Translate

Friday, June 12, 2015

Benarkah Kita Mencintai Allah Dan Rasul-Nya, oleh : H. Muhammad Alfis Chaniago/MUI-Pusat.



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

Benarkah Kita Mencintai Allah Dan Rasul-Nya
H. Muhammad Alfis Chaniago/MUI-Pusat.

Jum’at, 11 Sya’ban 1436H – 29 Mei 2015

 
Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat At Taubah ayat 24 :

   سُوۡرَةُ التّوبَة

قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُڪُمۡ وَإِخۡوَٲنُكُمۡ وَأَزۡوَٲجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٲلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَـٰرَةٌ۬ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَـٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡڪُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ۬ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِىَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦ‌ۗ وَٱللَّهُ لَا يَہۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَـٰسِقِينَ (٢٤)

Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Ayat tersebut bukan bermaksud melarang orang mencintai anak dan isterinya, bukan  melarang orang untuk menjadi kaya, bukan untuk me-marginal-kan perdagangan, tetapi ayat tersebut menegaskan, melarang kita umat Islam mencintai siapapun (apapun) melebihi dari kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan Allah subhanahu wata’ala.
Tentu dalam Islam diperintahkan agar kita semua mencintai bapak-ibu, anak dan isteri, keluarga kita, bahkan Allah subhanahu wata’ala memberikan apresiasi (pahala) yang besar  sebagaimana dalam Hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Tidaklah seseorang memandang wajah kedua orangtuanya dengan pandangan penuh kasih-sayang kecuali Allah mencatat baginya pahala Haji yang diterima  lagi mabrur”.

Seperti apa pahala Haji Mabrur ? 
Dalam Hadits diriwayatkan ketika Rasulullah bersiap-siap hendak melaksanakan ibadah haji (Haji Wada’), seorang sahabat mendatangi beliau dan bertanya : “Ya Rasulullah, aku tidak sempat melaksanakan ibadah haji sekarang,  lalu bagaimana kalau aku infakkan hartaku sebanyak tiga-per-empat dari seluruh hartaku,  bisakah aku mendapatkan pahala Haji yang mabrur?”. Kemudian Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mengajak  berjalan orang tersebut dan melihat sebuah bukit dari kejauhan.  Beliau menunjuk bukit itu sambil bersabda : “Kamu lihat bukit itu,  andaikata hartamu berupa emas sebesar bukit itu, itu belum sebanding dengan pahala haji yang mabrur”. Maka menangislah sahabat itu sambil berkata : “Sungguh rugi aku tidak bisa ber-haji tahun ini”.

Bagi kita umat Islam di Indonesia yang saat ini sulit untuk bisa melaksanakan ibadah haji karena harus menunggu giliran (antrian) selama sepuluh sampai duapuluh tahun untuk bisa berangkat Haji, lalu orangtua kita yang sudah mendaftar untuk berhaji di Kementerian Agama, tetapi ternyata beliau wafat sebelum Haji,  kita do’akan saja karena di alam Baqa mereka mengharapkan do’a kita, dan mereka mengharap agar kita yang masih hidup berbakti kepada orangtua, agar senantiasa kita mendo’akan mereka. Dalam ajaran Islam, bahwa berbakti kepada orang tua adalah sangat besar pahalanya.

Dalam ayat tersebut diatas : Apakah anak-anakmu lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya ? Apakah harta yang engkau usahakan  lebih engkau  cintai daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya ?. –
Maksudnya, bukan berarti Islam melarang kita mencintai keluarga atau harta yang kita usahakan, justru Islam memerintahkan agar kita bisa menjadi orang yang kaya  (berharta), sehingga kita bisa beribadah, membayar zakat, infaq, dst.  Karena Islam juga mewajibkan kita untuk mendirikan sholat dan membayar zakat.

