PENGAJIAN DHUHA MASJID
BAITUSSALAM
Ethos Kerja Nabawi
Ustadz Salman Al Farisi
Jum’at, 28 Muharram 1436 H – 21 Nopember 2014
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala.
Banyak kesalahan yang terjadi pada cara
berfikir umat Islam Indonesia, misalnya
bahwa jalan satu-satunya menuju surga adalah banyak melakukan sholat seribu
rokaat, khatam membaca AlQur’an
berkali-kali, banyak bershodakoh, dst.
Hal itu tidak salah, tetapi kesalahannya adalah menganggap bahwa hanya
dengan amalan-amalan tersebut yang bisa membawa orang menuju surga.
Oleh karenanya, kali ini kita membahas tentang seperti apa ethos kerja Nabawi, yaitu akhlak kerja menurut
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.
Dalam Islam ada empat orang Khalifah
yang sangat terkenal, yaitu Abubakar as
Siddiq, Umar bin Khathab, ‘Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib, rodhiyallahu
‘anhum. Dan ke-empat orang tersebut dijamin oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam masuk
surga.
Tiga dari empat Kahlifah tersebut adalah
pengusaha yang handal pada zamannya. Yang seorang, yaitu Ali bin Abi Thalib rodhiyallahu ‘anhu adalah seorang
pekerja yang giat luar biasa. Tiga orang
Khalifah (Abubakar as Siddiq, Umar bin
Khathab dan ‘Utsman bin ‘Affan rodhiyallahu ‘anhum) masuk surga karena
mereka orang-orang terkaya di Mekkah ketika itu. Sedangkan Ali bin Abi Thalib ‘alaihissalam
dijamin masuk surga karena beliau adalah orang yang giat bekerja untuk menjaga
martabat keluarganya.
Keempat tokoh tersebut dijamin oleh
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
karena mereka adalah orang-orang yang punya semangat bekerja yang hebat.
Kemuliaan
bekerja dalam Islam.
Kadang kita merasa kehilangan waktu
untuk beribadah karena sibuk bekerja.
Lalu ada orang yang mengurangi
waktu-kerjanya, lebih banyak melakukan sholatnya, atau supaya banyak waktu
untuk membaca AlQur’an. Apakah seperti
itu yang diinginkan oleh Islam ?
Dalam Islam, bekerja adalah sama dengan Jihad fissabilillah, atau bahkan lebih dari itu. Seseorang keluar
dari rumah menuju tempat bekerja dengan niat
karena Allah, itu lebih baik
pahalanya daripada jihad fissabilillah atau
setidaknya sama dengan jihad
fissabilillah. Apalagi kata-kata “niat fissabilillah” zaman sekarang, kita
ragukan apa itu maknanya. Banyak orang memakai kata-kata tersebut tetapi benarkah
murni fissabilillah, politik, kekuasaan atau apa ?.
Oleh karena itu maka :
1.
Bekerja
lebih baik daripada jihad.
2.
Pekerja, mendapat keringanan dari Allah subhanahu wata’ala untuk sholat Tahajud
dengan rokaat lebih sedikit.
3.
Bekerja
dengan baik untuk keluarga akan mendapatkan ampunan dari Allah subhanahu wata’ala.
4.
Bekerja
adalah Sunnah para Nabi.
Semua itu ada dalilnya dalam AlQur’an. Bekerja adalah lebih baik dari pada
Jihad. Selama ini kita menganggap bahwa
jihad merupakan puncak tertinggi dalam ibadah.
Sehingga banyak teman-teman pemuda kita dari umat Islam yang tertipu
dengan ajaran-ajaran jihad zaman sekarang. Ajaran-ajaran jihad zaman sekarang
yang beredar ini tidak lebih dari sekedar politik dan kekuasaan.
Jarang pemuda Islam yang berjuang
seperti Muhammad Al Fatih II, atau Tariq bin Ziyad, atau Sholahuddin Al Ayyubi ketika merebut
Falistin dari kekuasaan orang kafir. Maka ketika mereka berjihad fissabillah diberi kemenangan oleh Allah subhanahu wata’ala. Saat ini ketika orang berjihad karena
politik dan kekuasaan, maka tidak pernah diberi kemenangan oleh Allah subhanahu wata’ala.
Bekerja
adalah lebih baik daripada berjihad fissabilillah.
