PENGAJIAN DHUHA MASJID
BAITUSSALAM
Sifat Ar Rahman ( seri ke III)
Ustadz
Hendri Tanjung, Ph.D.
Jum’at, 4 Rajab 1436H –
22 Mei 2015
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahau
wata’ala,
Pada bahasan Sifat Ar Rahman I
berdasarkan Surat Ar Rahman ayat 1 – 4 ,
dan pada bahasan sifat Ar Rahman II melalui sisi kecerdasan, yaitu ada
kecerdasan baru yang disebut Kecerdasan
Rahmani. Selanjutnya pada bahasan
III kali ini adalah melalui pendekatan kata “Rahmat” dalam AlQur’an. Rahmat merupakan
bukti bahwa Allah adalah Maha Rahman
(Maha Pengasih).
Bukti
I
: Rahmat berupa Keturunan (Anak-anak).
Bahwa Allah subhanahu wata’ala memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya, di
antaranya adalah nikmat keturunan. Dalam
AlQur’an Surat Maryam ayat 2 Allah subhanahu wata’ala berfirman :
ذِكۡرُ
رَحۡمَتِ رَبِّكَ عَبۡدَهُ ۥ زَڪَرِيَّآ (٢)
(Yang dibacakan
ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria,
Rahmat
yang
dimaksud adalah diberikannya keturunan kepada Nabi Zakariya ‘alaihissalam, seperti disebutkan dalam
ayat-ayat berikutnya yaitu ayat 8, dimana Nabi Zakariya metika mendengar bahwa
Allah akan mmberikan seorang anak kepadanya, Nabi Zakariya ‘alaihissalam berkata :
“Ya
Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah orang yang
mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya
sudah mencapai umur yang sangat tua?”.
Maksudnya, secara akal tidak mungkin Nabi
Zakariya akan mempunyai anak karena isterinya mandul dan dia sendiri sudah tua,
tidak mungkin akan punya anak.
Tetapi bila Allah subhanahu wata’ala berkehendak memberikan Rahmat (kenikmatan) yang berupa keturunan bagi yang Allah
kehendaki, maka itu bukan masalah yang sulit bagi Allah subhanahu wata’ala. Ayat
tersebut merupakan pelajaran bagi siapa saja yang belum punya anak-keturunan
padahal sudah lama menikah, agar jangan putus asa.
Di masa kini ada kisah seseorang yang
sudah menikah selama 17 tahun tetapi belum dikaruniai anak. Mereka
(suami-isteri) sudah berupaya ke berbagai klinik dan dokter, diperiksa fisik
dan mental mereka (suami-isteri) di sarankan untuk melakukan ini dan itu sesuai
petunjuk kesehatan (medis) dan itu semua telah mereka jalani, tetapi belum juga
mempunyai anak. Terakhir mereka berdo’a
di depan Ka’bah (ketika mereka ibadah Haji dan Umroh), mengambil air Zamzam
lalu diusapkan ke lutut suaminya, karena menurut dokter, yang bermasalah adalah suaminya. Sambil mereka
terus-menerus membaca do’a di depan Ka’bah agar diberi keturunan.
Sepulang dari Mekkah, beberapa bulan
kemudian ternyata isterinya hamil dan melahirkan dengan normal. Bahkan tahun-tahun berikutnya isterinya hamil
lagi dan melahirkan lagi, sampai beberapa anak berikutnya lahir. Padahal
isterinya ketika itu sudah berusia lebih dari 40 tahun.
Demikianlah Allah subhanahu wata’ala memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya berupa
anak-keturunan. Itulah Rahmat,
Kasih-Sayang Allah kepada kita. Alhamdulillah.
Dalam ayat 2 tersebut di atas : Tentang Rahmat Tuhan-Mu kepada Zakariya
– Maksudnya, Rahmat diberikan oleh
Allah subhanahu wata’ala kepada Nabi
Zakariya, berupa anak-keturunan, meskipun isterinya mandul dan Zakariya sendiri
sudah lanjut usia. Yang menurut akal manusia sudah tidak mungkin mereka punya
anak-keturunan.
Dan ketika Nabi Zakariya ‘alaihissalam berkata bahwa : Mana mungkin ia dan isterinya akan mempunyai
anak, maka dalam ayat berikutnya, ayat 9 Allah subhanahu wata’ala berfirman :
قَالَ
كَذَٲلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَىَّ هَيِّنٌ۬ وَقَدۡ خَلَقۡتُكَ مِن قَبۡلُ
وَلَمۡ تَكُ شَيۡـًٔ۬ا (٩)
Tuhan
berfirman: "Demikianlah". Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah
bagi-Ku; dan sesunguhnya telah aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di
waktu itu) belum ada sama sekali".
Maksudnya : Demikianlah, bagi Tuhan semua itu mudah. Meskipun sudah mandul dan
sudah tua, kalau Allah menghendaki mereka punya anak, maka mereka akan
mempunyai anak.
