PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Bab
Sabar
Dr. Ahmad Luthfi Fathullah,
MA.
Jum’at, 28 Jumadil Akhir 1439H – 16 Maret
2018.
Assalamu’alaikum wr.wb.,
Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Dalam kehidupan
sehari-hari manusia, akan selalu terjadi
Musibah. Karena dalam hidup ini antara anugerah dan
musibah datang silih berganti. Siapapun
orangnya tidak mungkin tidak mendapatkan Musibah, baik itu Musibah yang besar dan Musibah yang kecil.
Bagaimana sikap
kita ? Ketika mendapat anugerah nikmat,
lalu kita sangat bersyukur. Tetapi
kadang ada yang bersyukurnya tidak lulus sebagai orang yang bersyukur. Tidak bisa men-syukuri nikmat Allah dengan
benar. Bersyukurnya hanya di lisan
(ucapan) dan hanya sehari - dua hari,
lalu berikutnya tidak lagi punya rasa syukur.
Bagaimana dengan
sikap Sabar ketika mendapatkan
Musibah ? Ketahui-lah bahwa bagi orang
Islam, Musibah atau kenikmatan hasilnya positif. Musibah
akan mendapatkan pahala bagi orang yang bersabar.
Sikap
Sabar.
Kita mendapat
pelajaran sikap sabar dari Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam dalam Hadits shahih. Dari
AlQur’an sikap sabar sebagaimana disebutkan dalam Surat Ali Imran ayat 200, Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اصۡبِرُوۡا
وَصَابِرُوۡا وَرَابِطُوۡا وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ ﴿۲۰۰﴾
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.
Maksudnya, kita
disuruh bersabar dan menguatkan kesabaran kita, lebih bersabar lagi. Satu kesabaran memerlukan kesabaran
berikutnya. Ternyata semakin tinggi iman seseorang, semakin tinggi pula ujiannya, semakin tinggi
pula perlu kesabaran-nya. Sebagaimana orang di medan perang, ketika memenangkan
pertempuran, maka kita harus bersiap untuk lebih maju lagi di medan laga
berikutnya.
Selanjutnya,
sesudah bersabar kita diminta untuk lebih ber-Takwa
lagi, ujungnya adalah menjadi orang yang beruntung.
Yaitu menjadi pemenang dan mendapat kebahagiaan yang sesungguhnya.Meskipun
dilihat dari dhohirnya seseorang yang
bersabar itu tampak serba kekurangan, ketahuilah sebenarnya Allah menyiapkan
balasan pahala yang besar di Akhirat, yaitu Surga.
Dan ketika masih
di dunia saja, bagi orang yang bersabar itu akan mendapat balasan kenikmatan
yang tidak diperhitungkan (tidak diduga-duga, tanpa batas).
Lihat Surat Az Zumar ayat 10 :
قُلۡ يٰعِبَادِ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوۡا رَبَّكُمۡ
ؕ لِلَّذِيۡنَ اَحۡسَنُوۡا فِىۡ هٰذِهِ الدُّنۡيَا حَسَنَةٌ ؕ وَاَرۡضُ اللّٰهِ
وَاسِعَةٌ ؕ اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوۡنَ اَجۡرَهُمۡ بِغَيۡرِ حِسَابٍ
﴿۱۰﴾
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman.
bertakwalah kepada Tuhanmu". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini
memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas.
Maksudnya, pada
prinsip dasarnya Sholat pahalanya
lebih besar daripada Sabar, tetapi dalam hal-hal tertentu, Sabar boleh-jadi lebih besar pahalanya dari-pada sholat. Sabar bisa lebih besar pahalanya daripada
sedekah, daripada hal-hal lain. Sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut : Pahalanya tanpa batas.
Ketika sikap kita
bisa sampai 4 tahap : Sabar – Dan sabar
lagi – Tetap siap-siaga dalam kesabaran – Bertakwa kepada Allah – maka kita akan masuk Surga.
Ujiannya dimana ?
Lihat Surat Al Baqarah ayat 155 :
وَلَـنَبۡلُوَنَّكُمۡ بِشَىۡءٍ مِّنَ الۡخَـوۡفِ
وَالۡجُـوۡعِ وَنَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَنۡفُسِ وَالثَّمَرٰتِؕ وَبَشِّرِ
الصّٰبِرِيۡنَۙ ﴿۱۵۵﴾
Dan sungguh akan Kami(Allah) berikan cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
Maksudnya, kita
akan diberi ujian (cobaan) dengan : Rasa takut, khawatir, kelaparan, kekurangan
harta (kemiskinan), khawatir dengan kematian anggota keluarga, maka kita
disuruh bersabar. Orang yang bersabar akan ada berita yang menggembirakan.
