Translate

Friday, May 15, 2015

Sifat Ar Rahman (lanjutan ke 2), oleh ustadz Hendri Tanjung, Ph.D.



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
                           
 Sifat Ar Rahman (lanjutan ke 2)
 Hendri Tanjung, Ph.D.

Jum’at,  19 Rojab 1436H – 8 Mei 2015.

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Bahasan berikut adalah lanjutan dari kajian beberapa hari lalu yaitu tentang salah satu dari Asmaul Husna (Sifat-Sifat Allah subhanahu wata’ala) yaitu Ar Rahman dalam konteks kecerdasan.

Makna Ar Rahman : Maha Penyayang.  Tetapi makna lainnya adalah Maha Pemberi, sebagai bentuk Penyayang Allah subhanahu wata’ala kepada umat-Nya. Semua diberikan dengan sebesar-besarnya. Meskipun pemberian Allah subhanahu wata’ala besar sekali, banyak sekali, tidak akan mengurangi Kekayaan-Nya.
Allah Maha Kaya.  Kekayaan Allah jangan digambarkan sebagaimana kekayaan manusia. Kekayaan Allah meliputi seluruh alam jagad raya ini.

Bukti ke-Rahmanan Allah subhanahu wata’ala.
Lihat AlQur’an Surat Ar Rahman ayat 1 – 4 :

سُوۡرَةُ الرَّحمٰن
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

ٱلرَّحۡمَـٰنُ (١) عَلَّمَ ٱلۡقُرۡءَانَ (٢) خَلَقَ ٱلۡإِنسَـٰنَ (٣) عَلَّمَهُ ٱلۡبَيَانَ (٤)


1. (Tuhan) yang Maha pemurah,
2. Yang telah mengajarkan Al Quran.
3. Dia menciptakan manusia.
4. Mengajarnya pandai berbicara.

Dalam Surat tersebut Ar Rahman diartikan : Maha Pemurah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.  Allah-lah yang mengajarkan AlQur’an kepada manusia.
Allah-lah yang menciptakan manusia, (dalam sebaik-baik bentuk, disebutkan dalam Surat At Tiin).

Allah juga yang mengajarkan manusia berbicara. Itulah bukti Sifat Ar Rahman dari Allah subhanahu wata’ala.  Bukti sayangnya Sang Maha Penyayang.

Pertama, mengajarkan Ilmu kepada manusia. AlQur’an adalah Ilmu.  Orang Barat (kafir) mengatakan bahwa AlQur’an bukan Ilmu.  Bagi mereka ilmu adalah segala sesuatu yang dapat diraba, dirasa,  dipegang, dan dilihat dengan mata. Kalau tidak bisa dirasa, diraba dan dipegang, menurut mereka bukan Ilmu.
Padahal di alam semesta ini banyak sesuatu yang tidak bisa dilihat, dipegang, diraba tetapi bisa dirasa. Contoh : Arus listrik tidak bisa dilihat, tetapi ada. Angin, tidak bisa dilihat tetapi bisa dirasa. Dan seterusnya masih banyak lagi.

Termasuk Ilmu Agama (Islam) tidak terlihat oleh mata, tetapi bila diamalkan (sebatas bukan ilmu), maka akan terasa, bekasnya dalam diri manusia.  Misalnya, manusia menjadi lebih tenang hidupnya, lebih tahan terhadap stress.  Orang yang beribadah dan benar ibadahnya adalah luar-biasa dampaknya terhadap dunia.

Dalam suatu penelitian ilmiah, misalnya air mata dari orang yang menangis karena perasaan hatinya, airmata orang tersebut mengeluarkan hormon stress-nya. Bayangkan bila seseorang menangis ketika Sholat Tahajud. Ia menangis karena takut kepada Allah subhanahu wata’ala, maka ketika menangis itu keluarlah semua hormon stress-nya.  Dan siang-harinya ia akan lebih tegar secara psikologis. Lebih kuat menghadapi stress dibandingkan orang yang tidak pernah Tahajud.

