DHUHA 160514
Bab Orang Munafik
Ustad Sukeri Abdullah
Jum’at,
16 Rajab 1435 H – 16 Mei 2014
Assalamu’alaikum wr.wb.,
Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Bahasan kali ini
adalah tentang Menelisik Gerakan Munafik Dalam Sejarah. Arti kata “munafik” secara umum para ulama mengartikan : Orang-orang yang berpura-pura mengikuti
ajaran Islam, namun sebenarnya mereka memungkirinya. Lihat AlQur’an Surat Al Baqarah ayat 10 Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
سُوۡرَةُ البَقَرَة
فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ۬
فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضً۬اۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمُۢ بِمَا كَانُواْ
يَكۡذِبُونَ (١٠)
Dalam
hati mereka ada penyakit*], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka
siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
*]
Yakni
keyakinan mereka terdahap kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan
keyakinan itu, menimbulkan kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap Nabi
s.a.w., agama dan orang-orang Islam.
Makna dalam Surat
tersebut menurut para ulama adalah bagian dari Nifak (munafik)
besar. Maka munafik ada dua : Nifaq
Saghir (Munafik Kecil) dan Nifaq Qabir (Munafik Besar).
Nifak Saghir
(Munafik Kecil) biasanya hanya meliputi pola pikir, ucapan, perilaku, pakaian,
adat-istiadat, budaya yang bisa jadi suatu waktu tampak Islami, tetapi
sebenarnya ia menyimpan ketidak-sukaan kepada Islam. Maka kita umat Islam perlu waspada. Karena Munafik, sebenarnya adalah sifat orang sebagimana
disebutkan di atas. Orang yang
perilakunya tampak Islami, padahal hatinya ada kebencian terhadap Islam.
Yang perlu
dipahami khusus oleh para wanita adalah Surat An Nisaa’ ayat 3, Allah subhanahu wata’ala :
سُوۡرَةُ النِّسَاء
وَإِنۡ خِفۡتُمۡ أَلَّا
تُقۡسِطُواْ فِى ٱلۡيَتَـٰمَىٰ فَٱنكِحُواْ مَا طَابَ لَكُم مِّنَ ٱلنِّسَآءِ
مَثۡنَىٰ وَثُلَـٰثَ وَرُبَـٰعَۖ فَإِنۡ خِفۡتُمۡ أَلَّا تَعۡدِلُواْ فَوَٲحِدَةً
أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَـٰنُكُمۡۚ ذَٲلِكَ أَدۡنَىٰٓ أَلَّا تَعُولُواْ (٣)
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil*], maka (kawinilah) seorang saja**],
atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya.
*] Berlaku adil
ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat,
giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah.
**] Islam
memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat ini
poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para Nabi sebelum Nabi
Muhammad s.a.w. ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja.
Ada sebagian
wanita akhirnya tidak suka dengan ayat tersebut. Yang demikian itu maka mereka dimasukkan
kepada Nifaq Saghir (Munafik Kecil). Mungkin dalam perilakunya,
pakaiannya, semua sudah Islami, tetapi masih ada rasa benci terhadap salah satu
ayat AlQur’an. Yang demikian itu tidak boleh.
Nifaq
Qabir
(Munafik Besar) misalnya akhir-akhir ini sering muncul di tengah-tengah
masyarakat kita seorang wanita yang terlihat “sangat muslimah”. Kepada orang
Islam ia menyapa dengan sapaan Islam : Assalamu’alaikum dengan fasih
sekali. Ia sering datang di suatu Majlis
Ta’lim wanita, dengan pakaian serba
hitam, jilbabnya sesuai dengan Syar’i, maka yang muncul kesan pada setiap orang
yang hadir dalam Jamaah Majlis Taslim.
Begitu duduk di
Majlis Ta’lim itu ia sesekali menyapa para muslimat yang ada di dekatnya dengan
ucapan yang Islami. Bahasa dan logatnya sesekali diselingi dengan
kalimat-kalimat Thoyyibah yang fasih
sekali mirip orang Arab. Lalu ia mengaku memang baru beberapa bulan tinggal
tidak jauh dari tempat Majlis Ta’lim
ibu-ibu itu.
Karena ibu-ibu
Majlis Ta’lim itu senang dengan penampilan wanita baru itu, maka mereka
biasanya minta berkenalan dan minta kepada pimpinan Majlis Ta’lim agar
diumumkan ada anggota baru dan minta diperkenalkan kepada Majlis. Bahkan
kemudian ia diminta bicara berkenalan. Dan ketika bicara kalimatnya bagus,
bahasanya Islami, dimulai dengan Hamdalah
dst.
Waktu-waktu
berikutnya karena selalu datang di Majlis Ta’lim maka dari segenap anggota
jamaah Majlis Ta’lim ada yang mengusulkan agar orang baru itu dijadikan
Ustadzah di Majlis Ta’lim itu sebagai selingan. Kemudian yang bertugas sebagai Qori’ah dalam
Majlis Ta’lim itu berhalangan hadir, lalu wanita baru itu diminta menggantikan
sebagai Qori’ah. Ternyata ketika Tilawah
(membaca AlQur’an), suaranya enak sekali, fasih dan tajwidnya benar.
