MAJELIS DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Jum’at, 24 Agustus 2018 / 12 Dzul-Hijjah
1439
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Prolog: Sekelumit
Kisah
• Alkisah, pada suatu hari, secara
bergantian, Hasan al-Basri, (21-110 H), seorang sufi yang terkenal sangat
shaleh dan wara’. didatangi tiga orang yang ingin berkonsultasi dan
meminta solusi atas persoalan yang dihadapinya.
• Orang pertama mengadukan masalah ladangnya yang
kering, puso, dan gagal panen akibat sudah lama tidak turun hujan, sehingga dia
merasa cemas akan masa depan anak-anaknya yang semakin hari semakin membutuhkan
banyak biaya.
• Orang kedua yang menghadap Hasan al-Bashri
curhat soal pernikahannya yang belum kunjung dikaruniai keturunan padahal sudah
bertahun-tahun menikah, dan sudah mencari aneka pengobatan yang memungkinkannya
mendapat keturunan (“buah hati”). Akan tetapi, usahanya belum juga membuahkan
hasil.
• Sementara itu, orang ketiga mengadukan nasibnya
yang takkunjung berubah sebagai fakir miskin. Selama ini ia hidup di bawah
garis kemiskinan. Ia merasa tidak pernah tahu hari ini akan makan apa, karena ia hanya seorang
buruh serabutan. Ia sudah bosan menjadi orang miskin, dan ingin menjadi orang
kaya dan hidup sejahtera.
• Kepada ketiga orang itu, Hasan al-Basri pun
memberi nasehat sama. Nasehat beliau, “Perbanyaklah istighfar di
rumahmu, di jalan, di pasar, di tempat kerja, di manapun dan kapanpun,
karena engkau tidak tahu kapan ampunan
Allah itu turun”! Beliau lalu membacakan firman Allah SWT berikut:
فَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ
كَانَ غَفَّارًا ﴿١٠﴾ يُرْسِلِ
ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا ﴿١١﴾
وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَٰلٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّٰتٍ وَيَجْعَل
لَّكُمْ أَنْهَٰرًا ﴿١٢﴾ مَّا
لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا ﴿١٣﴾
(سورة نوح: 10-13)
Artinya: “Maka
aku katakan kepada mereka, mohonlah ampun (beristighfarlah) kepada Tuhanmu,
sesungguhnya Dia itu Maha Pengampun. (Dengan beristighfar) niscaya Dia akan
mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan
anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di
dalamnya) sungai-sungai. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?” (QS.
Nuh/29: 10-13)
•
Mereka bertiga
lalu merenung, melakukan refleksi, dan
berintrospeksi diri. Masing-masing mengakui dan berkata dalam hati: “Selama
ini aku termasuk kurang beristighfar kepada Allah, sekaligus kurang percaya
kepada kebesaran-Nya”.
• Mereka
sepakat untuk menjadikan istighfar sebagai jalan keluar pertama dan
paling utama dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi.
• Setelah
mengamalkan nasehat Hasan al-Bashri tersebut, tidak lama kemudian, Allah SWT
pun menurunkan hujan, memberikan keturunan, dan menganugerahi kekayaan kepada
tiga orang tersebut, sehingga ketiga orang itu mendapat jalan keluar dan
memperoleh apa yang selama ini mereka dambakan.
Pokok Bahasan
• Mengapa istighfar (memohon ampun) itu
sangat dahsyat sebagai jalan keluar atau solusi spiritual untuk mengatasi
kesulitasn dan meraih kesuksesan hidup dunia dan akhirat?
•
Konsep Dasar (Makna) istighfar dan sifat
Allah sebagai Pengampun
• Apa
hukum dan keutamaan istighfar?
• Bagaimana
seharusnya kita beristighfar?
• Apa
formulasi (ungkapan) dalam beristighfar kepada Allah Swt.?
Konsep Dasar (Makna) Istighfar
•
Kata “istighfar” berasal dari kata ghafara (غفر) yang sering diterjemahkan
“mengampuni” . Kata ini pada asalnya bermakna menutupi(ستر)
Dalam kitab Nuzhatul Muttaqîn fî Syarhi Riyâdhish Shâlihîn
dijelaskan: وأصل
الغفر الستر (asal
makna “ghafara” adalah menutupi).
•
Istighfar adalah memohon ampun/ampunan kepada Dzat yang Maha Pengampun atas segala
kesalahan dan dosa yang diperbuat, baik disengaja maupun tidak, besar maupun
kecil.
