Translate

Tuesday, August 11, 2015

Sifat Rahman Allah Swt (Bahasan ke-4), oleh : Ustadz Hendri Tanjung Ph.D



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
                       
Sifat Rahman Allah Swt  (Bahasan ke-4)

Ustadz Hendri Tanjung Ph.D

Jum’at, 16 Romadhon 1436 H – 3 Juli 2015.

 Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Sifat Ar Rahman adalah sifat Maha Penyayang Allah subhanahu wata’ala kepada makhluk-Nya. Bahasan ini adalah bahasan lanjutan (ke-4) dari bahasan sebelumnya, yaitu tentang Sifat Ar Rahman dimulai dari sebuah Hadits riwayat Imam At Thabrani dari Ibnu Jarir bahwa sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala telah menulis dalam Ummul Kitab sebelum Dia menciptakan langit dan bumi dengan kalimat : “Sesungguhnya Aku adalah Ar Rahman.

Demikian itu sejalan dengan Firman Allah subhanahau wata’ala dalam AlQur’an Surat Al Isra’ ayat 110 :

سُوۡرَةُ بنیٓ اسرآئیل / الإسرَاء

قُلِ ٱدۡعُواْ ٱللَّهَ أَوِ ٱدۡعُواْ ٱلرَّحۡمَـٰنَ‌ۖ أَيًّ۬ا مَّا تَدۡعُواْ فَلَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ‌ۚ وَلَا تَجۡهَرۡ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتۡ بِہَا وَٱبۡتَغِ بَيۡنَ ذَٲلِكَ سَبِيلاً۬ (١١٠)


Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al Asmaaul Husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".
Maksudnya, bahwa Allah subhanahu wata’ala adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam At Thabrani bahwa Allah subhanahu wata’ala menyatakan : Aku adalah Ar Rahman (Maha Pengasih, Maha Pemurah). Dan Aku telah menciptakan rahim (kasih-sayang, kandungan ibu) dan Aku telah membelah sebagian dari Asma-Ku untuk nyawanya. Maka barangsiapa menyambungkannya, maka Aku akan menyambungkan dengannya. Barangsiapa yang memutuskannya, Aku-pun akan memutuskan pula dengannya.

Makna Pertama : Siapakah yang mendapatkan rahman (kasih-sayang) itu ?
Ialah mereka yang menghubungkan silaturahim. Sebagaimana kita ketahui di zaman ini dalam kehidupan sehari-hari kita, silaturahim itu langka.  Kalau antara manusia saling bertemu adalah karena ada kepentingan (bisnis dst.).  Jarang ada orang saling bertemu karena ingin silaturahim saja.  Jangankan bertemu, kirim SMS saja tidak. 

Padahal dalam silaturahim itulah Allah subhanahu wata’ala akan menurunkan Kasih-sayang-Nya.  Saat ini sulit kita temukan silaturrahim itu, karena semua orang sudah disibukkan dengan urusan dunia. Padahal dunia adalah Mata’ul Ghurur (kesenangan sementara yang menipu).

Sifat Rahman (Kasih-sayang) Allah subhanahu wata’ala adalah dalam Silaturahim dan yakinlah bahwa orang yang sering melakukan silaturrahim, maka akan dimurahkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya.

Bagaimana dengan orang yang memutuskan silaturahim ?  Tentu Allah subhanahu wata’ala akan putuskan kasih-sayangnya dan Allah putuskan rezkinya.

Rahman (Rahmat) adalah pemberian Allah subhanahu wata’ala.
Seseorang mempunyai rasa kasih-sayang terhadap orang lain, terhadap saudaranya, terhadap anaknya sendiri, adalah karena Allah subhanahu wata’ala yang memberikan sifat kasih-sayang tersebut.  Memang orang bisa saja berpura-pura kasih-sayang, tetapi kalau itu bukan karena Allah subhanahu wata’ala, maka kasih-sayang itu tidak akan berbekas.

Makna kedua :
Mereka yang mendapatkan Rahmat adalah yang menjenguk orang sakit.  Maka bila ada suadara kita yang sakit, hendaklah dijenguk. Dalam Hadits riwayat Imam Ahmad, dari Abu Umamah, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Orang yang menjenguk orang sakit,  maka orang itu dalam limpahan rahmat Allah subhanahu wata’ala. Apabila ia duduk di sebelah orang yang sakit, maka ia akan mendapatkan limpahan rahmat Allah subahanahu wata’ala.

Dan bagi orang yang sakit, ketika mendapatkan kunjungan saudaranya, maka ia akan senang sekali.

