Translate

Friday, June 12, 2015

Sifat Ar Rahman ( seri ke III), oleh : Ustadz Hendri Tanjung, Ph.D.



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

Sifat Ar Rahman ( seri ke III)
Ustadz Hendri Tanjung, Ph.D.

Jum’at, 4 Rajab 1436H – 22 Mei 2015


Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahau wata’ala,
Pada bahasan Sifat Ar Rahman I berdasarkan  Surat Ar Rahman ayat 1 – 4 , dan pada bahasan sifat Ar Rahman II melalui sisi kecerdasan, yaitu ada kecerdasan baru yang disebut Kecerdasan Rahmani.  Selanjutnya pada bahasan III kali ini adalah melalui pendekatan kata “Rahmat” dalam AlQur’an.  Rahmat merupakan bukti bahwa Allah adalah Maha Rahman (Maha Pengasih).

Bukti I : Rahmat berupa Keturunan (Anak-anak).
Bahwa Allah subhanahu wata’ala memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya, di antaranya adalah nikmat keturunan.  Dalam AlQur’an Surat Maryam ayat 2 Allah subhanahu wata’ala berfirman :

ذِكۡرُ رَحۡمَتِ رَبِّكَ عَبۡدَهُ ۥ زَڪَرِيَّآ (٢)

(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria,

Rahmat yang dimaksud adalah diberikannya keturunan kepada Nabi Zakariya ‘alaihissalam, seperti disebutkan dalam ayat-ayat berikutnya yaitu ayat 8, dimana Nabi Zakariya metika mendengar bahwa Allah akan mmberikan seorang anak kepadanya, Nabi Zakariya ‘alaihissalam  berkata :
Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah orang yang mandul  dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua?”.

Maksudnya, secara akal tidak mungkin Nabi Zakariya akan mempunyai anak karena isterinya mandul dan dia sendiri sudah tua, tidak mungkin akan punya anak.

Tetapi bila Allah subhanahu wata’ala berkehendak memberikan Rahmat (kenikmatan) yang berupa keturunan bagi yang Allah kehendaki, maka itu bukan masalah yang sulit bagi Allah subhanahu wata’ala.  Ayat tersebut merupakan pelajaran bagi siapa saja yang belum punya anak-keturunan padahal sudah lama menikah, agar jangan putus asa.

Di masa kini ada kisah seseorang yang sudah menikah selama 17 tahun tetapi belum dikaruniai anak. Mereka (suami-isteri) sudah berupaya ke berbagai klinik dan dokter, diperiksa fisik dan mental mereka (suami-isteri) di sarankan untuk melakukan ini dan itu sesuai petunjuk kesehatan (medis) dan itu semua telah mereka jalani, tetapi belum juga mempunyai anak.  Terakhir mereka berdo’a di depan Ka’bah (ketika mereka ibadah Haji dan Umroh), mengambil air Zamzam lalu diusapkan ke lutut suaminya, karena menurut dokter,  yang bermasalah adalah suaminya. Sambil mereka terus-menerus membaca do’a di depan Ka’bah agar diberi keturunan.

Sepulang dari Mekkah, beberapa bulan kemudian ternyata isterinya hamil dan melahirkan dengan normal.  Bahkan tahun-tahun berikutnya isterinya hamil lagi dan melahirkan lagi, sampai beberapa anak berikutnya lahir. Padahal isterinya ketika itu sudah berusia lebih dari 40 tahun.

Demikianlah Allah subhanahu wata’ala memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya berupa anak-keturunan. Itulah Rahmat, Kasih-Sayang Allah kepada kita. Alhamdulillah.

Dalam ayat 2 tersebut di atas : Tentang Rahmat Tuhan-Mu kepada Zakariya – Maksudnya, Rahmat diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala kepada Nabi Zakariya, berupa anak-keturunan, meskipun isterinya mandul dan Zakariya sendiri sudah lanjut usia. Yang menurut akal manusia sudah tidak mungkin mereka punya anak-keturunan.

Dan ketika Nabi Zakariya ‘alaihissalam berkata bahwa :  Mana mungkin ia dan isterinya akan mempunyai anak, maka dalam ayat berikutnya, ayat 9 Allah subhanahu wata’ala berfirman :
قَالَ كَذَٲلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَىَّ هَيِّنٌ۬ وَقَدۡ خَلَقۡتُكَ مِن قَبۡلُ وَلَمۡ تَكُ شَيۡـًٔ۬ا (٩)


Tuhan berfirman: "Demikianlah". Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali".

Maksudnya : Demikianlah, bagi Tuhan semua itu mudah. Meskipun sudah mandul dan sudah tua, kalau Allah menghendaki mereka punya anak, maka mereka akan mempunyai anak.

