PENGAJIAN DHUHA - MASJID
BAITUSSALAM
Sorotan
Al Qur’an Kepada Para
Penghalang Dakwah
Ustadz
Arie Budhi, SE.
Jum’at, 20
Rojab 1439H – 6 April 2018.
Assalamu’alaikum wr.wb.
Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Thema bahasan
berikut adalah bagaimana sorotan AlQur’an terhadap penghalang Dakwah Islam,
agar kita mempunyai perspektif (pandangan) yang lengkap dan jelas, bagaimana
gambaran posisi Dakwah Islam khususnya di negara tercinta ini. Selama ini kita
sering saksikan di Media Sosial atau di TV-TV atau kita baca di media massa, kesemuanya
itu ternyata dalam AlQur’an Allah subhanahu
wata’ala telah menggambarkan secara gamblang.
Maka pada
kesempatan ini, sebagai Mukadimah, kami
sampaikan bagaimana gambaran Dakwah Islamiyah sampai saat ini. Islam sebagai agama yang mulia telah
memberikan kiat atau metode serta rambu-rambu dalam berdakwah menyampaikan
Islam kepada umat manusia.
Lihat AlQur’an Surat An Nahl ayat 125, Allah subhanahu wata’ala berfirman :
اُدۡعُ اِلٰى سَبِيۡلِ رَبِّكَ بِالۡحِكۡمَةِ
وَالۡمَوۡعِظَةِ الۡحَسَنَةِ وَجَادِلۡهُمۡ بِالَّتِىۡ هِىَ اَحۡسَنُؕ اِنَّ
رَبَّكَ هُوَ اَعۡلَمُ بِمَنۡ ضَلَّ عَنۡ سَبِيۡلِهٖ وَهُوَ اَعۡلَمُ
بِالۡمُهۡتَدِيۡنَ ﴿۱۲۵﴾
Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Bila sampai saat
ini kita berpandangan bahwa Dakwah hanya dilakukan oleh para Ustadz, para Kyai,
atau para Ulama, maka pandangan tersebut harus dihilangkan, karena berdasarkan
ayat tersebut, Dakwah merupakan kewajiban kita semua sebagai umat Islam. Maka bagi kita yang oleh Allah diberikan
akal, sehat badan, diberi Al Jawarih,
diberi Ilmu, maka berdakwah-lah. Karena
dakwah sangat penting.
Kalimat perintah
dalam ayat tersebut : Serulah manusia, maknanya adalah
perintah. Pada dasarnya setiap perintah
dalam AlQur’an, adalah wajib (kewajiban). Maka bila kita membaca AlQur’an dan
mendapatkan ayat-ayat perintah, terutama
Dakwah, maka itu merupakan kewjiban kita sebagai umat Islam. Seseoang yang
mempunyai kapasitas ke-Ilmuan, terutama ke-Ilmua
Syari’ah, maka ia harus mendakwahkan
kepada orang dengan ke-Ilmuannya.
Misalnya ia
seorang yang punya ke-Ilmuan dalam bidang ekonomi, maka ia harus mendakwahkan
Ilmu Ekonominya berdasarkan Syari’ah. Seorang muslim yang memimpin sebuah
lembaga misalnya dalam bidang management, yang ia punya kekuasaan yang vital dalam
lingkungannya, iapun harus berperan-serta dalam Dakwah Islamiyah, dalam rangka menegakkan agama Allah subhanahu wata’ala.
Maka tidak ada
celah untuk tidak men-dakwahkan Islam.
Termasuk Ibu-ibu
rumahtangga ketika di rumah. Ketika ber-interaksi dengan anak-cucunya, gunakan
kemampuannya untuk menegakkan dakwah, dalam rangka Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Maka
kita harus menghilangkan persepsi bahwa dakwah hanya boleh dilakukan oleh
orang-orang tertentu, misalnya : Usradz, Kyai, Ulama, dst. Tetapi dakwah juga
merupakan tugas kita semua.