Makna ketiga :
Siapa yang mendapatkan Rahmat, merekalah yang mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala.  Dalam Hadits Qudsi riwayat Imam Bukhari dari Anas bin malik, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Allah subhanahu wata’ala berfirman : Apabila hamba-Ku mendekatkan dirinya  kepada Aku satu jengkal, maka Aku akan mendekatkan kepadanya satu hasta. Apabila hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekatkan kapadanya satu depa.  Apabila hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada dengan berjalan, maka Aku akan mendekatkan kepadanya dengan berlari”.  

Yang dimaksud Allah akan mendekat adalah Rahmat-Nya.   Bukan Allah melainkan Rahmat Allah subhanahu wata’ala akan dekat sekali dengan hambanya itu. Kasih-sayang Allah subhanahu wata’ala yang datang kepada seseorang dalam bentuk berbagai macam, misalnya kesehatan,  rezki, hati menjadi tenang, terlindungi, dst.

Maka kita interospeksi, apakah pendekatan (Taqorrub) kita kepada Allah sudah benar ?.  Para ulama mengatakan kalau Taqorrub kita masih perkara dunia, misalnya berdo’a minta rezki, panjang umur, dst, maka masih belum benar.
Yang benar, adalah Taqorrub kita adalah perkara Akhirat. 

Contoh ke-1.
Sebagaimana Nabi Zakariya ‘alaihissalam, salah satu orang Nabi yang tidak pernah berdo’a meminta dunia.  Beliau setiap berdo’a adalah urusan Akhirat. Sampai-sampai ketika beliau sampai usia 80 tahun belum dikaruniai anak, beliau berdo’a : “Ya Allah berilah aku keturunan supaya dakwahku ini bisa berlanjut.

Ketika itu usia Nabi Zakariya ‘alaihissalam sudah 80 tahun, tidak punya anak,  isterinya-pun mandul, tetapi beliau berdo’a kepada Allah subhanahu wata’ala, meminta anak (keturunan) agar keturunannya itu bisa meneruskan dakwahnya.  Maknanya, beliau berdo’a yang tujuannya adalah Akhirat. Yaitu anaknya (keturunannya) bisa meneruskan dakwahnya. 

Kalau kita mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala maka Allah akan memberikan rahmat-Nya, Contohnya : Nabi Zakariya ‘alaihisalam, Nabi Yahya ‘alaihisalam dan Maryam.

Tentang Nabi Zakariya ‘alaihissalam, kita lihat AlQur’an Surat Maryam ayat 7 :

وۡرَةُ مَریَم

يَـٰزَڪَرِيَّآ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَـٰمٍ ٱسۡمُهُ ۥ يَحۡيَىٰ لَمۡ نَجۡعَل لَّهُ ۥ مِن قَبۡلُ سَمِيًّ۬ا (٧)


Hai Zakaria, sesungguhnya Kami(Allah) memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.

Pada ayat-ayat sebelumnya merupakan keluhan Nabi Zakariya ‘alaihissalam, yang merupakan contoh bahwa Nabi Zakariya ‘alaihissalam adalah hamba Allah yang mendapatkan rahmat.  Ketika beliau berdo’a dengan suara yang lembut. 

Maka bila kita berdo’a janganlah dengan suara keras (apalagi dengan Speaker). Melainkan dengan suara yang lirih dan lembut. Bahkan bila perlu, berdoa dalam hati.  Sebagaimana dalam ayat sebelumnya yaitu ayat 3 dan 4 :

سُوۡرَةُ مَریَم

إِذۡ نَادَىٰ رَبَّهُ ۥ نِدَآءً خَفِيًّ۬ا (٣) قَالَ رَبِّ إِنِّى وَهَنَ ٱلۡعَظۡمُ مِنِّى وَٱشۡتَعَلَ ٱلرَّأۡسُ شَيۡبً۬ا وَلَمۡ أَڪُنۢ بِدُعَآٮِٕكَ رَبِّ شَقِيًّ۬ا (٤)

  
3. Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.
4. Ia berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku.

Nabi  Zakariya ‘alaihissalam mengatakan (dalam ayat tersebut) : Aku belum pernah kecewa  dalam berdo’a kepada Engkau. Suatu pernyataan yang hebat dari seorang hamba. Sementara kita yang manusia biasa ini telah diberikan segalanya oleh Allah subhanahu wata’ala, tetapi sering punya prasangka yang tidak baik kepada Allah subhanahu wata’ala. Karena kita ingin semua do’a dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala.