Salah satu bukti ke-Rahmanan dari Sifat Ar Rahman Allah subhanahu wata’ala, bagaimana sayangnya Allah kepada kita. Dengan adanya anak-keturunan, maka orang akan merasakan kebahagiaan hidup.  Sebagaimana disebutkan dalam Surat Ali Imran ayat14 :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٲتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَـٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَـٰمِ وَٱلۡحَرۡثِ‌ۗ ذَٲلِكَ مَتَـٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا‌ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُ ۥ حُسۡنُ ٱلۡمَـَٔابِ (١٤)


Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

Maksudnya, dijadikan indah dalam keluarga antara lain adanya anak-anak. Maknanya, bahwa Allah subhanahu wata’ala memberikan Rahmat berupa nikmat keturunan kepada hamba-hamba-Nya.

Bukti II : Rahmat berupa  Pemberian rezki dan harta.
Bukti Rahmat (kesayangan) Allah subhanahu wata’ala adalah pemberian rezki berupa harta.  Karena fitrah manusia adalah senang kepada harta. Tidak ada manusia yang tidak suka kepada harta.  Lihat Surat Al Israa’ ayat 100 :


قُل لَّوۡ أَنتُمۡ تَمۡلِكُونَ خَزَآٮِٕنَ رَحۡمَةِ رَبِّىٓ إِذً۬ا لَّأَمۡسَكۡتُمۡ خَشۡيَةَ ٱلۡإِنفَاقِ‌ۚ وَكَانَ ٱلۡإِنسَـٰنُ قَتُورً۬ا (١٠٠)


Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya". dan adalah manusia itu sangat kikir.

Dalam ayat tersebut :  Perbendaharaan artinya harta. Orang yang kaya harta (mempunyai harta) ada kecenderungan untuk tidak mau meng-infak-kan hartanya. Itulah manusia yang pada umumnya punya sifat kikir. Kecuali orang yang beriman kepada Allah subhanahu wata’ala, dan yakin kepada hari Akhirat, bahwa dengan ber-infak maka akan dilipat-gandakan pahala infak-nya itu.

Berdasarkana ayat tersebut, maka rezki berupa harta adalah merupakan kasih-sayang Allah kepada hamba-Nya.  Namun kadang manusia tidak memahaminya. 
Seharusnya, karena Allah memberikan harta kepada kita berdasarkan kasih-sayang kepada kita,  maka kita memberikan lagi sebagian harta  yang ada pada kita kepada orang yang memerlukan, karena kasih-sayang kita kepada mereka.

Pertanyaannya : Bagaimana dengan harta yang telah diberikan Allah kepada kita ?  Apakah kita menahannya ataukah kita membelanjakannya di jalan Allah ? Selama ini sudah berapakah harta yang diberikan Allah kepada kita ? Sudah berapakah yang kita infak-kan di jalan Allah ?

Rezki yang diberikan kepada kita adalah Rahmat Allah subhanahu wata’ala. Baik rezki itu kita cari dengan susah-payah maupun dengan mudah. Dari sini kita lihat bahwa kecenderungan  manusia adalah kikir. Untuk itu maka kita jaga diri kita jangan sampai ada sifat kikir. Dalam belanja rumah-tangga usahakan ada pos untuk infak.  Sukur-sukur kalau kita usahakan melakukan infak dihitung per-hari.  Misalnya disisihkan  per-hari Rp 2.000,-.

Maka dalam Surat Al Baqarah disebutkan bahwa orang-orang yang bertakwa, adalah orang yang beriman kepada yang Ghaib, yang mengerjakan sholat dan meng-infak-kan sebagian rezkinya yang Allah anugerahkan kepada mereka.  
Orang yang bertakwa yakin bahwa apa yang diinfakkan itu akan dibalas oleh Allah subhanahu wata’ala dengan berlipat-ganda.

Berapa pahala orang yang ber-infak ?.  Lihat Surat Al Baqarah ayat 261 :

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٲلَهُمۡ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ۬ مِّاْئَةُ حَبَّةٍ۬‌ۗ وَٱللَّهُ يُضَـٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ‌ۗ وَٱللَّهُ وَٲسِعٌ عَلِيمٌ (٢٦١)


Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.

Di akhir ayat tersebut : Allah melipat-gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki maknanya: Balasan infak itu dilipat-gandakan dengan tidak terbatas, sesuka Allah subhanahu wata’ala.

Sementara bila dipahami dengan akal,  bahwa harta yang dikeluarkan, diinfakkan akan mengurangi harta yang sudah ada.  Dan kebanyakan manusia tidak mau dikurangi hartanya, maka manausia tidak akan mau ber-infak.
Maka hanya orang yang bertakwa, yang ia yakin bahwa balasan Allah akan berlipat-ganda, dan yakin dengan AlQur’an, yakin kepada Allah subhanahu wata’ala, maka ia mau ber-infak.