Sesudah selesai Tilawah iapun memohon maaf bila tilawah-nya tidak bagus. Para ibu anggota Majlis Ta’lim semakin
simpati kepadanya.
Suatu hari
ketika tiba hari pengajian ternyata ustadzah yang biasa menyampaikan tausiah
tidak hadir karena berhalangan. Maka
secara spontan ibu-ibu anggota Majlis Ta’lim mengusulkan dan men-daulat agar
wanita baru itu untuk mengisi dengan tausiah agama. Dan tentu wanita itu bersedia. Ketika ia menyampaikan tausiahnya ternyata
bahasanya bagus, kalimat-kalimatnya bagus dan memukau sehingga para jamaah
ibu-ibu terpesona.
Hari-hari
pengajian berikutnya ia ditetapkan sebagai ustadzah di Majlis Ta’lim itu. Dan wanita baru itu mulailah menyampaikan
kesalahan-kesalahan orang Islam, bahkan diteruskan mencela Hadits-Hadits. Mulailah
ia menggiring opini publik dengan kata-kata yang mempesona, sehingga yang
mendengarkan menjadi terpana dan terpukau.
Sehingga jamaah Majlis Ta’lim banyak yang meng-iya-kan apa yang
diucapkan wanita baru itu.
Hari-hari
berikutnyaa, mulailah disampaikan apa yang asli ada pada wanita baru itu. Yaitu
kebenciannya kepada Islam dan orang-orang Islam. Masuklah dari sisi-sisi kemanusiaan yang
paling sensitif bagi jamaah Majlis Ta’lim kaum ibu itu.
Tahukah anda
siapa sebenarnya sosok wanita baru yang moderen itu ?
Dialah salah
seorang wanita anggota Missionaris
Evangelis, salah satu missi Kristen dunia yang memang diprogram dan
ditugasi untuk masuk ke dalam Majlis-Majlis Ta’lim di Indonesia. Sekitar tahun 1990-an masuk ke Indonesia dan
pada tahun 2000 Grup Missionaris Evangelis (dari AS) meng-klaim bahwa mereka
sudah berhasil me-murtad-kan orang Islam dari 70 negara Islam di dunia. Yaitu dengan penampilan wanita-wanita seperti
disebutkan di atas.
Mereka adalah
tamatan Universitas Orientalis di Barat. Mereka mengkaji tentang ke-Islaman
tetapi dengan tujuan menebarkan para “Dai” ke seluruh dunia agar para “Dai” itu
menjadi Dai-dai kafir yang memurtadkan kaum muslimin. Tokoh pemurtadan di
Indonesia adalah James Riady, yang
konon saat ini sedang dekat dengan salah satu Capres dari Pilpres tahun
2014. James Riady dulu pernah ikut
mendanai kampanye Bill Clinton untuk
menjadi presiden Amerika Serikat ketika itu.
Tampilan
wanita-wanita Missionaris Evangelis adalah tampilan yang sangat sempurna persis
sama seperti sosok seorang muslimah. Demikian para pria-nya, tak segan-segan mereka
memakai baju koko, mereka berjenggot, dst.
Tetapi nampaknya wanita-wanita lebih mudah menyusup ke grup-grup Majlis
Ta’lim para ibu. Maka kebanyakan mereka
bekerja-sama dengan Sekolah Teologi yang ada di Jakarta (daerah Matraman).
Di sekolah
teologi ada pelajaran khusus Qira’ untuk naghom Tilawail Injil. (Lagu-nya persis Qira’ Tilawatil
AlQur’an). Setiap Dies Natalis mereka mengadakan lomba Qira’
Naghom Tilawatil Injil (membaca Injil dengan gaya Naghom Tilawatil
Qur’an). Maka ketika didengarkan persis Naghom Tilawatil Qur’an.
Mereka tampak
demikian Islami, tetapi hati mereka penuh kebencian terhadap Islam. Missi mereka adalah memberangus ajaran Islam
dan membantai habis kaum muslimin.
Mencerabut agama Islam dari unsur kehidupan kaum muslimin Indonesia.
Apa sebab ada
gerakan dendam kesumat seperti tersebut di atas ?
Kita lihat ke
belakang kepada sejarah kaum Munafik.
Dalam sejarah perjuangan Islam pada awal-awalnya (generasi awal
Islam). Singkat cerita, tahun 611 Masehi
Rasulullah Muhammad sholallahu ‘alaihi
wasallam berdakwah secara jahriyah (lisan), menyebarkan ajaran
Islam. Pada saat itu pula (sekitar
tahun 600-an Masehi) di dunia sedang berjaya ajaran Paganisme (ajaran
Mesir kuno, penyembah dewa-dewa).
