Translate

Friday, April 13, 2018

Sorotan Al Qur’an Kepada Para Penghalang Dakwah , oleh : Ustadz Arie Budhi, SE.


PENGAJIAN DHUHA -  MASJID BAITUSSALAM

   
Sorotan Al Qur’an Kepada Para Penghalang Dakwah
                                                                            
Ustadz Arie Budhi, SE.


                                     Jum’at, 20 Rojab 1439H –  6 April 2018.


Assalamu’alaikum wr.wb.

Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Thema bahasan berikut adalah bagaimana sorotan AlQur’an terhadap penghalang Dakwah Islam, agar kita mempunyai perspektif (pandangan) yang lengkap dan jelas, bagaimana gambaran posisi Dakwah Islam khususnya di negara tercinta ini. Selama ini kita sering saksikan di Media Sosial atau di TV-TV atau kita baca di media massa, kesemuanya itu ternyata dalam AlQur’an Allah subhanahu wata’ala telah menggambarkan secara gamblang.

Maka pada kesempatan ini, sebagai Mukadimah,  kami sampaikan bagaimana gambaran Dakwah Islamiyah sampai saat ini.  Islam sebagai agama yang mulia telah memberikan kiat atau metode serta rambu-rambu dalam berdakwah menyampaikan Islam kepada umat manusia.

Lihat AlQur’an Surat An Nahl ayat 125, Allah subhanahu wata’ala berfirman :

اُدۡعُ اِلٰى سَبِيۡلِ رَبِّكَ بِالۡحِكۡمَةِ وَالۡمَوۡعِظَةِ الۡحَسَنَةِ‌ وَجَادِلۡهُمۡ بِالَّتِىۡ هِىَ اَحۡسَنُ‌ؕ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعۡلَمُ بِمَنۡ ضَلَّ عَنۡ سَبِيۡلِهٖ‌ وَهُوَ اَعۡلَمُ بِالۡمُهۡتَدِيۡنَ‏ ﴿۱۲۵﴾  


Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Bila sampai saat ini kita berpandangan bahwa Dakwah hanya dilakukan oleh para Ustadz, para Kyai, atau para Ulama, maka pandangan tersebut harus dihilangkan, karena berdasarkan ayat tersebut, Dakwah merupakan kewajiban kita semua sebagai umat Islam.  Maka bagi kita yang oleh Allah diberikan akal, sehat badan, diberi Al Jawarih, diberi Ilmu, maka berdakwah-lah.  Karena dakwah sangat penting.

Kalimat perintah dalam ayat tersebut : Serulah manusia, maknanya adalah perintah.  Pada dasarnya setiap perintah dalam AlQur’an, adalah wajib (kewajiban). Maka bila kita membaca AlQur’an dan mendapatkan ayat-ayat  perintah, terutama Dakwah, maka itu merupakan kewjiban kita sebagai umat Islam. Seseoang yang mempunyai kapasitas ke-Ilmuan, terutama ke-Ilmua Syari’ah,  maka ia harus mendakwahkan kepada orang dengan ke-Ilmuannya.

Misalnya ia seorang yang punya ke-Ilmuan dalam bidang ekonomi, maka ia harus mendakwahkan Ilmu Ekonominya berdasarkan Syari’ah. Seorang muslim yang memimpin sebuah lembaga misalnya dalam bidang management,  yang ia punya kekuasaan yang vital dalam lingkungannya, iapun harus berperan-serta dalam Dakwah Islamiyah, dalam rangka menegakkan agama Allah subhanahu wata’ala.

Maka tidak ada celah untuk tidak men-dakwahkan Islam.
Termasuk Ibu-ibu rumahtangga ketika di rumah. Ketika ber-interaksi dengan anak-cucunya, gunakan kemampuannya untuk menegakkan dakwah, dalam rangka Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Maka kita harus menghilangkan persepsi bahwa dakwah hanya boleh dilakukan oleh orang-orang tertentu, misalnya : Usradz, Kyai, Ulama, dst. Tetapi dakwah juga merupakan tugas kita semua.