Berdasarkan ayat
tersebut di atas, Allah subhanahu
wata’ala memerintahkan kita semua untuk berdakwah dengan Hikmah,
artinya dengan dasar-dasar Ilmu pengetahuan tentang Islam. Dalam ayat tersebut, Ma’idhotul Hasanah, artinya cara
yang baik. Yaitu mengajak terutama orang-orang dekat kita, anggota keluarga
kita, tetangga, teman dekat, dst. Terutama dengan mengadakan Majlis Ta’lim,
berkaitan dengan perintah Rasulullah saw : Tholabul ‘ilmi faridhotul ‘alla kulli
muslimin (Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap kaum muslimin).
Ma’idhotul Hasanah
artinya dengan cara dan kata-kata yang baik, sopan-santun, termasuk seperti yang
dikatakan oleh Imam Al Baghawi dalam
Kitabnya ‘Ma’alimut Tanzil : Mengajak (berdakwah) dengan motivasi kabar
gembira dan peringatan.
Bila kita melihat
sejarah Islam, perkembangan Islam ketika di zaman Nabi Muhammad shollalalahu
‘alaihi wasallam di Mekkah sebelum beliau Hijrah ke Madinah, setelah beliau
menerim perintah dari Allah subhanahu
wata’ala untuk melakukan dakwah secara terang-terangan, (karena sebelumnya
beliau dakwah secara diam-diam, sembunyi-sembunyi), maka Nabi Muhammad saw
bersemangat untuk menyeru perintah Allah subhanahu
wata’ala.
Sehingga beliau pagi-pagi
mengajak kepada kerabat beliau serta orang-orang di sekitar rumah beliau,
berkumpul di dekat Bukit Sofa,
kemudian beliau naik ke atas bukit itu dan menyeru kepada kerabatnya, termasuk paman
beliau Abu Lahab.
Tetapi justru
paman beliau sendiri (Abu Lahab) menolak seruan Nabi Muhammad saw. ketika di
Bukit Sofa itu. Sampai suatu ketika Nabi Muhammad saw dihadapkan pada kondisi yang sangat sulit, ketika
orang-orang kaum Quraisy semakin intens menghadang dan menghalang-halangi
dakwah beliau.
Syaikh
Shafiurahman Al Mubarokfury menulis dalam Kitabnya Arrohiqul
Makhtum memberikan paling tidak 4 gambaran bagaimana orang-orang kafir
Quraisy menghadang dakwah Nabi Muhammad saw , yaitu :
1.Dengan menghina, mengejek dan mengolok-olok
Nabi Muhammad saw.
tujuannya untuk melemahkan dakwah Islam.
Maka bila sekarang
kita menyaksikan ada sekelompok orang yang menghalangi dakwah Islam di negeri
kita, dengan mengatakan : Ustad Fulan dan Kyai Fulan adalah
In-toleransi, anti ke-Bhineka-an, dll., maka hal-hal semacam itu sudah
dilakukan oleh orang-orang kafir sejak zaman Nabi Muhammad saw. ketika masih di
Mekkah.
Lihat AlQur’an Surat Al Qalam ayat 51 :
وَاِنۡ يَّكَادُ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا لَيُزۡلِقُوۡنَكَ
بِاَبۡصَارِهِمۡ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكۡرَ وَيَقُوۡلُوۡنَ اِنَّهٗ لَمَجۡنُوۡنٌۘ
﴿۵۱﴾
Dan
sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan
pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al Quran dan mereka berkata:
"Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila.
Orang-orang kafir
Quraisy di zaman itu mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw adalah gila. Tujuannya adalah untuk melemahkan dan merusak
Dakwah beliau, agar orang-orang tidak mau mengikuti dakwah beliau.
Ketika Nabi
Muhammad saw dan kaum muslimin melakukan Thawaf mengelilingi Ka’bah, orang-orang kafir Quraisy meletakkan kotoran
manusia dan kotoran hewan di bahu beliau.
Maka bila di
negeri kita ada sekelompok orang yang mencoba menghalangi dakwah dengan cara
melecehkan Islam, maka itu belum seberapa jika dibandingkan cara-cara
orng-arang kafir Quraisy di zaman Nabi Muhammad saw.
Apalagi dengan
fasilitas-fasilitas di negeri kita dengan kemajuan tehnologi sekarang, justru
seharusnya menambah semangat kita untuk berdakwah.