•
Dalam buku “‘Menyingkap’ Tabir Ilahi – Al-Asmâ’
al-Husnâ dalam Perspektif al-Qur’an”, M. Quraish Shihab menerangkan 3
sifat Allah yang terambil dari akar kata ini, yaitu: غَافِرْ (Ghâfir), غَفَّارْ (Ghaffâr), dan غَفُوْر (Ghafûr).
•
Ibnul ‘Arabi mengemukakan beberapa pendapat
meyangkut perbedaan kata-kata tersebut. Ghâfir adalah pelaku. Maksudnya
sekadar menetapkan adanya sifat ini kepada sesuatu, tanpa memandang
ada/tidaknya yang diampuni atau ditutupi.
Sifat Allah sebagai Pengampun
•
Allah adalah al-Ghaffâr
yang salah satu artinya Dia menutupi dosa hamba-hamba-Nya karena kemurahan dan
anugerah-Nya.
•
Perbedaan antara Ghaffâr dan Ghafûr
adalah Ghaffâr yang menutupi aib/kesalahan di dunia, sedangkan Ghafûr
menutupi aib di akhirat.
•
Ghafûr dapat juga berarti banyak memberi maghfirah,
sedang Ghaffâr mengandung arti banyak dan berulangnya maghfirah
serta kesempurnaan dan keluasan cakupannya. Dengan demikian, Ghaffâr
lebih dalam dan kuat kandungan maknanya dari Ghafûr. Karena itu, ada yang berpendapat bahwa ampunan
Ghaffâr dapat mencakup orang-orang yang bermohon maupun yang tidak
bermohon.
• Imam
al-Ghazali mengemukakan bahwa al-Ghaffâr adalah yang Maha menampakkan
keindahan dan menutupi keburukan. Dosa-dosa adalah bagian dari sejumlah
keburukan yang ditutupi-Nya dengan jalan tidak menampakkannya di dunia serta
mengenyampingkan siksa-Nya di akhirat.
• Menurut
Imam al-Ghazali, sifat Al-Ghafûr dan al-Ghaffâr , keduanya
bermakna sama, hanya saja Ghafûr mengandung semacam mubâlaghah (superlative, penekanan) yang tidak dikandung oleh kata
al-Ghaffâr, karena al-Ghaffâr menunjukkan mubâlaghah dalam
maghfirah (pengampunan menyeluruh/penutupan yang rapat) di samping berulang-ulang, sedangkan Ghafûr
menunjuk kepada sempurna dan menyeluruhnya sifat tersebut.
• Allah itu Ghafûr
dalam arti sempurna pengampunan-Nya hingga mencapai puncak tertinggi dalam maghfirah.
Mengapa harus
beristighfar?
• Istighfar
bukan hanya diperintahkan oleh Allah kepada hamba-Nya yang berdosa. Allah yang
Maha Pengampun mengetahui betul bahwa hamba-hamba-Nya siang dan malam pasti
pernah melakukan dosa, sehingga sangatlah wajar hamba harus memohon ampunan
kepada-Nya.
• Hamba
(manusia) harus proaktif memohon dan terus merasa membutuhkan pertolongan
Tuhan. Salah satu jalan untuk mendapatkan pertolongan itu adalah memohon
ampunan-Nya. Kalau Allah sudah mengampuni kesalahan-kesalahan hamba, niscaya
permohonannya yang lain pasti akan dikabulkan.
• وَعَن أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ :
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: قَالَ اللَّهُ : "يَا
ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ
فِيكَ وَلاَ أُبَالِى ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ
السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِى ، يَا ابْنَ
آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ لَقِيتَنِي
لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً " (أخرجه
الترمذي وغيره).
Artinya: Anas ra
meriwayatkan bahwa saya mendengar Rasulullah Saw bersabda, Allah berfirman:
“Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau memohon kepada-Ku dan berharap kepada-Ku,
niscaya Aku ampuni segala dosamu yang telah kamu lakukan dan Aku tidak peduli.
Wahai anak Adam, jika dosamu sampai setinggi langit lalu engkau meminta ampun
kepada-Ku, niscaya Kuampuni. Wahai anak Adam, jika engkau datang kepada-ku
dengan membawa kesalahan seluas bumi lalu engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan
tidak menyekutukan-Ku sedikitpun, niscaya Aku datang kepadamu dengan ampunan
seluas bumi pula.”(HR. at-Turmudzi dan lainnya).