Nusantara
(Indonesia) adalah negeri yang dipimpin oleh kerjaan Majapahit dengan dua idiologi yang mempengaruhinya
yaitu Hindu dan Budha, keduanya adalah paham Paganisme. Demikian pula India (Hindu), China
(Konghucu), Syam (Palestina, Libanon, Syiria, dan sekitarnya) ketika itu sudah
terjadi sebuah Negara yang berdiri, mereka berpaham Paganisme campur
mistisme. Selanjutnya Persia (Iran),
ketika itu adalah Negara super-power. Di
Eropa (Jerman, Perancis, Inggris, dll) berhimpun dengan satu kerajaan yaitu kerajaan
Rumawi. Penguasa-penguasa yang berpaham Paganisme juga sudah berkuasa di
negeri-negeri tersebut.
Tetapi khusus di
jazirah Arab (Mekkah – Madinah) belum ada Negara, belum terbentuk suatu Negara.
Di sana ketika itu masih terpecah dalam kabilah-kabilah
(suku-suku). Tahun 300 Masehi, dimana puncak awal kejayaan Paganisme muncul ada
seorang tokoh di Mekkah bernama Sa’ad, seorang konglomerat besar (pedagang
kaya-raya) sering transaksi ke luar Arab ke Basrah (Iraq) di mana penduduknya
adalah penyembah sapi (lembu). Kalau
mereka ditanya apa kelebihan sapi, mereka menjawab : Sapi bisa mendatangkan
hujan, rezki dan keberkahan lainnya. Mendengar kepercayaan dari Basrah
itu, Saad kemudian kembali ke Mekkah
dengan membawa sapi dan tidak lama kemudian turun hujan.
Sejak itu di
Mekkah penduduk menyembah patung sapi, juga patung-patung lainnya. Akhirnya penduduk Mekkah sepakat untuk
meletakkan patung-patung berhala itu di dalam Ka’bah untuk disembah
bersama-sama. Maka sejak tahun 300
sampai 600 Masehi, di Mekkah penduduk menyembah berhala tidak ada satu
peng-halangpun. Ketika itu belum ada
suatu kekuatan yang bisa menyatukan penduduk Arab – Mekkah, masing-masing suku saling meletakkan berhala
sesembahannya.
Di wilayah yang
tanpa penguasa itulah idiologi Islam diusung oleh Rasulullah Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam. atas
izin Allah subhanahu wata’ala. Muncul ke permukaan di Mekkah dan selanjutnya
pindah (hijrah) ke Madinah. Di saat
itulah benih-benih kecemburuan dan kebencian sudah mulai muncul. Di Madinah (sebelum-nya disebut Yatsrib)
muncullah kebencian terhadap Islam. Di
awali dengan ketidak-sukaan orang yang bernama Abdullah bin Ubay bin Zalul seorang Yahudi penduduk Madinah
(Yatsrib) kepada Rasulullah sholallahu
‘alaihi wasallam sebagai
pengusung idiologi baru, yang menurut versi dia berhasil “menyihir” pola pikir
orang-orang Madinah. Maka tidak ada pilihan lain bagi Abdullah bin Ubay kecuali
harus ber-Islam (meskipun dengan pura-pura).
Kedua, adalah
dari sejarah Islam di Nusantara (Indonesia). muncul kaum munafik. Karena pada
zaman itu tahun 600-an Masehi di Nusantara penduduknya adalah kaum
sudra (rakyat jelata, miskin).
Sebagaimana di
Mekkah ketika itu kekayaan dikuasai oleh beberapa gelintir orang saja, setiap
hari selalu terlihat anak-anak yang hanya melilitkan selembar kain di daerah
kemaluannya, dengan telanjang dada berjalan dari rumah ke rumah orang kaya
untuk mengais makanan dari tempat sampah.
Jumlah kaum miskin lebih banyak dibandingkan beberapa orang kaya.
Di Nusantara
ketika itu lebih parah lagi. Dengan
adanya kasta-kasta Hindu, kasta Budha, banyak orang yang miskin, yaitu disebut kasta
Sudra. Maka kedatangan Islam di
Indonesia disambut dengan sangat antusias oleh penduduk. Karena Islam dengan
idiologi Lailaha illallah (Tidak ada sesembahan kecuali Allah) membe-baskan mereka dari perbudakan. Biasanya
orang yang tertindas, miskin, menjadi budak, dsb, akan mencari kebebasan dan
kemerdekaan. Akidah Islam menawarkan
kebebasan dan kemerdekaan.
Dalam sejarah
Islam, pada masa generasi awal di Madinah, tokoh munafik yang bernama Abdullah
bin Ubay bin Zalul melakukan dua gerakan yang sangat fenomenal. Gerakan pertama, adalah dengan membuat berita
bohong (issue) yang menyangkut kehormatan Nabi Muhammad Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam. yaitu dengan menyebarkan fitnah bahwa ‘Aisyah
rodhiyallahu ‘anha (isteri Rasulullah
saw) telah berzina (selingkuh) dengan laki-laki lain.
Suatu ketika
dalam perjalanan pulang dari suatu peperangan yang jauh di luar kota Madinah, rombongan kaum muslimin yang
dipimpin oleh Rasulullah sholallahu
‘alaihi wasallam berhenti istirahat di tengah perjalanan. Ketika sedang
istirahat itu, ‘Aisyah rodhiyallahu ‘anha
keluar dari sekedup (tandu) dan memberitahu kepada sahabat dan para pengusung
tandu untuk pergi buang hajat (buang air) yang agak jauh dari tempat itu di
balik semak-.semak.
