Translate

Tuesday, July 22, 2014

Jangan Merasa Aman-Aman Saja, Oleh: Ustadz H.Syahroni Mardani, Lc



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

  Jangan Merasa Aman-Aman Saja

 Ustadz  H.Syahroni Mardani,  Lc

Jum’at, 13 Romadhon 1435 H – 11 Juli 2014

 
Assalamu’alaikum wr.wb.

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Judul bahasan kali ini adalah : Jangan Merasa Aman-Aman Saja,  maksudnya jangan kita tenang-tenang saja, karena bila dilihat dari ayat-ayat AlQur’an dan Hadits, orang yang merasa aman-aman saja mungkin ia akan terkena musibah, atau akan mendapatkan kerugian, baik itu di dunia lebih-lebih lagi kelak di Akhirat. 

Allah subhanahu wata’ala dalam AlQur’an Surat Al A’raaf ayat 99 :
سُوۡرَةُ الاٴعرَاف


أَفَأَمِنُواْ مَڪۡرَ ٱللَّهِ‌ۚ فَلَا يَأۡمَنُ مَڪۡرَ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡخَـٰسِرُونَ (٩٩)

Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.

Dari ayat tersebut ada dua pelajaran bagi kita :
1.     Allah subhanahu wata’ala mengingatkan kepada kita agar jangan kita merasa aman-aman saja
2.     Orang yang merasa aman-aman saja maka ia akan merugi.

Contoh sederhana : Orang sering kehilangan mobil atau motor karena ketika me-markir kendaraannya ia tidak mengunci kendaraannya, karena marasa aman di tempat tersebut.
Atau seseorang tiba-tiba terkena serangan jantung atau kanker.   Padahal selama ini sudah ada gejala-gejala dari penyakit tersebut, tetapi ia merasa aman-aman saja. Lalu tidak segera memeriksakan kesehatannya ke dokter.  Sikap merasa aman-aman saja adalah sikap yang berbahaya bahkan merugikan dirinya sendiri.

Zaman sekarang ini sudah semakin maju, berkembang dan semakin canggih.  Banyak anak-anak kecil seusia SD sudah bisa pegang Handphone (HP) yang sangat canggih, Smartphone, dst, yang bisa melakukan apa saja.  Sementara itu perkembangan pornografi sudah demikian marak, orang bisa brossing di HP dengan sangat mudah. Dan kebanyakan orang-tuanya yang tidak peduli kepada perilaku anak-anaknya yang memegang HP itu. Orangtuanya merasa aman-aman saja. Mereka tidak tahu anak-anaknya telah berbuat apa dengan HP-nya itu.  Tidak pernah mereka memeriksa HP anak-anaknya atau memeriksa tas-sekolahnya.

Maka banyak orang-orang tua yang suatu hari tiba-tiba merasa terkejut sekali karena ternyata anak-anak mereka sudah kecanduan narkoba. Atau tiba-tiba anaknya hamil di luar nikah karena pergaulan bebas dengan teman-temannya. Mereka orang-orangtua itu  mengatakan : “Padahal selama ini anak-anak saya aman-aman saja. Saya tidak menyangka anak saya berbuat seperti itu”.

Maka perlu sikap waspada atau khauf (khawatir),  tetapi jangan berlebihan. Boleh saja sesekali orang tua memeriksa tas-sekolah anaknya, atau HP-nya. Jangan merasa aman-aman saja, baik itu untuk diri kita maupun untuk keluarga kita. Maka sangat benar ayat tersebut, Allah subhanahu wata’ala berfirman : “Orang yang merasa aman-aman saja maka ia akan merugi”.

Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita agar kita mempunyai sikap Khauf (khawatir) sebagaimana disebutkan dalam Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim:  Dari ‘Aisyah r.a. (isteri Rasulullah saw) berkata : Aku tak pernah melihat Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam tertawa lepas hingga terlihat langi-langit mulut beliau.  Beliau hanya tersenyum dan bila melihat kabut awan atau angin, (reaksinya) kelihatan dari rona wajahnya”.   Aisyah berkata : “Wahai Rasulullah, aku melihat orang-orang yang begitu gembira karena melihat kabut awan  dengan harapan ia membawa hujan, sedangkan dari raut wajah engkau aku melihat ketidak-sukaan engkau melihatnya”.  Maka Rasulullah saw bersabda : “Wahai ‘Aisyah, tidak ada yang menjaminku bila di dalamnya ada adzab. 
Sungguh satu kaum telah di adzab dengan angin dan kaum yang lain telah melihat adzab seraya berkata :  “Ini kabut awan pembawa hujan bagi kita” (HR Muslim).

Maksudnya, bahwa Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah tertawa sampai terbahak-bahak.  Yang sering adalah beliau tersenyum terutama bila beliau berjumpa dengan orang lain.  Maka orang yang sering tersenyum itu baik.  Tetapi harus ada alasannya mengapa tersenyum. Jangan  tersenyum tanpa sebab.

Dan Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam punya sikap selalu Khauf (khawatir).  Sebagai contoh bagi kita semua agar waspada, jangan merasa aman-aman saja. Maka bagi kita sebagai manusia biasa,  harus waspada, jangan merasa aman-aman saja dalam segala hal, baik dalam bidang sosial, bisnis, poltik apapun bidangnya kita harus punya rasa Khauf (waspada).

Banyak rumah tangga yang merasa aman-aman saja, ternyata salah pihak berselingkuh di luar.  Banyak para pengusaha yang merasa aman-aman saja, ternyata suatu saat ia  bisa merugi dan perusahaannya gulung-tikar. Karena si pengusaha itu merasa aman-aman saja.

Saat ini adalah bulan Romadhon.  Bulan di mana kita dianjurkan banyak-banyak beribadah, bersodakoh, berinfak dst, sholat Tarawih, membaca AlQur’an setiap malam, kita ingin mendapatkan keberkahan bulan Romadhon. Keberkahan itu tidak mungkin kita dapatkan bila kita hanya tenang-tenang saja, aman-aman saja, tidak berbuat sesuatu kebaikan (ibadah).

Dalam Hadits Shahih, dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Siapa yang takut, dia akan siap-siaga (waspada). Siapa yang siap-siaga maka akan sampai kepada tujuan. Ketahuilah barang milik Allah adalah mahal. Ketahuilah barang milik Allah itu adalah Surga (HR Turmudzy).

Maksudnya, bahwa surga adalah mahal, bukan barang murah. Maka kita harus berusaha sekuat tenaga agar mendapatkannya.  Karena surga itu mahal. Orang yang tenang-tenang saja, yang merasa aman-aman saja tanpa berusaha tentu tidak akan mendapatkannya.

Ibarat orang hendak pulang mudik Lebaran. Ia sudah pesan tiket kereta api jauh-jauh hari, bahkan tiga bulan sebelum hari pemberangkatan. Ia sudah siap siaga untuk menuju tempat tujuan di kampungnya. Insya Allah ia akan sampai tujuan yaitu kampung halamannya.  Ia tidak bersikap tenang-tenang saja. 
Sebaliknya orang yang tenang-tenang saja, beli tiket nanti saja menjelang hari keberangkatannya hendak pulang kampung, ia pasti gagal mencapai tujuan.

Jangan merasa aman dari perbuatan maksiat.
Kebanyakan orang tidak menaruh syak-wasangka, atau curiga terhadap seseorang karena seseorang itu dilihatnya (dipandangnya) sebagai orang baik.  Belum tentu. Dalam dunia kemiliteran ada ajaran : Tempat yang paling berbahaya adalah tempat yang paling aman. Kenapa demikian ?  Umumnya orang merasa aman, sehingga orang lalai.

Di kalangan anak ABG (remaja)  banyak anak-anak remaja yang melakukan hubungan seksual di luar nikah dengan sesama temannya, ketika ditanya: dimanakah mereka melakukan pertama kali ?, Maka mereka banyak yang menjawab: Di rumah sendiri. Menurut mereka, tempat yang paling aman untuk melakukan hubungan seksual dengan temannya adalah di rumah sendiri.  Mereka tahu kapan orangtua mereka di luar rumah, kapan orangtuanya pulang, dst. karena ada kegiatan bisnis atau lainnya.  Itulah tempat yang paling aman.

