PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Sifat Rahman Allah Swt (Bahasan ke-4)
Ustadz
Hendri Tanjung Ph.D
Jum’at,
16 Romadhon 1436 H – 3 Juli 2015.
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Sifat
Ar Rahman
adalah sifat Maha Penyayang Allah subhanahu
wata’ala kepada makhluk-Nya. Bahasan ini adalah bahasan lanjutan (ke-4) dari
bahasan sebelumnya, yaitu tentang Sifat Ar Rahman dimulai dari sebuah Hadits
riwayat Imam At Thabrani dari Ibnu Jarir bahwa sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala telah menulis dalam
Ummul Kitab sebelum Dia menciptakan langit dan bumi dengan kalimat : “Sesungguhnya
Aku adalah Ar Rahman.
Demikian itu sejalan dengan Firman Allah
subhanahau wata’ala dalam AlQur’an Surat Al Isra’ ayat 110 :
سُوۡرَةُ بنیٓ اسرآئیل / الإسرَاء
قُلِ ٱدۡعُواْ ٱللَّهَ أَوِ ٱدۡعُواْ ٱلرَّحۡمَـٰنَۖ
أَيًّ۬ا مَّا تَدۡعُواْ فَلَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ وَلَا تَجۡهَرۡ
بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتۡ بِہَا وَٱبۡتَغِ بَيۡنَ ذَٲلِكَ سَبِيلاً۬ (١١٠)
Katakanlah:
"Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu
seru, Dia mempunyai Al Asmaaul Husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah
kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan
carilah jalan tengah di antara kedua itu".
Maksudnya, bahwa Allah subhanahu wata’ala adalah Maha Pengasih
dan Maha Penyayang.
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam
At Thabrani bahwa Allah subhanahu
wata’ala menyatakan : Aku adalah Ar
Rahman (Maha Pengasih, Maha Pemurah). Dan Aku telah menciptakan rahim
(kasih-sayang, kandungan ibu) dan Aku telah membelah sebagian dari Asma-Ku
untuk nyawanya. Maka barangsiapa menyambungkannya, maka Aku akan menyambungkan
dengannya. Barangsiapa yang memutuskannya, Aku-pun akan memutuskan pula
dengannya.
Makna
Pertama :
Siapakah yang mendapatkan rahman (kasih-sayang) itu ?
Ialah mereka yang menghubungkan
silaturahim. Sebagaimana kita ketahui di zaman ini dalam kehidupan sehari-hari
kita, silaturahim itu langka. Kalau
antara manusia saling bertemu adalah karena ada kepentingan (bisnis dst.). Jarang ada orang saling bertemu karena ingin
silaturahim saja. Jangankan bertemu,
kirim SMS saja tidak.
Padahal dalam silaturahim itulah Allah subhanahu wata’ala akan menurunkan
Kasih-sayang-Nya. Saat ini sulit kita
temukan silaturrahim itu, karena semua orang sudah disibukkan dengan urusan
dunia. Padahal dunia adalah Mata’ul Ghurur (kesenangan sementara
yang menipu).
Sifat Rahman (Kasih-sayang) Allah subhanahu wata’ala adalah dalam
Silaturahim dan yakinlah bahwa orang yang sering melakukan silaturrahim, maka
akan dimurahkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya.
Bagaimana dengan orang yang memutuskan
silaturahim ? Tentu Allah subhanahu wata’ala akan putuskan
kasih-sayangnya dan Allah putuskan rezkinya.
Rahman
(Rahmat) adalah pemberian Allah subhanahu
wata’ala.
Seseorang mempunyai rasa kasih-sayang
terhadap orang lain, terhadap saudaranya, terhadap anaknya sendiri, adalah
karena Allah subhanahu wata’ala yang
memberikan sifat kasih-sayang tersebut.
Memang orang bisa saja berpura-pura kasih-sayang, tetapi kalau itu bukan
karena Allah subhanahu wata’ala, maka
kasih-sayang itu tidak akan berbekas.
Makna
kedua
:
Mereka yang mendapatkan Rahmat adalah yang
menjenguk orang sakit. Maka bila ada
suadara kita yang sakit, hendaklah dijenguk. Dalam Hadits riwayat Imam Ahmad,
dari Abu Umamah, Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda : Orang
yang menjenguk orang sakit, maka orang
itu dalam limpahan rahmat Allah subhanahu wata’ala. Apabila ia duduk di sebelah
orang yang sakit, maka ia akan mendapatkan limpahan rahmat Allah subahanahu
wata’ala.
Dan bagi orang yang sakit, ketika
mendapatkan kunjungan saudaranya, maka ia akan senang sekali.