Kembali dari
buang hajat dan berjalan menuju tempat rombongan beristirahat, ternyata
rombongan sudah berangkat lagi.
Sekedupnya-pun sudah dibawa oleh pengusung bersama rombongan,
melanjutkan perjalanan. ‘Aisyah rodhiyallahu
‘anhu lalu duduk ditempat istirahat semula, sambil menunggu barangkali si
pembawa tandu (sekedup) kembali menghampirinya. Lama sekali beliau menunggu,
tetapi tidak ada yang kembali menghampirinya, akhirnya beliaupun tertidur,
karena kelelahan.
Datanglah
seorang sahabat bernama Shofwan salah seorang dari rombongan yang memang berjalan belakangan, tidak
bersama rombongan. Melihat ‘Aisyah rodhiyallahu ‘anha tertidur, ia bersuara
sambil berpaling membelakanginya : “Jika anda bunda ‘Aisyah, naiklah ke kuda
saya”.
Maka ‘Aisyah
r.a. terbangun dan segera naik ke kuda Shofwan,
yang ‘Aisyah-pun tahu bahwa orang itu adalah Shofwan salah seorang
sahabat Rasulullah sholallahu ‘alaihi
wasallam. Tanpa bicara
sepatah-katapun mereka berjalan, ‘Aisyah berada di punggung kuda, sahabat
Shofwan berjalan kaki menuntun kudanya.
Sepanjang perjalanan itu tidak sepatah-katapun terucap dari mulut
mereka. Tibalah mereka esok paginya di Madinah bergabung lagi dengan rombongan
kaum muslimin dan Rasulullah sholallahu
‘alaihi wasallam.
Dari kejadian
itulah, tersiar kabar hari itu juga di
seluruh Madinah bahwa ‘Aisyah rodhiyallahu
‘anha telah berselingkuh dengan Shofwan. Bayangkan, seorang isteri Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam, yang
mengajarkan Islam yang tentunya sangat menentang perzinahan, judi, mabuk, dan
perbuatan maksiat lainnya, tetapi ternyata isteri beliau sendiri diberitakan
melakukan perselingkuhan. Masyarakat kaum muslimin ketika dibuat goncang karena
kabar demikian itu. Sebagian orang menjadi
tidak percaya kepada Islam, sebagian lain ragu dan sebagian lainnya masih tetap
beriman.
Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasalalam ikut
terguncang hatinya. Sampai-sampai Allah subhanahu
wata’ala perlu menurunkan wahyu, sehingga menjadi clear (bersih)
bahwa: “Penyebar berita bohong itu adalah orang-orang di antara kalian juga”.
(Maksudnya adalah Abdullah bin Ubay bin Zalul dan kawan-kawannya). Pada saat
itu Allah subhanahu wata’ala telah
meberitahu kepada Rasulullah sholallahu
‘alaihi wasallam bahwa tidak ada perselingkuhan (perzinahan).
Tetapi beritanya
tetap tersebar sampai saat ini bahkan sampai Hari Kiamat. Bayangkan Rasulullah
saja difitnah seperti itu, bagaimana pula dengan tokoh-tokoh Islam, para ulama
sampai hari ini ? Tentu mereka tidak terhindar dari fitnah dan berita bohong
sejenis tersebut di atas. Kita sering
mendengar berita bahwa ulama Anu, tokoh Anu, korupsi, mengawini perempuan ini
dan itu, berbuat kejahatan, dsb. Semua itu berita bohong dan buruk kalau orang Munafik yang membuat berita.
Itulah berita
bohong (fitnah) orang Munafik dari
sejak awal. Tetapi bukan saja turun firman Allah subhanahu wata’ala, bahkan Shofwan yang dituduh berselingkuh dengan
‘Aisyah rodhiyallahu ‘anha juga
melapor kepada Rasulullah sholallahu
‘alaihi wasallam bahwa dirinya adalah orang yang sudah lama menderita
impotensi. Sudah lama tidak punya hasrat
dengan wanita. Maka diceritakan kejadiannya sebagaimana disebutkan di atas.
Bahkan ia tidak sepatah katapun berbicara dengan ‘Aisyah rodhiyallahu ‘anha ketika dalam perjalanan.
Membuktikan
bahwa berita yang disebarkan oleh Abdullah bin Ubay bin Zalul adalah fitnah
belaka, tidak benar sama sekali.
Pelajarannya
adalah bahwa kebencian orang-orang Munafik (kafir) adalah ingin memberangus
Islam, termasuk ajaran kesucian, kesetiaan saumi-isteri dihajar dengan berita
perselingkuhan. Dengan harapan agar kaum muslimin mundur atau keluar dari
Islam. Tidak berhenti sampai di
situ. Di kesempatan lain (sebelumnya)
orang-orang munafik (kafir) mendirikan masjid Dhiror untuk menyaingi
masjid Quba yang didirikan oleh Rasulullaha sholallahu ‘alaihi wasallam bersama kaum muslimin.