Lihat Surat Al Muzammil ayat 20 Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
۞إِنَّ
رَبَّكَ يَعۡلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدۡنَىٰ مِن ثُلُثَيِ ٱلَّيۡلِ وَنِصۡفَهُۥ
وَثُلُثَهُۥ وَطَآئِفَةٞ مِّنَ ٱلَّذِينَ مَعَكَۚ وَٱللَّهُ يُقَدِّرُ ٱلَّيۡلَ
وَٱلنَّهَارَۚ عَلِمَ أَن لَّن تُحۡصُوهُ فَتَابَ عَلَيۡكُمۡۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا
تَيَسَّرَ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِۚ عَلِمَ أَن سَيَكُونُ مِنكُم مَّرۡضَىٰ وَءَاخَرُونَ
يَضۡرِبُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ يَبۡتَغُونَ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ وَءَاخَرُونَ
يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا تَيَسَّرَ مِنۡهُۚ
وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَقۡرِضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا
حَسَنٗاۚ وَمَا تُقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُم مِّنۡ خَيۡرٖ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ
هُوَ خَيۡرٗا وَأَعۡظَمَ أَجۡرٗاۚ وَٱسۡتَغۡفِرُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ
غَفُورٞ رَّحِيمُۢ ٢٠
20.
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang
dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian
pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan
ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat
menentukan batas-batas waktu-waktu itu. Maka Dia(Allah) memberi keringanan
kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara
kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah,
maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang,
tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan
kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya
di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.
dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Ayat tersebut menjelaskan antara lain
bahwa ada orang-orang yang oleh Allah diberi keringanan untuk tidak maksimal
dalam sholat Tahajud (malam hari), dan yang diberi keringanan adalah : Orang-orang
yang bekerja mencari sebahagian karunia Allah subhanahu wata’ala. (Orang-orang
yang bekerja).
Ayat tersebut membuktikan bahwa bekerja dengan baik dan halal itu lebih mulia daripada jihad fissabilillah. Ingat,
setiap saat malaikat Roqib dan ‘Atid selalu mencatat kebaikan anda
ketika anda bekerja.
Oleh karena itu, sejak sekarang sejak
berangkat dari rumah anda, niatkan anda bekerja karena Allah subhanahu wata’ala.
Dalam Hadits yang sangat terkenal : Inna
a’malu biniyat (sesungguhnya setiap perbuatan /pekerjaan itu tergantung
niatnya).
Maka Imam Syafi’i rohimullah mengatakan : Permasalahan agama ini tujuhpuluhlima persennya
adalah terletak pada inna a’malu
biniyat. Demikian beliau mengatakan dalam Kitab beliau Ar Risalah. Maksudnya tigaperempat dari ilmu agama ini diselesaikan
dengan Hadits tentang Inna a’malu
biniyat.
Khalifah
Umar bin Khathab
rodhiyallahu ‘anhu berkata berkaitan
dengan ayat 20 Surat Al Muzzammil tersebut :
Mati (meninggal) dalam perjalanan
usaha yang Allah ridhoi lebih aku sukai daripada mati dalam jihad fissabilillah.
Karena dalam ayat 20 Surat Al Muzzammil
Allah subhanahu wata’ala
mendahulu-kan pekerja dari pada orang yang berjihad
fissabilillah. Demikianlah kemuliaan
orang yang bekerja niat karena Allah
subhanahu wata’ala.
Kemuliaan selanjutnya orang yang bekerja, dalam
riwayat Hadits bahwa ada seorang sahabat di masa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam yang rajin
bekerja, kebun kormanya dikerjakan dengan baik, hasilnya dirawat dengan baik,
ternaknya dikelola dengan baik. Para
sahabat yang lain yang rajin beribadah di masjid, sholat sunnat semua
dikerjakan, Dhuha, Tahajud, dst. serta membaca AlQur’an dengan rajin, mereka mencibir
dan melecehkan kepada sahabat yang rajin bekerja itu.
Hal itu didengar oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda : “Wahai saudaraku, kalau ia berangkat bekerja dari rumahnya demi anak-anaknya
yang masih kecil, maka ia fissabilillah.