Makna
ketiga :
Siapa yang mendapatkan Rahmat, merekalah
yang mendekatkan diri kepada Allah subhanahu
wata’ala. Dalam Hadits Qudsi riwayat
Imam Bukhari dari Anas bin malik, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Allah subhanahu wata’ala berfirman : Apabila hamba-Ku mendekatkan
dirinya kepada Aku satu jengkal, maka
Aku akan mendekatkan kepadanya satu hasta. Apabila hamba-Ku mendekatkan dirinya
kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekatkan kapadanya satu depa. Apabila hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada
dengan berjalan, maka Aku akan mendekatkan kepadanya dengan berlari”.
Yang dimaksud Allah akan mendekat adalah Rahmat-Nya. Bukan Allah melainkan Rahmat Allah subhanahu wata’ala akan dekat sekali
dengan hambanya itu. Kasih-sayang Allah subhanahu
wata’ala yang datang kepada seseorang dalam bentuk berbagai macam, misalnya
kesehatan, rezki, hati menjadi tenang,
terlindungi, dst.
Maka kita interospeksi, apakah pendekatan
(Taqorrub) kita kepada Allah sudah benar ?.
Para ulama mengatakan kalau Taqorrub kita masih perkara dunia, misalnya
berdo’a minta rezki, panjang umur, dst, maka masih belum benar.
Yang benar, adalah Taqorrub kita adalah
perkara Akhirat.
Contoh
ke-1.
Sebagaimana Nabi Zakariya ‘alaihissalam, salah satu orang Nabi
yang tidak pernah berdo’a meminta dunia.
Beliau setiap berdo’a adalah urusan Akhirat. Sampai-sampai ketika beliau
sampai usia 80 tahun belum dikaruniai anak, beliau berdo’a : “Ya Allah berilah aku keturunan supaya
dakwahku ini bisa berlanjut.
Ketika itu usia Nabi Zakariya ‘alaihissalam sudah 80 tahun, tidak
punya anak, isterinya-pun mandul, tetapi
beliau berdo’a kepada Allah subhanahu
wata’ala, meminta anak (keturunan) agar keturunannya itu bisa meneruskan
dakwahnya. Maknanya, beliau berdo’a yang
tujuannya adalah Akhirat. Yaitu
anaknya (keturunannya) bisa meneruskan dakwahnya.
Kalau kita mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala maka Allah akan
memberikan rahmat-Nya, Contohnya : Nabi Zakariya ‘alaihisalam, Nabi Yahya ‘alaihisalam
dan Maryam.
Tentang Nabi Zakariya ‘alaihissalam, kita lihat AlQur’an Surat Maryam ayat 7 :
وۡرَةُ مَریَم
يَـٰزَڪَرِيَّآ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَـٰمٍ
ٱسۡمُهُ ۥ يَحۡيَىٰ لَمۡ نَجۡعَل لَّهُ ۥ مِن قَبۡلُ سَمِيًّ۬ا (٧)
Hai Zakaria, sesungguhnya
Kami(Allah) memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang
namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa
dengan dia.
Pada ayat-ayat sebelumnya merupakan
keluhan Nabi Zakariya ‘alaihissalam, yang
merupakan contoh bahwa Nabi Zakariya ‘alaihissalam
adalah hamba Allah yang mendapatkan rahmat. Ketika beliau berdo’a dengan suara yang
lembut.
Maka bila kita berdo’a janganlah dengan
suara keras (apalagi dengan Speaker). Melainkan dengan suara yang lirih dan
lembut. Bahkan bila perlu, berdoa dalam hati.
Sebagaimana dalam ayat sebelumnya yaitu ayat 3 dan 4 :
سُوۡرَةُ مَریَم
إِذۡ نَادَىٰ رَبَّهُ ۥ نِدَآءً خَفِيًّ۬ا (٣)
قَالَ رَبِّ إِنِّى وَهَنَ ٱلۡعَظۡمُ مِنِّى وَٱشۡتَعَلَ ٱلرَّأۡسُ شَيۡبً۬ا وَلَمۡ
أَڪُنۢ بِدُعَآٮِٕكَ رَبِّ شَقِيًّ۬ا (٤)
3. Yaitu tatkala ia berdoa kepada
Tuhannya dengan suara yang lembut.
4.
Ia berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku
telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau,
Ya Tuhanku.
Nabi
Zakariya ‘alaihissalam
mengatakan (dalam ayat tersebut) : Aku
belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada
Engkau. Suatu pernyataan yang hebat dari seorang hamba. Sementara kita yang
manusia biasa ini telah diberikan segalanya oleh Allah subhanahu wata’ala, tetapi sering punya prasangka yang tidak baik
kepada Allah subhanahu wata’ala.
Karena kita ingin semua do’a dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala.