Jangan dikira bahwa menangis itu tidak sehat.  Justru sebaliknya, menangis akan menjadikan badan sehat.  Kalau menangisnya benar-benar keluar dari hati yang takut dan berserah diri kepada Allah subhanahu wata’ala. Suatu bukti bahwa agama (Islam) luarbiasa kalau kita bisa mengamalkan.  Itulah konteks bagaimana Allah subhanahu wata’ala mengajarkan AlQur’an kepada manusia.
Aplikasinya, salah satunya adalah forum Majlis Ta’lim, yang mengajarkan AlQur’an kepada manusia.  Yang disebarkan adalah Ilmu-Ilmu Allah subhanahu wat’ala.


Kedua, bentuk Ar Rahman Allah subhanahua wata’ala, ialah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk makhluk. Manusia dengan sepasang mata yang bagus, tepat tempatnya (posisinya) di muka (wajah) ada bulu-matanya ada alis, bentuk mulut dan hidung yang bagus.  Dengan dua kaki berdiri tegak,  menjadikan manusia itu terlihat rupawan gagah, dst.  Semua itu adalah bentuk Ar Rahman (Maha Penyayang) Allah kepada kita manusia terutama.

Ketiga, Maha Penyayang Allah kepada manusia adalah manusia diciptakan bisa berbicara, berbahasa. Lihat Surat Ar Ruum ayat 22 :

سُوۡرَةُ الرُّوم

وَمِنۡ ءَايَـٰتِهِۦ خَلۡقُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَـٰفُ أَلۡسِنَتِڪُمۡ وَأَلۡوَٲنِكُمۡ‌ۚ إِنَّ فِى ذَٲلِكَ لَأَيَـٰتٍ۬ لِّلۡعَـٰلِمِينَ (٢٢)

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.

Tentang berbicara, berbahasa, manusia diciptakan bisa berbahasa macam-macam bahasa di seluruh dunia. Di Indonesia saja sudah ber-ratus macam bahasa daerah. Semua itu adalah bentuk Maha Penyayangnya Allah subhanahu wata’ala kepada kita.  Belum lagi bila dilihat seluruh muka bumi ini, berapa ribu macam bahasa manusia yang bermacam-macam. Itulah bentuk Kasih-Sayang Allah subhanahu wata’ala kepada manusia agar manusia bisa saling berkomunikasi dengan baik. Bila komunikasinya baik, tentu antara manusia itu akan timbul saling kasih-sayang.

Bahasa-pun dibagi menjadi berbagai ragam bahasa : Ada Bahasa Ilmu, ada bahasa matematika, ada bahasa politik, bahasa pemrograman, dst.

Allah mengajarkan Ilmu.
Allah subhanahu wata’ala mengajarkan ilmu kepada manusia, sehingga manusia mendapat Petunjuk jalan yang lurus. Maka harapan kita duduk di majlis ta’lim adalah agar mendapat petunjuk jalan yang lurus, bukan jalan yang salah.
Melalui Rasul-Nya,  yaitu Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam Allah subhanahu wata’ala memberikan Ar Rahman (Kasih-Sayang)-Nya  kepada hamba yang ingin mendapatkan petunjuk (hidayah).  Maka orang yang ingin mendapatkan petunjuk, ia akan mendatangi Majlis Ilmu (Majlis Ta’lim). Siapa yang mendatangi Majlis Ta’lim pasti akan mendapatkan petunjuk (hidayah).
Orang yang mendatangi Majlis Ta’lim tentu hatinya sudah digerakkan oleh Allah subhanahu wataa’ala,  sejak pagi-pagi sudah bersiap-siap, dengan segala kerepotannya, dengan biaya dan segala macam hambatan, ia tempuh karena hendak mendatangi Majlis Ilmu (Majlis Ta’lim).  Demikianlah orang yang mendapatkan petunjuk (Hidayah) jalan yang lurus.

