ada Boss-nya.   Sementara itu banyak orang yang tidak punya rasa-malu kepada Allah subhanahu wata’ala, maka ucapannya bebas diumbar ke mana-mana.

Hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Imam Abu Dawud, dari Abu Hurairah rodhiyallah ‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barang-siapa yang tidak pernah meninggalkan kata-kata dusta (kata-kata kotor) yang isinya fitnah, ghibah, celaan dan ia beramal dengan ucapan kita  dan perbuatan-perbuatan yang jahil (bodoh) di bulan Romadhon, maka Allah tidak punya sedikitpun kepentingan atas  kalian meninggalkan makan-minum”.

Artinya Allah tidak akan menilai amal-ibadahmu (puasa-mu). Betapa banyaknya rugi (orang merugi),  orang beribadah dibulan Romadhon tetapi Allah tidak memberikan pahala apapun kecuali mendapat lapar dan haus.

Maka marilah kita miliki malu (punya malu), punya Iman, karena kaitan malu adalah akal dan kaitan akal adalah Iman.  Kalau ada orang punya Iman, maka wajib menggunakan akalnya, bukan akal yang menggunakan hawa nafsu, tetapi akal yang ditundukkan oleh Aturan Allah, akal kita harus mencari tahu Hukum-Hukum Allah, Syari’at dan Aturan Allah subhanahu wata’ala.  Kemudian sabar dalam menjalankannya, maka Allah akan mencintai kita. Insya Allah.

Dalam Hadits riwayat Imam Thirmidzi, Ibnu Hibban, dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bukanlah seorang beiriman jika mulutnya suka mencela,  suka melaknat, kata-katanya keji, lidahnya kotor, senantiasa dengan dusta, celaan dan ghibah dan lain-lainnya”.

Dalam Hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam At Thirmidzy, Hadits hasan-shohih, dari sahabat Abu Darda’, Rasulullah bersabda : “Sungguh, Allah sangat membenci orang yang kata-katanya yang kotor lidahnya”.

Orang yang punya Iman,  wajib menggunakan akalnya agar ia punya rasa-malu.  Karena orang yang akalnya sudah dicabut  maka rasa-malunya hilang, urat-malunya sudah putus.  Bila sudah demikian, silakan anda berbuat apapun. Allah subhanahu wata’ala murka kepada orang yang mulutnya tidak dijaga. Orang yang seperti ini jangan mengharap dicintai Allah subhanahu wata’ala.


Hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari sahabat Abu Darda, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam  bersabda : “Sesungguhnya orang-orang yang mulutnya suka mencela, suka melaknat, yang kotor lidahnya, kelak di Yaumil Akhir mereka tidak bisa menjadi Ahli Syafaat, karena ia tidak akan mendapat syafaat. Dan tidak menjadi saksi ketika Hari Kiamat”

Maka orang yang suka berkata dusta, akan dikunci mulutnya rapat-rapat di Hari Kiamat, tidak boleh  menjadi saksi. Yang akan bersaksi adalah tangan, kaki, mata, hidung dan seluruh anggota tubuh kita.  Karena persaksian lisan yang sering berdusta ditolak oleh Allah subhanahu wata’ala.

Dalam Surat An Naba’ ayat 37 – 38  Allah subhanahu wata’ala berfirman :

رَّبِّ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَہُمَا ٱلرَّحۡمَـٰنِۖ لَا يَمۡلِكُونَ مِنۡهُ خِطَابً۬ا (٣٧) يَوۡمَ يَقُومُ ٱلرُّوحُ وَٱلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةُ صَفًّ۬اۖ لَّا يَتَكَلَّمُونَ إِلَّا مَنۡ أَذِنَ لَهُ ٱلرَّحۡمَـٰنُ وَقَالَ صَوَابً۬ا (٣٨)

37. Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; yang Maha Pemurah. mereka tidak dapat berbicara dengan Dia.

38. Pada hari, ketika ruh dan para Malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.

Semua tidak bisa berbicara, kecuali orang-orang yang diijinkan berbicara, mereka orang-orang yang kata-katanya benar.   Sebagaimana disebutkan dalam Surat Yaasin ayat 65 :
سُوۡرَةُ یسٓ

ٱلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلَىٰٓ أَفۡوَٲهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَآ أَيۡدِيہِمۡ وَتَشۡہَدُ أَرۡجُلُهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ (٦٥)

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.



