PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Sifat Ar Rahman (lanjutan ke 2)
Hendri Tanjung, Ph.D.
Jum’at, 19 Rojab 1436H – 8 Mei 2015.
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Bahasan berikut adalah lanjutan dari
kajian beberapa hari lalu yaitu tentang salah satu dari Asmaul Husna (Sifat-Sifat
Allah subhanahu wata’ala) yaitu Ar Rahman dalam konteks kecerdasan.
Makna Ar Rahman : Maha Penyayang.
Tetapi makna lainnya adalah Maha Pemberi, sebagai bentuk Penyayang Allah
subhanahu wata’ala kepada umat-Nya.
Semua diberikan dengan sebesar-besarnya. Meskipun pemberian Allah subhanahu wata’ala besar sekali, banyak
sekali, tidak akan mengurangi Kekayaan-Nya.
Allah Maha Kaya. Kekayaan Allah jangan digambarkan sebagaimana
kekayaan manusia. Kekayaan Allah meliputi seluruh alam jagad raya ini.
Bukti ke-Rahmanan Allah subhanahu wata’ala.
Lihat AlQur’an Surat Ar Rahman ayat 1 – 4 :
سُوۡرَةُ الرَّحمٰن
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ٱلرَّحۡمَـٰنُ (١) عَلَّمَ ٱلۡقُرۡءَانَ (٢) خَلَقَ ٱلۡإِنسَـٰنَ
(٣) عَلَّمَهُ ٱلۡبَيَانَ (٤)
1.
(Tuhan) yang Maha pemurah,
2. Yang
telah mengajarkan Al Quran.
3.
Dia menciptakan manusia.
4. Mengajarnya
pandai berbicara.
Dalam Surat tersebut Ar Rahman diartikan : Maha Pemurah, Maha Pengasih, Maha
Penyayang. Allah-lah yang mengajarkan
AlQur’an kepada manusia.
Allah-lah yang menciptakan manusia, (dalam
sebaik-baik bentuk, disebutkan dalam Surat At Tiin).
Allah juga yang mengajarkan manusia berbicara. Itulah bukti Sifat Ar Rahman dari
Allah subhanahu wata’ala. Bukti sayangnya Sang Maha Penyayang.
Pertama, mengajarkan Ilmu
kepada manusia. AlQur’an adalah Ilmu.
Orang Barat (kafir) mengatakan bahwa AlQur’an bukan Ilmu. Bagi mereka ilmu adalah segala sesuatu yang
dapat diraba, dirasa, dipegang, dan
dilihat dengan mata. Kalau tidak bisa dirasa, diraba dan dipegang, menurut
mereka bukan Ilmu.
Padahal di alam semesta ini banyak sesuatu
yang tidak bisa dilihat, dipegang, diraba tetapi bisa dirasa. Contoh : Arus
listrik tidak bisa dilihat, tetapi ada. Angin, tidak bisa dilihat tetapi bisa
dirasa. Dan seterusnya masih banyak lagi.
Termasuk Ilmu Agama (Islam) tidak terlihat
oleh mata, tetapi bila diamalkan (sebatas bukan ilmu), maka akan terasa,
bekasnya dalam diri manusia. Misalnya,
manusia menjadi lebih tenang hidupnya, lebih tahan terhadap stress. Orang yang beribadah dan benar ibadahnya
adalah luar-biasa dampaknya terhadap dunia.
Dalam suatu penelitian ilmiah, misalnya
air mata dari orang yang menangis karena perasaan hatinya, airmata orang
tersebut mengeluarkan hormon stress-nya. Bayangkan bila seseorang menangis ketika
Sholat Tahajud. Ia menangis karena takut kepada Allah subhanahu wata’ala, maka ketika menangis itu keluarlah semua hormon
stress-nya. Dan siang-harinya ia akan
lebih tegar secara psikologis. Lebih kuat menghadapi stress dibandingkan orang
yang tidak pernah Tahajud.
Jangan dikira bahwa menangis itu tidak
sehat. Justru sebaliknya, menangis akan
menjadikan badan sehat. Kalau
menangisnya benar-benar keluar dari hati yang takut dan berserah diri kepada
Allah subhanahu wata’ala. Suatu bukti
bahwa agama (Islam) luarbiasa kalau kita bisa mengamalkan. Itulah konteks bagaimana Allah subhanahu wata’ala mengajarkan AlQur’an
kepada manusia.
