PENGAJIAN DHUHA
MASJID BAITUSSALAM
Jangan
Merasa Aman-Aman Saja
Ustadz
H.Syahroni Mardani, Lc
Jum’at, 13 Romadhon 1435 H – 11 Juli 2014
Assalamu’alaikum
wr.wb.
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Judul bahasan kali ini adalah : Jangan Merasa Aman-Aman Saja, maksudnya jangan kita tenang-tenang saja,
karena bila dilihat dari ayat-ayat AlQur’an dan Hadits, orang yang merasa
aman-aman saja mungkin ia akan terkena musibah, atau akan mendapatkan kerugian,
baik itu di dunia lebih-lebih lagi kelak di Akhirat.
Allah subhanahu wata’ala dalam AlQur’an Surat Al A’raaf ayat 99 :
سُوۡرَةُ الاٴعرَاف
أَفَأَمِنُواْ مَڪۡرَ
ٱللَّهِۚ فَلَا يَأۡمَنُ مَڪۡرَ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡخَـٰسِرُونَ (٩٩)
Maka
apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? tiada yang
merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.
Dari ayat tersebut ada dua pelajaran bagi
kita :
1. Allah subhanahu wata’ala mengingatkan kepada
kita agar jangan kita merasa aman-aman saja
2. Orang yang merasa
aman-aman saja maka ia akan merugi.
Contoh sederhana : Orang sering kehilangan
mobil atau motor karena ketika me-markir kendaraannya ia tidak mengunci
kendaraannya, karena marasa aman di tempat tersebut.
Atau seseorang tiba-tiba terkena serangan
jantung atau kanker. Padahal selama ini
sudah ada gejala-gejala dari penyakit tersebut, tetapi ia merasa aman-aman
saja. Lalu tidak segera memeriksakan kesehatannya ke dokter. Sikap merasa
aman-aman saja adalah sikap yang berbahaya bahkan merugikan dirinya
sendiri.
Zaman sekarang ini sudah semakin maju,
berkembang dan semakin canggih. Banyak
anak-anak kecil seusia SD sudah bisa pegang Handphone (HP) yang sangat canggih,
Smartphone, dst, yang bisa melakukan apa saja. Sementara itu perkembangan pornografi sudah
demikian marak, orang bisa brossing di HP dengan sangat mudah. Dan kebanyakan
orang-tuanya yang tidak peduli kepada perilaku anak-anaknya yang memegang HP
itu. Orangtuanya merasa aman-aman saja. Mereka
tidak tahu anak-anaknya telah berbuat apa dengan HP-nya itu. Tidak pernah mereka memeriksa HP anak-anaknya
atau memeriksa tas-sekolahnya.
Maka banyak orang-orang tua yang suatu
hari tiba-tiba merasa terkejut sekali karena ternyata anak-anak mereka sudah
kecanduan narkoba. Atau tiba-tiba anaknya hamil di luar nikah karena pergaulan
bebas dengan teman-temannya. Mereka orang-orangtua itu mengatakan : “Padahal selama ini anak-anak
saya aman-aman saja. Saya tidak menyangka anak saya berbuat seperti itu”.
Maka perlu sikap waspada atau khauf
(khawatir), tetapi jangan
berlebihan. Boleh saja sesekali orang tua memeriksa tas-sekolah anaknya, atau
HP-nya. Jangan merasa aman-aman saja, baik itu untuk diri kita maupun untuk
keluarga kita. Maka sangat benar ayat tersebut, Allah subhanahu wata’ala berfirman : “Orang
yang merasa aman-aman saja maka ia akan merugi”.
Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita agar kita
mempunyai sikap Khauf (khawatir) sebagaimana disebutkan dalam Hadits shahih diriwayatkan
oleh Imam Muslim: Dari ‘Aisyah r.a. (isteri Rasulullah saw) berkata : Aku tak pernah
melihat Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam tertawa lepas hingga terlihat
langi-langit mulut beliau. Beliau hanya
tersenyum dan bila melihat kabut awan atau angin, (reaksinya) kelihatan dari
rona wajahnya”. Aisyah berkata : “Wahai
Rasulullah, aku melihat orang-orang yang begitu gembira karena melihat kabut
awan dengan harapan ia membawa hujan,
sedangkan dari raut wajah engkau aku melihat ketidak-sukaan engkau
melihatnya”. Maka Rasulullah saw
bersabda : “Wahai ‘Aisyah, tidak ada yang menjaminku bila di dalamnya ada
adzab.
