Translate

Thursday, December 11, 2014

Hidup Lillah Saat Bekerja, oleh : Dr. Hendri Tanjung, Ph.D.



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

Hidup Lillah Saat Bekerja
Dr. Hendri Tanjung, Ph.D.

Jum’at,  21 Muharram 1436 H – 14 Nopember 2014


Assalamu’alaikum wr.wb.

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Bahasan kali ini adalah tentang Hidup Lillah Saat Bekerja.  Dasarnya adalah Firman Allah subhanahu wata’ala dalam AlQur’an Surat Al An’am ayat 162 :

قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢


Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Ayat tersebut selalu kita ucapkan dalam setiap  kita sholat. Maknanya, seluruh kegiatan hidup kita semata-mata hanya untuk Allah subhanahu wata’ala.
Minimal kita umat Islam melakukan sholat (sembahyang) adalah lima kali sehari-semalam.  Belum lagi ditambah sholat-sholat sunnat (sholat Tahajud, Sholat Dhuha dan sholat-sholat  lainnya) akan lebih dari lima kali.  

Setiap kita melakukan sholat, sesudah Takbirotul Ihram lalu membaca do’a Iftitah, maka kita selalu mengucapkan ayat tersebut di atas . “Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.

Itulah ikrar yang terdalam seorang hamba Allah subhanhu wata’ala, bahwa sholatnya hanyalah untuk Allah bukan yang lain, bukan karena yang lain-lain. Maka sholatnya harus yang terbaik, karena dipersembahkan kepada Allah subhanahu wata’ala.

Bekerja adalah ibadah bila niatnya untuk ibadah. Maka adalam AlQur’an Surat Al baqarah ayat 30, disebutkan bahwa ketika Allah subhanahu wata’ala memberitahukan kepada Malaikat bahwa akan diciptakan manusia (Adam) untuk mendiami bumi, Malaikat menolak.  Karena menurut Malaikat manusia kerjanya di bumi hanya akan merusak bumi dan akan saling menumpahkan darah  (saling membunuh) saja.

Lihat AlQur’an Surat Al Baqarah ayat 30 :

وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ٣٠

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Tetapi Allah subhanahu wata’ala berfirman : “Sesungguhnya Aku lebih tahu dari yang kamu tidak ketahui”, dimana ada  rahasia, ada sesuatu yang Allah inginkan dari diciptakannya manusia.

Kalau boleh kita cermati, seratus tahun lalu kita berada di mana ? Ruh kita di mana kita tidak mengetahuinya. Dan nanti seratus tahun lagi kita berada di mana ? Ruh kita berada di mana, Wallahu a’lam. Hanya Allah yang Maha mengetahui.
Sekarang kita ada di dunia.  Apakah ini kebetulan ? Ataukah ini ciptaan permainan Allah sehingga kita berada sampai hari ini di dunia ? Ataukah ini memang kehendak Allah subhanahu wata’ala ?

Sholat (beribadah) untuk Allah subhanahu wata’ala.
Dalam AlQur’an Allah berfirman bahwa kita manusia ini diciptakan untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala.

Lihat Surat Ad Dzariyat ayat 56 :

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦

Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Itulah, pernyataaan dari Allah subhanahu wata’ala, bahwa manusia diciptakan untuk menyembah Allah, sholat, beribadah, memakmurkan bumi.

Hidupku untuk Allah subhanahu wata’ala.
Bagaimana hidup kita dalam 24 jam sehari ? Adalah untuk bekerja, dan beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala.

Matiku untuk Allah subhanahu wata’ala.
Mati untuk Allah artinya berjihad. Perlu kita pahami bahwa Jihad dalam konteks yang lain adalah berjuang dengan sungguh-sungguh menegakkan agama Allah dengan sebaik-baiknya. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an : Barangsiapa yang bersungguh-sungguh (berjihad) pada jalan Kami, maka Kami tunjukkan jalan-jalan Kami.

Perjuangan adalah mutlak, kita harus selalu bergerak, karena bergerak akan membawa keberkahan.  Sebagaimana Islam mengajarkan kita untuk terus bergerak. Ada pergerakan di alam ini yang selalu bergerak, tidak pernah berhenti walau sedetik.  Itulah gerakan “Thawaf di Ka’bah”.  Simbol bahwa ajaran Islam selalu bergerak tidak ada henti, itulah Jihad.
 
Ibarat air mengalir, yang selalu bergerak, ia suci dan men-sucikan. Tetapi kalau air itu diam, tidak mengalir, maka ia akan menjadi sarang nyamuk, sarang penyakit. Umat Islam harus seperti air mengalir, sehingga dia suci dan men-sucikan.
Itulah makna Jihad, selalu bergerak.  Ketika kita mati dalam keadaan demikian itu, maka mati kita untuk Allah subhanahu wata’ala.

Inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil ‘alamin – Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku untuk Allah Tuhan semesta alam.

Itulah ikrar setiap kita melakukan sholat. Makna ikrar tersebut paling tidak ada enam :

1.     Bekerja Idkon (tepat sasaran, terarah, jelas dan tuntas).
2.     Bekerja Ihsan
3.     Bekerja benar
4.     Bekerja yang bermanfaat,
5.     Bekerja Rapih,
6.     Bekerja Well Manage.

Bekerja Idqon,.
Dari Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ath Thabrani, bahwa Rasulullah bersabda : Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika bekerja apapun pekerjaan itu yang penting baik, dikerjakan secara Idqon.
Idqon artinya : Tepat, terarah, jelas dan tuntas.

Tepat sasaran dan terarah ke mana visi kita bekerja. Semua perusahaan punya visi dan misi, kemana tujuannya. Jelas pekerjaannya,  job-diskribsion-nya jelas supaya tidak menabrak pekerjaan orang lain. Tuntas, artinya tidak setengah-setengah. Fokus dengan apa yang kita kerjakan.

Bekerja Ihsan.
Dari Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ya’la, bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya Allah mewajibkan manusia untuk bekerja dengan baik dalam segala sesuatu.

Maksudnya, kalau sekarang bisa bekerja baik, maka untuk esok hari harus lebih lagi.   Kalau kita bekerja dengan Ihsan, maka kita harus melakukan evaluasi (penilaian), apa yang sudah berhasil, apa yang kurang dan esoknya harus kita penuhi kekurangannya itu.  Evaluasi harus dilakukan setiap hari, bukan evaluasi mingguan, bulanan atau tahunan seperti perusahaan. 
Bagaimana agar esok hari bisa lebih baik.

Itulah amalan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam beliau selalu melakukan Muhasabah (penilaian diri)  ketika hendak tidur :  Ya Allah, apa yang sudah aku lakukan untuk amal-amalku ? Apa yang harus aku lakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan amal-amalku esok hari ?
Maka perlu sesorang mempunyai buku catatan harian (Diary) untuk muhasabah kecil-kecilan.

 

Bekerja (dengan) benar. 
Hadits riwayat Imam Thirmidzy dan Imam An Nasa’i, bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam satu Hadits yang panjang : “Tinggalkan olehmu perbuatan yang meragukan,  ambillah yang tidak meragukan”.

Selanjutnya dalam Hadits tersebut beliau bersabda :  “Sesungguhnya bekerja benar akan membawa kepada ketenangan dan dusta akan membawa kegelisahan”. 

Maknanya, bila orang bekerja dengan benar,  jujur, tidak dusta (bohong) akan membawa kepada ketenangan.  Selama hidupnya akan tenang.   Konteks-nya adalah dengan seseorang menerima sesuatu rezki yang meragukan, haram atau halal. Bila itu ditinggalkan, untuk menghindari yang sub-hat, maka ia sudah melakukan kebenar-an. Ia bersikap benar.

Zaman sekarang banyak sekali kasus Gratifikasi (hadiah, suap) yang diterima oleh pejabat.  Mula-mula ragu untuk menerimanaya, tetapi lama-lama terbiasa dan diterima.   Akhirnya berurusan dengan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Hidupnya menjadi gelisah, tidak tenang, masuk penjara dan  malu dengan semua orang.  Dan itu dosa besar.  Hanya karena gratifikasi.

Maka bila kita ragu-ragu dengan sesuatu, hendaknya segera tinggalkan.  Kita memilih yang benar dalam hal rezki, maka kita akan aman dan tenang di dunia dan Akhirat.  Hidup Lillah (ikhlas karena Allah) akan membawa kebahagiaan,  jika kita bekerja benar.

Memang persoalannya tidak sederhana. Di zaman serba materialistis ini syaithan tidak tinggal diam, selalu menggoda, bekerja terus-menerus seperti air mengalir, berusaha menggelincirkan  manusia. Syaithan selalu menggoda dari kiri-kanan-depan dan belakang manusia. Bila kita tidak benar-benar beriman dan selalu ingat kepada Allah subhanahu wata’ala, kita akan terjerumus dengan bujukan syaithan.

Syaithan menggoda kita dari depan, yaitu dengan iming-iming bahwa dunia adalah segalanya.   Dari belakang, syaithan membuat kita lupa kepada Akhirat tempat kita kembali. Dari kanan, syaithan menghalangi kita untuk berbuat yang baik dan benar.  Dari kiri, syaithan menggoda kita untuk berbuat yang buruk-buruk, maksiat, dst.
Maka perlu kita membentengi diri dengan banyak Dzikir (ingat kepada Allah subhanahu wata’ala) setiap saat.

