Translate

Thursday, March 22, 2018

Bab Sabar, oleh : Dr. Ahmad Luthfi Fathullah, MA.


PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM



Bab  Sabar

Dr. Ahmad Luthfi Fathullah, MA.

Jum’at, 28 Jumadil Akhir 1439H – 16 Maret 2018.  



Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Dalam kehidupan sehari-hari manusia,  akan selalu terjadi Musibah.  Karena dalam hidup ini antara anugerah dan musibah datang silih berganti.   Siapapun orangnya tidak mungkin tidak mendapatkan Musibah, baik itu  Musibah yang besar dan Musibah yang kecil.
                                                                       
Bagaimana sikap kita ?  Ketika mendapat anugerah nikmat, lalu kita sangat bersyukur. Tetapi kadang ada yang bersyukurnya tidak lulus sebagai orang yang bersyukur.   Tidak bisa men-syukuri nikmat Allah dengan benar.  Bersyukurnya hanya di lisan (ucapan) dan  hanya sehari - dua hari, lalu berikutnya tidak lagi punya rasa syukur.  

Bagaimana dengan sikap Sabar ketika mendapatkan Musibah ?  Ketahui-lah bahwa bagi orang Islam, Musibah atau kenikmatan hasilnya positif.   Musibah akan mendapatkan pahala bagi orang yang bersabar. 

Sikap Sabar.
Kita mendapat pelajaran sikap sabar dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dalam Hadits shahih.   Dari AlQur’an sikap sabar sebagaimana disebutkan dalam Surat Ali Imran ayat 200, Allah subhanahu wata’ala berfirman : 

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اصۡبِرُوۡا وَصَابِرُوۡا وَرَابِطُوۡا وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ‏ ﴿۲۰۰﴾  
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.

Maksudnya, kita disuruh bersabar dan menguatkan kesabaran kita, lebih bersabar lagi.  Satu kesabaran memerlukan kesabaran berikutnya. Ternyata semakin tinggi iman seseorang,  semakin tinggi pula ujiannya, semakin tinggi pula perlu kesabaran-nya. Sebagaimana orang di medan perang, ketika memenangkan pertempuran, maka kita harus bersiap untuk lebih maju lagi di medan laga berikutnya.

Selanjutnya, sesudah bersabar  kita diminta untuk lebih ber-Takwa lagi, ujungnya adalah menjadi orang yang beruntung. Yaitu menjadi pemenang dan mendapat kebahagiaan yang sesungguhnya.Meskipun dilihat dari dhohirnya seseorang yang bersabar itu tampak serba kekurangan, ketahuilah sebenarnya Allah menyiapkan balasan pahala yang besar di Akhirat, yaitu Surga.

Dan ketika masih di dunia saja, bagi orang yang bersabar itu akan mendapat balasan kenikmatan yang tidak diperhitungkan (tidak diduga-duga, tanpa batas).
Lihat Surat Az Zumar ayat 10 :


قُلۡ يٰعِبَادِ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوۡا رَبَّكُمۡ‌ ؕ لِلَّذِيۡنَ اَحۡسَنُوۡا فِىۡ هٰذِهِ الدُّنۡيَا حَسَنَةٌ ‌ ؕ وَاَرۡضُ اللّٰهِ وَاسِعَةٌ ؕ اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوۡنَ اَجۡرَهُمۡ بِغَيۡرِ حِسَابٍ‏ ﴿۱۰﴾  

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.

Maksudnya, pada prinsip dasarnya Sholat pahalanya lebih besar daripada Sabar, tetapi dalam hal-hal tertentu, Sabar boleh-jadi lebih besar pahalanya dari-pada sholat.  Sabar bisa lebih besar pahalanya daripada sedekah, daripada hal-hal lain. Sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut : Pahalanya tanpa batas.

Ketika sikap kita bisa sampai 4 tahap : Sabar – Dan sabar lagi – Tetap siap-siaga dalam kesabaran – Bertakwa  kepada Allah  maka kita akan masuk Surga.
Ujiannya dimana ?

Lihat Surat Al Baqarah ayat 155 :

وَلَـنَبۡلُوَنَّكُمۡ بِشَىۡءٍ مِّنَ الۡخَـوۡفِ وَالۡجُـوۡعِ وَنَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَنۡفُسِ وَالثَّمَرٰتِؕ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيۡنَۙ‏ ﴿۱۵۵﴾  

Dan sungguh akan Kami(Allah) berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

Maksudnya, kita akan diberi ujian (cobaan) dengan : Rasa takut, khawatir, kelaparan, kekurangan harta (kemiskinan), khawatir dengan kematian anggota keluarga, maka kita disuruh bersabar. Orang yang bersabar akan ada berita yang menggembirakan.

