PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Menggali Potensi
Diri Dengan Al-Qur’an (Bagian II)
Ahmad
Isyfak, MSi.
Jum’at,
7 Jumadil Akhir 1439H – 23 Februari
2018.
____________________________________________________________________
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Sampai saat ini
banyak saudara-saudara kita yang mengaku beragama Islam dan bangga dengan
ke-Islamannya, tetapi ketika diajak mengaji, membuka AlQur’an dan mempelajari
AlQur’an, ia berfikir seribu kali. Mereka berfikir seribu kali karena tidak
bisa membaca, belum bisa membaca, atau mungkin terlalu sibuk dan seribu alasan.
Maka marilah
kita mencoba menggali potensi diri yaitu Akhlak diri kita terhadap AlQur’an. Perlu diingatkan, bahwa Akhlak kita bukan
hanya terhadap orangtua, isteri kepada suami, anak muda kepada yang yang lebih
tua, dst., melainkan ada Akhlak dan Adab kita terhadap AlQur’an. Ada Adab diri kita terhadap Rasulullah
saw, ada Adab diri kita kepada Allah subhanahu wata’ala. Bahkan ada Adab
seorang manusia terhadap hewan. Bayangkan,
sedemikian rupa AlQur’an melalui Syari’at Islam menyempurnakan
Akhlak-Akhlak tersebut.
Bahkan saking
pentingnya tentang Adab/Akhlak
Rasulullah shollallahu
‘alaihiwasallam bersabda : “Sebaik-baik
kalian adalah orang yang beriman dan yang paling baik Akhlak-nya”. Kemudian Imam Syafi’i rohimullahmengatakan : “Iman
adalah sebelum Akhlak, dan Akhlak adalah
sebelum Ilmu, dan Ilmu harus ada sebelum Amal” . (Ada empat serangkai yang
tidak boleh dilepas dari seorang muslim).
Maka bila kita
bicara Adab/Akhlak harus ada Iman, setelah Iman lalu diikuti dengan
Adab/Akhlak. Setalah Adab/Akhlak kemudian diikuti dengan Ilmu, setelah Ilmu
lalu diikuti dengan Amal. (Iman – Akhlak – Ilmu – Amal).
Ulama Salaf mengatakan
: Saking pentingnya Ilmu, sebelum kita bicara Ibadah, Akhlak, maka terlebih dahulu harus
bicara tentang Ilmu. Bagaimana mungkin
mengerjakan sholat, menunaikan zakat,
dst. tetapi tanpa Ilmu.
Dalam Syari’at
Islam, semua itu diperhitungkan. Bagaimana ketika Allah memerintahkan Syari’at
yang wajib, lalu menambahkan yang sunnah-sunnah, semua itu didasari dengan
Ilmu. Demikian pula ketika ber-interaksi, ber-Adab, ber-Akhlak dengan
AlQur’an. Barangkali yang selama ini
tertimbun (terlupakan) adalah Akhlak seorang muslim terhadap AlQur’an. Adalah
salah persepsi yang menganggap AlQur’an hanya sebatas untuk Mahar Pernikahan.
Maka bahasan
kali ini ada 8 point,.Yaitu :
1. Siapa
anak Sahabat Nabi Shollallahu ‘alaihi
wasallam,
2.
AlQur’an adalah perkataan (ucapan) yang
paling baik.
3.
Setiap ayat AlQur’an adalah “Anak
Tangga” Surga.
4.
AlQur’an akan menjadi pembela bagi
pelakunya (Pembacanya)
5. AlQur’an
adalah “Surat Cinta” dari Allah subhanahu
wata’ala.
6.
AlQur’an Plus.
7.
Golongan manusia yang Allah naungi
ketika Hari Kiamat.
8.
Baik-buruknya seorang hamba tercermnin
dari : Ia membaca AlQur’an atau tidak.
Siapa
anak Sahabat Nabi Shollallahu
‘alaihi wasallam.