Kita semua adalah
Da’i (pendakwah), maka bila kita mengajak orang untuk beribadah, lalu orang itu
tidak mau, maka itu belum seberapa jika dibandingkan dizaman Nabi Muhammad saw.
2.
Dengan usaha-usaha menghancurkan ajaran Islam.
Misalnya ketika
itu ada uasah-usaha mempengaruhi orang-orang di Mekkah agar ragu-ragu terhadap
Islam. Baik yang belum msuk Islam maupun terhadap orang-orng yang sudah masuk
Islam. Lihat Surat Al Qalam ayat 15 :
اِذَا تُتۡلٰى عَلَيۡهِ اٰيٰتُنَا قَالَ اَسَاطِيۡرُ
الۡاَوَّلِيۡنَ ﴿۱۵﴾
Apabila
dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "(Ini adalah)
dongeng-dongengan orang-orang dahulu kala."
Mereka orang-orng
kafir menganggap AlQur’an hanya sebagai cerita-cerita dongeng, padahal AlQu’an adalah Wahyu dari Allah subhanahu wata’ala.
Demikian pula
banyak kalangan di negeri kita yang tidak percaya dengan AlQur’an. Mereka
menganggap AlQur’an hanyalah kumpulan cerita-cerita yang tidak ada artinya.
Mereka menganggap remah terhadap AlQur’an.
Artinya mereka menganggap remeh terhadap agama Islam.
3.Dengan
cara menyandingkan AlQur’an dengan cerita-cerita Khurafat, Bid’ah, Tahayul dan
cerita-cerita Syirik.
Ada seorang yang
bernama Al Hudair, di zaman itu yang ia tidak senang dengan Nabi Muhammad
saw. Suatu hari Al Hudair sengaja pergi ke Persia, untuk mengumpulkan cerita-cerita, dongeng-dongeng
dari Persia, yang merupakan perpaduan dengan kebudayaan India, yang isinya
mengandung Khurafat, Syirik dan Tahayul.
Sebagaimana kita
kebudayaan Persia (Majusi) sejak zaman dahulu kala isinya adalah Khurafat.
Maka ketika Nabi
Muhammad saw sedang berdakwah menyampaikan AlQur’an yang mulia, datanglah Al
Hudair menyampaikan cerita-cerita dan dongeng-dongeng dari Persia untuk
menandingi apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Sambil Al Hudair
menawarkan hadiah berupa budak-budak perempuan bagi yang tidak mau mendengar
apa yang disampaikan Nabi Muhammad saw dan mau mendengar cerita dari Al Hudair.
4.Dengan cara tawar-menawar kayakinan
(Aqidah).
Dalam Kitab-Kitab
Sejarah Islam, bahwa ada orang-orang
seperti Abu Lahab, Walid bin Mughirah,
Al ‘Ash bin Wail, Abu Jahal, semua
itu sdalah tokoh-tokoh atau para pemuka kaum Quraisy. Mereka mendatangi Nabi
Muhammad saw : Wahai Muhammad, kami tawarkan kepada engkau sebagai berikut: Satu pekan
engkau dan pengikutmu memeluk agama kami, dan sepekan kemudian kami akan
memeluk agamamu (Islam).
Hampir saja Nabi
Muhammad saw menerima tawaran tersebut, dan bila ternyata beliau menerima
tawaran tersebut, kita yakin sampai hari ini kita tidak akan menjadi muslim,
dan tidak akan bisa melaksanakan sholat.
Seandainya Nabi Muhammad saw mau menerima tawaran itu, lalu beliau
menyembah berhala satu pekan saja, nisacaya kita tidak akan bisa melaksanakan
sholat sampai hari ini.