• Persoalan
“lambat”-nya memperoleh keturunan, boleh jadi disebabkan oleh kurangnya hamba
“mendatangi, mendekat, dan curhat” langsung dengan Allah SWT. Allah sedemikian
sayang kepada hamba-Nya, bahkan ampunan Allah itu jauh lebih luas dan terbuka,
daripada “keterbukaan” hamba itu sendiri untuk mau memohon ampunan dan kasih
sayang-Nya.
• Karena
itu, sebagai solusi spiritualnya, perbanyaklah beristighfar dan berdoa
kepada-Nya, lebih-lebih pada waktu sepertiga malam terakhir. Di waktu yang
termasuk kategori superprime time ini Allah menjanjikan ampunan dan
pengabulan doa bagi hamba-Nya yang mau mendekati-Nya, karena Dia di sepertiga
malam terakhir itu turun ke langit dunia.
وعَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ،
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : " يَنْزِلُ
رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، حِينَ
يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ،
مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ" (رواه
البخاري ومسلم)
Artinya: “Abu Hurairah ra.
meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Tuhan kami yang Mahasuci dan
Mahatinggi itu turun ke langit dunia setiap malam, saat sepertiga malam
terakhir, seraya berfirman: “Siapa yang memohon kepada-Ku, pasti akan aku
penuhi permohonannya. Siapa yang meminta-Ku, pasti akan Aku beri dia; dan siapa
yang memohon ampun kepada-Ku, pasti Aku ampuni dosanya.” (HR. al-Bukhari dan
Muslim).
Allah itu Maha Pengampun
• Dan
barangsiapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia memohon
ampunan kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang. (QS an-Nisa’: 110)
ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ عَمِلُوا۟
ٱلسُّوٓءَ بِجَهَٰلَةٍ ثُمَّ تَابُوا۟ مِنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ وَأَصْلَحُوٓا۟ إِنَّ
رَبَّكَ مِنۢ بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿١١٩﴾
Artinya : “Kemudian,
sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) orang yang mengerjakan kesalahan karena
kebodohannya, kemudian mereka bertobat setelah itu dan memperbaiki (dirinya),
sungguh, Tuhanmu setelah itu benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (QS
an-Nahl: 119)
•
وَإِذَا
جَآءَكَ ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِـَٔايَٰتِنَا فَقُلْ سَلَٰمٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ
رَبُّكُمْ عَلَىٰ نَفْسِهِ ٱلرَّحْمَةَ أَنَّهُۥ مَنْ عَمِلَ مِنكُمْ سُوٓءًۢا
بِجَهَٰلَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنۢ بَعْدِهِۦ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُۥ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٥٤﴾
Dan apabila
orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu, maka
katakanlah, "Salāmun 'alaikum (selamat sejahtera untuk kamu)."
Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih sayang pada diri-Nya, (yaitu) barang-siapa
berbuat kejahatan di antara kamu karena kebodohan, kemudian dia bertobat
setelah itu dan memperbaiki diri, maka Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS
al-An’am: 54)
Hukum Beristighfar
• Selain berdoa itu merupakan keharusan bagi
seorang hamba yang faqir (sangat membutuhkan) dan dha’if (lemah)
di hadapan Tuhan, beristighfar juga dapat meningkatkan kekuatan hamba
dalam menghadapi berbagai persoalan: kekuatan mental, kekuatan spiritual, dan
kekuatan hati kita semua. Allah berfirman:
وَيَٰقَوْمِ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ ثُمَّ
تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ
قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا۟ مُجْرِمِينَ ﴿٥٢﴾
Artinya : Dan
(Hud berkata), "Wahai kaumku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu
bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras, Dia
akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling
menjadi orang yang berdosa." (QS. Hud/11: 52)
• Berdasarkan
ayat tersebut dan lainnya, dapat ditegaskan bahwa hukum beristighfar bagi
Muslim itu adalah wajib, karena hamba pasti pernah bersalah, berdosa, dan
menzhalimi diri sendiri. Selain itu, boleh jadi hamba tidak dapat menunaikan
apa yang menjadi kewajibannya kepada Allah Swt.