Di zaman Sahahabat,
sepeninggal Rasulullah shollallahu
‘alaihiwasallam, ada sekelompok anak muda (empat orang), mereka anak-anak
orang-orang kaya. Uang bagi mereka tidak ada masalah. Suatu ketika empat orang anak-muda
tersebut duduk-duduk bersama di sekitar
Ka’bah. Saat itu sekitar Ka’bah belum
menjadi Masjidil Haram. Mereka
berbincang-bincang (ngobrol), antara lain salah seorang bertanya: “Hai
teman-teman, kita ini masih muda-muda, kira-kira setelah kita menjadi orangtua
ingin menjadi apa? Tolong masing-masing kita bisa mengungkap tentang cita-cita,
harapan dan impian ketika hari tua kita nanti”.
Salah seorang
anak muda itu bernama Abdullah bin Az
Zubair. Mereka adalah Tabi’in,
(cucu dari para sahabat Rasulullah saw).
Abdullah
Az Zubair
kelak merupakan pengganti Khalifah Yazid bin Mu’awiyah. (ArtiKhalifah
bukan hanya Kepala Negara, tetapi juga berarti Hakim, atau Ketua Mahkamah
Konstitusi). Saat itu Khalifah melingkupi
negeri-negeri Hijaz, Mesir, Yaman, Khurosan dan Iraq. Ketika itu Abdullah Az Zubair berkata kepada
teman-temannya anak-anak muda :“Suatu
saat nanti kalau aku sudah besar, aku ingin menjadi Khalifah (Gubernur, Hakim,)
di Jazirah Arab)”. Tiga orang anak
muda lainnya berkata yang sama yaitu bercita-cita ingin menjadi Khalifah.
Ternyata,
perkataan anak muda Abdullah Az Zubair, dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Sampai pada
zamannya, ternyata Abdullan Az Zubair menggantikan Khalifah Yazid bin
Mu’awiyah.
Kemudian
adik Abdullah Az Zubair yang bernama Mush’ab bin Zubair, ia bercita-cita
kalau sudah besar nanti ingin menjadi Penguasa di Iraq, sepeninggal saudaranya
Abdullah Az Zubair, meneruskan tugas kakaknya, sama-sama menjadi pejabat Negara
saat itu.
Abdul
Malik bin Marwan, salah seorang dari empat anak muda sebagaimana
disebutkan di atas tetapi bukan saudara dari tiga bersaudara (Zubair
bersaudara), bercita-cita ingin menjadi Khalifah penerus dari Mush’ab bin
Zubair.
Dalam Hadits
Qudsi Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallambersabda
: “Allah
subhanahu wata’ala berfirman bahwa :Dia (Allah) tergantung prasangka hamba-Nya.
Apa yang diangan-angankan hamba-Nya
itulah yang akan Allah berikan”.
‘Urwah
bin Zubair,
saudara dari Abdullah Az Zubair yang paling kecil, ketika itu berkata : “Aku ingin menjadi seorang yang ‘Alim
(ber-Ilmu), sehingga orang-orang akan mengambil Ilmu tentang Kitab Rabb-nya
(AlQur’an), dan Sunnah-Sunnah Nabi-Nya serta Hukum-Hukum Agama dariku, lalu di
Akhirat aku selamat dan masuk Surga dengan Ridho Allah subhanahu wata’ala”.
Berkaitan dengan
Hadits Qudsi tersebut, maka Allah akan bersama hamba-Nya selama hamba itu
senantiasa mengingat Allah subhanahu
wata’ala. Salah satu cara Allah memperingatkan hamba-Nya ialah dengan AlQur’an. Masalahnya, bagaimana kalau
seseorang lupa dengan AlQur’an, lalai membaca AlQur’an, bahkan jauh dri
AlQur’an ?. Berarti ia sulit untuk dekat dengan Allah subhanahu wata’ala.