Pada kesempatan
lain lagi yaitu ketika perang Badar,
terjadilah persekongkolan jahat yang dibuat Abdullah bin Ubay bin Zalul bersama
dengan orang-orang Anshor (kaum muslimin asli Madinah). Mereka berpura-pura
ikut berperang, tetapi bersama itu Abdullah bin Ubay berkata kepada sahabat
terutama orang Anshor (asli Madinah)
: “Wahai saudara-saudaraku yang dari Yatsrib (Madinah), ketahuilah bahwa
peperangan yang akan kita hadapi ini adalah peperangan antara Muhammad dengan
saudara-saudaranya sendiri orang Mekkah”.
“Lalu kalian
orang-orang Yatsrib (Madinah) diseret untuk terlibat dalam peperangan ini. Aku
hanya ingin mengingatkan, jangan hanya karena kalian disebut Anshor (kaum
penolong) kemudian kalian tidak berpikir jernih dan benar. Bahwa peperangan
sesama orang Mekkah itu yang melibatkan kalian,
hasilnya ada dua kemungkinan : Menang
atau kalah.
Kalau kita menang,
maka pihak kita akan mendapat rampasan
perang. Ketika pembagian harta rampasan perang,
tentu Muhammad akan memprioritaskan kepada orang asal Mekkah (kaum
Muhajirin) ketimbang kalian yang disebut Anshor. Dan kalian adalah Anshor yang lebih kaya
dibandingkan orang Muhajirin, tentu oleh Muhammad dianggap bahwa kalian tidak
membutuhkan harta rampasan perang itu.
Itulah kepandaian Muhammad menipu kalian dengan sebutan “Anshor”, agar
kalian senang”.
“Kalau ternyata
kita (kaum muslimin) kalah, sementara Muhammad menempatkan kalian di barisan
paling depan, karena kalah, maka kalianlah yang akan menjadi korban. Maka
kalian ini hanyalah sebagai tumbal egoisme Muhammad belaka”.
Perlu diketahi
bahwa dalam sejarah Islam, Abdullah bin Ubay bin Zalul tidak mau menyebutkan
“orang Madinah” tetapi ia selalu menyebutkan “orang Yatsrib”. Karena Yatsrib
adalah nama asli daerah Madinah, dan sebutan “orang Yatsrib” adalah menunjukkan
kesukuan.
Maksudnya untuk menebar
bibit kebencian kesukuan, agar kaum muslimin di Madinah tidak bersatu. Kalimat
orang Munafik semacam itu sampai sekarang tetap disebarkan juga di negeri kita
terutama di Jakarta. Setiap hari dalam
pergaluan kita sering mendengar kata-kata : Orang Jawa, orang Batak, Orang
padang, dst, padahal semua itu sesama muslim. Demikian itu untuk menebarkan
sukuisme yang akhirnya akan melemahkan orang Islam.
Dalam sejarah
Islam tersebut, yaitu ketika Perang Badar
memang berhasil hasutan orangMunafik yang dipimpin oleh Abdullah bin
Ubay bin Zalul. Sehingga sebanyak 200
orang yang semula ingin ikut berperang, akhirnya mengundurkan diri. Tersisa
hanya 100 orang kaum muslimin. Ketika
terjadi perang Badar itu ternyata dimenangkan oleh kaum Muslimin. melawan orang
kafir dari Mekkah, meskipun kaum muslimin banyak menerima kerugian, banyak yang
mati syahid.
Karena
orang-orang Anshor yang semua ingin maju perang akhirnya banyak mundur dan lari
dari peperangan.
Kaum muslimin
yang tetap maju perang ketika itu adalah benar-benar mu’min sejati, Allah subhanahu
wata’ala menyebutnya : Pasukan Al
Haq. Dan musuhnya yang 1000 orang kafir-musyrik disebut: Pasukan Al Bathil. Kemudian dalam AlQur’an peperangan tersebut
disebut Peperangan Yauman Talqom
Jam’an. Yang terjadi di Padang
Badar. Artinya Perang Besar. Kebesarannya
bukan karena jumlah pasukannya, melainkan karena nilai yang dibawa oleh dua
kelompok itu sangat besar artinya.
Peperangan yang
sebenarnya tidak dikehendaki oleh kaum muslimin itu (Perang Badar) sebetulnya menjadi berita besar di dunia ketika itu. Dalam kitab Manhaj
Haroqi disebutkan bahwa kalau tidak ada Perang Badar Besar itu, maka
dunia tidak akan mengenal Haq dan Bathil (antara Kebenaran dan
Kebathilan). Kalau tidak karena kemenangan kaum Muslimin dalam Perang Badar,
maka dunia ini tidak akan mengenal idiologi Lailaha illallah Muhammadurrasulullah
(Tidak ada sesembahan kecuali Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah), artinya tidak mengenal Islam. Karena Islam sudah
punah ketika itu sebelum dikenal oleh orang di dunia ini hingga saat ini.
Dunia ketika itu
digemparkan oleh Perang Badar,
karena pasukan yang hanya berjumlah 100 (seratus) orang bisa menang perang
melawan 1000 (seribu) orang, dengan jumlah korban tentu saja pihak orang kafir
lebih banyak.