Lihat Surat Al Anbiyaa ayat 107 :

سُوۡرَةُ الاٴنبیَاء

وَمَآ أَرۡسَلۡنَـٰكَ إِلَّا رَحۡمَةً۬ لِّلۡعَـٰلَمِينَ (١٠٧)

Dan tiadalah Kami(Allah) mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Maksudnya : Islam menebarkan Kasih-Sayang ke seluruh alam
Maka Islam adalah agama yang paling penyayang kepada semua manusia, semua makhluk. Agama yang paling tolerans kepada semua agama. Islam tidak akan berreaksi kalau tidak diperangi. Bahkan kita umat Islam tidak boleh mengganggu hak beragama orang lain. Yang harus ditebarkan adalah Rahmat, kasih-sayang. 

Dan kita umat Islam harus bisa neniru Sifat Ar Rahman (Kasih-Sayang) dari Allah subhanahu wata’ala, kita berkasih-sayang sesama umat, seorang ayah kepada istri dan anak-anaknya, kepada saudara-saudaranya, kepada tetangga-nya, dst.

Makna Allah mengajarkan AlQur’an adalah : Kasih-Sayang Allah yang paling utama adalah Ilmu (Pengetahuan).

Lihat Surat 17 ayat 70 : 

رَةُ بنیٓ اسرآئیل / الإسرَاء

۞ وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَـٰهُمۡ فِى ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَـٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَـٰتِ وَفَضَّلۡنَـٰهُمۡ عَلَىٰ ڪَثِيرٍ۬ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلاً۬ (٧٠)

Dan sesungguhnya telah Kami(Allah) muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

Maksudnya, dengan Ilmu (Pengetahuan) maka manusia bisa membuat kendaraan, baik kendaraan di darat maupun di laut, bahkan kendaraan di udara (angkasa luar) sehingga manusia bisa mengarungi bumi dan dengan Ilmu, maka manusia menjadi makhluk yang utama.
Manusia akan bisa membuat kendaraan yang bisa berjalan cepat, sehingga kecepatannya melebihi kecepatan suara, dst. Itulah Ilmu Pengetahuan yang selalu terus berkembang. Dan semua itu dari Kasih-Sayang Allah subhanahu wata’ala.

Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk.
Dan menciptakan segala sesuatu bagi manusia untuk dimanfaatkan.  Termasuk mengolah isi perut-bumi. Dengan mengolah isi perut-bumi maka manusia mendapatkan rezki. Subhanallah.  Dahulu sebelum ditemukan minyak bumi, orang-orang Arab hidupnya miskin.   Mereka berniaga, melakukan perdagangan. Tetapi sekarang mereka (orang Arab) menjadi makmur hidupnya karena ditemukan minyak bumi (isi perut-bumi).   Arab Saudi menjadi Negara Petro Dollar. Kehidupannya serba mewah.

Dengan menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk, Allah subhanahu wata’ala ingin memberikan rezki dengan sebaik-baiknya pula.

Allah mengajarkan berbicara, berbahasa.
Dengan mengajarkan manusia pandai berbicara, berbahasa, sehingga menjadi berbagai-macam bahasa diseluruh muka bumi ini,  dengan berbahasa maka Ilmu menjadi tersebar luas. Karya-karya tulisan para Ulama Islam jaman dahulu, sekarang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa, Bahasa Inggris, Bahasa Spanyol, Portugis,, Bahasa Italy, Bahasa India, Bahasa Cina termasuk ke dalam Bahasa Indonesia.  Sehingga bisa dinikmati oleh seluruh manusia.

Sebagai contoh bahwa dengan bahasa,  Allah subhanahu wata’ala menyebarkan Ilmu di muka bumi. Sehingga seluruh manusia akan menikmati Ilmu dan hasil pengetrapan Ilmu. 

Dari bicara, berbahasa, maka muncul kecerdasan,  disebut Kecerdasan Rahmani.
Yang dimaksud “Kecerdasan” dalam Islam adalah sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Ahmad : “Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan hawa-nafsunya dan beramal untuk Akhirat-nya”. 

Maka visi orang yang cerdas adalah Akhirat. Semua yang ia lakukan selalu mengikuti perintah AlQur’an Hadits, dan itu berpahala. Sejak bangun tidur sampai hendak tidur lagi, semua perbuatannya dilakukan dengan Nama Allah,  do’a dan ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala.