سُوۡرَةُ مَریَم
وَإِنِّى خِفۡتُ ٱلۡمَوَٲلِىَ مِن وَرَآءِى وَڪَانَتِ
ٱمۡرَأَتِى عَاقِرً۬ا فَهَبۡ لِى مِن لَّدُنكَ وَلِيًّ۬ا (٥)
5. Dan Sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku*] sepeninggalku, sedang isteriku
adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang
putera,
*)Yang dimaksud oleh Nabi Zakaria ‘alaihissalam dengan mawali ialah orang-orang yang akan
mengendalikan dan melanjutkan urusannya sepeninggalnya.Yang dikhawatirkan
Zakaria ialah kalau mereka tidak dapat melaksanakan urusan itu dengan baik,
karena tidak seorangpun diantara mereka yang dapat dipercayainva, oleh sebab
itu dia meminta dianugerahi seorang anak.
Ayat
6 :
وۡرَةُ مَریَم
يَرِثُنِى وَيَرِثُ مِنۡ ءَالِ يَعۡقُوبَۖ وَٱجۡعَلۡهُ
رَبِّ رَضِيًّ۬ا (٦)
Yang
akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia,
Ya Tuhanku, seorang yang diridhai".
Maka pada ayat 7 sebagaimana disebutkan di
atas, terjawablah apa yang menjadi do’a (permintaan) Nabi Zakariya ‘alaihissalam bahwa beliau akan
dianugerahi seorang anak laki bernama Yahya.
Ayat
8 dan 9 :
سُوۡرَةُ مَریَم
قَالَ
رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِى غُلَـٰمٌ۬ وَڪَانَتِ ٱمۡرَأَتِى عَاقِرً۬ا وَقَدۡ
بَلَغۡتُ مِنَ ٱلۡڪِبَرِ عِتِيًّ۬ا (٨) قَالَ كَذَٲلِكَ
قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَىَّ هَيِّنٌ۬ وَقَدۡ خَلَقۡتُكَ مِن قَبۡلُ وَلَمۡ تَكُ
شَيۡـًٔ۬ا (٩)
8.
Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal
isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah
mencapai umur yang sangat tua".
9.
Tuhan berfirman: "Demikianlah". Tuhan berfirman: "Hal itu adalah
mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal
kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali".
Maka bagi anda yang belum mendapatkan
keturunan (anak) bisa “berkaca” kepada Nabi Zakariya ‘alaihissalam. Jangan putus
asa, teruslah berusaha untuk mendapatkan Rahmat Allah subhanahu wata’ala.
Keturunan (anak) adalah merupakan Rahmat (Kasih-sayang) Allah subhanahu wata’ala kepada kita.
Contoh
ke-2 :
Nabi Yahya
‘alaihissalam, putera Nabi
Zakariya ‘alaihissalam.
Nabi Yahya ‘alaihissalam mempunyai sifat Hannan, satu tingkat di atas Hub (Cinta).
Beliau sangat cinta kepada siapa saja, kepada manusia, hewan, tanaman. Ketika
beliau masih anak-anak, diajak bermain oleh teman-temannya, Yahya menjawab : Bukan untuk bermain-main aku diciptakan.
Nabi Yahya ‘alaihissalam yang diangkat menjadi Nabi ketika beliau masih
anak-anak. Karena do’a dari ayahnya (Nabi Zakariya ‘alaihissalam). Karena Nabi Yahya bersifat Hannan, termasuk mencintai kepada semua makhluk, maka
burung-burungpun menunjukkan kesayangannya kepada Nabi Yahya ‘alaihissalam.
Dalam Kitab Tanbihun Ghofilin disebutkan :
Jangan ditanya seberapa dalam orang itu
mencintai anda, tetapi tanyalah kepada diri anda seberapa dalam anda mencintai
orang itu. Bila anda punya rasa cinta
yang tulus kepada seseorang, maka orang itu pasti punya rasa cinta kepada anda.
Demikian pula sebaliknya.
Ketika Yahya (kecil) memberi makanan
kepada burung-burung, maka burung-burung itu sayang kepada Yahya. Karena burung
adalah makhluk yang bernyawa.
Bila seseorang memelihara anjing atau
kucing yang setiap hari diberi makan, maka kucing/anjing itu akan sayang
kepadanya. Sebaliknya bila hewan itu
disakiti, tentu hewan itu tidak akan sayang kepadanya.
Maka biasakan anda untuk punya Sifat
Pemberi, anda akan disayangi oleh orang lain. Ketika ada tulisan: Harap lampu listrik dimatikan bila tidak
dipergunakan. Tulisan yang sifatnya
meminta (menyuruh) mematikan lampu itu akan jarang ditaati. Tetapi bila diubah tulisannya : Semoga
orang yang mematikan lampu listrik bila sudah tidak dipergunakan, Allah berikan
panjang umur. Maka insya Allah
banyak orang yang akan mematikan lampu tersebut.