Berita
tentang
Perang Badar itu tentu sampai di
wilayah Nusantara ketika itu. Tetapi dalam buku-buku sejarah, terutama sejarah
dunia yang di ajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia, Perang Badar (Besar) itu tidak pernah
ditulis. Karena yang menulis buku
sejarah memang bukan orang Islam. Padahal sejarah telah membuktikan bahwa di
dunia ada sebuah Idiologi, yaitu Islam,
yang bisa membebaskan manusia dari penindasan manusia atas manusia.
Sejarah
Perjuangan Islam generasi awal di Indonesia.
Di Indonesia sebenarnya
Islam sudah memayungi bumi Nusantara sejak 700 tahun. Sejak antara tahun ke-3
Hijrah, atau tahun 627 Masehi para pedagang dari Yaman yang sudah ber-Islam,
pekerjaan mereka mengarungi lautan sampai ke bumi Nusntara karena mencari
rempah-rempah, otomatis mereka adalah menyebarkan agama Islam.
Mereka berlayar
sampai Timur-Jauh, sampai Asia Tenggara dan mereka mendarat di utara pulau
Sumatera menemukan rempah-rempah, kapur barus dll. Kemudian mereka membeli, mengumpulkan sampai
mengolahnya dan lambat laun keluarganya
di bawa ke Sumatera Utara beranak-pinak. Di wilyah itulah cikal-bakal tempat
yang kemudian diberi nama Baros
(Maros).
Kejadian
tersebut sekitar tahun 627 Masehi. Tahun 700 – 800 Masehi pengaruh Hindu dan
Budha mulai surut dengan tersebarnya agama Islam di Nusantara. Sejak sekitar tahun 800 – 1500 Masehi pengaruh
Islam masuk ke pusat-pusat kekuasaan maka muncullah pula Kesultanan-Kesultanan
Islam di seluruh Nusantara. Artinya
ketika itu seluruh wilayah Indonesia seutuhnya dibawah Syari’at Islam. Sampai
saat ini di wilayah Indonesia bagian timur masih terdapat bekas-bekas
peninggalan Kerjaan Islam. Maka sebenarnya negeri ini (Nusantara) adalah negeri
Islam.
Kemudian sekitar
tahun 1500 Masehi datanglah orang-orang Eropa (Portugis, Belanda) ke Nusantara,
itupun atas usulan Ratu Issabela
dari Portugis (Andalusia). Karena tahun 1400 Masehi terjadi pembantaian seluruh kaum Muslimin di
Andalusia (Portugis-Spayol), ketika itu di sana telah berdiri Univeristas Islam Andalusia di kota
Cordova (Qurthuba) dibumi-hanguskan oleh
orang-orang kafir. Setelah itu Ratu Issabela memberikan instruksi kepada
Portugis dan Spanyol untuk mencari kaum Muslimin di seluruh dunia, bila
ditemukan habisilah mereka.
Demikian
perintah Ratu Issabela dari Spanyol.
Meskipun menurut
pers Barat, katanya Ratu Issabela adalah ratu yang penuh kasih-sayang seperti
dinyanyikan oleh Ammi Sels. Ataukah dia
adalah ratu berdarah dingin ? Sebab dia adalah pembantai kaum Muslimin dan
algojonya bernama Alfonso. Dalam pelajaran sejarah sekolah, Alfonso
sangat diagung-agungkan sebagai pahlawan,
pria yang gagah perkasa, banyak berjasa kepada Negara. Padahal ia adalah
pembunuh bayaran, yang membunuh ribuan kaum muslimin di Eropa.
Portugis ketika
itu masuk ke Nusantara dari sebelah timur gagal, karena Kesultanan-kesultanan
Islam dari timur sudah tahu missi Portugis, termasuk Kerajaan di Manokwari yang
ketika itu bernama Nuwar (negeri
yang bercahaya), dan semua Kesultanan di daerah Jaziratul Muluk (Maluku), antara Ternate, Tidore, Bone (Sulawesi),
Moro (Pilipina Selatan), mereka melakukan border-laut dengan ranjau-ranjaunya
sehingga Portugis gagal masuk. Di sebelah barat Nusantara dari Malaka sampai
Aceh, Sultan Aceh sudah siap mengusir kedatangan Sepanyol-Portugis.
Artinya, dua
Negara tersebut (Spanyol-Portugis) gagal masuk Nusantara saat itu. Maka
dibuatlah persetujuan dan dikirimlah Cornelis
de Houtman. Delegasi pertama yang
merupakan delegasi Salibiyah, dengan semangat dan semboyan The Gold Godspell Glory ternyata gagal, maka delegasi berikutnya
adalah dengan pendekatan Gold (Emas) yaitu dengan pendekatan perdagangan saja. Cornelis de Houtman di rancang sedemikian
rupa, yaitu mendarat di tanah Banten, turun dari kapal disambut oleh Sultan
Banten, ucapan pertama Cornelis de Houtman: Assalamu’alaikum. Maka
dengan senang hati Sultan Banten menerima kedatangan Cornelis de Houtman.
Dari situlah
perdagangan di mulai, yang lambat laun merembet kepada Monopoli Tunggal
perdagangan dan berubah menjadi penindasan.
