Translate

Thursday, December 11, 2014

Ethos Kerja Nabawi, oleh : Ustadz Salman Al Farisi



 PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

 Ethos Kerja Nabawi
 Ustadz Salman Al Farisi

 Jum’at,  28 Muharram 1436 H – 21 Nopember 2014

 Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala.
Banyak kesalahan yang terjadi pada cara berfikir umat Islam Indonesia,  misalnya bahwa jalan satu-satunya menuju surga adalah banyak melakukan sholat seribu rokaat,  khatam membaca AlQur’an berkali-kali, banyak bershodakoh, dst.  Hal itu tidak salah, tetapi kesalahannya adalah menganggap bahwa hanya dengan amalan-amalan tersebut yang bisa membawa orang menuju surga.

Oleh karenanya,  kali ini kita membahas tentang seperti apa ethos kerja Nabawi, yaitu akhlak kerja menurut Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.
Dalam Islam ada empat orang Khalifah yang sangat terkenal, yaitu Abubakar as Siddiq, Umar bin Khathab, ‘Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib, rodhiyallahu ‘anhum. Dan ke-empat orang tersebut dijamin oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam masuk surga.

Tiga dari empat Kahlifah tersebut adalah pengusaha yang handal pada zamannya. Yang seorang, yaitu Ali bin Abi Thalib rodhiyallahu ‘anhu adalah seorang pekerja yang giat luar biasa.  Tiga orang Khalifah (Abubakar as Siddiq, Umar bin Khathab dan ‘Utsman bin ‘Affan rodhiyallahu ‘anhum) masuk surga karena mereka orang-orang terkaya di Mekkah ketika itu. Sedangkan Ali bin Abi Thalibalaihissalam dijamin masuk surga karena beliau adalah orang yang giat bekerja untuk menjaga martabat keluarganya.

Keempat tokoh tersebut dijamin oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam karena mereka adalah orang-orang yang punya semangat bekerja yang hebat.

Kemuliaan bekerja dalam Islam.
Kadang kita merasa kehilangan waktu untuk beribadah karena sibuk bekerja.
Lalu ada orang yang mengurangi waktu-kerjanya, lebih banyak melakukan sholatnya, atau supaya banyak waktu untuk membaca AlQur’an.  Apakah seperti itu yang diinginkan oleh Islam ?

Dalam Islam, bekerja adalah  sama dengan Jihad fissabilillah, atau bahkan lebih dari itu. Seseorang keluar dari rumah menuju tempat bekerja dengan niat karena Allah, itu lebih baik pahalanya daripada jihad fissabilillah atau setidaknya sama dengan jihad fissabilillah.  Apalagi kata-kata “niat fissabilillah” zaman sekarang, kita ragukan apa itu maknanya. Banyak orang memakai kata-kata tersebut tetapi benarkah murni fissabilillah, politik, kekuasaan atau apa ?.

Oleh karena itu maka :
1.     Bekerja lebih baik daripada jihad. 
2.     Pekerja,  mendapat keringanan dari Allah subhanahu wata’ala untuk sholat Tahajud dengan rokaat lebih sedikit.
3.     Bekerja dengan baik untuk keluarga akan mendapatkan ampunan dari Allah subhanahu wata’ala.
4.     Bekerja adalah Sunnah para Nabi.

Semua itu ada dalilnya dalam AlQur’an.  Bekerja adalah lebih baik dari pada Jihad.  Selama ini kita menganggap bahwa jihad merupakan puncak tertinggi dalam ibadah.  Sehingga banyak teman-teman pemuda kita dari umat Islam yang tertipu dengan ajaran-ajaran jihad zaman sekarang. Ajaran-ajaran jihad zaman sekarang yang beredar ini tidak lebih dari sekedar politik dan kekuasaan. 

Jarang pemuda Islam yang berjuang seperti Muhammad Al Fatih II, atau Tariq bin Ziyad, atau Sholahuddin Al Ayyubi ketika merebut Falistin dari kekuasaan orang kafir. Maka ketika mereka berjihad fissabillah diberi kemenangan oleh Allah subhanahu wata’ala.   Saat ini ketika orang berjihad karena politik dan kekuasaan, maka tidak pernah diberi kemenangan oleh Allah subhanahu wata’ala.





