PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Al-Ustadz Boni Salahuddin
Jum’at, 25 Sya’ban 1436H – 12 Juni 2016.
Assalamu’alaikum
wr. wb.
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Bila kita mendengar kata “bekerja”,
banyak orang yang merasa bosan. Tetapi ada juga yang merasa “enjoy”, menikmati
pekerjaannya, tidak ada masalah. Bahkan ada yang merasa enjoy tetapi hasilnya
tidak sebanding energi yang dikerluarkan, karier-nya mandeg. Kalaupun penghasilannya naik, itu hanya
karena mengikuti inflasi. Artinya tidak menikmati kehidupan, hidupnya
terasa biasa-biasa saja, tanpa makna.
Apakah kehidupan seperti itu yang kita
inginkan ? Yang kita inginkan adalah
hidup yang berkah dan hidup penuh makna. Maka kita jangan “bekerja untuk
perusahaan”. Karena perusahaan
dikendalikan oleh manusia yang punya sifat terbatas. Maka untuk mendapatkan rezki yang berkah dan
berlimpah, bekerjalah untuk Allah subhanahu wata’ala.
Bila kita bekerja untuk perusahaan,
seringkali menguras energy dan emosi kita, karena kita akan menghadapi
orang-orang yang belum tentu adil terhadap kita. Tetapi bila bekerja untuk Allah
maka yang kita harapkan bukan semata-mata penghasilan setiap bulan, melainkan “rezeki” dari Allah subhanahu wata’ala.
Bekerja
untuk Allah
adalah bekerja dengan “menghadirkan”
Allah subhanahu wata’ala dalam
melakukan pekerjaan untuk menikmati
rezeki yang berkah melimpah. Bukan karena ingin mendapatkan uang atau
prestasi atau pujian orang lain. Tetapi dalam niat kita semata-mata bekerja
dilakukan karena Allah subhanahu
wata’ala. Bukan hanya dalam niat saja saja tetapi menghadirkan Allah subhanahua wata’ala dalam cara bekerja.
Dalam melakukan ibadah ritual (amalan
ibadah) misalnya sholat, dzikir, shaum, zakat, dan semua ibadah Mahdhoh, caranya harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalalam. Demikian
pula ketika kita bekerja, harus menghadirkan Allah subhanahu wata’ala.
Bekerja karena Allah, ada 4 (empat) pilar :
Pilar
1: Allah adalah sumber rezeki, kebaikan dan kebahagiaan.
Selama ini kita sering tidak menyadari
bahwa rezeki itu dari Allah subhanahu
wata’ala. Air yang kita butuhkan
setiap hari adalah dari hujan, mata air, dari dalam tanah, dst. adalah dari
Allah subhanahu wata’ala. Dengan
adanya air itu maka bisa tumbuh tanam-tanaman, yang menghasilkan bahan pangan,
sandang, dan bahan keperluan hidup lainnya.
Tanpa air tersebut, maka bahan pangan, dan semua keperluan hidup manusia tidak ada. Maka uang yang
bermilyar-milyar yang dimiliki (disimpan) oleh manusia tidak akan ada
gunanya.
Lihat Surat Huud ayat 6 :
سُوۡرَةُ هُود
۞ وَمَا مِن دَآبَّةٍ۬ فِى
ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا وَيَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا
وَمُسۡتَوۡدَعَهَاۚ كُلٌّ۬ فِى ڪِتَـٰبٍ۬ مُّبِينٍ۬ (٦)
Dan tidak ada
suatu binatang melata pun (termasuk manusia) di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab
yang nyata (Lauh Mahfuzh).
Orang yang meyakini bahwa Allah adalah
sumber rezeki, sumber kebaikkann dan kebahagiaan, maka ia tidak pernah merasa
khawatir, karena Allah subhanahu wata’ala
telah menjamain kehidupannya.
Pilar
2 : Bekerja menjadi amal-saleh jika diniatkan karena Allah dan dilakukan
sesuai dengan Syari’ah Allah subhanahu
wata’ala.