Maka Allah
subhanahu wata’ala memberikan Frame (batasan) yang jelas
sekali yaitu dengan menurunkan Surat Al Kafirun :
قُلۡ يٰۤاَيُّهَا الۡكٰفِرُوۡنَۙ ﴿۱﴾
لَاۤ اَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُوۡنَۙ ﴿۲﴾ وَلَاۤ
اَنۡـتُمۡ عٰبِدُوۡنَ مَاۤ اَعۡبُدُ ۚ ﴿۳﴾ وَلَاۤ اَنَا
عَابِدٌ مَّا عَبَدۡتُّمۡۙ ﴿۴﴾ وَ لَاۤ اَنۡـتُمۡ عٰبِدُوۡنَ مَاۤ اَعۡبُدُ ؕ
﴿۵﴾
لَـكُمۡ دِيۡنُكُمۡ وَلِىَ دِيۡنِ ﴿۶﴾
1. Katakanlah:
"Hai orang-orang kafir,
2.
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5.
Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Perbedaan.
Bila dalam Islam
ada perbedaan, hanyalah pada perkara Furu’iyah. Perbedaan pendapat dalam
bagian kecil yang berkaitan dengan Fiqih. Misalnya sholat Subuh, ada yang
dengan Do’a Qunut, ada yang tidak. Ketika duduk Tasyahud ada yang
menggerak-gerakkan jari ada yang
tidak, ada yang sedekapnya di perut, ada
yang di dada, dan yang sejenisnya, semua itu soal-soal Khilafiyah karena cara
memahami Hadits yang berbeda.
Tetapi dalam Aqidah harus jelas. Aqidah seorang
Muslim harus jelas, hitam adalah hitam, putih adalah putih. Taqwa adalah Taqwa, Syirik adalah Syirik.
Demikian tersebut
harus kita sikapi dengan tolerans.
Dari empat
gambaran kondisi dakwah di zaman Nabi Muhammad saw sebagaimana tersebut di atas
bila dikaitkan dengan zaman sekarang, banyak informasi yang menyatakan Ustadz Fulan menyebarkan
In-toleransi,
bertentangan dengan ke-Bhineka-an, dst.
Pernyataan-pernyataan demikian sebenarnya sudah dilakukan oleh kaum
Kafir Quraisy di zaman Nabi Muhammad saw. dan sekarang terulang kembali.
Para ahli sejarah
menyatakan bahwa sejarah akan berulang kembali pada setiap generasi. Maka akan
baik sekali bila kita bisa mengambil pelajaran dari sejarah. Kemudian kita kaitkan dengan AlQur’an,
bagaimana AlQur’an berbicara dalam masalah perpecahan, penghalangan dakwah, dan
seterusnya. AlQur’an bukan hanya berlaku
di zaman Nabi Muhammad saw melainkan berlaku selamanya sampai Hari Kiamat. Dan
sebagai umat Islam sudah seharusnya kita berpegang-teguh pada AlQur’an, tidak
boleh mengenyampingkannya.
Pertama, dalam
AlQur’an disebutkan kata “Shodda –
Yashuddu” (Menghalang-halangi) tidak
kurang dari 26 ayat, salah satunya adalah dalam Surat Huud ayat 19 :
الَّذِيۡنَ يَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ
وَيَبۡغُوۡنَهَا عِوَجًا ؕ وَهُمۡ بِالۡاٰخِرَةِ هُمۡ كٰفِرُوۡنَ ﴿۱۹﴾
(Yaitu) orang-orang yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan
menghendaki (supaya) jalan itu bengkok. dan mereka itulah orang-orang yang tidak
percaya akan adanya hari Akhirat.
Dalam kamus Mu’jamul
Wafith kata “Shodda – Yashuddu”
artinya membubarkan, misalnya yang
sering terjadi di negeri kita, ada sekelompok orang membubarkan Tabligh Akbar
atau Majlis Ta’lim. AlQur’an sudah
berbicara perkara tersebut sejak 1400 tahun lalu dan sampai saat ini masih
terjadi.
Tidak hanya sampai
di situ, tetapi juga membuat jalannya (menuju Allah ) menjadi bengkok. Dalam
Tafsir AlQur’an yang ditulis oleh Imam
Tantowi, seorang Ulama Mesir, yang dimaksud membuat jalannya menjadi bengkok, adalah menyelewengkan manusia
dari Petunjuk Allah subhanahu wata’ala menuju
jalan kesesatan. Yang di dalamnya bukan
saja orang yang baru mengenal Islam, tetapi juga orang-orang yang sudah lama
memahami dan mempelajari Islam tetapi dibuat bengkok jalannya, menjadi
sesat. Pemikiran dan cara pandangannya
menjadi sesat.