Demikian juga di sekolah-sekolah. Tempat dimana dianggap yang paling aman bagi anak-anak, ternyata juga terjadi kemaksiatan (kejahatan), terjadi kejahatan seksual.  Maka boleh saja kita mempunyaia rasa Khauf (khawatir).

Dalam hidup di dunia ini tidak ada seorangpun yang aman dari perbuatan dosa dan maksiat.  Maka Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita do’a :  Ya muqollibal qulub, tsabbit qolbi ‘ala dinika (Wahai Allah Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku selalu dalam agama-Mu).

Mengapa beliau mengajarkan demikian kepada kita ? Karena tidak ada jaminan seseorang itu bisa baik terus-menerus. Dalam Surat Ali Imron ayat 8 Allah subhanahu wata’ala mengajarkan do’a kepada kita :

سُوۡرَةُ آل عِمرَان

رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةً‌ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ (٨)


 (Mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)".

Atas dasar Hadits dan ayat tersebut di atas, tidak ada yang bisa memberikan jamainan kepada kita secara terus-menerus bahwa hati kita akan selalu lurus.
Maka kita dianjurkan untuk selalu membaca doa sebagaimana tersebut dalam Hadits dan ayat AlQur’an tersebut.

Ungkapan dari Abubakar as Siddiq rodhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : “Seandainya salah satu dari kakiku sudah masuk surga, aku belum merasa aman sebelum kaki yang sebelah lagi juga masuk surga”.
Itulah ungkapan rasa Khauf dari seorang sahabat Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam.  Maka meskipun kita sudah setiap hari rajin sholat, jangan lalu merasa aman. Boleh sesekali kita mengkoreksi bacaan-bacaan kita dalam sholat, sudah benarkah ? Jangan-jangan masih ada yang kurang pas.  Kalau perlu dichek lagi di hadapan seorang ustadz atau siapapun yang ilmu agamanya lebih tinggi.

Dalam Hadits dari sahabat Ibnu ‘Abbas rodhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Janganlah (sekali-kali) seorang laki-laki berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahromnya”.

Maksudnya, janganlah sering berdua-duaan dengan perempuan lain yang bukan mahrom-nya, karena meskipun hanya sesekali, tetapi lama-kelamaan akan timbul rasa saling tertarik.   Meskipun dianggap tidak mengapa, aman-aman saja, tidak akan terjadi hubungan hati, tetapi yang sering terjadi adalah kedua orang itu tidak bisa menahan diri. Akhirnya terjadi perselingkuhan. 

Dalam Hadits lain,  dari ‘Uqbah bin ‘Amir berkata bahwa Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Hindarkanlah oleh kalian masuk (bercampur) dengan wanita (yang bukan mahrom).  Ada seorang sahabat yang bertanya: “Bagaimana dengan saudara ipar?”.  Rasulullah saw menjawab : “Ipar adalah sebab kematian (malapetaka). (Hadits Mutafaqun ‘Alaih).

Banyak orang merasa aman-aman saja dengan saudara ipar.  Padahal Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam  mengatakan : Hati-hati, ipar adalah kematian.
Karena saudara ipar (adik atau kakak ipar) bukan mahrom, maka berhati-hatilah dalam pergaulan antara mereka itu, agar tidak tergelincir dalam malapetaka.

Dalam Hadits lain: Dari Ibnu Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Surga itu dekat sekali dengan seorang hamba, lebih dekat dengan tali sandalnya dan neraka-pun demikian juga”.

Hadits tersebut merupakan peringatan untuk kita dan arti kiasan bahwa seseorang itu dapat masuk surga dengan sangat mudahnya dan dapat pula masuk neraka dengan sangat mudahnya.