Aplikasinya, salah satunya adalah forum Majlis Ta’lim, yang mengajarkan
AlQur’an kepada manusia. Yang disebarkan
adalah Ilmu-Ilmu Allah subhanahu wat’ala.
Kedua,
bentuk Ar Rahman Allah subhanahua wata’ala, ialah menciptakan manusia dengan sebaik-baik
bentuk makhluk. Manusia dengan sepasang mata yang bagus, tepat tempatnya
(posisinya) di muka (wajah) ada bulu-matanya ada alis, bentuk mulut dan hidung
yang bagus. Dengan dua kaki berdiri
tegak, menjadikan manusia itu terlihat
rupawan gagah, dst. Semua itu adalah
bentuk Ar Rahman (Maha Penyayang)
Allah kepada kita manusia terutama.
Ketiga, Maha Penyayang
Allah kepada manusia adalah manusia diciptakan bisa berbicara, berbahasa. Lihat
Surat Ar Ruum ayat 22 :
سُوۡرَةُ الرُّوم
وَمِنۡ ءَايَـٰتِهِۦ خَلۡقُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ
وَٱخۡتِلَـٰفُ أَلۡسِنَتِڪُمۡ وَأَلۡوَٲنِكُمۡۚ إِنَّ فِى ذَٲلِكَ لَأَيَـٰتٍ۬
لِّلۡعَـٰلِمِينَ (٢٢)
Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Tentang berbicara, berbahasa, manusia diciptakan
bisa berbahasa macam-macam bahasa di seluruh dunia. Di Indonesia saja sudah
ber-ratus macam bahasa daerah. Semua itu adalah bentuk Maha Penyayangnya Allah subhanahu wata’ala kepada kita. Belum lagi bila dilihat seluruh muka bumi
ini, berapa ribu macam bahasa manusia yang bermacam-macam. Itulah bentuk
Kasih-Sayang Allah subhanahu wata’ala kepada
manusia agar manusia bisa saling berkomunikasi dengan baik. Bila komunikasinya
baik, tentu antara manusia itu akan timbul saling kasih-sayang.
Bahasa-pun dibagi menjadi berbagai ragam
bahasa : Ada Bahasa Ilmu, ada bahasa matematika, ada bahasa politik, bahasa
pemrograman, dst.
Allah
mengajarkan Ilmu.
Allah subhanahu
wata’ala mengajarkan ilmu kepada manusia, sehingga manusia mendapat Petunjuk jalan yang lurus. Maka harapan
kita duduk di majlis ta’lim adalah agar mendapat petunjuk jalan yang lurus,
bukan jalan yang salah.
Melalui Rasul-Nya, yaitu Nabi
Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam
Allah subhanahu wata’ala memberikan
Ar Rahman (Kasih-Sayang)-Nya kepada
hamba yang ingin mendapatkan petunjuk (hidayah). Maka orang yang ingin mendapatkan petunjuk,
ia akan mendatangi Majlis Ilmu (Majlis Ta’lim). Siapa yang mendatangi Majlis
Ta’lim pasti akan mendapatkan petunjuk (hidayah).
Orang yang mendatangi Majlis Ta’lim tentu
hatinya sudah digerakkan oleh Allah subhanahu
wataa’ala, sejak pagi-pagi sudah
bersiap-siap, dengan segala kerepotannya, dengan biaya dan segala macam
hambatan, ia tempuh karena hendak mendatangi Majlis Ilmu (Majlis Ta’lim). Demikianlah orang yang mendapatkan petunjuk
(Hidayah) jalan yang lurus.
Lihat Surat
Al Anbiyaa ayat 107 :
سُوۡرَةُ الاٴنبیَاء
وَمَآ أَرۡسَلۡنَـٰكَ إِلَّا رَحۡمَةً۬
لِّلۡعَـٰلَمِينَ (١٠٧)
Dan
tiadalah Kami(Allah) mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.
