Translate

Friday, June 12, 2015

Persiapan Romadhon, oleh : Ustadz Said Ahmad



PENGAJIAN  DHUHA MASJID BAITUSSALAM

 Persiapan Romadhon.
 Ustadz Said Ahmad
 
 Jum’at, 18 Sya’ban 1436 H – 5 Juni 2015.

 
Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Tema bahasan kali ini adalah : Persiapan Bulan Romadhon. Apa sebab kita harus mempersiapkan diri untuk memasuki bulan Romadhon?. Karena hal ini merupakan tradisi Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam beserta para sahabat beliau, tradisi para Tabi’in,  dan para Tabi’uttabi’in dan orang-orang beriman pada masa  dahulu.

Bahkan Allah subhanahu wata’ala mengajarkan kepada kita melalui peristiwa Isra Mi’raj Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, dimana beliau dipersiapkan benar oleh Allah subhanahu wata’ala, untuk memasuki bulan Romadhon. Walaupun ketika itu Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam ditinggalkan isteri beliau yang sangat beliau cintai yaitu Khodijatul Qubro. 

Dimana Khodijatul Qubro sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir,  Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam menangis dan meneteskan air-mata, tetesan air-mata beliau jatuh di dada Khodijatul Qubro, sampai Khodijatul Qubro berkata : “Ya Rasulullah, aku tahu bahwa engkau sedih, air-matamu menetes di dadaku, jika sekiranya nanti aku sudah tiada, dan engkau masih membutuhkan diriku, maka galilah kuburku, ambillah tulang-belulangku, jadikan sebagai jembatan perjalanan hidupmu”.
Menunjukkan bahwa pada saat itu Khodijah telah menghabiskan jiwa-raga dan hartanya untuk perjuangan Islam. Bahkan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam sejak muda bersama-sama dengan beliau Khodijah.  Sebagaimana kita ketahui ketika beliau berusia 25 tahun dipersunting dan menjadi suami Khodijatul Qubro. Seluruh harta dan kekayaan Khodijah dipersembahkan untuk perjuangan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersama beliau. Hingga akhirnya Khodijah wafat dan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam sangat sedih. Dalam sejarah disebutkan bahwa bulan itu adalah bulan-kesedihan.

Kemudian Allah subhanahu wata’ala memberikan “hiburan” agar Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam tidak larut dalam kesedihan, yaitu dengan diperjalankannya beliau dalam peristiwa Isra-Mi’raj.  Yang juga merupakan persiapan Allah terhadap Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.

Seorang Ahli Hadits, bernama Imam Ahmad meriwayatkan peristiwa Isra-Mi’raj Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, sebagai kita kenal dalam AlQur’an Surat Al Isra’ ayat 1 :

سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلاً۬ مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِى بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُ ۥ لِنُرِيَهُ ۥ مِنۡ ءَايَـٰتِنَآ‌ۚ إِنَّهُ ۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ (١)

  
Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Ayat tersebut dimulai dengan kalimat “Subhanallah” (Mahasuci Allah).  Boleh kita katakan bahwa satu-satunya Surat dalam AlQur’an yang di awali dengan kalimat “Subhana” (Mahasuci Allah), maknanya : Allah subhanahu wata’ala memiliki ke-ikut-andilan yang luar biasa dalam peristiwa Isra-Mi’raj.  Banyak orang yang mengatakan bahwa peristiwa tersebut irrasional (tidak masuk akal).

Bahkan ketika itu di kalangan para sahabat beliau banyak yang terguncang hati mereka karena Abu Jahal ketika mencaci-maki Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam,  mengatakan : Tidak mungkin terjadi peristiwa itu. 


Itulah sebabnya Allah subhanahu wata’ala berfirman : “Subhanalladzi asra bi ‘abdihi” (Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, sebagian dari tanda-tanda Kekuasaan-Nya, kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.

Dalam Hadits riwayat Imam Ahmad, bahwa Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kepada Malaikat Jibril untuk mengambil sebuah kendaraan yang tercepat (Buroq),  yang kecepatannya belum tertandingi oleh pesawat apapun sampai hari ini.  Pada malam itu Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dibawa dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang jaraknya hampir 1000 Km. Sampai di Masjidil Aqsha beliau disodori minuman dua macam :  susu dan khomer (arak).  Dan beliau mengambil minuman susu.  Maka Jibril berkata : “Ya Rasulullah, engkau telah mengambil minuman yang tepat (susu).  Karena susu adalah minuman fitrah manusia”.

Seandainya ketika itu Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mengambil minuman khomer, niscaya di kemudian hari umatnya tidak akan henti-hentinya meminum khomer (minuman keras), dan akan selalu melakukan pembangkangan-pembangkangan dan kesalahan-kesalahan terhadap Allah subhanahu wata’ala.  