Bagaimana orang yang bersikap sabar ?
Lihat Surat Al Baqarah ayat 156 :

الَّذِيۡنَ اِذَآ اَصَابَتۡهُمۡ مُّصِيۡبَةٌ  ۙ قَالُوۡٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّـآ اِلَيۡهِ رٰجِعُوۡنَؕ‏ ﴿۱۵۶﴾  

 (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".

Maka ketika mendapat musibah, kehilangan anggota keluarga, kehilangan pekerjaan, kehilangan harta benda, kehilangan apapun, maka hendaknya kita bersabar dan mengucapkan “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un” (Sesungguhnya kita dari Allah dan kepada Allah-lah kita kembali). 

Dalam Hadits ada tambahannya yang jarang sekali orang mengamalkannya, karena orang tidak mengetahui. Tambahannya, dalam Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari, bahwa suatu ketika anak Fatimah (cucu Rasulullah saw) meninggal, dengan musibah itu Rsulullah saw bersabda : Sesungguhnya untuk Allah-lah apa yang diambil, dan kepunyaan Allah-lah apa yang Dia berikan.

Dan semua manusia sudah ada ajalnya masing-masing, sudah ditentukan oleh Allah subhanahu wata’ala. Maka dalam Hadits berikutnya, Rasulullah saw bersabda : Hendaklah orang itu bersabar ketika ditimpa musibah dan hendaklah ia meminta gantinya yang lebih baik  atau mengharap pahala dari Allah subhanahu wata’ala.

Sebagaimana diriwayatkan dalam Hadits shahih, ketika Ummu Salamah suaminya meninggal karena luka-lukanya yang parah dalam perang Uhud, dibawa pulang ke rumahnya dan meninggal tidak lama kemudian setelah sampai di rumahnya, tidak henti-hentinya Ummu Salamah menangis di sisi jenazah suaminya. Ketika Rasulullah saw datang ke rumah musibah itu dan melihat Ummu Salamah menangis tidak henti-hentinya, maka Rasulullah saw berkata kepada sahabat yang ada di dekat beliau : “Katakan kepada Ummu Salamah, agar berhenti menangis, dan hendaknya ia berdo’a : Ya Allah berilah ganti yang lebih  baik dari suamiku yang meninggal ini”.

Dalam sirrah Hadits tersebut diceritakan bahwa Ummu Salamah sangat mencintai suaminya (Abu Salamah), baginya tidak ada laki-laki yang lebih baik dari suaminya.  Maka Ummu Salamah balik bertanya : “Apakah ada orang yang lebih baik dari suamiku?”.  Namun demikian ia tetap berdo’a sebagaimana disarankan oleh Rasulullah saw. Maka beberapa hari kemudian Ummu Salamah dilamar oleh Rasulullah saw, untuk dijadikan isteri beliau. Ummu Salamah sangat gembira, ternyata memang ada orang yang lebih baik dari suaminya yang telah meninggal.

Makna dari Hadits tersebut:  bahwa ketika kita mendapatkan musibah, kita dianjurkan untuk meminta kepada Allah subhanahu wata’ala, gantinya yang lebih baik dari yang sudah tiada. Itu dipraktekkan oleh Ummu Salamah dan ternyata benar, ia mendapatkan ganti suaminya yang lebih baik daripada suaminya, yaitu Rasulullah saw.

Do’anya adalah : Allahumma ajirni fi musibati, wahluq-li khoiron min-hu (Ya Allah berikan pahala atas kesabaranku dan berilah ganti  yang lebih baik dari Musibah ini).
Janji Allah pasti benar, pasti dipenuhi. Syaratnya : Sabar dan terus berusaha dengan yakin,  jangan putus asa

Dalam Hadits disebutkan ketika Rasulullah saw menerima Musibah yaitu meninggal cucunya, keluar air-mata  beliau (beliau menangis).  Maka seorang sahabat menegur dan bertanya : “Ya Rasulullah, kenapa engkau menangis ?. Bukankah engkau yang mengatakan harus sabar ketika menerima Musibah?”.
Maka Rasulullah saw menjawab : “Tangisan adalah rahmat yang Allah titipkan dalam hati-sanubari seorang hamba-Nya yang beriman. Sesungguhnya Allah memberikan rahmat kepada orang yang mempunyai rasa kasih-sayang”.