Bagaimana orang
yang bersikap sabar ?
Lihat Surat Al Baqarah ayat 156 :
الَّذِيۡنَ اِذَآ اَصَابَتۡهُمۡ مُّصِيۡبَةٌ ۙ
قَالُوۡٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّـآ اِلَيۡهِ رٰجِعُوۡنَؕ ﴿۱۵۶﴾
(Yaitu) orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".
Maka ketika
mendapat musibah, kehilangan anggota keluarga, kehilangan pekerjaan, kehilangan
harta benda, kehilangan apapun, maka hendaknya kita bersabar dan mengucapkan “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un”
(Sesungguhnya kita dari Allah dan kepada
Allah-lah kita kembali).
Dalam Hadits ada
tambahannya yang jarang sekali orang mengamalkannya, karena orang tidak
mengetahui. Tambahannya, dalam Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari, bahwa
suatu ketika anak Fatimah (cucu Rasulullah saw) meninggal, dengan musibah itu
Rsulullah saw bersabda : Sesungguhnya
untuk Allah-lah apa yang diambil, dan kepunyaan Allah-lah apa yang Dia berikan.
Dan semua manusia
sudah ada ajalnya masing-masing, sudah ditentukan oleh Allah subhanahu wata’ala. Maka dalam Hadits
berikutnya, Rasulullah saw bersabda : Hendaklah
orang itu bersabar ketika ditimpa musibah dan hendaklah ia meminta gantinya
yang lebih baik atau mengharap pahala
dari Allah subhanahu wata’ala.
Sebagaimana
diriwayatkan dalam Hadits shahih, ketika Ummu Salamah suaminya meninggal karena
luka-lukanya yang parah dalam perang Uhud, dibawa pulang ke rumahnya dan
meninggal tidak lama kemudian setelah sampai di rumahnya, tidak henti-hentinya
Ummu Salamah menangis di sisi jenazah suaminya. Ketika Rasulullah saw datang ke
rumah musibah itu dan melihat Ummu Salamah menangis tidak henti-hentinya, maka
Rasulullah saw berkata kepada sahabat yang ada di dekat beliau : “Katakan kepada Ummu Salamah, agar berhenti
menangis, dan hendaknya ia berdo’a : Ya Allah berilah ganti yang lebih baik dari suamiku yang meninggal ini”.
Dalam sirrah
Hadits tersebut diceritakan bahwa Ummu Salamah sangat mencintai suaminya (Abu
Salamah), baginya tidak ada laki-laki yang lebih baik dari suaminya. Maka Ummu Salamah balik bertanya : “Apakah ada orang yang lebih baik dari
suamiku?”. Namun demikian ia tetap
berdo’a sebagaimana disarankan oleh Rasulullah saw. Maka beberapa hari kemudian
Ummu Salamah dilamar oleh Rasulullah saw, untuk dijadikan isteri beliau. Ummu
Salamah sangat gembira, ternyata memang ada orang yang lebih baik dari suaminya
yang telah meninggal.
Makna dari Hadits
tersebut: bahwa ketika kita mendapatkan
musibah, kita dianjurkan untuk
meminta kepada Allah subhanahu wata’ala,
gantinya yang lebih baik dari yang sudah tiada. Itu dipraktekkan oleh Ummu
Salamah dan ternyata benar, ia mendapatkan ganti suaminya yang lebih baik
daripada suaminya, yaitu Rasulullah saw.
Do’anya adalah : Allahumma
ajirni fi musibati, wahluq-li khoiron min-hu (Ya Allah berikan pahala atas kesabaranku dan berilah ganti yang lebih baik dari Musibah ini).
Janji Allah pasti benar, pasti dipenuhi. Syaratnya
: Sabar dan terus berusaha dengan yakin,
jangan putus asa
Dalam Hadits
disebutkan ketika Rasulullah saw menerima Musibah yaitu meninggal cucunya,
keluar air-mata beliau (beliau
menangis). Maka seorang sahabat menegur
dan bertanya : “Ya Rasulullah, kenapa
engkau menangis ?. Bukankah engkau yang mengatakan harus sabar ketika menerima
Musibah?”.
Maka Rasulullah
saw menjawab : “Tangisan adalah rahmat
yang Allah titipkan dalam hati-sanubari seorang hamba-Nya yang beriman. Sesungguhnya
Allah memberikan rahmat kepada orang yang mempunyai rasa kasih-sayang”.
Maka ketika orang
menerima Musibah, boleh menangis tetapi menangis yang wajar, tidak berlebihan.
Sedih dalam Musibah tidak boleh lebih dari 3 hari.