Berdasarkan ayat tersebut di atas, Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kita semua untuk berdakwah dengan Hikmah, artinya dengan dasar-dasar Ilmu pengetahuan tentang Islam.  Dalam ayat tersebut,  Ma’idhotul Hasanah, artinya cara yang baik. Yaitu mengajak terutama orang-orang dekat kita, anggota keluarga kita, tetangga, teman dekat, dst. Terutama dengan mengadakan Majlis Ta’lim, berkaitan dengan perintah Rasulullah saw : Tholabul ‘ilmi faridhotul ‘alla kulli muslimin (Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap kaum muslimin).

Ma’idhotul Hasanah artinya dengan cara dan kata-kata yang baik, sopan-santun, termasuk seperti yang dikatakan oleh Imam Al Baghawi dalam Kitabnya ‘Ma’alimut Tanzil :  Mengajak (berdakwah) dengan motivasi kabar gembira dan peringatan.

Bila kita melihat sejarah Islam, perkembangan Islam ketika di zaman Nabi Muhammad  shollalalahu ‘alaihi wasallam di Mekkah sebelum beliau Hijrah ke Madinah, setelah beliau menerim perintah dari Allah subhanahu wata’ala untuk melakukan dakwah secara terang-terangan, (karena sebelumnya beliau dakwah secara diam-diam, sembunyi-sembunyi), maka Nabi Muhammad saw bersemangat untuk menyeru perintah Allah subhanahu wata’ala.

Sehingga beliau pagi-pagi mengajak kepada kerabat beliau serta orang-orang di sekitar rumah beliau, berkumpul di dekat Bukit Sofa, kemudian beliau naik ke atas bukit itu dan  menyeru kepada kerabatnya, termasuk paman beliau Abu Lahab.
Tetapi justru paman beliau sendiri (Abu Lahab) menolak seruan Nabi Muhammad saw.  ketika di  Bukit Sofa itu. Sampai suatu ketika Nabi Muhammad saw dihadapkan  pada kondisi yang sangat sulit, ketika orang-orang kaum Quraisy semakin intens menghadang dan menghalang-halangi dakwah beliau.

Syaikh Shafiurahman Al Mubarokfury menulis dalam Kitabnya Arrohiqul Makhtum memberikan paling tidak 4 gambaran bagaimana orang-orang kafir Quraisy menghadang dakwah Nabi Muhammad saw , yaitu :  

1.Dengan menghina, mengejek dan mengolok-olok Nabi Muhammad saw. 

tujuannya untuk melemahkan dakwah Islam.

Maka bila sekarang kita menyaksikan ada sekelompok orang yang menghalangi dakwah Islam di negeri kita,  dengan mengatakan : Ustad Fulan dan Kyai Fulan adalah In-toleransi, anti ke-Bhineka-an, dll., maka hal-hal semacam itu sudah dilakukan oleh orang-orang kafir sejak zaman Nabi Muhammad saw. ketika masih di Mekkah.

 Lihat AlQur’an Surat Al Qalam ayat 51 :

وَاِنۡ يَّكَادُ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا لَيُزۡلِقُوۡنَكَ بِاَبۡصَارِهِمۡ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكۡرَ وَيَقُوۡلُوۡنَ اِنَّهٗ لَمَجۡنُوۡنٌ‌ۘ‏ ﴿۵۱﴾  

Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al Quran dan mereka berkata: "Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila.

Orang-orang kafir Quraisy di zaman itu mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw adalah gila.  Tujuannya adalah untuk melemahkan dan merusak Dakwah beliau, agar orang-orang tidak mau mengikuti dakwah beliau.
Ketika Nabi Muhammad saw dan kaum muslimin melakukan Thawaf mengelilingi Ka’bah,  orang-orang kafir Quraisy meletakkan kotoran manusia dan kotoran hewan di bahu beliau.