Dari Masjidil Aqsha, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam naik ke langit lapis pertama, berjumpa dengan Nabi Adam ‘alaihissalam, dan malaikat Jibril menceritakan kepada Adam ‘alaihissalam keperluannya membawa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam atas perintah Allah subhanahua wata’ala.   Kemudian Nabi Adam ‘alaihissalam memberi salam dan mendo’akan agar Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam diberi keberkahan dan kemuliaan oleh Allah subhanahu wata’ala bersama dengan umatnya. 

Selanjutnya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam naik ke langit lapis kedua, bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Harun ‘alaihimussalam, yang juga mendo’akan semoga Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam diberikan keberkahan dan kemuliaan bersama umatnya.

Kemudian naik ke langit yang ketiga, disana berjumpa dengan Nabi Zakariya ‘alaihissalam juga dido’akan dengan do’a yang sama. Naik lagi ke langit ke-empat berjumpa dengan Nabi Idris ‘alaihissalam, juga dido’akan dengan do’a yang sama. Naik lagi ke langit ke-lima berjumpa dengan Nabi Musa ‘alaihissalam, juga dido’akan dengan hal yang sama, naik lagi ke langit ke-enam berjumpa dengan Nabi Yusuf ‘alaihissalam juga dido’akan dengan do’a yang sama.  Kemudian naik lagi ke langit ke-tujuh berjumpa dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. 
Ketika itu Nabi Ibrahim ‘alaihissalam sedang bersandar di Sidratul Muntaha di mana pada saat itu ribuan malaikat sedang ber-Thawaf, yang setiap harinya tidak kurang dari 70.000 malaikat  melakukan Thawaf.  Menunjukkan bahwa malaikat juga melakukan Thawaf, bukan saja manusia yang sedang  ber-haji atau melakukan umrah.

Dalam riwayat tersebut dikatakan apabila malaikat itu datang untuk melakukan Thawaf,  tidak pernah di lain waktu datang kembali untuk Thawaf.  Setiap hari berdatangan terus para malaikat sebanyak tidak kurang dari 70.000 malaikat.

Ketika itu Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam :Ya Rasulullah,  sampai disini saja aku, dan engkau sendiri menghadap Rabb-mu”. Maka naik lagi Rasulullah ke langit yang lebih tinggi lagi, dan di sinilah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam berjumpa dengan Allah subhanahu wata’ala, melihat Keagungan Wajah Allah subhanahu wata’ala.

Dalam peristiwa tersebut Allah subhanahu wata’ala memberikan perintah untuk melakukan kewajiban sholat sehari-semalam sebanyak 50 kali. Ketika turun lagi ke langit ke-lima  berjumpa dengan Nabi Musa ‘alaihissalam, oleh Nabi Musa ‘alaihissalam disarankan agar Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam memohon pengurangan dari jumlah 50 kali sholat sehari-semalam.  Maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam naik kembali menghadap Allah subhanahu wataa’ala untuk memohon pengurangan jumlah sholat.  Maka dikurangilah menjadi 45 kali.

Ketika turun dan bertemu lagi dengan Nabi Musa ‘alaihissalam, beliau disarankan lagi oleh Nabi Musa ‘alaihissalam agar mohon lagi pengurangan, karena 45  kali sholat sehari semalam masih terlalu banyak, dikhawatirkan umat beliau tidak mampu melaksanakannya.   Maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam naik kembali, demikian berkali-kali sampai akhirnya diperintahkan  sholat bagi umat beliau untuk sholat 5 kali sehari-semalam.

Dengan Isra’-Mi’raj itu, di kala Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam sedang dalam keadaan sedih, maka terobatilah kesedihan beliau.  Sekaligus peristiwa itu sebagai persiapan yang diberikan kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam untuk memasuki Bulan Romadhon.   Maka ada do’a yang diajarkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dalam persiapan menghadapi Romadhon :
Allahumma barik fi rojaba wa sya’ban wa balighna romadhon (Ya Allah ya Tuhan kami,  berkahilah aku di bulan Rojab dan Sya’ban dan sampaikanlah umurku di bulan Romadhon).   


Persiapan Romadhon.  
Pertama-tama Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dipersiapkan mentalnya, ke-imanannya.  Maka  Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 183 :

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡڪُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِڪُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ (١٨٣)


Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Artinya, bukan saja kepada kita kaum muslimin, tetapi kewajiban puasa itu juga diperintahkan kepada umat-umat sebelumnya, umat-umat terdahulu.  Agar dengan berpuasa itu menjadikan orang yang bertakwa.

