Translate

Tuesday, June 23, 2015

Rezeki Yang Berkah, oleh : Ustadz Boni Salahuddin



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

Rezeki Yang Berkah
Al-Ustadz Boni Salahuddin
 
Jum’at,  25 Sya’ban 1436H – 12 Juni 2016.


Assalamu’alaikum wr. wb.

Muslimin dan  muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Bila kita mendengar kata “bekerja”, banyak orang yang merasa bosan. Tetapi ada juga yang merasa “enjoy”, menikmati pekerjaannya, tidak ada masalah. Bahkan ada yang merasa enjoy tetapi hasilnya tidak sebanding energi yang dikerluarkan, karier-nya mandeg.  Kalaupun penghasilannya naik, itu hanya karena mengikuti inflasi.  Artinya tidak menikmati kehidupan, hidupnya terasa biasa-biasa saja, tanpa makna.

Apakah kehidupan seperti itu yang kita inginkan ?  Yang kita inginkan adalah hidup yang berkah dan hidup penuh makna. Maka kita jangan “bekerja untuk perusahaan”.  Karena perusahaan dikendalikan oleh manusia yang punya sifat terbatas.   Maka untuk mendapatkan rezki yang berkah dan berlimpah, bekerjalah untuk Allah subhanahu wata’ala.

Bila kita bekerja untuk perusahaan, seringkali menguras energy dan emosi kita, karena kita akan menghadapi orang-orang yang belum tentu adil terhadap kita. Tetapi bila bekerja untuk Allah maka yang kita harapkan bukan semata-mata penghasilan setiap bulan,  melainkan “rezeki” dari Allah subhanahu wata’ala.


Bekerja untuk Allah adalah bekerja dengan “menghadirkan” Allah subhanahu wata’ala dalam melakukan pekerjaan untuk menikmati  rezeki yang berkah melimpah. Bukan karena ingin mendapatkan uang atau prestasi atau pujian orang lain. Tetapi dalam niat kita semata-mata bekerja dilakukan karena Allah subhanahu wata’ala. Bukan hanya dalam niat saja saja tetapi menghadirkan Allah subhanahua wata’ala dalam cara bekerja. 

Dalam melakukan ibadah ritual (amalan ibadah) misalnya sholat, dzikir, shaum, zakat, dan semua ibadah Mahdhoh, caranya  harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalalam. Demikian pula ketika kita bekerja, harus menghadirkan Allah subhanahu wata’ala.

Bekerja karena Allah,  ada 4 (empat) pilar :

Pilar 1: Allah adalah sumber rezeki, kebaikan  dan kebahagiaan.
Selama ini kita sering tidak menyadari bahwa rezeki itu dari Allah subhanahu wata’ala.  Air yang kita butuhkan setiap hari adalah dari hujan, mata air, dari dalam tanah, dst. adalah dari Allah subhanahu wata’ala. Dengan adanya air itu maka bisa tumbuh tanam-tanaman, yang menghasilkan bahan pangan, sandang, dan bahan keperluan hidup lainnya.  Tanpa air tersebut, maka bahan pangan, dan semua keperluan hidup  manusia tidak ada. Maka uang yang bermilyar-milyar yang dimiliki (disimpan) oleh manusia tidak akan ada gunanya.      

Lihat Surat Huud ayat 6 :    
سُوۡرَةُ هُود

۞ وَمَا مِن دَآبَّةٍ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا وَيَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا وَمُسۡتَوۡدَعَهَا‌ۚ كُلٌّ۬ فِى ڪِتَـٰبٍ۬ مُّبِينٍ۬ (٦)


Dan tidak ada suatu binatang melata pun (termasuk manusia) di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Orang yang meyakini bahwa Allah adalah sumber rezeki, sumber kebaikkann dan kebahagiaan, maka ia tidak pernah merasa khawatir, karena Allah subhanahu wata’ala telah menjamain kehidupannya.