Maksudnya : Islam menebarkan Kasih-Sayang ke seluruh alam
Maka Islam adalah agama yang paling
penyayang kepada semua manusia, semua makhluk. Agama yang paling tolerans
kepada semua agama. Islam tidak akan berreaksi kalau tidak diperangi. Bahkan kita umat Islam tidak boleh
mengganggu hak beragama orang lain. Yang harus ditebarkan adalah Rahmat, kasih-sayang.
Dan kita umat Islam harus bisa neniru Sifat
Ar Rahman (Kasih-Sayang) dari Allah subhanahu
wata’ala, kita berkasih-sayang sesama umat, seorang ayah kepada istri dan
anak-anaknya, kepada saudara-saudaranya, kepada tetangga-nya, dst.
Makna Allah mengajarkan AlQur’an adalah :
Kasih-Sayang Allah yang paling utama adalah Ilmu (Pengetahuan).
Lihat Surat
17 ayat 70 :
رَةُ بنیٓ اسرآئیل / الإسرَاء
۞ وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِىٓ
ءَادَمَ وَحَمَلۡنَـٰهُمۡ فِى ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَـٰهُم مِّنَ
ٱلطَّيِّبَـٰتِ وَفَضَّلۡنَـٰهُمۡ عَلَىٰ ڪَثِيرٍ۬ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلاً۬
(٧٠)
Dan
sesungguhnya telah Kami(Allah) muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan.
Maksudnya, dengan Ilmu (Pengetahuan) maka manusia bisa membuat kendaraan, baik
kendaraan di darat maupun di laut, bahkan kendaraan di udara (angkasa luar)
sehingga manusia bisa mengarungi bumi dan dengan Ilmu, maka manusia menjadi makhluk yang utama.
Manusia akan bisa membuat kendaraan yang
bisa berjalan cepat, sehingga kecepatannya melebihi kecepatan suara, dst.
Itulah Ilmu Pengetahuan yang selalu terus berkembang. Dan semua itu dari
Kasih-Sayang Allah subhanahu wata’ala.
Allah
menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk.
Dan menciptakan segala sesuatu bagi
manusia untuk dimanfaatkan. Termasuk
mengolah isi perut-bumi. Dengan mengolah isi perut-bumi maka manusia
mendapatkan rezki. Subhanallah. Dahulu sebelum
ditemukan minyak bumi, orang-orang Arab hidupnya miskin. Mereka berniaga, melakukan perdagangan.
Tetapi sekarang mereka (orang Arab) menjadi makmur hidupnya karena ditemukan
minyak bumi (isi perut-bumi). Arab
Saudi menjadi Negara Petro Dollar. Kehidupannya serba mewah.
Dengan menciptakan manusia dengan
sebaik-baik bentuk, Allah subhanahu
wata’ala ingin memberikan rezki dengan sebaik-baiknya pula.
Allah
mengajarkan berbicara, berbahasa.
Dengan mengajarkan manusia pandai
berbicara, berbahasa, sehingga menjadi berbagai-macam bahasa diseluruh muka
bumi ini, dengan berbahasa maka Ilmu menjadi tersebar luas. Karya-karya
tulisan para Ulama Islam jaman
dahulu, sekarang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa, Bahasa Inggris, Bahasa
Spanyol, Portugis,, Bahasa Italy, Bahasa India, Bahasa Cina termasuk ke dalam
Bahasa Indonesia. Sehingga bisa
dinikmati oleh seluruh manusia.
Sebagai contoh bahwa dengan bahasa,
Allah subhanahu wata’ala
menyebarkan Ilmu di muka bumi. Sehingga seluruh manusia akan menikmati Ilmu dan
hasil pengetrapan Ilmu.
Dari bicara, berbahasa, maka muncul
kecerdasan, disebut Kecerdasan Rahmani.
Yang dimaksud “Kecerdasan” dalam Islam
adalah sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah Hadits shahih diriwayatkan
oleh Imam Ahmad : “Orang yang cerdas
adalah orang yang mampu mengendalikan hawa-nafsunya dan beramal untuk
Akhirat-nya”.
Maka visi orang yang cerdas adalah
Akhirat. Semua yang ia lakukan selalu mengikuti perintah AlQur’an Hadits, dan
itu berpahala. Sejak bangun tidur sampai hendak tidur lagi, semua perbuatannya
dilakukan dengan Nama Allah, do’a dan
ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala.