Bekerja adalah lebih baik daripada berjihad fissabilillah. 
Lihat Surat Al Muzammil ayat 20 Allah subhanahu wata’ala berfirman :

۞إِنَّ رَبَّكَ يَعۡلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدۡنَىٰ مِن ثُلُثَيِ ٱلَّيۡلِ وَنِصۡفَهُۥ وَثُلُثَهُۥ وَطَآئِفَةٞ مِّنَ ٱلَّذِينَ مَعَكَۚ وَٱللَّهُ يُقَدِّرُ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَۚ عَلِمَ أَن لَّن تُحۡصُوهُ فَتَابَ عَلَيۡكُمۡۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا تَيَسَّرَ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِۚ عَلِمَ أَن سَيَكُونُ مِنكُم مَّرۡضَىٰ وَءَاخَرُونَ يَضۡرِبُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ يَبۡتَغُونَ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ وَءَاخَرُونَ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا تَيَسَّرَ مِنۡهُۚ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَقۡرِضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنٗاۚ وَمَا تُقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُم مِّنۡ خَيۡرٖ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ هُوَ خَيۡرٗا وَأَعۡظَمَ أَجۡرٗاۚ وَٱسۡتَغۡفِرُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمُۢ ٢٠

20. Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu. Maka Dia(Allah) memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ayat tersebut menjelaskan antara lain bahwa ada orang-orang yang oleh Allah diberi keringanan untuk tidak maksimal dalam sholat Tahajud (malam hari), dan yang diberi keringanan adalah :  Orang-orang yang bekerja mencari sebahagian karunia Allah subhanahu wata’ala. (Orang-orang yang bekerja).

Ayat tersebut membuktikan  bahwa bekerja dengan baik dan halal itu lebih mulia daripada jihad fissabilillah. Ingat, setiap saat malaikat Roqib dan ‘Atid selalu mencatat kebaikan anda ketika anda bekerja.
Oleh karena itu, sejak sekarang sejak berangkat dari rumah anda, niatkan anda bekerja karena Allah subhanahu wata’ala.
Dalam Hadits yang sangat terkenal : Inna a’malu biniyat (sesungguhnya setiap perbuatan /pekerjaan itu tergantung niatnya).

Maka Imam Syafi’i rohimullah mengatakan : Permasalahan agama ini tujuhpuluhlima persennya adalah terletak pada inna a’malu biniyat. Demikian beliau mengatakan dalam Kitab beliau Ar Risalah.  Maksudnya  tigaperempat dari ilmu agama ini diselesaikan dengan Hadits tentang Inna a’malu biniyat.

Khalifah Umar bin Khathab rodhiyallahu ‘anhu berkata berkaitan dengan ayat 20 Surat Al Muzzammil tersebut :  Mati (meninggal) dalam perjalanan usaha yang Allah ridhoi lebih aku sukai daripada mati dalam jihad fissabilillah.
Karena dalam ayat 20 Surat Al Muzzammil Allah subhanahu wata’ala mendahulu-kan pekerja dari pada orang yang berjihad fissabilillah.  Demikianlah kemuliaan orang yang bekerja niat karena Allah subhanahu wata’ala.

Kemuliaan selanjutnya orang yang bekerja, dalam riwayat Hadits bahwa ada seorang sahabat di masa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam yang rajin bekerja, kebun kormanya dikerjakan dengan baik, hasilnya dirawat dengan baik, ternaknya dikelola dengan baik.  Para sahabat yang lain yang rajin beribadah di masjid, sholat sunnat semua dikerjakan, Dhuha, Tahajud, dst. serta membaca AlQur’an dengan rajin, mereka mencibir dan melecehkan kepada sahabat yang rajin bekerja itu.

Hal itu didengar oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam,  beliau bersabda : “Wahai saudaraku, kalau ia berangkat bekerja dari rumahnya demi anak-anaknya yang masih kecil, maka ia fissabilillah.   Kalau ia berangkat bekerja  dengan niat memberi nafkah kepada orangtuanya yang sudah tua, maka pahalanya sama dengan fissabilillah.  Atau bila ia keluar rumahnya bekerja untuk menafkahi dirinya sendiri,  menghindarkan dirinya dari meminta-minta, maka ia sama dengan fissabilillah”.