Selama ini orang
banyak mengeluh dan mengeluh, merasa hatinya tidak tenang, tidak puas dengan
penghasilannya, dst., itu karena orang itu jauh dari Allah subhanahu wata’ala.Jauh dari AlQur’an, jauh dari Syari’at Allah subhanahu wata’ala.
Sebetulnya
riwayat ‘Urwah bin Zubair panjang,
tetapi kita singkat saja, ujung riwayatnya adalah : Bahwa ‘Urwah bin Zubair hampir diuji oleh Allah subhanahu wata’ala dengan jabatan.
Sebetulnya asli Zubair (ayahnya) adalah orang Yaman, lalu pindah ke Mekkah,
hidup dan besar di Mekkah, kemudian pindah lagi ke Madinah. Ketika ‘Urwah bin Zubair dewasa, saat itu
yang menjadi Pejabat Gubernur di Madinah
adalah Umar bin Abdul ‘Aziz, seorang
yang sangat bijaksana dalam kepemimpinannya.
Umar
bin Abdul ‘Aziz, Khalifah di Madinahmenjadikan ‘Urwah bin
Zubair sebagai Konsultan Syari’ah. Dalam salah satu kutipan sejarahnya, ketika
Khalifah mengumpulkan seluruh ‘Ulama Ahli Fiqih dan Ahli Tafsir, maka salah
seorang ‘Ulamanya adalah ‘Urwah bin
Zubair. Ketika itu Khalifah Umar bin
‘Abdul ‘Aziz berkata : “Wahai Sang Ulama,
wahai Sang Faqih, seandainya ada orang yang datang men-dzolimi engkau, atau ada
orang yang datang hendak men-dzolimi engkau, laporkan kepadaku”.
Sungguh seorang
pemimpin yang sangat bijaksana. Maka ‘Urwah bin Zubair menjawab : “Semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa
membimbing kepemimpinanmu diatas naungan Allah, di atas naungan Syari’at Islam
dan di atas naungan Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam”.
Beberapa tahun
kemudian ‘Urwah bin Zubair dikarunai
empat orang anak. Suatu saat ‘Urwah bin Zubari mengajak jalan-jalan bersama
anak-anaknya dari Madinah menuju ke Yaman. Perjalanan darat dengan naik unta
selama 7 – 10 hari. Sepulang dari jalan-jalan itu salah seorang anaknya (anak
pertama) mengajak singgah (mampir) ke Kebon Binatang. Ketika salah seorang anaknya membuka pintu
kebon binatang, ternyata muncul seekor unta yang galak. Anak ‘Urwah bin Zubair
diseruduk dan diinjak oleh unta yang galak itu, sehingga anak itu wafat.
‘Urwah bin
Zubair (ayah dari anak itu) tidak ada penyesalan. Beliau berkata :“Semoga yang satu ini menjadi tabunganku di
Akhirat di hadapan Allah subhanahu wata’ala, karena Allah masih mengaruniai aku
dengan anak yang tiga orang lagi”.
Pada bulan
berikutnya, ‘Urwah bin Zubair mendapat kecelakaan, yaitu naik kuda jatuh dari
kuda hingga kakinya terluka. Tetapi beliau tidak mau berobat. Sepulang dari
kecelakaan banyak orang, tetangga yang berkunjung. Banyak tabib (dokter) yang
menawarkan pengobatan, tetapi ‘Urwah bin Zubair menolaknya.
Akhirnya datang
seorang tabib dari Yaman, hendak meng-amputasi kaki ‘Urwah yang tidak
kunjung sembuh. Tetapi ‘Urwah tidak bersedia di amputasi. Ia tidak mau dengan
obat bius atau alkohol. Ketika hendak di-anputasi maka pangkal kaki yang hendak
di amputasi diikat erat-erat sehingga terasa kesemutan, barulah dipotong dengan
pisau oleh sang tabib. Sebelumnya ‘Urwah bin Zubair berkata :Bila itu tidak mengganggu ibadahku, maka aku
siap di amputasi.
Maka tabib
melakukan amputasi kaki ‘Urwah bin Zubair.