Demikian juga Waqaf, dimana orang sudah mencari harta dengan susah payah, setelah terkumpul harta lalu di waqafkan, diserahkan kepada pihak lain dengan  cara Waqaf, sangat tidak masuk akal, kata orang Barat yang sekuler. Tetapi bagi orang beriman, dimana diajarkan dalam Islam, bahwa justru di situlah ujian bagi orang yang beriman.  Orang yang ber-Waqaf, pahalanya terus mengalir meskipun orang yang ber-Waqaf sudah meninggal. Maka hendaknya kita berniat sebelum meningggal kita bisa ber-Waqaf, seberapapun banyaknya.

Bukti III  Rahmat  berupa : Tidak ada yang bisa menahan rezki dari Allah.
Bila Allah hendak menganugerahkan rezki kepada hamba-Nya, maka tidak ada seorangpun yang bisa menahannya. Lihat Surat Faathir ayat 2 :

مَّا يَفۡتَحِ ٱللَّهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحۡمَةٍ۬ فَلَا مُمۡسِكَ لَهَاۖ وَمَا يُمۡسِكۡ فَلَا مُرۡسِلَ لَهُ ۥ مِنۢ بَعۡدِهِۚۦ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ (٢)

  
Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Maknanya, bahwa urusan rezeki adalah urusan Allah subhanahu wata’ala, bukan urusan manusia. Maka bila manusia sudah melakukan Syari’at dengan baik, sesuai dengan perintah-Nya,  maka perkara rezki adalah  urusan Allah subhanahu wata’ala.  Itulah pentingnya kita ber-Tawakkal kepada Allah subhanahu wata’ala.

Dalam mengeluarkan infak juga harus sesuai dengan kemampuan.  Dan infak dilakukan apabila bila ada kelebihan rezeki.  Bila tidak punya harta maka ber-infaklah dengan kata-kata yang lembut dan menyenangkan.

Lihat Surat Al Kahfi ayat 10 :
إِذۡ أَوَى ٱلۡفِتۡيَةُ إِلَى ٱلۡكَهۡفِ فَقَالُواْ رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةً۬ وَهَيِّئۡ لَنَا مِنۡ أَمۡرِنَا رَشَدً۬ا (١٠)


(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)."

Demikianlah para pemuda yang yang lari dari penguasa yang dzolim, mereka mempertahankan akidah mereka, berlindung masuk gua, ternyata ketika mereka di dalam, pintu gua tertutup karena ada batu yang runtuh. Maka pemuda itu berdo’a kepada Allah subhanahau wata’ala : “Ya Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami”.
Rahmat dalam ayat tersebut maksudnya adalah rezeki dari sisi Allah subhanahu wata’ala.

Ayat berikutnya Surat Al Kahfi ayat 11  : 

فَضَرَبۡنَا عَلَىٰٓ ءَاذَانِهِمۡ فِى ٱلۡكَهۡفِ سِنِينَ عَدَدً۬ا (١١)

Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu.

Maksudnya: Allah menidurkan mereka selama 309 tahun Qamariah dalam gua itu sehingga mereka tak dapat dibangunkan oleh suara apapun.

Ayat 12 :
ثُمَّ بَعَثۡنَـٰهُمۡ لِنَعۡلَمَ أَىُّ ٱلۡحِزۡبَيۡنِ أَحۡصَىٰ لِمَا لَبِثُوٓاْ أَمَدً۬ا (١٢)


Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).

Maka mereka saling berselisih dalam menghitung berapa lama mereka tinggal dalam gua itu. Dan Allah tetap memberikan rahmat-Nya (rezeki) kepada para pemuda itu selama dalam gua. Karena para pemuda itu tetap mempertahankan ke-imanan mereka kepada Allah subhanahu wata’ala.

Surat Al Kahfi ayat 16 :

وَإِذِ ٱعۡتَزَلۡتُمُوهُمۡ وَمَا يَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ فَأۡوُ ۥۤاْ إِلَى ٱلۡكَهۡفِ يَنشُرۡ لَكُمۡ رَبُّكُم مِّن رَّحۡمَتِهِۦ وَيُهَيِّئۡ لَكُم مِّنۡ أَمۡرِكُم مِّرۡفَقً۬ا (١٦)


Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.

Ayat tersebut merupakan jawaban atas do’a para pemuda yang terjebak dalam gua, yaitu Allah akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya (rezeki) juga menyediakan segala keperluan mereka.

Demikianlah Rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang taat dan patuh kepada Allah subhanahu wata’ala. Diberikan jalan keluar dari kesulitan, diberikan rezeki, diberikan nikmat sebagai bukti bahwa Allah sangat sayang kepada hamba-hamba-Nya.

Demikian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA,  ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                         __________

No comments:

Post a Comment