Maka bila anda berangkat bekerja, hendaknya tiga niat bisa anda sertakan sebagaimana disebutkan dalam Hadits tersebut di atas.  Paling tidak niat bekerja untuk  menjaga kehormatan diri sendiri dan menafkahi isteri serta anak-anak dengan harta yang halal.  Apalagi bila anda masih bersama kedua orangtua anda, maka ketiga-tiga fissabilillah akan anda dapatkan.

Sementara para sahabat mendapatkan jihad fissabilillah dengan ikut berperang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, dst. bertaruh nyawa, tetapi kita sekarang, menurut Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, bila kita bekerja dengan tiga niat seperti disebutkan di atas,  maka kita akan mendapatkan pahala fissabilillah.

Bekerja akan mendapatkan ampunan dari Allah subhanahu wata’ala.
Selama ini kita mendapatkan pelajaran agama Islam dari para guru kita bahwa ampunan dari Allah akan kita dapatkan apabila kita banyak Istighfar, berdzikir, banyak shodakoh, membaca AlQur’an, Puasa, berhajji, dst, tetapi ternyata dalam Hadits shahih Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
Barangsiapa yang sore hari letih dan lelah karena bekerja yang Allah ridhoi maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya”.   

Dalam Hadits lain, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Setiap laki-laki yang keluar rumahnya untuk bekerja demi keluarganya, maka itu sama dengan seorang pahlawan yang bila ia tidur di malam hari dan malaikat Roqib dan Atid akan bekerja menghapuskan dosa-dosanya”. (Hadits diriwayatkan oleh Imam Al Iraqi, dho’if, tetapi bisa dibuat dasar memotivasi bekerja).

Hadits ada tiga kategori : Shahih, Hasan dan Dho’if.  Ketiganya bisa dipakai sebagai dasar beribadah (motivasi ibadah).  Tetapi bila perkara haram dan halal, haditsnya harus shahih atau hasan. Hadits dho’if tidak boleh untuk dasar hukum perkara halal dan haram. Sedangkan untuk motivasi bekerja, maka boleh dengan dasar Hadits dho’if.   Ketika kita tahu bahwa bekerja merupakan ampunan dosa, maka semakin giat dan rajin kita bekerja.

Pekerja keras mendapat keringanan untuk ber-Tahajud lebih sedikit.
Sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Muzzammil ayat 20 di atas :
Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu maka Dia (Allah) memberikan keringanan kepadamu, karena  itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari AlQur’an.   Dia (Allah) mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit  dan orang-orang yang berjalan di muka bumi  mencari sebagian karunia Allah  dan orang-orang yang lain lagi yang berperang dijalan Allah”.

Bekerja adalah Sunnah para Nabi.
Maksudnya bahwa semua nabi adalah bekerja,  Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat Al Furqan ayat 20 :

 وَمَآ أَرۡسَلۡنَا قَبۡلَكَ مِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ إِلَّآ إِنَّهُمۡ لَيَأۡكُلُونَ ٱلطَّعَامَ وَيَمۡشُونَ فِي ٱلۡأَسۡوَاقِۗ وَجَعَلۡنَا بَعۡضَكُمۡ لِبَعۡضٖ فِتۡنَةً أَتَصۡبِرُونَۗ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرٗا ٢٠

Dan Kami tidak mengutus Rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu Maha melihat.

Maksudnya, bahwa para Nabi-Nabi terdahulu semua adalah pekerja.  Menurut para ahli Tafsir, bahwa Nabi Adam ‘alaihissalam adalah petani,  Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah pedagang kain, Nabi Nuh ‘alaihissalam dan Nabi Zakariya  alaihissalam adalah tukang kayu, dst. masih banyak lagi. Dan Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam adalah pedagang yang jujur.   Semua Nabi-Nabi adalah bekerja mencari nafkah.