Kalau ia berangkat bekerja dengan
niat memberi nafkah kepada orangtuanya yang sudah tua, maka pahalanya sama
dengan fissabilillah. Atau bila ia
keluar rumahnya bekerja untuk menafkahi dirinya sendiri, menghindarkan dirinya dari meminta-minta, maka
ia sama dengan fissabilillah”.
Maka bila anda berangkat bekerja,
hendaknya tiga niat bisa anda
sertakan sebagaimana disebutkan dalam Hadits tersebut di atas. Paling tidak niat bekerja untuk menjaga kehormatan diri sendiri dan menafkahi
isteri serta anak-anak dengan harta yang halal.
Apalagi bila anda masih bersama kedua orangtua anda, maka ketiga-tiga
fissabilillah akan anda dapatkan.
Sementara para sahabat mendapatkan jihad
fissabilillah dengan ikut berperang Badar,
Perang Uhud, Perang Khandaq, dst. bertaruh
nyawa, tetapi kita sekarang, menurut Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, bila kita bekerja dengan tiga niat
seperti disebutkan di atas, maka kita
akan mendapatkan pahala fissabilillah.
Bekerja
akan mendapatkan ampunan dari Allah subhanahu
wata’ala.
Selama ini kita mendapatkan pelajaran
agama Islam dari para guru kita bahwa ampunan dari Allah akan kita dapatkan
apabila kita banyak Istighfar, berdzikir, banyak shodakoh, membaca AlQur’an,
Puasa, berhajji, dst, tetapi ternyata dalam Hadits shahih Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Barangsiapa
yang sore hari letih dan lelah karena bekerja yang Allah ridhoi maka Allah akan
mengampuni dosa-dosanya”.
Dalam Hadits lain, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Setiap laki-laki yang keluar rumahnya
untuk bekerja demi keluarganya, maka itu sama dengan seorang pahlawan yang bila
ia tidur di malam hari dan malaikat Roqib dan Atid akan bekerja menghapuskan
dosa-dosanya”. (Hadits diriwayatkan oleh Imam Al Iraqi, dho’if, tetapi bisa dibuat dasar
memotivasi bekerja).
Hadits ada tiga kategori : Shahih, Hasan dan Dho’if. Ketiganya bisa
dipakai sebagai dasar beribadah (motivasi ibadah). Tetapi bila perkara haram dan halal,
haditsnya harus shahih atau hasan. Hadits dho’if tidak boleh untuk dasar hukum perkara halal dan haram. Sedangkan
untuk motivasi bekerja, maka boleh dengan dasar Hadits dho’if. Ketika kita
tahu bahwa bekerja merupakan ampunan dosa, maka semakin giat dan rajin kita
bekerja.
Pekerja
keras mendapat keringanan untuk ber-Tahajud lebih sedikit.
Sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Muzzammil ayat 20 di atas :
“Allah
mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas
waktu-waktu itu maka Dia (Allah) memberikan
keringanan kepadamu, karena itu
bacalah apa yang mudah (bagimu) dari AlQur’an.
Dia (Allah) mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang
sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah dan orang-orang yang lain lagi yang
berperang dijalan Allah”.
Bekerja
adalah Sunnah para Nabi.
Maksudnya bahwa semua nabi adalah
bekerja, Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat Al Furqan ayat 20 :
وَمَآ
أَرۡسَلۡنَا قَبۡلَكَ مِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ إِلَّآ إِنَّهُمۡ لَيَأۡكُلُونَ ٱلطَّعَامَ
وَيَمۡشُونَ فِي ٱلۡأَسۡوَاقِۗ وَجَعَلۡنَا بَعۡضَكُمۡ لِبَعۡضٖ فِتۡنَةً
أَتَصۡبِرُونَۗ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرٗا ٢٠
Dan
Kami tidak mengutus Rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan
makanan dan berjalan di pasar-pasar. dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan
bagi sebahagian yang lain. maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu Maha
melihat.
Maksudnya, bahwa para Nabi-Nabi terdahulu
semua adalah pekerja. Menurut para ahli
Tafsir, bahwa Nabi Adam ‘alaihissalam
adalah petani, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah pedagang kain, Nabi
Nuh ‘alaihissalam dan Nabi
Zakariya ‘alaihissalam adalah tukang kayu, dst. masih banyak lagi. Dan Nabi
Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam
adalah pedagang yang jujur. Semua
Nabi-Nabi adalah bekerja mencari nafkah.