Sungguh
satu kaum telah di adzab dengan angin dan kaum yang lain telah melihat adzab
seraya berkata : “Ini kabut awan pembawa
hujan bagi kita”
(HR Muslim).
Maksudnya, bahwa Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah
tertawa sampai terbahak-bahak. Yang
sering adalah beliau tersenyum terutama bila beliau berjumpa dengan orang
lain. Maka orang yang sering tersenyum
itu baik. Tetapi harus ada alasannya
mengapa tersenyum. Jangan tersenyum
tanpa sebab.
Dan Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam punya sikap selalu Khauf (khawatir). Sebagai contoh bagi kita semua agar waspada,
jangan merasa aman-aman saja. Maka bagi kita sebagai manusia biasa, harus waspada, jangan merasa aman-aman saja
dalam segala hal, baik dalam bidang sosial, bisnis, poltik apapun bidangnya
kita harus punya rasa Khauf (waspada).
Banyak rumah tangga yang merasa aman-aman
saja, ternyata salah pihak berselingkuh di luar. Banyak para pengusaha yang merasa aman-aman
saja, ternyata suatu saat ia bisa merugi
dan perusahaannya gulung-tikar. Karena si pengusaha itu merasa aman-aman saja.
Saat ini adalah bulan Romadhon. Bulan di mana kita dianjurkan banyak-banyak
beribadah, bersodakoh, berinfak dst, sholat Tarawih, membaca AlQur’an setiap
malam, kita ingin mendapatkan keberkahan bulan Romadhon. Keberkahan itu tidak
mungkin kita dapatkan bila kita hanya tenang-tenang saja, aman-aman saja, tidak
berbuat sesuatu kebaikan (ibadah).
Dalam Hadits Shahih, dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Siapa yang takut, dia akan siap-siaga
(waspada). Siapa yang siap-siaga maka akan sampai kepada tujuan. Ketahuilah
barang milik Allah adalah mahal. Ketahuilah barang milik Allah itu adalah Surga
(HR Turmudzy).
Maksudnya, bahwa surga adalah mahal, bukan barang murah. Maka kita harus berusaha
sekuat tenaga agar mendapatkannya.
Karena surga itu mahal. Orang yang tenang-tenang saja, yang merasa
aman-aman saja tanpa berusaha tentu tidak akan mendapatkannya.
Ibarat orang hendak pulang mudik Lebaran.
Ia sudah pesan tiket kereta api jauh-jauh hari, bahkan tiga bulan sebelum hari
pemberangkatan. Ia sudah siap siaga untuk menuju tempat tujuan di kampungnya.
Insya Allah ia akan sampai tujuan yaitu kampung halamannya. Ia tidak bersikap tenang-tenang saja.
Sebaliknya orang yang tenang-tenang saja,
beli tiket nanti saja menjelang hari keberangkatannya hendak pulang kampung, ia
pasti gagal mencapai tujuan.
Jangan
merasa aman dari perbuatan maksiat.
Kebanyakan orang tidak menaruh
syak-wasangka, atau curiga terhadap seseorang karena seseorang itu dilihatnya
(dipandangnya) sebagai orang baik. Belum
tentu. Dalam dunia kemiliteran ada ajaran : Tempat yang paling berbahaya adalah
tempat yang paling aman. Kenapa demikian ?
Umumnya orang merasa aman, sehingga orang lalai.
Di kalangan anak ABG (remaja) banyak anak-anak remaja yang melakukan
hubungan seksual di luar nikah dengan sesama temannya, ketika ditanya:
dimanakah mereka melakukan pertama kali ?, Maka mereka banyak yang menjawab: Di
rumah sendiri. Menurut mereka, tempat yang paling aman untuk melakukan hubungan
seksual dengan temannya adalah di rumah sendiri. Mereka tahu kapan orangtua mereka di luar
rumah, kapan orangtuanya pulang, dst. karena ada kegiatan bisnis atau
lainnya. Itulah tempat yang paling aman.