سُوۡرَةُ مَریَم

وَإِنِّى خِفۡتُ ٱلۡمَوَٲلِىَ مِن وَرَآءِى وَڪَانَتِ ٱمۡرَأَتِى عَاقِرً۬ا فَهَبۡ لِى مِن لَّدُنكَ وَلِيًّ۬ا (٥)


5. Dan Sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku*] sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,

*)Yang dimaksud oleh Nabi Zakaria ‘alaihissalam  dengan mawali ialah orang-orang yang akan mengendalikan dan melanjutkan urusannya sepeninggalnya.Yang dikhawatirkan Zakaria ialah kalau mereka tidak dapat melaksanakan urusan itu dengan baik, karena tidak seorangpun diantara mereka yang dapat dipercayainva, oleh sebab itu dia meminta dianugerahi seorang anak.

Ayat 6 :
وۡرَةُ مَریَم

يَرِثُنِى وَيَرِثُ مِنۡ ءَالِ يَعۡقُوبَ‌ۖ وَٱجۡعَلۡهُ رَبِّ رَضِيًّ۬ا (٦)


Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai".

Maka pada ayat 7 sebagaimana disebutkan di atas, terjawablah apa yang menjadi do’a (permintaan) Nabi Zakariya ‘alaihissalam bahwa beliau akan dianugerahi seorang anak laki bernama Yahya.

Ayat 8 dan 9 :

سُوۡرَةُ مَریَم

قَالَ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِى غُلَـٰمٌ۬ وَڪَانَتِ ٱمۡرَأَتِى عَاقِرً۬ا وَقَدۡ بَلَغۡتُ مِنَ ٱلۡڪِبَرِ عِتِيًّ۬ا (٨) قَالَ كَذَٲلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَىَّ هَيِّنٌ۬ وَقَدۡ خَلَقۡتُكَ مِن قَبۡلُ وَلَمۡ تَكُ شَيۡـًٔ۬ا (٩)

8. Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua".
9. Tuhan berfirman: "Demikianlah". Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali".

Maka bagi anda yang belum mendapatkan keturunan (anak) bisa “berkaca” kepada Nabi Zakariya ‘alaihissalam.  Jangan putus asa, teruslah berusaha untuk mendapatkan Rahmat Allah subhanahu wata’ala.  Keturunan (anak) adalah merupakan Rahmat (Kasih-sayang) Allah subhanahu wata’ala kepada kita.

Contoh ke-2 :
Nabi Yahya  ‘alaihissalam, putera Nabi Zakariya ‘alaihissalam.
Nabi Yahya ‘alaihissalam mempunyai sifat Hannan, satu tingkat di atas Hub (Cinta). Beliau sangat cinta kepada siapa saja, kepada manusia, hewan, tanaman. Ketika beliau masih anak-anak, diajak bermain oleh teman-temannya, Yahya menjawab : Bukan untuk bermain-main aku diciptakan.

Nabi Yahya ‘alaihissalam yang diangkat menjadi Nabi ketika beliau masih anak-anak. Karena do’a dari ayahnya (Nabi Zakariya ‘alaihissalam). Karena Nabi Yahya bersifat Hannan, termasuk mencintai kepada semua makhluk, maka burung-burungpun menunjukkan kesayangannya kepada Nabi Yahya ‘alaihissalam.

Dalam Kitab Tanbihun Ghofilin disebutkan : Jangan ditanya seberapa dalam orang  itu mencintai anda, tetapi tanyalah kepada diri anda seberapa dalam anda mencintai orang itu.  Bila anda punya rasa cinta yang tulus kepada seseorang, maka orang itu pasti punya rasa cinta kepada anda. Demikian pula sebaliknya.

Ketika Yahya (kecil) memberi makanan kepada burung-burung, maka burung-burung itu sayang kepada Yahya. Karena burung adalah makhluk yang bernyawa.
Bila seseorang memelihara anjing atau kucing yang setiap hari diberi makan, maka kucing/anjing itu akan sayang kepadanya.  Sebaliknya bila hewan itu disakiti, tentu hewan itu tidak akan sayang kepadanya.

Maka biasakan anda untuk punya Sifat Pemberi, anda akan disayangi oleh orang lain. Ketika ada tulisan: Harap lampu listrik dimatikan bila tidak dipergunakan.  Tulisan yang sifatnya meminta (menyuruh) mematikan lampu itu akan jarang ditaati.   Tetapi bila diubah tulisannya :  Semoga orang yang mematikan lampu listrik bila sudah tidak dipergunakan, Allah berikan panjang umur.  Maka insya Allah banyak orang yang akan mematikan lampu tersebut.