Janganlah kita merasa aman saja dengan orang yang dekat dengan kita. Bukan berarti kita harus mencurigai semua orang, tetapi perasaan “hati-hati” harus tetap dijaga.  Banyak diberitakan di mass-media, di TV-TV, bahwa pelaku sebuah kejahatan adalah orang yang biasa sangat dekat dengan korbannya. Ternyata yang berbuat jahat adalah temannya sendiri.  Atau tetangganya sendiri. Maka jangan merasa dengan orang yang dekat dengan kita, kejahatan itu kadang dari pihak yang tidak disangka-sangka.

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Kitab Al ‘Adabul Mufrod  juga oleh Imam Adz Dzahabi  dimuat dalam Kitab Al Kabair tentang dosa-dosa besar, yang disabdakan oleh Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam.
Bahwa di antara dosa-dosa besar adalah : Kejahatan yang dilakukan kepada tetangga. 

Misalnya seseorang berbuat jahat kepada orang lain adalah dosa, tetapi berbuat jahat kepada tetangga, dosanya jauh lebih besar.   Mengapa demikian ? Karena umumnya orang merasa aman dengan tetangga. Bahkan sudah seperti saudara. Kalau ternyata yang berbuat jahat adalah tetangga sendiri, maka yang berbuat jahat itu  dosanya berlipat-ganda.

Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda  dalam Hadits tersebut : “Seorang laki-laki berzina dengan sepuluh perempuan itu lebih ringan daripada seseorang berzina dengan perempuan yang merupakan tetangganya sendiri.  Seseorang mencuri di sepuluh rumah, lebih ringan daripada seseorang yang mencuri di rumah tetangganya sendiri (HR Imam Bukhari).
.
Maknanya, berbuat kejahatan dengan orang,  adalah berdosa besar, tetapi jauh lebih besar bila kejahatan itu dilakukan terhadap tetangganya sendiri. Karena umumnya kita merasa aman dengan tetangganya sendiri. Misalnya seseorang hendak keluar kota, beberapa hari, lalu rumah diserahkan kepada tetangganya karena merasa aman dengan tetangganya.  Ternyata si tetangga itu berbuat jahat atas rumah yang ditinggal beberapa hari itu. Yang demikian itu sangat menyakitkan hati si empunya rumah yang tetangganya sendiri, yang dirasa (dikira) aman-aman saja.

Dalam AlQur’an ada 13 ayat di mana disebutkan tentang kata “Baghtatan” yang artinya tiba-tiba. 

Bahwa musibah, kematian, bencana, Hari Kiamat, dia datang secara tiba-tiba atau sekonyong-konyong, tidak di sangka-sangka, karena orang merasa aman-aman saja.   Salah satunya adalah Surat Yusuf ayat 107  Allah subhanahu wata’ala berfirman :
سُوۡرَةُ یُوسُف

أَفَأَمِنُوٓاْ أَن تَأۡتِيَہُمۡ غَـٰشِيَةٌ۬ مِّنۡ عَذَابِ ٱللَّهِ أَوۡ تَأۡتِيَہُمُ ٱلسَّاعَةُ بَغۡتَةً۬ وَهُمۡ لَا يَشۡعُرُونَ (١٠٧)

Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya?

Atau Surat Al Ambiyaa ayat 40 :
سُوۡرَةُ الاٴنبیَاء

بَلۡ تَأۡتِيهِم بَغۡتَةً۬ فَتَبۡهَتُہُمۡ فَلَا يَسۡتَطِيعُونَ رَدَّهَا وَلَا هُمۡ يُنظَرُونَ (٤٠)

Sebenarnya (azab) itu akan datang kepada mereka dengan sekonyong-konyong lalu membuat mereka menjadi panik, maka mereka tidak sanggup menolaknya dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.

Bahwa musibah, bencana, Kiamat akan datang dengan tiba-tiba dan orang tidak menyadarinya. Maka mudah-mudahan di bulan yang mulia ini (Romadhon) kita jangan merasa aman-aman saja, karena mungkin tiba-tiba akan mendapatkan musibah atau kerugian. Sikap waspada penting kita miliki.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermnafaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                             ___________

No comments:

Post a Comment