Tahun 1500 Masehi sebenarnya mereka baru datang. Tahun 1885 Masehi seorang beragama Protestan
bernama C. Snouck Horgronye (dari
Belanda) datang di Pulau Jawa (Nusantara) belajar bahasa Arab demikian mahirnya
berbahasa Arab, sehingga ia merupakan orang Eropa termahir nomor 2 dalam bahasa
Arab.
Dia masuk ke
kota Mekkah belajar agama Islam dengan salah seorang Syekh di Arab, karena dia
cerdas dan berperilaku sopan-santun, cepat menyerap, maka Syekh-Syekh di sana mengajarkan semua ilmunya. Dalam waktu yang relatif singkat C.Snouck
Horgronye berhasil menguasai seluruh
ilmu-ilmu Islam. Akidah, Syari’ah, Muamalah, Sirrah Nabawiyah, strategi perang
kaum muslimin, ia tahu semua. Artinya, rahasia Islam sudah ada di tangannya.
C.Snouck
Horgronye lalu mengganti namanya dengan nama Islam yaitu Abdul Ghofar Satu yang
ditelisik olehnnya adalah bahwa ulama-ulama Islam punya kebijakan ber-Ijtihad
sesuau dengan lokasi mereka tinggal dan kasus yang meliputi mereka.
Berbeda dengan Nasrani yang semua harus ditentukan oleh Roma-Vatikan dan semua
satu komando. Maka datanglah ia ke Nusantara (ketika itu disebut
Hindia-Belanda).
Di tahun 1885
dan seterusnya, ia berhasil menikahi wanita muslimah anak dari kepala daerah di
Cianjur, punya empat orang anak , dua di antaranya bernama Umar dan Salamah. Tahun 1890 C.Snouck Horgronye mengajukan tiga
butir proposal penghancuran tanah Islam Nusantara kepada pemerintah kolonial Hindia
Belanda. Tiga butir proposal itu adalah
:
1.Gerakan
pemurnian agama (Islam), bentuknya adalah pembangunan
masjid-masjid, kemudahan berhaji bagi Inlander (Orang pribumi). Ini resiko
yang harus ditempuh oleh pemerintah penjajah Belanda atas negeri Islam
Nusantara. Proposal itu terpaksa
disetujui karena di balik pemurniaan keagamaan, blokade (pembatasan) bepergian
orang Islam Nusantara, hanya ke masjid dan pergi ke Mekkah (berhaji).
Sebenarnya
ketika itu pemerintah Hindia Belanda sangat takut, karena setiap orang berhaji
dan pulang ke tanah air pasti punya semangat jihad fisabilillah, untuk
mengusir penjajah Belanda di Nusantara, apalagi mereka yakini bahwa Belanda
adalah kafir (Kristen).
Namun dalam hal
ini ada yang tidak tertulis dalam sejarah, yaitu untuk mencabut semangat Jihad
fisabilillad diganti dengan semacam gerakan yang diajarkan oleh
C.Snouck Horgronye bagi para Inlander (pribumi), dengan menghembuskan Hadits
(Hadits palsu atau lemah), yaitu bahwa
membaca Surat Yaasin di malam Jum’at tiga kali, nilainya setara dengan jihad
fisabilillah. Dan memang itulah yang dilakukan oleh orang-orang Aceh
ketika itu.
2.Peningkatan
kesejahteraan sosial bagi Inlander yang nota-bene adalah kaum
muslimin. Resikonya adalah pemerirntah
Hidia Belanda harus membangun sekolah-sekolah dan rumah-rumah sakit. Artinya C.
Snouck Horgronye menawarkan perdamaian lewat pemerintah penjajah Belanda untuk
negreri Islam Nusantara.
3.Jauhkan
Inlander (pribumi) yang kebanyakan kaum muslimin dari membicarakan kekuasaan
(Dengan kata lain inlander dilarang
bicara soal politik).
Ingat, pada
tahun-tahun tersebut sudah masuk sebentar lagi Era (Masa) Mulkan Jabarian (Raja yang bengis), karena tahun 1400 Masehi LBB
(Liga Bangsa-Bangsa) sekarang PBB., yang mendengar laporan bahwa ada pembantaian
kaum muslimin besar-besaran, datang ke Spanyol, masuk ke dalam sebuah gereja
dan dalam gereja itu ada misa yang demikian mewah, dan mereka (pemerintah
Spayol) mengatakan : Mana ada pembantaian seperti yang diberitakan ?. Maka pihak perwakilan LBB merasa tidak
terjadi pembantaian kaum muslimin seperti diberitakan orang. Tidak perlu dituntut ke pengadilan
Internasional.
Artinya, era transisional
kepemimpinan dari era (masa) Mulkan
Adzon ke Mulkan Jabarian (dari
Raja yang menggigit yang menjadikan AlQur’an dan Hadits hanya sebagai Lib Service
di tahun 1800-an segera masuk ke tahun 1900-an
akan segera berganti masa yang paling kelam buat kaum Muslimin, yaitu
Mulkan Jabarian (Kekuasaan yang bengis), era demokratisasi.