Demikian juga di sekolah-sekolah. Tempat
dimana dianggap yang paling aman bagi anak-anak, ternyata juga terjadi
kemaksiatan (kejahatan), terjadi kejahatan seksual. Maka boleh saja kita mempunyaia rasa Khauf (khawatir).
Dalam hidup di dunia ini tidak ada
seorangpun yang aman dari perbuatan dosa dan maksiat. Maka Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita do’a : Ya muqollibal qulub, tsabbit qolbi ‘ala
dinika (Wahai Allah Dzat yang
membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku selalu dalam agama-Mu).
Mengapa beliau mengajarkan demikian kepada
kita ? Karena tidak ada jaminan seseorang itu bisa baik terus-menerus. Dalam Surat Ali Imron ayat 8 Allah subhanahu wata’ala mengajarkan do’a kepada
kita :
سُوۡرَةُ آل عِمرَان
رَبَّنَا لَا تُزِغۡ
قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ
أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ (٨)
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri
petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau;
karena sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)".
Atas dasar Hadits dan ayat tersebut di
atas, tidak ada yang bisa memberikan jamainan kepada kita secara terus-menerus
bahwa hati kita akan selalu lurus.
Maka kita dianjurkan untuk selalu membaca doa sebagaimana tersebut dalam Hadits
dan ayat AlQur’an tersebut.
Ungkapan dari Abubakar as Siddiq rodhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : “Seandainya salah satu dari kakiku sudah
masuk surga, aku belum merasa aman sebelum kaki yang sebelah lagi juga masuk
surga”.
Itulah ungkapan rasa Khauf dari seorang sahabat Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam. Maka meskipun kita sudah setiap hari rajin
sholat, jangan lalu merasa aman. Boleh sesekali kita mengkoreksi bacaan-bacaan
kita dalam sholat, sudah benarkah ? Jangan-jangan masih ada yang kurang pas. Kalau perlu dichek lagi di hadapan seorang
ustadz atau siapapun yang ilmu agamanya lebih tinggi.
Dalam Hadits dari sahabat Ibnu ‘Abbas rodhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Janganlah (sekali-kali) seorang laki-laki
berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahromnya”.
Maksudnya, janganlah sering berdua-duaan
dengan perempuan lain yang bukan mahrom-nya, karena meskipun hanya sesekali,
tetapi lama-kelamaan akan timbul rasa saling tertarik. Meskipun dianggap tidak mengapa, aman-aman
saja, tidak akan terjadi hubungan hati, tetapi yang sering terjadi adalah kedua
orang itu tidak bisa menahan diri. Akhirnya terjadi perselingkuhan.
Dalam Hadits lain, dari
‘Uqbah bin ‘Amir berkata bahwa Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda
: “Hindarkanlah oleh kalian masuk (bercampur) dengan wanita (yang bukan
mahrom). Ada seorang sahabat yang bertanya:
“Bagaimana dengan saudara ipar?”.
Rasulullah saw menjawab : “Ipar adalah sebab kematian (malapetaka).
(Hadits Mutafaqun ‘Alaih).
Banyak orang merasa aman-aman saja dengan
saudara ipar. Padahal Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam mengatakan : Hati-hati, ipar adalah kematian.
Karena saudara ipar (adik atau kakak ipar)
bukan mahrom, maka berhati-hatilah dalam pergaulan antara mereka itu, agar
tidak tergelincir dalam malapetaka.
Dalam Hadits lain: Dari Ibnu Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu, Rasulullah sholallahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Surga itu dekat
sekali dengan seorang hamba, lebih dekat dengan tali sandalnya dan neraka-pun
demikian juga”.
Hadits tersebut merupakan peringatan untuk
kita dan arti kiasan bahwa seseorang itu dapat masuk surga dengan sangat
mudahnya dan dapat pula masuk neraka dengan sangat mudahnya.