Seketika itu Urwah langsung pingsan. Karena dipotong kakinya tanpa di beri obat
bius terlebih dahulu.
Pada penghujung
hidupnya, ‘Urwah bin Zubair berpesan kepada isteri dan anak-anaknya untuk
senantiasa dekat dengan AlQur’an, senantiasa mempelajari AlQur’an.
AlQur’an
adalah perkataan yang paling baik.
Lihat Surat Az Zumar ayat 23 :
ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحۡسَنَ ٱلۡحَدِيثِ كِتَـٰبً۬ا
مُّتَشَـٰبِهً۬ا مَّثَانِىَ تَقۡشَعِرُّ مِنۡهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخۡشَوۡنَ
رَبَّہُمۡ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمۡ وَقُلُوبُهُمۡ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ
ذَٲلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَہۡدِى بِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَمَا
لَهُ ۥ مِنۡ هَادٍ (٢٣)
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu)
Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya
kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan
hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu
Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang disesatkan
Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.
Pertama :Perkataan
yang paling baik adalah AlQur’an dan ayat-ayatnya diulang-ulang. Dan gemetarlah orang-orang yang takut kepada
Tuhannya, yaitu orang-orang yang beriman. Kemudian hati mereka menjadi tenang setelah mengingat Allah subhanahu wata’ala.
Maka banyak orang
yang ketika membaca AlQur’an lalu meneteskan air mata dan menangis. Dalam
Hadits Shahih, Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallambersabda : “Ketika
kalian membaca AlQur’an, bisalah menangis.
Kalau tidak bisa menangis, berpura-puralah menangis”.
Pertanyaannya :
Bisakah anda menangis ketika membaca AlQur’an?. Mudahan-mudahan.
Ada seorang
sahabat bernama Khalid bin Walid yang pertama kali membacakan AlQur’an di hadapan
orang-orang kafir. Sehingga dalam Hadits Rasulullah sw bersabda :“Seandainya kalian mengetahui AlQur’an
sebagaimana dahulu diturunkan, belajarlah kepada Khalid bin Walid”.
Dari ayat tersebut
di atas, maka tidak ada ucapan, perkataan, tulisan, buku, bacaan, dst., atau
artikel apapun yang sebaik AlQur’an. Bila kita membaca buku-buku tentang
bisnis, politik, atau ekonomi, maka hati kita tetap kosong. Kosong dari dzikir,
bermunajat dan berkomunikasi kepada
Allah subhanahu wata’ala.
Kedua :Bacaan
AlQur’an bagi orang yang beriman akan membuat gemetar seluruh badannya ketika
mendapatkan ayat-ayat peringatan. Misalnya Surat
Yaasin, isinya 80% adalah mengisahkan tentang Akhirat. Tentang amal baik
dan amal buruk manusia, tentang orang
taat dan orang durhaka, dikisahkan tentang keadaan Hari Kiamat, maka gemetarlah orang yang tahu dan beriman.
Demikian juga Surat Al Zalzalah, Allah berbicara
tentang sebab-akibat, akan berbicara persaksian makhluk Allah di hadapan Allah subhanahu wata’ala kelak di Hari Kiamat.
Bagi orang beriman : Fikirkan itu
masak-masak oleh kita semua.
Ketiga :
AlQur’an adalah petunjuk yang pasti. Mampu menyelamatkan setiap orang tentang
urusan dunia dan Akhirat.
Setiap
ayat AlQur’an adalah Anak-Tangga menuju Surga.
Pelaku
AlQur’an
adalah orang yang memperlakukan AlQur’an, membaca, mempelajari, menghafal atau
meng-kajinya. Penghafal AlQur’an akan Allah naikkan derajatnya di Surga
kelak. Orang yang sampai saat ini baru
bisa hafal Surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas, bisa masuk Surga.