Bekerja yang bermanfaat.
Hadits riwayat Imam Thirmidzy bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Di antara baik dan indahnya ke-Islaman seseorang adalah ia meninggalkan semua perbuatan yang tidak ada manfaatnya”.

Misalnya:  ghibah (ngerumpi, gossip) adalah pekerjaan buruk dan tidak ada manfaatnya.  Seseorang membicarakan perilaku (keburukan) orang lain. 
Dan sekarang acara-acara di TV isinya adalah Infotainment (ghibah, gossip) yang semuanya adalah  keburukan, sampah semua, sama sekali tidak ada manfaatnya.

Bekerja Rapih.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surat Ash Shof ayat 4 :

إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِهِۦ صَفّٗا كَأَنَّهُم بُنۡيَٰنٞ مَّرۡصُوصٞ ٤

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur rapih, seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

Juga ayat tersebut dicerminkan dalam sholat berjamaah,  shof harus rapih, lurus, rapat dan teratur. Maksudnya, bahwa Islam mengajarkan kepada umatnya untuk bekerja secara teratur, rapih dan kuat, saling bekerja-sama, bahu-membahu dengan sesama teman sekerja.  Bukan saling menjatuhkan, (sikut-menyikut).  Aib kawan harus ditutupi, jangan disebar-sebarkan di luar.  Demikian pula kesalahan atasan kita juga harus disimpan, ditutup rapat, jangan disebar-luaskan. Apalagi teman sesama muslim.

Itulah adab dalam bekerja.  Kalau kita ikuti ayat tersebut, ibarat bangunan tidak terdiri satu unsur  saja, melainkan banyak unsur. Seperti pasir, semen, batu kali, kayu, dst. Semuanya bersatu saling mengikat saling menguatkan dan tidak ada yang merasa lebih penting dari yang lain.

Banyak terjadi di kantor-kantor yang terjadi keretakan, ketidak-beresan, kerugian dan kebangkrutan karena masing-masing unsur (bagian) merasa lebih penting dari yang lain. Satu divisi merasa lebih peting dari divisi yang lain. Padahal yang benar adalah satu-sama-lain saling menguatkan dan saling bekerja sama secara harmonis dan terpadu.  Itulah semangat bekerja yang memunculkan barisan yang rapih dan kokoh.

Bekerja Well Manage,
Maksudnya bekerja dengan organisasi yang teratur dan rapih. Bekerja dengan manajemen dan peng-oganisasian yang  baik dan benar (professional), akan menghasilkan hasil yang menggembirakan dan sukses mencapai tujuan.

Khalifah Ali  bin Abu Thalib rodhiyallahu ‘anhu berkata :  Kebenaran yang tidak dikelola dengan rapih (baik) bisa dikalahkan oleh kebatilan yang ter-organisir dengan baik”.

Marilah kita sama-sama mengamalkan ke-enam perkara sebagai konsekuensi ikrar dalam sholat kita, yaitu bekerja dengan Lillahi Ta’ala, bekerja diniatkan sebagai ibadah untuk Allah subhanahu wata’ala.

Disarankan agar ketika hendak memulai ibadah dalam hati ada komunikasi dengan Allah suhanahu wataa’ala.  Ketika hendak sholat niatkan dalam hati : Ya Allah semoga dengan sholatku ini, Engkau sayang kepadaku.
Ketika hendak ber-infak, katakan dalam hati  sebagaimana kalimat tersebut di atas. Selalu-lah berkomunikasi dengan Allah subhanahu wata’ala. 

Dalam Surat At Taubah ayat 71 Allah subhanahu wata’ala berfirman :

وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ سَيَرۡحَمُهُمُ ٱللَّهُۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ ٧١

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Atas dasar ayat tersebut, maka orang yang masuk surga adalah orang yang telah diberikan rahmat oleh Allah subhanahu wata’ala. Tidak mudah untuk mendapatkan rahmat tersebut.
Untuk mendapatkan rahmat, orang harus saling tolong-menolong dalam kebaikan, mengajak orang untuk mengerjakan yang ma’ruf, mencegah kemungkaran, mendirikan sholat, membayar zakat dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Misalnya dalam AlQur’an Allah subhanahu wata’ala memerintahkan untuk meninggalkan Riba.  Sudah bisakah hari ini kita meninggalkan Riba ?. Dalam keseharian kita ber-bisnis, tidak terlepas dari perbankan yang mengandung riba. 
Namun demikian marilah secara sedikit demi sedikit kita berusaha untuk meninggalkan Riba.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                       _______________

1 comment:

  1. afwan, boleh ikut share kajian di ataskah? kajiany sangat teriuh di hati, terimaksih

    ReplyDelete