Maka bila di negeri kita ada sekelompok orang yang mencoba menghalangi dakwah dengan cara melecehkan Islam, maka itu belum seberapa jika dibandingkan cara-cara orng-arang kafir Quraisy di zaman Nabi Muhammad saw.
Apalagi dengan fasilitas-fasilitas di negeri kita dengan kemajuan tehnologi sekarang, justru seharusnya menambah semangat kita untuk berdakwah.
Kita semua adalah Da’i (pendakwah), maka bila kita mengajak orang untuk beribadah, lalu orang itu tidak mau, maka itu belum seberapa jika dibandingkan dizaman Nabi Muhammad saw.

2. Dengan usaha-usaha menghancurkan ajaran Islam.

Misalnya ketika itu ada uasah-usaha mempengaruhi orang-orang di Mekkah agar ragu-ragu terhadap Islam. Baik yang belum msuk Islam maupun terhadap orang-orng yang sudah masuk Islam.  Lihat Surat Al Qalam ayat 15 :

اِذَا تُتۡلٰى عَلَيۡهِ اٰيٰتُنَا قَالَ اَسَاطِيۡرُ الۡاَوَّلِيۡنَ‏ ﴿۱۵﴾  

Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "(Ini adalah) dongeng-dongengan orang-orang dahulu kala."

Mereka orang-orng kafir menganggap AlQur’an hanya sebagai cerita-cerita dongeng,  padahal AlQu’an adalah Wahyu dari Allah subhanahu wata’ala.
Demikian pula banyak kalangan di negeri kita yang tidak percaya dengan AlQur’an. Mereka menganggap AlQur’an hanyalah kumpulan cerita-cerita yang tidak ada artinya. Mereka menganggap remah terhadap AlQur’an.  Artinya mereka menganggap remeh terhadap agama Islam.

3.Dengan cara menyandingkan AlQur’an dengan cerita-cerita Khurafat, Bid’ah, Tahayul dan cerita-cerita Syirik.

Ada seorang yang bernama Al Hudair, di zaman itu  yang ia tidak senang dengan Nabi Muhammad saw. Suatu hari Al Hudair sengaja pergi ke Persia, untuk  mengumpulkan cerita-cerita, dongeng-dongeng dari Persia, yang merupakan perpaduan dengan kebudayaan India, yang isinya mengandung Khurafat, Syirik dan Tahayul. 
Sebagaimana kita kebudayaan Persia (Majusi) sejak zaman dahulu kala isinya adalah Khurafat.

Maka ketika Nabi Muhammad saw sedang berdakwah menyampaikan AlQur’an yang mulia, datanglah Al Hudair menyampaikan cerita-cerita dan dongeng-dongeng dari Persia untuk menandingi apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Sambil Al Hudair menawarkan hadiah berupa budak-budak perempuan bagi yang tidak mau mendengar apa yang disampaikan Nabi Muhammad saw dan mau mendengar cerita dari Al Hudair.

4.Dengan cara tawar-menawar kayakinan (Aqidah).  

Dalam Kitab-Kitab Sejarah Islam,  bahwa ada orang-orang seperti Abu Lahab, Walid bin Mughirah, Al ‘Ash bin Wail, Abu  Jahal, semua itu sdalah tokoh-tokoh atau para pemuka kaum Quraisy. Mereka mendatangi Nabi Muhammad saw :  Wahai Muhammad, kami tawarkan kepada engkau sebagai berikut: Satu pekan engkau dan pengikutmu memeluk agama kami, dan sepekan kemudian kami akan memeluk agamamu (Islam).

Hampir saja Nabi Muhammad saw menerima tawaran tersebut, dan bila ternyata beliau menerima tawaran tersebut, kita yakin sampai hari ini kita tidak akan menjadi muslim, dan tidak akan bisa melaksanakan sholat.  Seandainya Nabi Muhammad saw mau menerima tawaran itu, lalu beliau menyembah berhala satu pekan saja, nisacaya kita tidak akan bisa melaksanakan sholat sampai hari ini.