Lihat Surat
Al Mulk ayat 2 :
سُوۡرَةُ المُلک
ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ
أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلاً۬ۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ (٢)
Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa
lagi Maha Pengampun.
Yang dimaksud “paling baik amalnya”
adalah bekerja Niat karena Allah subhanahu
wata’ala. dan sesuai dengan Syari’ah, yaitu aturan-aturan Allah, dengan memperhatikan
larangan-larangan-Nya.
Bekerja dikatakan sebagai ibadah, syaratnya
adalah :
-
Ikhlas karena
Allah
subhanahu wata’ala,
-
Sesuai dengan
aturan Syari’ah.
Pilar
3: Ketaatan mendatangkan rezeki, maksiat menjauhkan rezeki.
Allah subhanahu
wata’ala sangat mencintai hamba-Nya ketika hamba itu beramal-sholeh. Kita-pun akan senang kalau orang lain berbuat
baik kepada kita.
Sebagai kopnsekuensinya, Allah subhanahu wata’ala memberikan rezeki
kepada hamba-Nya yang beramal-sholeh itu.
Sebaliknya kemaksiatan menjauhkan rezeki, karena Allah tidak suka
hamba-Nya berbuat maksiat. Harta yang banyak tetapi didapat dari jalan yang
tidak halal, tidak akan membawa berkah.
Lihat Surat
Al A’raaf ayat 96 :
سُوۡرَةُ الاٴعرَاف
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ
لَفَتَحۡنَا عَلَيۡہِم بَرَكَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَـٰكِن
كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَـٰهُم بِمَا ڪَانُواْ يَكۡسِبُونَ (٩٦)
Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami (Allah) akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam : Seseorang
diharamkan memperoleh rezeki karena dosa-dosanya.
Maka bila seseorang rezekinya seret,
kariernya mandeg, dst. maka yang pertama-tama harus diingat oleh orang itu
adalah dosa-dosanya . Karena
dosa-dosanya itulah yang mungkin menghalangi rezeki dari Allah subhanahu wata’ala.
Lihat Surat
Thaha ayat 124 :
سُوۡرَةُ طٰه
وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِڪۡرِى فَإِنَّ لَهُ ۥ
مَعِيشَةً۬ ضَنكً۬ا وَنَحۡشُرُهُ ۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ أَعۡمَىٰ (١٢٤)
Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta".
Pilar
4 : Tidak ada balasan kebaikan selain dari kebaikan.
Demikian itu adalah Sunatullah, bahwa bila
kita melakukan kebaikan, maka Allah akan membalas kebaikan itu melalui orang
lain.
Lihat AlQur’an Surat Al Isra’ ayat 7 Allah subhanahu wata’ala berfirman :
سُوۡرَةُ بنیٓ اسرآئیل / الإسرَاء
إِنۡ أَحۡسَنتُمۡ أَحۡسَنتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡۖ وَإِنۡ
أَسَأۡتُمۡ فَلَهَاۚ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ ٱلۡأَخِرَةِ لِيَسُـۥۤـُٔواْ
وُجُوهَڪُمۡ وَلِيَدۡخُلُواْ ٱلۡمَسۡجِدَ ڪَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ۬
وَلِيُتَبِّرُواْ مَا عَلَوۡاْ تَتۡبِيرًا (٧)
Jika
kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang
saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain)
untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana
musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.
Dalam Hadits shahih Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Janganlah
kalian menyepelekan (menganggap rendah) kebaikan walaupun kebaikan itu sekecil
apapun, walau hanya bertatap muka dengan saudaramu dengan wajah berseri-seri”.
Maknanya : Kebaikan pasti akan terbalas
dengan kebaikan. Allah subhanahu wata’ala
akan membalas langsung ketika kita masih sama-sama di dunia.
Kesimpulan
:
Bekerja karena Allah subhanahu wata’ala, maka Allah
yang akan meningkatkan kualitas kehidupan kita. Erzeki yang kita peroleh adalah
Rezeki yang Berkah.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA
ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
No comments:
Post a Comment