Maka ketika orang menerima Musibah, boleh menangis tetapi menangis yang wajar, tidak berlebihan. Sedih dalam Musibah tidak boleh lebih dari 3 hari.
Hadits lain ketika menerima Musibah :
Dalam Hadits shahih, diriwayatkan Rasulullah saw suatu hari menemui seorang ibu-ibu yang sedang menangis sambil menggerutu di atas kuburan anaknya yang baru saja dimakamkan karena meninggal. Maka Rasulullah saw menegur orang itu : “ Wahai ibu, bersabarlah dan bertakwalah kepada Allah”.

Mendengar ucapan Rasululullah saw itu, si ibu yang sedang menanagis berhenti menangis, berkata sambil agak marah :”Pergilah Tuan, menjauhlah.  Tuan tidak merasakan apa yang menjadi kesesedihanku, kehilangan anak yang sangat aku sayangi”. Rupanya si ibu itu tidak tahu bahwa yang baru ia usir adalah Rasulullah saw.

Maka pergilah Rasuullah saw meneruskan perjalanan ke rumah beliau. Beliau tidak marah. Inilah suatu contoh, bahwa bila kita menasihati seseorang dan orang itu bahkan menjadi marah, hendaknya bersabar, anda jangan ikut marah-marah, yang akhirnya menjadi percekcokan. Tidak lama kemudian ada seseorang yang memberi tahu kepada ibu tersebut bahwa yang baru saja ia usir itu dalah Rasulullah saw.

Mendengar pemberitahuan itu, si ibu terkejut dan sangat menyesal, lalu buru-buru ia mencari Rumah Rasulullah saw.  Sampai di rumah Rasulullah saw, si Ibu menemui beliau dan berkata : “Ya Rasulullah, aku mohon maaf sebesar-besarnya, aku tidak tahu bahwa Tuan  yang baru saja menegur aku adalah engkau, ya Rasulullah.  Kalau aku tahu siapa engkau, pasti aku tidak akan berkata kasar seperti tadi. Mohon maaf ya Rasulullah, aku sekarang bisa bersabar”.

Rasulullah saw bersabda : “Wahai ibu, sabar itu pada awal kejadian, bukan sesudahnya”. Maksudnya :  Sikap Sabar itu hendaknya ketika saat terjadi Musibah, bukan sesudahnya, bahkan berhari-hari sesudahnya, lalu mengatakan : Aku bisa bersabar. Tidak demikian. Sabar demikian adalah sabar yang tidak ada artinya.

Do’a kita menjadi mustajab karena kesabaran kita yang tepat waktu.
Dalam Hadits shahih diriwayatkan bahwa Abu Sa’id Al Khudri bercerita bahwa ada beberapa orang Anshor yang kerjanya meminta-minta ke rumah Rasulullah saw. Pada awalnya selalu diberi oleh Rasulullah saw berupa makanan, bahan makanan (tepung gandum), dan lainnya  yang mereka minta. Tetapi pada hari berikutnya ketika mereka datang meminta, Rasulullah saw menjawab bahwa beliau sudah tidak punya bahan makanan lagi. Maka tidak bisa memberi. Karena saat itu beliau sudah tidak kaya lagi. Beliau sudah termasuk orang miskin ketika di Madinah. Namun beliau tetap bersabar.

Tanya-Jawab.

Pertanyaan:
Bila orang bersabar ketika menerima musibah dan tetap mengharap balasan dari Allah subhanahu wata’ala, tetapi sampai ia meninggal belum terbalas kesabarannya itu.  Apakah di Akhirat akan diterima pahala kesabarannya ?.

Jawaban :
Di Akhirat pasti diterimakan pahala kesabarannya itu.

Pertanyaan:
Bagaimana dengan orang yang tertipu oleh pengusaha perjalanan Umroh, dijanjikan untuk bisa ber-Umroh tetapi sampai tiba waktunya, tidak bisa pergi Umroh. Bagimana bentuk kesabarannya ?

Jawaban :
Sebenarnya kita sudah dilatih oleh Allah subhanahu wata’ala untuk bersabar, yaitu dengan bentuk Sholat.  Kita diajarkan untuk meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wata’ala dalam bentuk sholat dan kesabaran. Sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wata’ala dalam Surat Al Baqarah ayat 153 : 
 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اسۡتَعِيۡنُوۡا بِالصَّبۡرِ وَالصَّلٰوةِ ؕ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيۡنَ‏ ﴿۱۵۳﴾  

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Dan ketika kita melakukan sholat, maka dalam Do’a Iftitah kita selalu mengucapkan : Inna sholati, wanusuki wamahyaya wa mamati lillahi robbil ‘alamin (Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku  hanya untuk Allah Tuhan seluruh alam).

Sekian bahasan, mudah-mudhan bermanfaat.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

No comments:

Post a Comment