Yang semula sudah
Islam diubah pikirannya menjadi Liberal.
Yang semula orang
itu sudah ber-Tauhid diubah
pikirannya menjadi Komunis (kafir), yang
semula orang normal diubah menjadi LGBT.
Orang-orang yang
demikian itu, disebutkan oleh Allah dalam ayat tersebut : Orang-orang yang kafir (ingkar) dengan Hari Akhir. Mereka tidak
merasa (tidak berfikir) bahwa amal-perbuatan mereka kelak akan
dihisab oleh Allah subhanahu wata’ala. Mereka
tidak menyadari bahwa perbuatan mereka adalah sesat.
Kedua,
orang-orang yang berusaha menghalang-halangi dakwah Islam, merupakan karakter
yang kuat dari orang-orang Munafiq.
Dalam Surat An Nisaa’ ayat 61 Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَاِذَا قِيۡلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡا اِلٰى مَاۤ اَنۡزَلَ
اللّٰهُ وَاِلَى الرَّسُوۡلِ رَاَيۡتَ الۡمُنٰفِقِيۡنَ يَصُدُّوۡنَ عَنۡكَ
صُدُوۡدًا ۚ ﴿۶۱﴾
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu
(tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul",
niscaya kamu lihat orang-orang munafik
menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.
Perilaku orang Munafiq sebagaimana disebutkan dalam
ayat tersebut, lebih parah dibandingkan orang Kafir. Mereka ber-KTP Islam (mengaku beragama Islam)
tetapi Islam tidak masuk dalam hatinya dan tidak diamalkan dengan perbuatannya
sebagai orang Islam. Pertanyaannya :
Siapakah yang sering membubarkan Tabligh Akbar, atau Majlis Talim ?. Jawabnya : Mereka orang-orang yang KTP-nya
Islam, mengaku Islam.
Dalam
catatan kejadian :
1. Bulan Maret 2017 di Sidoarjo, Ustadz Khalid Basalamah dibubarkan pengajiananya dan beliau diusir
oleh sekelompok orang yang mengku Islam.
2. Bulan Mei 2017 pengajian FPI (Front
Pembela Islam) di Pontianak (Kal-Bar) sedang melakukan Tabligh Akbar dibubarkan
oleh sekelompok orang yang mengaku Islam.
3. Bulan Oktober 2017, Pengajian Ustad
Bakhtiar Nasir, di Cirebon dibubarkan oleh sekelompok orang yang mengaku Islam.
4. Bulan November 2017, Pengajian dengan
pembicara Ustadz Felix Siauw di Bangil Jawa-Timur, dibubarkan oleh
sekelompk orang yang mengaku Islam.
5. Bulan Desember 2017, pengajian dengan
pembicaranya Abdul Somad di Bali dibubarkan oleh orang-orang yang mengaku
Islam.
Itulah catatan
terakhir, saat ini, bahwa para Penghalang-penghalang Dakwah Islam akan selalu menghalangi Dakwah Islam yang mulia ini.
Bila dilihat, posisi orang-orang yang menghalangi Dakwah
adalah oang-orang yang KTP-nya Islam.
Maka apa yang
dilakukan oleh orang-orang Munafq (yang mengaku Islam) tetapi tidak menginginkan Dakwah Islam tegak,
akan lebih hebat dibandingkan dengan yang dilakukan oleh orang kafir.