Maka Allah subhanahu wata’ala memberikan Frame (batasan) yang jelas sekali  yaitu dengan menurunkan Surat Al Kafirun :

قُلۡ يٰۤاَيُّهَا الۡكٰفِرُوۡنَۙ‏ ﴿۱﴾  لَاۤ اَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُوۡنَۙ‏ ﴿۲﴾  وَلَاۤ اَنۡـتُمۡ عٰبِدُوۡنَ مَاۤ اَعۡبُدُ‌ ۚ‏ ﴿۳﴾  وَلَاۤ اَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدۡتُّمۡۙ‏ ﴿۴﴾  وَ لَاۤ اَنۡـتُمۡ عٰبِدُوۡنَ مَاۤ اَعۡبُدُ ؕ‏ ﴿۵﴾  لَـكُمۡ دِيۡنُكُمۡ وَلِىَ دِيۡنِ‏ ﴿۶﴾  
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."


Perbedaan.
Bila dalam Islam ada perbedaan, hanyalah pada perkara Furu’iyah. Perbedaan pendapat dalam bagian kecil yang berkaitan dengan Fiqih. Misalnya sholat Subuh, ada yang dengan Do’a Qunut, ada yang tidak. Ketika duduk Tasyahud ada yang menggerak-gerakkan jari  ada yang tidak,  ada yang sedekapnya di perut, ada yang di dada, dan yang sejenisnya, semua itu soal-soal Khilafiyah karena cara memahami Hadits yang berbeda.  

Tetapi dalam Aqidah harus jelas. Aqidah seorang Muslim harus jelas, hitam adalah hitam, putih adalah putih.  Taqwa adalah Taqwa, Syirik adalah Syirik.
Demikian tersebut harus kita sikapi dengan tolerans.

Dari empat gambaran kondisi dakwah di zaman Nabi Muhammad saw sebagaimana tersebut di atas bila dikaitkan dengan zaman sekarang,  banyak  informasi yang menyatakan Ustadz Fulan menyebarkan In-toleransi, bertentangan dengan ke-Bhineka-an, dst.  Pernyataan-pernyataan demikian sebenarnya sudah dilakukan oleh kaum Kafir Quraisy di zaman Nabi Muhammad saw.  dan sekarang terulang kembali.

Para ahli sejarah menyatakan bahwa sejarah akan berulang kembali pada setiap generasi. Maka akan baik sekali bila kita bisa mengambil pelajaran dari sejarah.  Kemudian kita kaitkan dengan AlQur’an, bagaimana AlQur’an berbicara dalam masalah perpecahan, penghalangan dakwah, dan seterusnya.  AlQur’an bukan hanya berlaku di zaman Nabi Muhammad saw melainkan berlaku selamanya sampai Hari Kiamat. Dan sebagai umat Islam sudah seharusnya kita berpegang-teguh pada AlQur’an, tidak boleh mengenyampingkannya.

Pertama, dalam AlQur’an disebutkan kata “Shodda – Yashuddu  (Menghalang-halangi) tidak kurang dari 26 ayat, salah satunya adalah dalam Surat Huud ayat 19 :
الَّذِيۡنَ يَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ وَيَبۡغُوۡنَهَا عِوَجًا ؕ وَهُمۡ بِالۡاٰخِرَةِ هُمۡ كٰفِرُوۡنَ‏ ﴿۱۹﴾  
 (Yaitu) orang-orang yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan menghendaki (supaya) jalan itu bengkok. dan mereka itulah orang-orang yang tidak percaya akan adanya hari Akhirat.

Dalam kamus Mu’jamul Wafith kata “Shodda – Yashuddu” artinya membubarkan, misalnya yang sering terjadi di negeri kita, ada sekelompok orang membubarkan Tabligh Akbar atau Majlis Ta’lim.  AlQur’an sudah berbicara perkara tersebut sejak 1400 tahun lalu dan sampai saat ini masih terjadi.