Hendaklah kita
memikirkan Surga. Bagaimana agar kita
bisa masuk surga. Dalam Hadits Shahih, Rasulullah saw bersabda : “Jika kalian minta Surga kepada Allah, mintalah
Surga yang paling tinggi”.
Maknanya, bahwa
Surga harus kita fikirkan sejak kita di dunia. Kalau untuk punya rumah saja
kita harus fikirkan, untuk punya ini dan itu sebagai kebutuhan hidup di dunia
kita harus fikirkan, kenapa untuk Surga kita tidak pernah memikirkannya ?
Kita baru bicara AlQur’an, belum lagi tentang zakat,
sholat berjamaah, Haji, dst. yang itu semua menjadi penopang kita untuk masuk
Surga.
Maka kita
hendaknya pikirkan lebih serius, lebih detail : Sudah layakkah kita masuk surga
melalui AlQur’an ?
AlQur’an
akan menjadi Syafaat bagi pelakunya.
Dalam Hadits
Shahih Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallambersabda : “Bacalah AlQur’an,
karena sesungguhnya ia (AlQur’an) akan datang pada Hari Kiamat menjadi Syafaat
(pembela, penolong) bagi orang yang membacanya”.
Maka janganlah
kita menjadi orang yang “keterlaluan”, yaitu seumur hidup tidak pernah membuka
Mushaf AlQur’an. membaca AlQur’an atau mempelajari AlQur’an. Jangan membaca
AlQur’an hanya ketika permulaan Romadhon saja, selanjutnya tidak lagi.
Dalam Hadits
Shahih, Rasulullah saw bersabda : “Siapa
yang membaca Surat Al Kahfi di hari Jum’at, maka ia akan dijauhkan dari fitnah
Dajjal, akan diberikan cahaya hati, ketenangan hati sampai Jum’at pekan
berikutnya”.
Maka fikirkanlah,
barangkali dengan bacaan Surat Al Kahfi
itu Allah subhanahu wata’ala akan
mengangkat derajat kita sebagai tangga untuk naik ke Surga. Di tambah lagi
merupakan Syafaat di Hari Kiamat.
AlQur’an
adalah Surat Cinta dari Allahsubhanahu
wata’ala.
Lihat Surat Ali Imran ayat 101 :
وَكَيۡفَ تَكۡفُرُونَ وَأَنتُمۡ تُتۡلَىٰ عَلَيۡكُمۡ
ءَايَـٰتُ ٱللَّهِ وَفِيڪُمۡ رَسُولُهُ ۥۗ وَمَن يَعۡتَصِم بِٱللَّهِ فَقَدۡ
هُدِىَ إِلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ۬ (١٠١)
Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal
ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di
tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka
sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Maksudnya, Allah subhanahu wta’ala menyindir kepada kita
: Wahai hamba-Ku, kalau kamu membaca AlQur’an masih juga tidak percaya juga
dengan ke-Imanan dan ke-Islaman Nabi Muhmmad saw dan Allah subhanahu wata’ala serta Akhirat, maka kamu sudah keterlaluan.
AlQur’an sudah
ada (diturunkan), Nabi Saw sudah diutus, Ulama banyak, Pengajian di mana-mana,
tidak juga mau membaca AlQur’an, maka kamu keterlaluan. Maka bacalah AlQur’an agar
kita diberikan Syafaat (pertolongan) ketika kelak di Hari Kiamat.
AlQur’an
Plus.
Bagaimana kondisi
manusia di Akhirat, ada dua jenis manusia di sana. Yaitu Mukmin (orang beriman) danKafir.
Lihat Surat ‘Abasa ayat 33 – 42.