Kecerdasan dalam Islam
dipandang sebagai proses di mana seorang muslim mampu menjaga dirinya, baik
dalam perkataan maupun perbuatan. Setiap
kata-kata yang keluar dari lisannya selalu penuh pertimbangan. Karena kata-kata lebih meresap dalam hati
orang daripada perbuatan. Dampak dari perkataan lebih lama meresap dalam hati.
Kata-kata yang melukai hati orang, maka bagi yang terkena, sakitnya terasa lama. Sedangkan luka fisik
karena terkena perbuatan, rasa sakitnya akan cepat sembuh. Perkataan lebih
berkaitan erat dengan eksistensi hawa-nafsu.
Hawa-nafsu sangat mempengaruhi
pola-pikir, sikap dan tindakan. Orang
yang hawa-nafsunya hanya di tujukan kepada dunia
saja, maka ia tidak akan ada
henti-hentinya mencari dunia. Karakter dunia semakin didapatkan maka akan
semakin merasa kurang. Seperti air lalut bila diminum maka akan semakin terasa
haus. Orang yang menimbun harta, semakin banyak harta akan semakin merasa
kurang.
Lihat Surat Takatsur ayat 1 – 2 :
سُوۡرَةُ التّکاثُر
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
أَلۡهَٮٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ (١) حَتَّىٰ زُرۡتُمُ ٱلۡمَقَابِرَ
(٢)
1.
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
2. Sampai
kamu masuk ke dalam kubur.
Bermegah-megah artinya menumpuk-numpuk
dan pamer kekayaan akan bisa mengakitbatkan kelalaian, yaitu tidak ingat kepada
Allah subhanahu wata’ala. Dan tidak
akan bisa berhenti kecuali si pelaku masuk
kubur (meninggal).
Maka hendaknya jangan sampai kita tertipu
dengan dunia. Karena “dunia” merupakan kesenangan
yang menipu. Maka celakah orang
yang tertipu oleh dunia, bermegah-megah dengan kekayaan, anak-anak yang banyak,
pengikut, dst, sehingga orang lupa dari ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala. Biasanya orang yang
cinta dunia akan takut mati. Padahal
mati adalah suatu yang pasti. Tidak pandang ia orang kaya atau miskin, sehat atau
sakit, semua pasti akan mati.
Hawa-nafsu membuat pola-pikir orang
menjadi berubah. Bila kita berusaha
bagaimana agar nafsu kita menjadi nafsu yang tenang (Nafsul
Mutma’inah), maka visi kita adalah bagaimana mengamalkan agama (Islam) dalam
semua lini-kehidupan. Baik di keluarga,
di tempat kerja, di pasar, dalam pergaulan, ataupun dengan tetangga. Maka sikap
dan tindakan pasti berubah.
Kecerdasan
Rahmani
adalah kecerdasan yang muncul dari Sifat Ar Rahman. Bila memungkinkan, akan kita bahas sebanyak 99
Kecerdasan dari konsep Asmaul Husna.
Tentunya memerlukan waktu yang tidak sedikit. Karena Allah subhanahu wata’ala memiliki 99 Kecerdasan yang kita belum (tidak)
tahu. Kecerdasan Rahmani itulah yang pertama.
Kemampuan manusia untuk menebar cinta merupakan kecerdasan.
Sedangkan kebanyakan manusia suka “menebar
musuh” atau menebarkan kebencian. Kecerdasan Rahmani dari Allah subhanahu wata’ala adalah menebar cinta,
kasih-sayang dan pemurah kepada seluruh sisi kehidupan. Bahkan kepada hewan.
Yaitu dengan cara mengolah alam secara optimal.
Intinya: Bahwa Islam
punya satu kecerdasan yang disebut Kecerdasan Rahmani. Yaitu kecerdasan
yang dimiliki oleh seseorang yang dalam setiap posisinya (keadaannya) ia mampu
menebarkan kasih-sayang serta cintanya kepada siapa saja.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alakum
warohamtullahi wabarokatuh.
No comments:
Post a Comment