Kenapa zaman sekarang tidak ada pedagang
besar atau pengusaha yang muslim?
Karena memang umat Islam selalu di dorong
untuk ibadah di masjid, dimotivasi untuk sholat Dhuha, Tahajud, dst. Semua didorong untuk ber-Amal-sholih.
Amal-sholih, artinya berbuat baik. Padahal makna sebenarnya Amal-Sholih adalah bekerja.
Maka yang benar dalam menerjemahkan Surat Al ‘Ashr adalah :
وَٱلۡعَصۡرِ
١ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ
وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣
1. Demi masa.
2.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3.
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.
Yang lebih pas ayat 3 adalah : Kecuali orang yang beriman dan
bekerja dengan baik. - Artinya
harus seimbang : Beriman dan bekerja .
Karena penerjemahannya keliru, tidak
seimbang, maka umat Islam kerjanya hanya di masjid, do’a, wirid saja yang ddiperbanyak..
Yang mengerjakan pertanian, perdagangan,
ekonomi semua bukan orang Islam. Termasuk yang kerja politik, kerja media,
kerja intertainment, sampai-sampai yang menguasai semua bidang yang
penting-penting bukan orang Islam. Padahal seharusnya kalau kita mengikuti para
Nabi dan juga para sahabat Nabi, semua adalah pekerja keras, pengusaha,
pedagang dan menguasai ekonomi.
Itulah akibat cara menerjemahkan kata “amal-sholih” dengan pemahaman yang
keliru. Padahal seharusnya “amal-sholih”
diterjemahkan : bekerja keras, baik dan ungguh-sungguh.
Sedangkan para sahabat Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam semuanya
adalah para pekerja dan pengusaha yang handal.
Tetapi mereka juga punya hubungan yang sangat dekat dengan Allah subhanahu wata’ala. Dan generasi ketika itu adalah generasi
yang sangat baik dan terbaik. Maka masa itu disebut sebagai Masa Keemasan Islam. Generasi yang
sangat luar biasa.
Semua yang tersebut di atas adalah
pelajaran bagi kita. Yang perlu
dipertanyakan :
1. Pekerjaan apa yang
harus kita lakasanakan saat ini ?
2. Bagaimana
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
mengarahkan kita ?
3. Bagaimana cara
memilih pekerjaan ?
4. Bagaimana adab dan
akhlak seorang owner, atau seorang
CEO dari salah satu perusahaan ?
Bagaimana Ethos kerja seorang pekerja kepada CEO atau managemen ?
Semua itu ada dalam AlQur’an dan As Sunnah. Insya Allah akan disampaikan pada pertemuan
yang akan datang.
Tanya-Jawab.
Pertanyaan:
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa
menurut AlQur’an dan Hadits, yang diwajibkan bekerja adalah orang laki-laki. Di
zaman sekarang banyak orang-orang perempuan yang bekerja mencari nafkah, atau
untuk membantu (menambah) penghasilan suami. Bagaimana hukumnya ?
Jawaban
:
Bila ditanyakan bagaimana kalau seorang
perempuan bekerja ? Jawabannya : Bisa
ya, bisa tidak. Khadijah rodhiyallahu ‘anhu ketika
itu adalah seorang perempuan pengusaha/pedagang yang kaya di Mekkah.
Seandainya tidak dibantu oleh Khadijah rodhiyallahu ‘anha, dakwah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam tidak bisa
se-sukses seperti ketika itu. Tetapi
hebatnya, ketika beliau sudah menjadi isteri Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, bisnis Khadijah dikendalikan dari
rumah. Yang keluar berusaha di luar rumah adalah suami beliau, yaitu Nabi
Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam.
Maka kalau ada wanita zaman sekarang
sebagai pedagang atau pengusaha, tirulah konsep Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.
Kalau seorang wanita bekerja dan suaminya
pengusaha, lebih baik ia bekerja pada suami jangan pada lain. Tetapi bila suami bekerja (pekerja), maka
sebaiknya isteri tidak bekerja, tetapi mengurus rumahtangganya dengan baik.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA
WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
_______________
Assalamualaikum..
ReplyDeleteSalam ukhuwah..
Ini kalau tidak salah sama materinya dengan yg di Rasil hari jumat 29/1/2016 by ust salman alfarizi, sepertinya sama ya.
Menarik dan inspiratif..
Trims
mas pryanto (powerdoa.blogspot.com)