Salah satu bukti ke-Rahmanan dari Sifat Ar
Rahman Allah subhanahu wata’ala,
bagaimana sayangnya Allah kepada kita. Dengan adanya anak-keturunan, maka orang
akan merasakan kebahagiaan hidup.
Sebagaimana disebutkan dalam Surat
Ali Imran ayat14 :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٲتِ مِنَ
ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَـٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ
وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَـٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٲلِكَ
مَتَـٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُ ۥ حُسۡنُ ٱلۡمَـَٔابِ (١٤)
Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Maksudnya, dijadikan indah dalam keluarga
antara lain adanya anak-anak. Maknanya, bahwa Allah subhanahu wata’ala memberikan Rahmat berupa nikmat keturunan kepada hamba-hamba-Nya.
Bukti
II : Rahmat berupa Pemberian rezki dan
harta.
Bukti Rahmat (kesayangan) Allah subhanahu wata’ala adalah pemberian rezki
berupa harta. Karena fitrah manusia
adalah senang kepada harta. Tidak ada manusia yang tidak suka kepada
harta. Lihat Surat Al Israa’ ayat 100 :
قُل
لَّوۡ أَنتُمۡ تَمۡلِكُونَ خَزَآٮِٕنَ رَحۡمَةِ رَبِّىٓ إِذً۬ا لَّأَمۡسَكۡتُمۡ
خَشۡيَةَ ٱلۡإِنفَاقِۚ وَكَانَ ٱلۡإِنسَـٰنُ قَتُورً۬ا (١٠٠)
Katakanlah:
"Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat
Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut
membelanjakannya". dan adalah manusia itu sangat kikir.
Dalam ayat tersebut : Perbendaharaan
artinya harta. Orang yang kaya harta (mempunyai harta) ada kecenderungan untuk
tidak mau meng-infak-kan hartanya.
Itulah manusia yang pada umumnya punya sifat
kikir. Kecuali orang yang beriman kepada Allah subhanahu wata’ala, dan yakin kepada hari Akhirat, bahwa dengan
ber-infak maka akan dilipat-gandakan pahala infak-nya itu.
Berdasarkana ayat tersebut, maka rezki
berupa harta adalah merupakan kasih-sayang Allah kepada hamba-Nya. Namun kadang manusia tidak memahaminya.
Seharusnya, karena Allah memberikan harta
kepada kita berdasarkan kasih-sayang kepada kita, maka kita memberikan lagi sebagian harta yang ada pada kita kepada orang yang
memerlukan, karena kasih-sayang kita kepada mereka.
Pertanyaannya : Bagaimana dengan harta
yang telah diberikan Allah kepada kita ?
Apakah kita menahannya ataukah kita membelanjakannya di jalan Allah ?
Selama ini sudah berapakah harta yang diberikan Allah kepada kita ? Sudah
berapakah yang kita infak-kan di jalan Allah ?
Rezki
yang
diberikan kepada kita adalah Rahmat
Allah subhanahu wata’ala. Baik
rezki itu kita cari dengan susah-payah maupun dengan mudah. Dari sini kita
lihat bahwa kecenderungan manusia adalah
kikir. Untuk itu maka kita jaga diri
kita jangan sampai ada sifat kikir. Dalam belanja rumah-tangga usahakan ada pos
untuk infak. Sukur-sukur kalau kita
usahakan melakukan infak dihitung per-hari.
Misalnya disisihkan per-hari Rp
2.000,-.
Maka dalam Surat Al Baqarah disebutkan bahwa orang-orang yang bertakwa, adalah orang yang beriman
kepada yang Ghaib, yang mengerjakan sholat dan meng-infak-kan sebagian
rezkinya yang Allah anugerahkan kepada mereka.
Orang yang bertakwa yakin bahwa apa yang
diinfakkan itu akan dibalas oleh Allah subhanahu
wata’ala dengan berlipat-ganda.
Berapa pahala orang yang ber-infak ?. Lihat Surat
Al Baqarah ayat 261 :
مَّثَلُ
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٲلَهُمۡ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ
أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ۬ مِّاْئَةُ حَبَّةٍ۬ۗ
وَٱللَّهُ يُضَـٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۗ وَٱللَّهُ وَٲسِعٌ عَلِيمٌ (٢٦١)
Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.
Di akhir ayat tersebut : Allah melipat-gandakan bagi siapa yang Dia
kehendaki maknanya: Balasan infak
itu dilipat-gandakan dengan tidak
terbatas, sesuka Allah subhanahu
wata’ala.
Sementara bila dipahami dengan akal, bahwa harta yang dikeluarkan, diinfakkan akan
mengurangi harta yang sudah ada. Dan
kebanyakan manusia tidak mau dikurangi hartanya, maka manausia tidak akan mau
ber-infak.
Maka hanya orang yang bertakwa, yang ia
yakin bahwa balasan Allah akan berlipat-ganda, dan yakin dengan AlQur’an, yakin
kepada Allah subhanahu wata’ala, maka
ia mau ber-infak.