Tidak hanya sampai di situ, tetapi juga membuat jalannya (menuju Allah ) menjadi bengkok. Dalam Tafsir AlQur’an yang ditulis oleh Imam Tantowi, seorang Ulama Mesir, yang dimaksud membuat jalannya menjadi bengkok, adalah menyelewengkan manusia dari Petunjuk Allah subhanahu wata’ala menuju jalan kesesatan.  Yang di dalamnya bukan saja orang yang baru mengenal Islam, tetapi juga orang-orang yang sudah lama memahami dan mempelajari Islam tetapi dibuat bengkok jalannya, menjadi sesat.  Pemikiran dan cara pandangannya menjadi sesat.

Yang semula sudah Islam diubah pikirannya menjadi Liberal.
Yang semula orang itu sudah ber-Tauhid diubah pikirannya menjadi Komunis (kafir), yang semula orang normal diubah menjadi LGBT.
Orang-orang yang demikian itu, disebutkan oleh Allah dalam ayat tersebut : Orang-orang yang kafir (ingkar) dengan Hari Akhir. Mereka tidak merasa (tidak berfikir) bahwa amal-perbuatan mereka kelak akan dihisab oleh Allah subhanahu wata’ala. Mereka tidak menyadari bahwa perbuatan mereka adalah sesat.

Kedua, orang-orang yang berusaha menghalang-halangi dakwah Islam, merupakan karakter yang kuat dari orang-orang Munafiq.

Dalam Surat An Nisaa’ ayat 61 Allah subhanahu wata’ala berfirman :


وَاِذَا قِيۡلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡا اِلٰى مَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰهُ وَاِلَى الرَّسُوۡلِ رَاَيۡتَ الۡمُنٰفِقِيۡنَ يَصُدُّوۡنَ عَنۡكَ صُدُوۡدًا‌ ۚ‏ ﴿۶۱﴾  

Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.

Perilaku orang Munafiq sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut, lebih parah dibandingkan orang Kafir.  Mereka ber-KTP Islam (mengaku beragama Islam) tetapi Islam tidak masuk dalam hatinya dan tidak diamalkan dengan perbuatannya sebagai orang Islam.  Pertanyaannya : Siapakah yang sering membubarkan Tabligh Akbar, atau Majlis Talim ?.  Jawabnya : Mereka orang-orang yang KTP-nya Islam, mengaku Islam.

Dalam catatan kejadian :
1. Bulan Maret 2017 di Sidoarjo, Ustadz  Khalid Basalamah  dibubarkan pengajiananya dan beliau diusir oleh sekelompok orang yang mengku Islam.
2.  Bulan Mei 2017 pengajian FPI (Front Pembela Islam) di Pontianak (Kal-Bar) sedang melakukan Tabligh Akbar dibubarkan oleh sekelompok orang yang mengaku Islam.
3.  Bulan Oktober 2017, Pengajian Ustad Bakhtiar Nasir, di Cirebon dibubarkan oleh sekelompok orang yang mengaku Islam.
4. Bulan November 2017, Pengajian dengan pembicara Ustadz Felix Siauw di Bangil Jawa-Timur, dibubarkan oleh sekelompk  orang yang mengaku Islam.
5.  Bulan Desember 2017, pengajian dengan pembicaranya Abdul Somad di Bali dibubarkan oleh orang-orang yang mengaku Islam.

Itulah catatan terakhir, saat ini, bahwa para Penghalang-penghalang Dakwah Islam akan selalu  menghalangi Dakwah Islam yang mulia ini.
Bila dilihat,  posisi orang-orang yang menghalangi Dakwah adalah oang-orang yang KTP-nya Islam.

Maka apa yang dilakukan oleh orang-orang Munafq (yang mengaku Islam)  tetapi tidak menginginkan Dakwah Islam tegak, akan lebih hebat dibandingkan dengan yang dilakukan oleh orang kafir.