Itulah Konsep Pemberi. Cobalah,
insya Allah akan muncul rasa-cinta dari sifat Pemberi. Seorang suami yang
selalu memberikan segala sesuatu (rasa cinta, kasih-sayang, nafkah, emas
berlian, dst) kepada isterinya, pasti isterinya akan mencintai suami tersebut.
Contoh
ke-3 :
Maryam, ibunda Nabi Isa ‘alaihissalam. Contoh hamba Allah yang
diberi Rahmat subhanahu wata’ala.
Lihat AlQur’an Surat Ali Imran ayat 37
:
فَتَقَبَّلَهَا
رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ۬ وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنً۬ا وَكَفَّلَهَا
زَكَرِيَّاۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيۡهَا زَكَرِيَّا ٱلۡمِحۡرَابَ وَجَدَ عِندَهَا
رِزۡقً۬اۖ قَالَ يَـٰمَرۡيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَـٰذَاۖ قَالَتۡ هُوَ مِنۡ عِندِ
ٱللَّهِۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٍ (٣٧)
Maka
Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan
mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya
pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati
makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu
memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi
Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya tanpa hisab.
Maryam adalah anak perempuan dari Imran
sejak kecil diasuh oleh pamannya, (Nabi Zakariya ‘alaihissalam). Setiap Nabi Zakariya masuk ke dalam Mihrab (kamar) Maryam, selalu tersedia
hidangan makanan (buah-buahan). Maka
Zakariya bertanya dari mana makanan itu, Maryam menjawab : Makanan itu dari sisi Allah.
Yang demikian itu karena kedekatannya
Maryam dengan Allah subhanahu wata’ala.
Maryam adalah seorang wanita yang paling sholihah (paling suci) di dunia masa
itu. Maka Allah subhanahu wata’ala memberikan rezki langsung, siap untuk
dimakan. Semua itu adalah kehendak Allah
subhanahu wata’ala.
Itulah salah satu contoh seorang hamba
yang mendapatkan Rahmat.
Sebagaimana disebutkan diatas Nabi
Zakariya ‘alaihissalam mendapat
Rahmat dari Allah subhanahu wata’ala
berupa keturunan (anak) yaitu Nabi Yahya ’alaihisalam.
Demikian pula Nabi Yahya ‘alaihissalam mendapat Rahmat dari Allah
subhanahu wata’ala berupa Sifat
Hannan . Lihat AlQur’an Surat
Maryam ayat 12 dan 13 :
يَـٰيَحۡيَىٰ خُذِ ٱلۡڪِتَـٰبَ بِقُوَّةٍ۬ۖ
وَءَاتَيۡنَـٰهُ ٱلۡحُكۡمَ صَبِيًّ۬ا (١٢) وَحَنَانً۬ا مِّن لَّدُنَّا
وَزَكَوٰةً۬ۖ وَكَانَ تَقِيًّ۬ا (١٣)
12.
Hai Yahya, ambillah Al kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. dan Kami
berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak,
13.
Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa).
dan ia adalah seorang yang bertakwa,
Bahwa Sifat Hannan (Sifat cinta kasih yang
sangat mendalam) serta kesucian dari dosa, merupakan Rahmat dari Allah subhanahu wata’ala yang diberikan kepada
Nabi Yahya ‘alaihissalam.
Artinya, type manusia yang tidak berdosa
(suci dari dosa) adalah Nabi Yahya ‘alaihissalam. Bahkan dalam Tafsir Ibnu
‘Abbas disebutkan bahwa Nabi Yahya ‘alaihissalam
tidak tahu apa itu dosa. Saking bersihnya beliau maka diabadikan dalam
AlQur’an, Nabi Yahya ‘alaihissalam
adalah orang yang suci.
Kesimpulan:
Dari ayat-ayat AlQur’an tersebut diatas,
maka Rahmat Allah subhanahu wata’ala
yang diberikan berupa :
1.
Keturunan (anak) yaitu diberikan kepada Nabi Zakariya ‘alaihissalam,
2. Sifat Hannan dan
suci dari dosa, diberikan kepada Nabi Yahya ‘alaihissalam
3. Rezki (secara
fisik) berupa makanan, diberikan kepada Maryam.
Apakah di luar yang tersebut ada lagi
Rahmat dari Allah subhanahu wata’ala
?
Jawabnya : Ada dan banyak sekali Rahmat
dari Allah subhanahu wata’ala. Orang-orang zaman sekarang banyak sekali yang
mendapatkan Rahmat dari Allah subhanahu
wata’ala, hanya sayangnya manusia tidak menyadari hal itu.
Juga Rahmat diberikan kepada para Wali Allah dan para Wali Allah itu
orang-orang yang tidak terkenal.
Sekian bahasan mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
_______________
No comments:
Post a Comment