Demikian juga Waqaf, dimana orang sudah mencari harta dengan susah payah, setelah
terkumpul harta lalu di waqafkan, diserahkan kepada pihak lain dengan cara Waqaf, sangat tidak masuk akal, kata
orang Barat yang sekuler. Tetapi bagi orang beriman, dimana diajarkan dalam
Islam, bahwa justru di situlah ujian bagi orang yang beriman. Orang yang ber-Waqaf, pahalanya terus
mengalir meskipun orang yang ber-Waqaf sudah meninggal. Maka hendaknya kita berniat sebelum meningggal kita bisa ber-Waqaf, seberapapun banyaknya.
Bukti
III Rahmat berupa : Tidak ada yang bisa menahan rezki
dari Allah.
Bila Allah hendak menganugerahkan rezki
kepada hamba-Nya, maka tidak ada seorangpun yang bisa menahannya. Lihat Surat Faathir ayat 2 :
مَّا
يَفۡتَحِ ٱللَّهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحۡمَةٍ۬ فَلَا مُمۡسِكَ لَهَاۖ وَمَا يُمۡسِكۡ
فَلَا مُرۡسِلَ لَهُ ۥ مِنۢ بَعۡدِهِۚۦ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ (٢)
Apa saja
yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun
yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak
seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.
Maknanya, bahwa urusan rezeki adalah urusan Allah subhanahu wata’ala, bukan urusan
manusia. Maka bila manusia sudah melakukan Syari’at dengan baik, sesuai dengan
perintah-Nya, maka perkara rezki
adalah urusan Allah subhanahu wata’ala. Itulah
pentingnya kita ber-Tawakkal kepada
Allah subhanahu wata’ala.
Dalam mengeluarkan infak juga harus sesuai dengan kemampuan. Dan infak dilakukan apabila bila ada
kelebihan rezeki. Bila tidak punya harta
maka ber-infaklah dengan kata-kata yang lembut dan menyenangkan.
Lihat Surat
Al Kahfi ayat 10 :
إِذۡ
أَوَى ٱلۡفِتۡيَةُ إِلَى ٱلۡكَهۡفِ فَقَالُواْ رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ
رَحۡمَةً۬ وَهَيِّئۡ لَنَا مِنۡ أَمۡرِنَا رَشَدً۬ا (١٠)
(Ingatlah) tatkala para pemuda
itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai
Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi
kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)."
Demikianlah para pemuda yang yang lari
dari penguasa yang dzolim, mereka mempertahankan akidah mereka, berlindung
masuk gua, ternyata ketika mereka di dalam, pintu gua tertutup karena ada batu
yang runtuh. Maka pemuda itu berdo’a kepada Allah subhanahau wata’ala : “Ya
Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi
kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami”.
Rahmat dalam ayat
tersebut maksudnya adalah rezeki dari
sisi Allah subhanahu wata’ala.
Ayat berikutnya Surat Al Kahfi ayat 11 :
فَضَرَبۡنَا
عَلَىٰٓ ءَاذَانِهِمۡ فِى ٱلۡكَهۡفِ سِنِينَ عَدَدً۬ا (١١)
Maka
Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu.
Maksudnya: Allah menidurkan mereka selama
309 tahun Qamariah dalam gua itu sehingga mereka tak dapat dibangunkan oleh
suara apapun.
Ayat
12 :
ثُمَّ
بَعَثۡنَـٰهُمۡ لِنَعۡلَمَ أَىُّ ٱلۡحِزۡبَيۡنِ أَحۡصَىٰ لِمَا لَبِثُوٓاْ
أَمَدً۬ا (١٢)
Kemudian
Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan
itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua
itu).
Maka mereka saling berselisih dalam
menghitung berapa lama mereka tinggal dalam gua itu. Dan Allah tetap memberikan
rahmat-Nya (rezeki) kepada para
pemuda itu selama dalam gua. Karena para pemuda itu tetap mempertahankan
ke-imanan mereka kepada Allah subhanahu
wata’ala.
Surat
Al Kahfi ayat 16 :
وَإِذِ
ٱعۡتَزَلۡتُمُوهُمۡ وَمَا يَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ فَأۡوُ ۥۤاْ إِلَى
ٱلۡكَهۡفِ يَنشُرۡ لَكُمۡ رَبُّكُم مِّن رَّحۡمَتِهِۦ وَيُهَيِّئۡ لَكُم مِّنۡ
أَمۡرِكُم مِّرۡفَقً۬ا (١٦)
Dan
apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka
carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan
sebagian rahmat-Nya kepadamu dan
menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.
Ayat tersebut merupakan jawaban atas do’a
para pemuda yang terjebak dalam gua, yaitu Allah akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya (rezeki) juga menyediakan
segala keperluan mereka.
Demikianlah Rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang taat dan
patuh kepada Allah subhanahu wata’ala. Diberikan
jalan keluar dari kesulitan, diberikan rezeki, diberikan nikmat sebagai bukti
bahwa Allah sangat sayang kepada hamba-hamba-Nya.
Demikian bahasan, mudah-mudahan
bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU
ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
__________
No comments:
Post a Comment