Bila orang kafir, sebagaimana digambarkan dalam Surat At Taubah ayat 34 :
  
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنَّ كَثِيۡرًا مِّنَ الۡاَحۡبَارِ وَالرُّهۡبَانِ لَيَاۡكُلُوۡنَ اَمۡوَالَ النَّاسِ بِالۡبَاطِلِ وَيَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ‌ؕ وَالَّذِيۡنَ يَكۡنِزُوۡنَ الذَّهَبَ وَالۡفِضَّةَ وَلَا يُنۡفِقُوۡنَهَا فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِۙ فَبَشِّرۡهُمۡ بِعَذَابٍ اَلِيۡمٍۙ‏ ﴿۳۴﴾  

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,

Menurut para Ahli Tafsir AlQur’an, ayat tersebut turun bekenaan dengan orang-orang yang mencari tempat untuk Hijrah. Ketika itu belum  tejadi Hijrah ke Madinah.   Ketika itu Nabi Muhammad saw mengutus sahabat-sahabat yang punya inetelektual tinggi, seperti Ja’far bin Abi Thalib, ‘’Utsman bin ‘Affan, Ruqoyah, Mushab bin Umair,  pergi ke Habasyah (Ethiopia), untuk mengadakan dirotsah (survey) lapangan , apakah Habasyah cocok untuk Hijrah. Maka pergilah orang-orang tersebut ke Habsyah dan bertemu dengan Raja Najashi yang ketika itu belum masuk Islam.

Setelah dilakukan loby-loby tingkat tinggi, disepakati oleh Raja Najashi bahwa mereka boleh tinggal di Habasyah.   Mendengar berita demikian,  orang-orang kafir Quraisy tidak senang. Kemudian mereka mengirim Amr bin ‘Ash (ketika itu belum masuk Islam), ia terkenal sosok yang pandai berdiplomasi. Ia berangkat ke Habasyah dengan membawa  harta yang banyak, tujuannya untuk menyuap Raja Najashi agar tidak menerima rombongan kaum Muslimin yang merupakan utusan Nabi Muhammad saw. 

Amr bin ‘Ash tidak langsung menemui Raja Najashi, tetapi lewat para ajudan Raja yaitu para pendeta dan Rahib-Rahib Yahudi, disogoklah para pendeta dan Rahib-Rahib Yahudi itu dengan harta yang dibawanya. Maka seperti disebutkan dalam ayat tersebut di atas : Rahib-Rahib Nasrani  dan para Pendeta Yahudi itu sering memakan harta dengan jalan bathil.  Tujuannya agar menghalang-halangi utusan Nabi Muhammad saw untuk tidak menetap di Habasyah.

Maknanya, suap-menyuap (ruswah) sudah sering dilakukan orang ketika zaman Nabi Muhammad saw, untuk menghadang dakwah Islam. Untuk zaman sekarang, para penguasa disuap agar membuat undang-undang atau  peraturan yang menghalangi dakwah Islam.  antara lain melarang Ustadz Fulan dilarang berdakwah di tempat-tempat (daerah-daerah) tertentu, dst.

Demikianlah terbukti AlQur’an sudah berbicara tentang para penghalang Dakwah Islam sejak zaman Nabi Muhammad saw. Dan masih banyak lagi Surat dan ayat-ayat yang menggambarkan tentang para penghalang Dakwah Islam.


Tanya – Jawab.

Pertanyaan :
1.     Bagaimana menyikapi tuduhan Islam Toleransi ?
2.     Apakah yang dimaksud dengan membela agama Allah? Bukankah Allah Maha Perkasa yang tidak membutuhkan pembelaan dari Umat-Nya?

Jawaban :
1.     Menyikapi tuduhan Islam Toleransi adalah dengan Ilmu.  Misalnya dengan cara mendatangi Majlis Ta’lim, menyerap Ilmu dari AlQur’an dan Hadits.  Karena dalam AlQur’an dan Hadits terdapat solusi bagaimana menyikapi segala persoalan di masyarakat. Termasuk bagaimana menyikapi berita bohong (Hoax).
2.     Yang dimaksud membela agama Allah adalah menjaga agama dengan cara menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, serta  mendakwahkan agama Islam.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIUKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                             ____________

1 comment:

  1. Play online casino games at Merit Casino
    Play online casino games at Merit Casino. Play online games at Merit Casino. Play online casino 메리트카지노 games 샌즈카지노 at Merit 바카라사이트 Casino. Top 5 Merit Casino Games:.

    ReplyDelete