Hadits lain ketika
menerima Musibah :
Dalam Hadits
shahih, diriwayatkan Rasulullah saw suatu hari menemui seorang ibu-ibu yang
sedang menangis sambil menggerutu di atas kuburan anaknya yang baru saja
dimakamkan karena meninggal. Maka Rasulullah saw menegur orang itu : “ Wahai ibu, bersabarlah dan bertakwalah
kepada Allah”.
Mendengar ucapan
Rasululullah saw itu, si ibu yang sedang menanagis berhenti menangis, berkata
sambil agak marah :”Pergilah Tuan,
menjauhlah. Tuan tidak merasakan apa
yang menjadi kesesedihanku, kehilangan anak yang sangat aku sayangi”. Rupanya
si ibu itu tidak tahu bahwa yang baru ia usir adalah Rasulullah saw.
Maka pergilah Rasuullah
saw meneruskan perjalanan ke rumah beliau. Beliau tidak marah. Inilah suatu
contoh, bahwa bila kita menasihati seseorang dan orang itu bahkan menjadi
marah, hendaknya bersabar, anda jangan ikut marah-marah, yang akhirnya menjadi
percekcokan. Tidak lama kemudian ada seseorang yang memberi tahu kepada ibu
tersebut bahwa yang baru saja ia usir itu dalah Rasulullah saw.
Mendengar
pemberitahuan itu, si ibu terkejut dan sangat menyesal, lalu buru-buru ia
mencari Rumah Rasulullah saw. Sampai di
rumah Rasulullah saw, si Ibu menemui beliau dan berkata : “Ya Rasulullah, aku mohon maaf sebesar-besarnya, aku tidak tahu bahwa
Tuan yang baru saja menegur aku adalah
engkau, ya Rasulullah. Kalau aku tahu
siapa engkau, pasti aku tidak akan berkata kasar seperti tadi. Mohon maaf ya
Rasulullah, aku sekarang bisa bersabar”.
Rasulullah saw
bersabda : “Wahai ibu, sabar itu pada
awal kejadian, bukan sesudahnya”. Maksudnya : Sikap
Sabar itu hendaknya ketika saat terjadi Musibah, bukan sesudahnya, bahkan
berhari-hari sesudahnya, lalu mengatakan : Aku bisa bersabar. Tidak demikian.
Sabar demikian adalah sabar yang tidak ada artinya.
Do’a kita menjadi
mustajab karena kesabaran kita yang tepat waktu.
Dalam Hadits
shahih diriwayatkan bahwa Abu Sa’id Al
Khudri bercerita bahwa ada beberapa orang Anshor yang kerjanya
meminta-minta ke rumah Rasulullah saw. Pada awalnya selalu diberi oleh
Rasulullah saw berupa makanan, bahan makanan (tepung gandum), dan lainnya yang mereka minta. Tetapi pada hari
berikutnya ketika mereka datang meminta, Rasulullah saw menjawab bahwa beliau
sudah tidak punya bahan makanan lagi. Maka tidak bisa memberi. Karena saat itu
beliau sudah tidak kaya lagi. Beliau sudah termasuk orang miskin ketika di
Madinah. Namun beliau tetap bersabar.
Tanya-Jawab.
Pertanyaan:
Bila orang
bersabar ketika menerima musibah dan tetap mengharap balasan dari Allah subhanahu wata’ala, tetapi sampai ia
meninggal belum terbalas kesabarannya itu.
Apakah di Akhirat akan diterima pahala kesabarannya ?.
Jawaban
:
Di Akhirat pasti
diterimakan pahala kesabarannya itu.
Pertanyaan:
Bagaimana dengan
orang yang tertipu oleh pengusaha perjalanan Umroh, dijanjikan untuk bisa
ber-Umroh tetapi sampai tiba waktunya, tidak bisa pergi Umroh. Bagimana bentuk
kesabarannya ?
Jawaban
:
Sebenarnya kita
sudah dilatih oleh Allah subhanahu
wata’ala untuk bersabar, yaitu dengan bentuk Sholat. Kita diajarkan untuk
meminta pertolongan kepada Allah subhanahu
wata’ala dalam bentuk sholat dan kesabaran. Sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wata’ala dalam Surat Al Baqarah ayat 153 :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اسۡتَعِيۡنُوۡا
بِالصَّبۡرِ وَالصَّلٰوةِ ؕ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيۡنَ ﴿۱۵۳﴾
Hai
orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Dan ketika kita
melakukan sholat, maka dalam Do’a
Iftitah kita selalu mengucapkan : Inna sholati, wanusuki wamahyaya wa mamati
lillahi robbil ‘alamin (Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan seluruh alam).
Sekian bahasan, mudah-mudhan bermanfaat.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
No comments:
Post a Comment