Dalam Hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Orang yang berpuasa karena Allah maka dosa-dosanya diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala bagaikan bayi yang baru lahir dari kandungan ibunya”

Bila Allah subhanahua wata’ala mempersiapkan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam ketika menghadapi Romadhon, maka kita sebagai umat Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dan kita sebagai hamba Allah subhanahu wata’ala, selayaknya-lah kita mempersiapkan diri menghadapi bulan Romadhon yaitu :

1.     Ke-imanan harus benar-benar kita persiapkan.  Karena yang dipanggil oleh Allah subhanahu wata’ala bukan orang Islam, melainkan (hanya) orang beriman untuk melaksanakan puasa di bulan Romadhon.
2.     Quwatul Jismi (Kekuatan fisik) harus dipersiapkan.  Karena fisik sangat penting . Maka dalam AlQur’an disebutkan : Bila kalian sakit, maka tidak diwajibkan untuk berpuasa. (Surat Al Baqarah ayat 184).  Mulai sekarang anda boleh melakukan periksa kesehatan, kolesterol, Maag, dst.
3.     Maaliyah (harta), kesiapan bahan makanan untuk berbuka atau sahur, untuk infak.  Karena amalan di bulan Romadhon dilipat-gandakan pahalanya. Maka hendaknya kekuatan harta untuk infak, shodakoh dst, sebaiknya dipersiapkan.  Amalan dan ibadah Sunnah di bulan Romadhon pahalanya sama dengan ibadah Fardhu di luar bulan Romadhon. Ibadah Fardhu pahalanya dilipat-gandakan oleh Allah subhanahu wata’ala dan hanya Allah yang mengetahui berapa banyaknya apahala.

Dalam Hadits Rasulullah shollalalahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala untuk mendapatkan pahala, maka ibadah orang tersebut seperti ibadahnya pedagang.
Barangsiapa yang beribadah kepada Allah subhanahau wata’ala karena takut dimasukkan ke dalam Neraka, maka ibadah orang tersebut seperti ibadahnya seorang budak (pegawai). Barangsiapa yang beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala karena mengharapkan ridho Allah saja, maka ibadah orang tersebut adalah ibadah yang Hakiki (yang sebenar-benar ibadah)”. 

Selanjutnya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Apabila bulan Romadhon, maka pintu Surga dibuka lebar-lebar dan pintu Neraka ditutup rapat-rapat, dan  syaitahn-syaithan dibelenggu”.

Itulah bentuk  persiapan dan penghargaan dari Allah subhanahu wata’ala, berkaitan dimuliakan bulan Romadhon oleh Allah subhanahu wata’ala.

Ada lagi Hadits  Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa yang hatinya senang (bergembira) dengan datangnya bulan Romadhon, maka Allah mengharamkan jasadnya disentuh api neraka”.   Tetapi Hadits tersebut masih diperselisihkan ke-Shohih-annya, ada sebagian ulama yang mengatakan Hadits tersebut dho’if (lemah).  Namun demikian untuk memberikan semangat beribadah di bulan Romadhon, membangun keimanan dan membangun Maaliyah kita di bulan Romadhon, hadits tersebut bisa dijadikan Fadhilah-fadhilah amalan kita kepada Allah subhanahu wata’ala.

Marilah kita persiapkan diri dan keluarga kita, karena belum tentu kita bisa memasuki Romadhon tahun depan, maka Do’a Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana disebutkan di atas :
Allahumma barik fi rojaba wa sya’ban wa balighna romadhon  ( Ya Allah ya Tuhan kami, berkahilah kami sampai bulan Rojab dan  Sya’ban dan sampaikan umur kami di bulan Romadhon).  

Sekarang kita berdo’a untuk memasuki bulan Romadhon, maka bulan Romadhon tahun depan-pun sudah termasuk dalam do’a tersebut. Demikian, karena urgensi-nya bulan Romadhon. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an  Surat Al Baqarah ayat 185 :

شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِ‌ۚ فَمَن شَہِدَ مِنكُمُ ٱلشَّہۡرَ فَلۡيَصُمۡهُ‌ۖ وَمَن ڪَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ۬ فَعِدَّةٌ۬ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَ‌ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِڪُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِڪُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُڪۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُڪَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَٮٰكُمۡ وَلَعَلَّڪُمۡ تَشۡكُرُونَ (١٨٥)


 (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Atas dasar ayat tersebut, maka hendaknya di bulan Romadhon kita banyak-banyak membaca AlQur’an, untuk semakin meningkatkan ke-imanan kita.  Selama satu tahun (11 bulan) kita menapaki kehidupan yang penuh dengan onak dan duri, berbagai macam problem, sehingga bisa menurunkan derajat ke-imanan kita. Maka dengan menghidupkan (memperbanyak ibadah) di bulan Romadhon, mudah-mudahan ke-imanan kita semakin meningkat, dan Allah subhanahu wataa’ala akan lebih banyak memberikan pahala dan ampunan bagi kita.  

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda  dalam Hadits shahih : “Barangsiapa yang menghidupkan bulan Romadhon, terutama pada malam-malam Romadhon, maka dosa-dosa orang itu akan diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala yang terdahulu”.

Maksudnya, selama satu bulan penuh (Romadhon) kita digembleng oleh Allah subhanahau wata’ala, karena ibadah puasa hanya Allah dan kita sendiri yang tahu. Sementara ibadah yang lain seperti sholat, zakat, Haji, orang akan tahu dan menyaksikan.  Maknanya, puasa mengajarkan kejujuran, kesungguhan hati, juga agar kita memaksimalkan potensi umur kita.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYAHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                             ____________

No comments:

Post a Comment