Syarat untuk ber-zakat : Punya harta. Semakin banyak harta kita, semakin besar pula kita membayar zakat.   Karena itu jadilah orang Islam yang kaya.   Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kepada kita : “Kefakiran bisa mendatangkan kekufuran”. 
Yang dimaksud fakir di sini adalah miskin. Yaitu termasuk miskin harta,  miskin hati dan  miskin ilmu dst. Selanjutnya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Kekayaan adalah sebaik-baik penolong dalam menjaga ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala”.   Semua orang ingin bahagia, tetapi ingat bahwa kebahagiaan tidak terletak pada kekayaan.  

Banyak morang keliru dalam mengejar kekayaan sehingga ia tersesat. 
Kebahagiaan terletak pada kondisi jiwa yang mampu ber-adaptasi dengan perubahan.  Dunia ini serba berubah.  Yang semula berbadan langsing lama-lama berubah menjadi gemuk. Hendaknya kita bisa ber-adaptasi dengan perubahan. Andaikata kita berubah menjadi miskin, janganlah berburuk sangka kepada Allah subhanahu wata’ala.  Andaikata tiba-tiba kita berubah menjadi kaya, janganlah lalu kita lupa diri.

Bahwa harta adalah fasilitas dari Allah subhanahu wata’ala untuk beribadah kepada-Nya. Maksud rezeki yang diberikan Allah adalah fasilitas untuk melaksa-nakan  apa yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman : “Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk  beribadah kepada Aku”. Maka apapun yang kita lakukan, semua harus bernilai ibadah. Sekali lagi : Harta yang kita dapatkan adalah fasilitas dari Allah subhanahu wata’ala.

Seringkali terjadi,  karena orang tidak mengerti (paham) akan maksud dan tujuan harta, maka menjadikan orang itu lupa, sehingga ia tidak bisa melihat Cahaya Allah subhanahu wata’ala. Harta merupakan fasilitas dari Allah untuk membantu sesama yang miskin, dalam rangka mendekatkan diri pemilik harta itu kepada Allah subhanahu wata’ala.

Benarkah kita mencintai Allah dan Rasul-Nya ?
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat Ali Imran ayat 31 :

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡ‌ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ۬ (٣١)

Katakanlah(Muhammad): "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Maka kita sebagai muslim hendaknya mencintai Allah subhanahu wata’ala dan mengkuiti, meneladani Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.

Dalam sebuah Hadits shahih Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa yang mencintai aku dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan mengharamkan jasadnya dari api neraka”.

Bagaimana kita me-refleksi-kan kecintaan kita kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, beliau memberikan tuntunan dengan sabda beliau : “Barangsiapa yang mengikuti Sunnah-ku berarti ia mencintai aku.  Dan barangsiapa yang mencintai aku, kelak akan bersamaku di dalam surga”.

Karena itulah maka marilah kita ikuti Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.  Sunnah ada dua, yaitu : Sunnah dalam hal yang baku dan Sunnah dalam hal yang tidak baku. Ikutilah keduanya.

Sehubungan dengan hal tersebut,  MUI Pusat meluncurkan Kitab Hadits, yang dilengkapi dengan Indeks Hadits.   Maka bila anda ingin mencari sebuah Hadits, agak sulit menemukan, dengan Kitab Indeks Hadits tersebut anda dengan mudah menemukan Hadits yang anda maksud.  Misalnya anda mencari Hadits Bab Malu Kepada Allah dengan sebenar-benar malu.  Dengan mencarinya melalui Kitab Indeks Hadits, anda dengan mudah dan cepat sekali menemukan Teks Hadits yang anda inginkan itu. Semudah mencari “kata” dalam kamus.

Maka marilah kita bangun kehidupan pribadi kita, keluarga kita, anak-isteri kita  sesuai dengan Tuntunan Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.  Setiap keluarga muslim sangat layak memiliki Kitab Indeks Hadits tersebut.

Infak (harga) Kitab tesebut satu set terdiri dari dua jilid adalah Rp 450.000, - (Empatratus limapuluh ribu rupiah). Bisa diangsur 3 kali. Anda bisa menghubungi Sdr. Muhtar Efendi di Masjid Baitussalam (Gedung Arthaloka, Jakarta).  
Kitab tersebut disusun oleh : H.Muhammad Alfis Chaniago, dari MUI Pusat.

Sekian informasi, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHU WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                           _____________



No comments:

Post a Comment