فَإِذَا جَآءَتِ ٱلصَّآخَّةُ (٣٣) يَوۡمَ يَفِرُّ
ٱلۡمَرۡءُ مِنۡ أَخِيهِ (٣٤) وَأُمِّهِۦ وَأَبِيهِ (٣٥) وَصَـٰحِبَتِهِۦ
وَبَنِيهِ (٣٦) لِكُلِّ ٱمۡرِىٍٕ۬ مِّنۡہُمۡ يَوۡمَٮِٕذٍ۬ شَأۡنٌ۬ يُغۡنِيهِ (٣٧)
وُجُوهٌ۬ يَوۡمَٮِٕذٍ۬ مُّسۡفِرَةٌ۬ (٣٨) ضَاحِكَةٌ۬ مُّسۡتَبۡشِرَةٌ۬ (٣٩)
وَوُجُوهٌ۬ يَوۡمَٮِٕذٍ عَلَيۡہَا غَبَرَةٌ۬ (٤٠) تَرۡهَقُهَا قَتَرَةٌ (٤١)
أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡكَفَرَةُ ٱلۡفَجَرَةُ (٤٢)
33. dan apabila
datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua),
34.
pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,
35.
dari ibu dan bapaknya,
36.
dari istri dan anak-anaknya.
37.
Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup
menyibukkannya.
38.
banyak muka pada hari itu berseri-seri,
39.
tertawa dan bergembira ria,
40.
dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu,
41.
dan ditutup lagi oleh kegelapan*].
42.
mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.
*] Maksudnya
mereka ditimpa kehinaan dan kesusahan.
Dalam Hadits
Shahih yang panjang, Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam menggambarkan keadaan manusia ketika di Padang Mahsyar dalam keadaan telanjang
bulat. Tanpa alas kaki, tanpa khitan. Matahari ada dekat sekali di atas kepala
manusia. Di sana akan banjir keringat manusia.
Semua manusia
tergantung amalnya. Setiap manusia (yang beriman) menunggu panggilan Allah
yaitu peng-Hisaban Allah selama 40 tahun. Selama itu manusia tidak ada yang
lapar, tidak ada yang mengantuk, tidur
atau buang air. Selalu menunggu panggilan Allah untuk menghadap-Nya.
Ketika menghadap
Allah subhanahu wata’ala di Padang
Mahsyar, maka manusia akan diberi pakaian, supaya tidak telanjang. Dan orang pertama yang akan diberi pakaian
adalah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
Dalam Hadits
tersebut, Rasulullah saw bersabda : Ketika hendak menghadap Allah, manusia akan
diberi pakaian sebagaimana pakaian yang terakhir ia kenakan di dunia.
Tergantung pakaian terakhir yang dikenakan ketika di dunia. Kalau kita ketika
meninggal dunia dibungkus dengan kain kafan, maka ketika menghadap Allah kita
akan memakai kain kafan.
Dalam Hadits
Rasulullah saw bersabda : “Ada tujuh golongsn manusia yang akan mendapatkan
naungan dari Allah, pada hari tidak ada naungan kecuali naungan dari Allah subhanahu wata’ala :
1.
Pemimpin yang adil,
2.
Pemuda yang hidupnya dalam kondisi
beribadah kepada Allah.
3.
Orang yang hatinya selalu terpaut kepada
Masjid.
4.
Dua orang yang saling mencintai karena
Allah, bertemu dan berpisah karena Allah.
5.
Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh
seorang perempuan cantik dan punya jabatan, menolak dengan mengatakan : Sungguh
aku takut akan adzab Allah karena perbuatan ini.
6.
Seorang yang bersedekah lalu merahasiakan
sedekahnya, seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang disedekahkan oleh
tangan kanannya.
7.
Seorang ber-dzikir lalu menangis dalam
kesendirian.
Baik-buruknya
seseorang tercermin dari Membaca AlQur’an.
Hadits
diriwayatkan oleh Abdurrozaq dan Ad Dailami, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Rumah yang dibacakan
AlQur’an, maka malaikat akan berdatangan dan syaithan akan lari. Rumah yang
tidak pernah dibacakan AlQur’an, maka malaikat akan menjauh dari rumah itu dan
syaithan akan berdatangan. Si empunya rumah akan sesak dadanya”.
Sekian bahasan,
mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA
WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu'alaikum Wb. Wb.
No comments:
Post a Comment