Lihat Surat Fushshilat ayat 19 – 21 :

وَيَوۡمَ يُحۡشَرُ أَعۡدَآءُ ٱللَّهِ إِلَى ٱلنَّارِ فَهُمۡ يُوزَعُونَ (١٩) حَتَّىٰٓ إِذَا مَا جَآءُوهَا شَہِدَ عَلَيۡہِمۡ سَمۡعُهُمۡ وَأَبۡصَـٰرُهُمۡ وَجُلُودُهُم بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ (٢٠) وَقَالُواْ لِجُلُودِهِمۡ لِمَ شَهِدتُّمۡ عَلَيۡنَا‌ۖ قَالُوٓاْ أَنطَقَنَا ٱللَّهُ ٱلَّذِىٓ أَنطَقَ كُلَّ شَىۡءٍ۬ وَهُوَ خَلَقَكُمۡ أَوَّلَ مَرَّةٍ۬ وَإِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ (٢١)

19. Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah di giring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya.

20. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.

21. Dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan Kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan".

Dan orang ketika itu tidak akan bisa lolos dari jerat Hukum Allah subhanahu wata’ala.  Tidak seperti ketika di dunia, ketika orang di adili di Pengadilan banyak yang lolos dari jerat hukum atau dihukum ringan karena ia punya uang, punya kedudukan dan punya pangkat-jabatan.  Tetapi di Yaumil Akhir kelak tidak akan ada orang yang bisa bebas dari jerat Hukum Allah Subhanallahu wata’ala.

Dalam Pengadilan Allah kelak, semua anggota badan kita, kulit, tangan kaki, mata, telinga dst. bisa bicara kecuali mulut. Anggota tubuh kita bersaksi satu per-satu.  Bukankah ayat tersebut menggetarkan ? Tidakkah kita punya rasa malu di hadapan Allah subhanahu wata’ala ? Dan yang membuat semua anggota tubuh bisa bicara adalah Allah subhanahu wata’ala, secara tiba-tiba semua angota tubuh bisa bicara.

Jika kita punya rasa-malu dan menggunakan akal kita,. sungguh peringatan ayat tersebut Maha Dahsyat dari Allah subhanahu wata’ala.  Dan kita tidak akan berani berbuat sembarangan. Apalagi bulan ini bulan Romadhon, tentu kita ingin agar Romadhon ini kita sukses.  Bayangkan seandainya bulan Romadhon ini adalah terakhir hidup kita, tidakkah kita ingin dengan Iman, disertai rasa-malu, kita akan menggunakan akal kita sebaik-baiknya.

Menjawab pertanyaan bagaimana dengan rasa takut kepada Allah subhanahu wata’ala,  maka sesungguhnya orang yang punya ras-malu dan Iman ia pasti punya rasa-takut. Karena sama dua-duanya antara rasa-malu dan rasa takut. Rasa-malu adalah sebagian dari rasa takut kepada Allah subhanahu wata’ala.  Tidak mungkin sempurna iman seseorang kalau tidak punya rasa takut  kepada Allah subhanahu wata’ala. Dan puncak rasa malu adalah karena takut kepada Allah subhanahu wata’ala.

Lihat Surat At Taubah ayat 18 :

   إِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسَـٰجِدَ ٱللَّهِ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّڪَوٰةَ وَلَمۡ يَخۡشَ إِلَّا ٱللَّهَۖ فَعَسَىٰٓ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُهۡتَدِينَ (١٨)

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain takut kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.

Maka bila seseorang ibadah hanya karena malu kepada manusia,  hanya karena takut kepada manusia, maka malu dan takut itu belum sempurna. Orang yang punya Iman (beriman) walaupun sedang sendirian, tidak ada orang lain, atau ada banyak orang, niatnya sama : Beribadah karena Allah. Niat karena rasa-malu dan rasa-takut kepada Allah , bukan karena  ingin mendapat pujian dari siapapun. Demikianlah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Sekian bahasan mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                          _______________

                                                         


No comments:

Post a Comment