Kenapa zaman sekarang tidak ada pedagang besar atau pengusaha yang muslim?
Karena memang umat Islam selalu di dorong untuk ibadah di masjid, dimotivasi untuk sholat Dhuha, Tahajud, dst.  Semua didorong untuk ber-Amal-sholih.
Amal-sholih, artinya berbuat baik.   Padahal makna sebenarnya Amal-Sholih adalah bekerja.   

Maka yang benar dalam menerjemahkan Surat Al ‘Ashr  adalah :

وَٱلۡعَصۡرِ ١  إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢  إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Yang lebih pas ayat  3 adalah : Kecuali orang yang beriman dan bekerja dengan baik. -  Artinya harus seimbang : Beriman dan bekerja .
Karena penerjemahannya keliru, tidak seimbang, maka umat Islam kerjanya hanya di masjid,  do’a, wirid saja yang ddiperbanyak.. 
Yang mengerjakan pertanian, perdagangan, ekonomi semua bukan orang Islam. Termasuk yang kerja politik, kerja media, kerja intertainment, sampai-sampai yang menguasai semua bidang yang penting-penting bukan orang Islam.   Padahal seharusnya kalau kita mengikuti para Nabi dan juga para sahabat Nabi, semua adalah pekerja keras, pengusaha, pedagang dan menguasai ekonomi.

Itulah akibat cara menerjemahkan kata “amal-sholih” dengan pemahaman yang keliru. Padahal seharusnya “amal-sholih” diterjemahkan :  bekerja keras, baik dan ungguh-sungguh.

Sedangkan para sahabat Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam semuanya adalah para pekerja dan pengusaha yang handal.  Tetapi mereka juga punya hubungan yang sangat dekat dengan Allah subhanahu wata’ala.  Dan generasi ketika itu adalah generasi yang  sangat baik dan terbaik.   Maka masa itu disebut sebagai Masa Keemasan Islam. Generasi yang sangat luar biasa.

Semua yang tersebut di atas adalah pelajaran bagi kita.  Yang perlu dipertanyakan : 
1.     Pekerjaan apa yang harus kita lakasanakan saat ini ?
2.     Bagaimana Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mengarahkan kita ?
3.     Bagaimana cara memilih pekerjaan ?
4.     Bagaimana adab dan akhlak seorang owner, atau seorang CEO  dari salah satu perusahaan ? Bagaimana Ethos kerja seorang pekerja kepada CEO atau managemen ?

Semua itu ada dalam AlQur’an dan As Sunnah. Insya Allah akan disampaikan pada pertemuan yang akan datang.

Tanya-Jawab.

Pertanyaan:
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa menurut AlQur’an dan Hadits, yang diwajibkan bekerja adalah orang laki-laki. Di zaman sekarang banyak orang-orang perempuan yang bekerja mencari nafkah, atau untuk membantu (menambah) penghasilan suami. Bagaimana hukumnya ?

Jawaban :
Bila ditanyakan bagaimana kalau seorang perempuan bekerja ?  Jawabannya : Bisa ya, bisa tidak.   Khadijah rodhiyallahu ‘anhu ketika itu adalah seorang perempuan pengusaha/pedagang yang kaya di Mekkah.
Seandainya tidak dibantu oleh Khadijah rodhiyallahu ‘anha, dakwah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam tidak bisa se-sukses seperti ketika itu.   Tetapi hebatnya, ketika beliau sudah menjadi isteri Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, bisnis Khadijah dikendalikan dari rumah. Yang keluar berusaha di luar rumah adalah suami beliau, yaitu Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam.

Maka kalau ada wanita zaman sekarang sebagai pedagang atau pengusaha, tirulah konsep Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.
Kalau seorang wanita bekerja dan suaminya pengusaha, lebih baik ia bekerja pada suami jangan pada lain.  Tetapi bila suami bekerja (pekerja), maka sebaiknya isteri tidak bekerja, tetapi mengurus rumahtangganya dengan baik.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                         _______________

1 comment:

  1. Assalamualaikum..
    Salam ukhuwah..
    Ini kalau tidak salah sama materinya dengan yg di Rasil hari jumat 29/1/2016 by ust salman alfarizi, sepertinya sama ya.
    Menarik dan inspiratif..
    Trims
    mas pryanto (powerdoa.blogspot.com)

    ReplyDelete