Itulah Konsep Pemberi. Cobalah, insya Allah akan muncul rasa-cinta dari sifat Pemberi. Seorang suami yang selalu memberikan segala sesuatu (rasa cinta, kasih-sayang, nafkah, emas berlian, dst) kepada isterinya, pasti isterinya akan mencintai suami tersebut.

Contoh ke-3 :
Maryam, ibunda Nabi Isa ‘alaihissalam. Contoh hamba Allah yang diberi Rahmat subhanahu wata’ala. Lihat AlQur’an Surat Ali Imran ayat 37 :

فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ۬ وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنً۬ا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا‌ۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيۡهَا زَكَرِيَّا ٱلۡمِحۡرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزۡقً۬ا‌ۖ قَالَ يَـٰمَرۡيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَـٰذَا‌ۖ قَالَتۡ هُوَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِ‌ۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٍ (٣٧)

 
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.

Maryam adalah anak perempuan dari Imran sejak kecil diasuh oleh pamannya, (Nabi Zakariya ‘alaihissalam). Setiap Nabi Zakariya masuk ke dalam Mihrab (kamar) Maryam, selalu tersedia hidangan makanan (buah-buahan).  Maka Zakariya bertanya dari mana makanan itu, Maryam menjawab : Makanan itu dari sisi Allah.

Yang demikian itu karena kedekatannya Maryam dengan Allah subhanahu wata’ala. Maryam adalah seorang wanita yang paling sholihah (paling suci) di dunia masa itu.    Maka Allah subhanahu wata’ala memberikan rezki langsung, siap untuk dimakan.  Semua itu adalah kehendak Allah subhanahu wata’ala.
Itulah salah satu contoh seorang hamba yang mendapatkan Rahmat.

Sebagaimana disebutkan diatas Nabi Zakariya ‘alaihissalam mendapat Rahmat dari Allah subhanahu wata’ala berupa keturunan (anak) yaitu Nabi Yahya ’alaihisalam.
Demikian pula Nabi Yahya ‘alaihissalam mendapat Rahmat dari Allah subhanahu wata’ala berupa Sifat Hannan . Lihat AlQur’an Surat Maryam ayat 12 dan 13 :



يَـٰيَحۡيَىٰ خُذِ ٱلۡڪِتَـٰبَ بِقُوَّةٍ۬‌ۖ وَءَاتَيۡنَـٰهُ ٱلۡحُكۡمَ صَبِيًّ۬ا (١٢) وَحَنَانً۬ا مِّن لَّدُنَّا وَزَكَوٰةً۬‌ۖ وَكَانَ تَقِيًّ۬ا (١٣)


12. Hai Yahya, ambillah Al kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak,
13. Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa). dan ia adalah seorang yang bertakwa,

Bahwa Sifat Hannan (Sifat cinta kasih yang sangat mendalam) serta kesucian dari dosa,  merupakan Rahmat dari Allah subhanahu wata’ala yang diberikan kepada Nabi Yahya ‘alaihissalam.

Artinya, type manusia yang tidak berdosa (suci dari dosa) adalah Nabi Yahya ‘alaihissalam. Bahkan dalam Tafsir Ibnu ‘Abbas disebutkan bahwa Nabi Yahya ‘alaihissalam tidak tahu apa itu dosa. Saking bersihnya beliau maka diabadikan dalam AlQur’an, Nabi Yahya ‘alaihissalam adalah orang yang suci.

Kesimpulan:
Dari ayat-ayat AlQur’an tersebut diatas, maka Rahmat Allah subhanahu wata’ala yang diberikan berupa :
1.     Keturunan (anak) yaitu diberikan kepada Nabi Zakariya ‘alaihissalam,
2.     Sifat Hannan dan suci dari dosa, diberikan kepada Nabi Yahya ‘alaihissalam
3.     Rezki (secara fisik) berupa makanan, diberikan kepada Maryam.

Apakah di luar yang tersebut ada lagi Rahmat dari Allah subhanahu wata’ala ? 
Jawabnya : Ada dan banyak sekali Rahmat dari Allah subhanahu wata’ala.  Orang-orang zaman sekarang banyak sekali yang mendapatkan Rahmat dari Allah subhanahu wata’ala, hanya sayangnya manusia tidak menyadari hal itu.
Juga Rahmat diberikan kepada para Wali Allah dan para Wali Allah itu orang-orang yang tidak terkenal.

Sekian bahasan mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                         _______________





No comments:

Post a Comment