Bila orang kafir,
sebagaimana digambarkan dalam Surat At
Taubah ayat 34 :
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنَّ كَثِيۡرًا
مِّنَ الۡاَحۡبَارِ وَالرُّهۡبَانِ لَيَاۡكُلُوۡنَ اَمۡوَالَ النَّاسِ
بِالۡبَاطِلِ وَيَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِؕ وَالَّذِيۡنَ يَكۡنِزُوۡنَ
الذَّهَبَ وَالۡفِضَّةَ وَلَا يُنۡفِقُوۡنَهَا فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِۙ
فَبَشِّرۡهُمۡ بِعَذَابٍ اَلِيۡمٍۙ ﴿۳۴﴾
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian
besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan
harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari
jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat)
siksa yang pedih,
Menurut para Ahli
Tafsir AlQur’an, ayat tersebut turun bekenaan dengan orang-orang yang mencari
tempat untuk Hijrah. Ketika itu belum
tejadi Hijrah ke Madinah. Ketika
itu Nabi Muhammad saw mengutus sahabat-sahabat yang punya inetelektual tinggi,
seperti Ja’far bin Abi Thalib, ‘’Utsman
bin ‘Affan, Ruqoyah, Mushab bin
Umair, pergi ke Habasyah (Ethiopia),
untuk mengadakan dirotsah (survey) lapangan , apakah Habasyah cocok untuk
Hijrah. Maka pergilah orang-orang tersebut ke Habsyah dan bertemu dengan Raja Najashi yang ketika itu belum
masuk Islam.
Setelah dilakukan
loby-loby tingkat tinggi, disepakati oleh Raja Najashi bahwa mereka boleh
tinggal di Habasyah. Mendengar berita
demikian, orang-orang kafir Quraisy
tidak senang. Kemudian mereka mengirim Amr
bin ‘Ash (ketika itu belum masuk Islam), ia terkenal sosok yang pandai
berdiplomasi. Ia berangkat ke Habasyah dengan membawa harta yang banyak, tujuannya untuk menyuap Raja Najashi agar tidak menerima
rombongan kaum Muslimin yang merupakan utusan Nabi Muhammad saw.
Amr bin ‘Ash tidak
langsung menemui Raja Najashi, tetapi lewat para ajudan Raja yaitu para pendeta
dan Rahib-Rahib Yahudi, disogoklah para pendeta dan Rahib-Rahib Yahudi itu
dengan harta yang dibawanya. Maka seperti disebutkan dalam ayat tersebut di
atas : Rahib-Rahib Nasrani dan para Pendeta Yahudi itu sering memakan
harta dengan jalan bathil. Tujuannya
agar menghalang-halangi utusan Nabi Muhammad saw untuk tidak menetap di
Habasyah.
Maknanya,
suap-menyuap (ruswah) sudah sering dilakukan orang ketika zaman Nabi Muhammad
saw, untuk menghadang dakwah Islam. Untuk zaman sekarang, para penguasa disuap
agar membuat undang-undang atau
peraturan yang menghalangi dakwah Islam.
antara lain melarang Ustadz Fulan dilarang berdakwah di tempat-tempat
(daerah-daerah) tertentu, dst.
Demikianlah
terbukti AlQur’an sudah berbicara tentang para penghalang Dakwah Islam sejak
zaman Nabi Muhammad saw. Dan masih banyak lagi Surat dan ayat-ayat yang
menggambarkan tentang para penghalang Dakwah Islam.
Tanya
– Jawab.
Pertanyaan :
1.
Bagaimana menyikapi tuduhan Islam
Toleransi ?
2.
Apakah yang dimaksud dengan membela agama
Allah? Bukankah Allah Maha Perkasa yang tidak membutuhkan pembelaan dari
Umat-Nya?
Jawaban :
1.
Menyikapi tuduhan Islam Toleransi adalah
dengan Ilmu. Misalnya dengan cara
mendatangi Majlis Ta’lim, menyerap Ilmu dari AlQur’an dan Hadits. Karena dalam AlQur’an dan Hadits terdapat
solusi bagaimana menyikapi segala persoalan di masyarakat. Termasuk bagaimana
menyikapi berita bohong (Hoax).
2.
Yang dimaksud membela agama Allah adalah
menjaga agama dengan cara menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya,
serta mendakwahkan agama Islam.
Sekian bahasan,
mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIUKA
ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
____________
Play online casino games at Merit Casino
ReplyDeletePlay online casino games at Merit Casino. Play online games at Merit Casino. Play online casino 메리트카지노 games 샌즈카지노 at Merit 바카라사이트 Casino. Top 5 Merit Casino Games:.