Pilar 2 : Bekerja menjadi amal-saleh jika diniatkan karena Allah dan dilakukan sesuai dengan Syari’ah Allah subhanahu wata’ala.  

Lihat Surat Al Mulk ayat 2 :
سُوۡرَةُ المُلک

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلاً۬‌ۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ (٢)


Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Yang dimaksud “paling baik amalnya” adalah bekerja Niat karena Allah subhanahu wata’ala. dan sesuai dengan Syari’ah, yaitu aturan-aturan Allah, dengan memperhatikan larangan-larangan-Nya.

Bekerja dikatakan sebagai ibadah, syaratnya adalah :
-         Ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala,
-         Sesuai dengan aturan Syari’ah.

Pilar 3: Ketaatan mendatangkan rezeki, maksiat menjauhkan rezeki.
Allah subhanahu wata’ala sangat mencintai hamba-Nya ketika hamba itu beramal-sholeh.  Kita-pun akan senang kalau orang lain berbuat baik kepada kita.
Sebagai kopnsekuensinya, Allah subhanahu wata’ala memberikan rezeki kepada hamba-Nya yang beramal-sholeh itu.  Sebaliknya kemaksiatan menjauhkan rezeki, karena Allah tidak suka hamba-Nya berbuat maksiat. Harta yang banyak tetapi didapat dari jalan yang tidak halal, tidak akan membawa berkah.

Lihat Surat Al A’raaf ayat 96 : 

سُوۡرَةُ الاٴعرَاف

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡہِم بَرَكَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَـٰهُم بِمَا ڪَانُواْ يَكۡسِبُونَ (٩٦)

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami (Allah) akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam : Seseorang diharamkan memperoleh rezeki karena dosa-dosanya.

Maka bila seseorang rezekinya seret, kariernya mandeg, dst. maka yang pertama-tama harus diingat oleh orang itu adalah dosa-dosanya .  Karena dosa-dosanya itulah yang mungkin menghalangi rezeki dari Allah subhanahu wata’ala.

Lihat Surat Thaha ayat 124 :

سُوۡرَةُ طٰه

وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِڪۡرِى فَإِنَّ لَهُ ۥ مَعِيشَةً۬ ضَنكً۬ا وَنَحۡشُرُهُ ۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ أَعۡمَىٰ (١٢٤)
  
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".

Pilar 4 : Tidak ada balasan kebaikan selain dari kebaikan.
Demikian itu adalah Sunatullah, bahwa bila kita melakukan kebaikan, maka Allah akan membalas kebaikan itu melalui orang lain.

Lihat AlQur’an Surat Al Isra’ ayat 7  Allah subhanahu wata’ala berfirman :

سُوۡرَةُ بنیٓ اسرآئیل / الإسرَاء

إِنۡ أَحۡسَنتُمۡ أَحۡسَنتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡ‌ۖ وَإِنۡ أَسَأۡتُمۡ فَلَهَا‌ۚ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ ٱلۡأَخِرَةِ لِيَسُـۥۤـُٔواْ وُجُوهَڪُمۡ وَلِيَدۡخُلُواْ ٱلۡمَسۡجِدَ ڪَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ۬ وَلِيُتَبِّرُواْ مَا عَلَوۡاْ تَتۡبِيرًا (٧)


Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.

Dalam Hadits shahih Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Janganlah kalian menyepelekan (menganggap rendah) kebaikan walaupun kebaikan itu sekecil apapun, walau hanya bertatap muka dengan saudaramu dengan wajah berseri-seri”.
Maknanya : Kebaikan pasti akan terbalas dengan kebaikan. Allah subhanahu wata’ala akan membalas langsung ketika kita masih sama-sama di dunia.

Kesimpulan :
Bekerja karena Allah subhanahu wata’ala,  maka Allah yang akan meningkatkan kualitas kehidupan kita. Erzeki yang kita peroleh adalah Rezeki yang Berkah.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA  ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

No comments:

Post a Comment