Janganlah kita merasa aman saja dengan
orang yang dekat dengan kita. Bukan berarti kita harus mencurigai semua orang,
tetapi perasaan “hati-hati” harus tetap dijaga. Banyak diberitakan di mass-media, di TV-TV,
bahwa pelaku sebuah kejahatan adalah orang yang biasa sangat dekat dengan
korbannya. Ternyata yang berbuat jahat adalah temannya sendiri. Atau tetangganya sendiri. Maka jangan merasa
dengan orang yang dekat dengan kita, kejahatan itu kadang dari pihak yang tidak
disangka-sangka.
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dalam Kitab Al ‘Adabul Mufrod juga
oleh Imam Adz Dzahabi dimuat dalam Kitab
Al Kabair tentang dosa-dosa besar, yang disabdakan oleh Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam.
Bahwa di antara dosa-dosa besar adalah : Kejahatan yang dilakukan kepada tetangga.
Misalnya seseorang berbuat jahat kepada
orang lain adalah dosa, tetapi berbuat jahat kepada tetangga, dosanya jauh
lebih besar. Mengapa demikian ? Karena
umumnya orang merasa aman dengan tetangga. Bahkan sudah seperti saudara. Kalau
ternyata yang berbuat jahat adalah tetangga sendiri, maka yang berbuat jahat
itu dosanya berlipat-ganda.
Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam Hadits tersebut : “Seorang laki-laki berzina dengan sepuluh perempuan itu lebih ringan daripada seseorang berzina
dengan perempuan yang merupakan tetangganya sendiri. Seseorang mencuri di sepuluh rumah, lebih ringan daripada seseorang yang mencuri di
rumah tetangganya sendiri (HR Imam Bukhari).
.
Maknanya, berbuat kejahatan dengan
orang, adalah berdosa besar, tetapi jauh
lebih besar bila kejahatan itu dilakukan terhadap tetangganya sendiri. Karena
umumnya kita merasa aman dengan tetangganya sendiri. Misalnya seseorang hendak
keluar kota, beberapa hari, lalu rumah diserahkan kepada tetangganya karena
merasa aman dengan tetangganya. Ternyata
si tetangga itu berbuat jahat atas rumah yang ditinggal beberapa hari itu. Yang
demikian itu sangat menyakitkan hati si empunya rumah yang tetangganya sendiri,
yang dirasa (dikira) aman-aman saja.
Dalam AlQur’an ada 13 ayat di mana
disebutkan tentang kata “Baghtatan”
yang artinya tiba-tiba.
Bahwa musibah, kematian, bencana, Hari
Kiamat, dia datang secara tiba-tiba atau sekonyong-konyong, tidak di
sangka-sangka, karena orang merasa
aman-aman saja. Salah satunya
adalah Surat Yusuf ayat 107 Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
سُوۡرَةُ یُوسُف
أَفَأَمِنُوٓاْ أَن
تَأۡتِيَہُمۡ غَـٰشِيَةٌ۬ مِّنۡ عَذَابِ ٱللَّهِ أَوۡ تَأۡتِيَہُمُ ٱلسَّاعَةُ
بَغۡتَةً۬ وَهُمۡ لَا يَشۡعُرُونَ (١٠٧)
Apakah
mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau
kedatangan kiamat kepada mereka secara
mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya?
Atau Surat
Al Ambiyaa ayat 40 :
سُوۡرَةُ الاٴنبیَاء
بَلۡ تَأۡتِيهِم
بَغۡتَةً۬ فَتَبۡهَتُہُمۡ فَلَا يَسۡتَطِيعُونَ رَدَّهَا وَلَا هُمۡ يُنظَرُونَ (٤٠)
Sebenarnya
(azab) itu akan datang kepada mereka dengan sekonyong-konyong lalu membuat mereka menjadi panik, maka mereka
tidak sanggup menolaknya dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.
Bahwa musibah, bencana, Kiamat akan datang
dengan tiba-tiba dan orang tidak menyadarinya. Maka mudah-mudahan di bulan yang
mulia ini (Romadhon) kita jangan merasa aman-aman saja, karena mungkin
tiba-tiba akan mendapatkan musibah atau kerugian. Sikap waspada penting kita
miliki.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermnafaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
___________
No comments:
Post a Comment