C. Snouck
Horgronye bukan orang bodoh, ia telah mencuri informasi (berita-berita) tentang
adanya perubahan internasional, tentang system kepemimpinan dunia pada saat
itu. Maka ia segera menawarkan kepada pemerintah Hindia
Belanda yaitu : Jangan pernah berbicara tentang berbagi kekuasaan kepada
Inlander. Bahasa lain: Jangan berbicara demokrasi untuk Inlander (pribumi).
Caranya :
Tanamkan politik Devide et empera (Politik adu-domba) kepada inlander. Ini proposal tahun 1890, sudah mendekati tahun 1900-an. Dan
ternyata benar, semenjak tahun 1900-an
muncullah organisasi-organaisasi masa Islam, misalnya Muhammadiyah berdiri
tahun 1912. NU berdiri tahun 1926, menyusul lagi Al Irsad, Al
Wasliyah, dan ternyata ormas-ormas ini tidak pernah bersatu.
Dan pihak
pemerintah Belanda selalu mengatakan : Pak Kyai, tidak usah repot-repot, kalau
ingin pesantren, dirikanlah pesantren, sandang-pangan-papan lengkap. Tidak usah
bicara politik, karena politik adalah urusan kami (pemerintah Belanda).
Untuk para Raja,
kekuasaan kerajaan, status quo merupakan kamuflase, tetap tidak mau
meninggalkan kekuasaannya, terlihat sisa-sisanya masih ada di Yogyakarta,
Surakarta, Cirebon, dst. Caranya: Jangan biarkan para perajurit keraton belajar
Islam di luar kraton, agar tidak usah melawan pemerintah Belanda.
Caranya :
Panggil Kyai untuk mengajar dalam kraton, khusus untuk para prajurit santri
(cantrik).
Sementara itu
sang Raja sendiri bebas menulis sejarah sesuai dengan kemauannya. Maka meskipun
sudah beragama Islam, tetapi masih juga memandikan keris, memandikan
pusaka-pusaka keraton, dsb. Untuk melestarikan sisa-sisa kebiasaan Hindu-Budha
Dampak adu-domba
adalah terjadinya permusuhan laten dalam tubuh kaum muslimin. Adanya kebencian,
permusuhan yang luar-biasa antar kaum muslimin.
Dampak kedua
dari adu-domba adalah kelemahan akut
karena sulit bersatu dalam segala bidang (Bidang idiologi, politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan, dst).
Racun
kemunafikaan sudah menyebar ke mana-mana.
Semua adalah urusan dunia. Masing-masing orang tidak punya kepedulian
dengan sekitarnya.
Dominasi asing
(penjajah) dalam meng-eksploitasi sumberdaya alam, sumberdaya manusia. Padahal negeri kita (Indonesia) adalah negeri
terkaya di dunia. Pemodal asing bercokol demikian kuat di negeri ini. Karena
lobi-lobi mereka dengan para penguasa. Hasilnya, orang asing menjadi tuan dan
orang Indonesia menjadi kuli di negeri sendiri. Itulah dampak kemunafikan yang sangat akut di negeri ini.
Maka kita yang
masih bersih ini jangan sampai terpengaruh, terlibat, atau ter-ciprat
(ter-kontaminasi) kemunafikan-besar. (Munafiq Qabir) seperti disebutkan di
atas.
Kalau kita
cermati, gerakan munafik adalah
sesungguhnya didasari kebencian terhadap Islam.
Dan sadar atau tidak, saat ini kita sedang menjadi korban kaum munafik.
Maka ada renungan tiga pertanyaan kepada jiwa
atau diri kita sendiri sambil menempelkan telapak-tangan kita ke dada kita
masing-masing, tanyakan pada diri kita :
1.
Sudahkah aku mencintai Islam secara
totalitas.
2.
Sudahkah aku mencinatai kaum muslimin
semuanya tanpa pandang suku-bangsa dan
latar belakangnya ?
3.
Sudahkah aku mencintai pejuang-pejuang
Islam?.
Pertanyaan
sebaliknya, tanyakan kepada jiwa anda masing-masing :
1.
Wahai jiwa, ajaran Islam yang mana yang
masih engkau benci ? (Karena munafik
menanamkan kebencian).
2.
Orang Islam yang mana yang masih engkau
benci ? (Jawa, Betawi, Batak, Sunda, Madura?)
3.
Wahai jiwa, pejuang Islam yang mana yang
masih juga tidak engkau sukai ?.
Akhir hayat
Abdullah bin Ubay bin Zalul sangat mengenaskan. Ketika sakaratulmaut ia minta
diselimuti dengan sorban Rasulullah sholallahu
‘alaihi wasallam, lalu beliau
membentangkan sorban beliau untuk menyelimuti Abdullah bin Ubay, dicegah oleh
Umar bin Khathab, lalu Rasulullah saw bersabda :
“Tidak
usah khawatir wahai Umar, sekalipun baju aku (Muahmmad) tidak akan bisa menjadi
tameng (perisai) baginya terhadap siksa Jahannam”. Artinya bahwa
Abdullah bin Ubay bin Zalul pasti akan masuk neraka, karena dia adalah tokoh
Munafik Besar di masa itu.
Sekian bahasan,
mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA
WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
_______________
No comments:
Post a Comment