Kecerdasan dalam Islam dipandang sebagai proses di mana seorang muslim mampu menjaga dirinya, baik dalam perkataan maupun perbuatan.  Setiap kata-kata yang keluar dari lisannya selalu penuh pertimbangan.  Karena kata-kata lebih meresap dalam hati orang daripada perbuatan. Dampak dari perkataan lebih lama meresap dalam hati. Kata-kata yang melukai hati orang, maka bagi yang terkena,  sakitnya terasa lama. Sedangkan luka fisik karena terkena perbuatan, rasa sakitnya akan cepat sembuh. Perkataan lebih berkaitan erat dengan eksistensi hawa-nafsu.

Hawa-nafsu sangat mempengaruhi pola-pikir, sikap dan tindakan.  Orang yang hawa-nafsunya hanya di tujukan kepada dunia saja, maka  ia tidak akan ada henti-hentinya mencari dunia. Karakter dunia semakin didapatkan maka akan semakin merasa kurang. Seperti air lalut bila diminum maka akan semakin terasa haus. Orang yang menimbun harta, semakin banyak harta akan semakin merasa kurang.

Lihat Surat Takatsur ayat 1 – 2 :

سُوۡرَةُ التّکاثُر
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

أَلۡهَٮٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ (١) حَتَّىٰ زُرۡتُمُ ٱلۡمَقَابِرَ (٢)

1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
2. Sampai kamu masuk ke dalam kubur.

Bermegah-megah artinya menumpuk-numpuk dan pamer kekayaan akan bisa mengakitbatkan kelalaian, yaitu tidak ingat kepada Allah subhanahu wata’ala. Dan tidak akan bisa berhenti kecuali si pelaku masuk kubur (meninggal).  

Maka hendaknya jangan sampai kita tertipu dengan dunia. Karena “dunia” merupakan kesenangan yang menipu.   Maka celakah orang yang tertipu oleh dunia, bermegah-megah dengan kekayaan, anak-anak yang banyak, pengikut, dst, sehingga orang lupa dari ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala. Biasanya orang yang cinta dunia akan takut mati. Padahal mati adalah suatu yang pasti. Tidak pandang ia orang kaya atau miskin, sehat atau sakit, semua pasti akan mati.

Hawa-nafsu membuat pola-pikir orang menjadi berubah.  Bila kita berusaha bagaimana agar nafsu kita menjadi nafsu yang tenang (Nafsul Mutma’inah), maka visi kita adalah bagaimana mengamalkan agama (Islam) dalam semua lini-kehidupan.  Baik di keluarga, di tempat kerja, di pasar, dalam pergaulan, ataupun dengan tetangga. Maka sikap dan tindakan pasti berubah.

Kecerdasan Rahmani adalah kecerdasan yang muncul dari Sifat Ar Rahman.  Bila memungkinkan, akan kita bahas sebanyak 99 Kecerdasan dari konsep Asmaul Husna. Tentunya memerlukan waktu yang tidak sedikit. Karena Allah subhanahu wata’ala memiliki 99 Kecerdasan yang kita belum (tidak) tahu. Kecerdasan Rahmani itulah yang pertama.

Kemampuan manusia untuk menebar cinta merupakan kecerdasan.
Sedangkan kebanyakan manusia suka “menebar musuh” atau menebarkan kebencian. Kecerdasan Rahmani dari Allah subhanahu wata’ala adalah menebar cinta, kasih-sayang dan pemurah kepada seluruh sisi kehidupan. Bahkan kepada hewan. Yaitu dengan cara mengolah alam secara optimal.

Intinya: Bahwa Islam punya satu kecerdasan yang disebut Kecerdasan Rahmani. Yaitu kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang yang dalam setiap posisinya (keadaannya) ia mampu menebarkan kasih-sayang serta cintanya kepada siapa saja.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alakum warohamtullahi wabarokatuh.

No comments:

Post a Comment