Saat Memperoleh Kemenangan & Kesuksesan, Istighfar juga
Diperintahkan
• Apabila telah datang pertolongan Allah dan
kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah,
maka bertasbihlah dengan Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia
Maha Penerima tobat. (QS. an-Nashr: 1-3)
Keutamaan Istighfar
1. Orang yang beristighfar itu adalah orang yang
selalu berkesadaran dan berketetapan hati untuk mau mengingat dan mendekat
kepada Allah SWT.
Istighfar
merupakan pintu masuk atau kunci mendapatkan kasih sayang Allah. Orang yang
mengingat-Nya pasti tidak akan dilupakan oleh-Nya, permohonannya pasti akan
dipenuhi. Mengingat Allah dan bersyukur kepada-Nya merupakan kunci disayang
oleh-Nya.
Allah berfirman:
Karena itu,
ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu; dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS al-Baqarah/2: 152)
2. Membiasakan istighfar digaransi oleh Nabi
Muhammad SAW untuk selalu dimudahkan segala urusan. Sabda Nabi, “Siapa yang
membiasakan istighfar, maka Allah selalu memberikan jalan keluar bagi
setiap kesempitan hidupnya, memberikan kemudahan bagi setiap kesulitannya, dan
memberinya rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka.” (HR Abu Daud).
Ampunan dari
Allah SWT merupakan awal dari terbukanya pintu-pintu langit yang insya Allah
disusul dengan limpahan aneka karunia-Nya yang tidak terhingga banyaknya.
3. Istighfar dapat menjauhkan kita dari
murka dan azab Allah. Bahkan Allah sangat murka kepada orang yang tidak mau
beristighfar. Dengan beristighfar, pada dasarnya kita memohon limpahan kasih
sayang dan kemurahan-Nya.
Allah berfirman:
وَمَا
كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ
وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ ﴿٣٣﴾
“Dan
Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedangkan kamu berada di antara
mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka
meminta ampun.” (QS al-Anfal/8: 33).
Ampunan Allah SWT menandai
hilangnya murka-Nya kepada hamba-Nya; jika hamba tidak dimurkai, berarti sangat
disayangi. Kalau hamba disayangi, pasti apapun diminta, akan diberi.
4. Istighfar
merupakan amalan jitu untuk menjauhkan diri dari godaan syetan. Menurut Ibn
al-Jauzi, “setan atau iblis itu membinasakan anak Adam dengan (merayunya)
berbuat dosa, akan tetapi mereka itu membinasakanku dengan beristighfar dan
mengucapkan la ilaha illa Allah.”
Jika setiap Muslim mau beristighfar
dengan sepenuh hati, tulus, ikhlas, dan khusyu’ (penuh penghayatan dan
pemaknaan), niscaya syetan menjauh darinya, dan hati menjadi semakin bersih.
5. Istighfar itu amalan utama yang tidak
pernah ditinggalkan oleh para Nabi dan Rasul. Bahkan Nabi SAW, yang ma’shum
(terpelihara dari berbuat dosa) dan telah digaransi oleh Allah masuk surga,
tetap selalu beristighfar lebih dari seratus kali dalam sehari semalam.
Nabi Adam AS misalnya pernah beristighfar
berikut:
مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ ﴿٢٣﴾ قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن
لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ
“Keduanya (Adam dan istrinya) berdoa:
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri sendiri, jika Engkau tidak
mengampuni dan menyayangi kami, niscaya kami tergolong orang-orang yang
merugi.” (QS al-A’raf/7: 23)
Dari kisah Nabi
Yunus yang “ditelan” ikan raksasa dan beliau sempat berada dalam tiga kegelapan
(gelapnya perut ikan, gelapnya lautan yang dalam, dan gelapnya malam yang
kelam), dengan munajat dan istighfar yang terus-menerus dibacanya, akhirnya
beliau diselamatkan oleh Allah (dimuntahkan oleh ikan, dan tidak jadi dimakan
ikan). Munajat dan istighfar yang beliau terus baca adalah:
وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَٰضِبًا فَظَنَّ
أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ أَن لَّآ إِلَٰهَ
إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿٨٧﴾
Artinya: “Dan (ingatlah kisah) Zun
Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa
Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat
gelap, "Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku
termasuk orang-orang yang zalim." (QS. al-Anbiya’/21: 87)
فَٱسْتَجَبْنَا لَهُۥ وَنَجَّيْنَٰهُ مِنَ
ٱلْغَمِّ وَكَذَٰلِكَ نُۨجِى ٱلْمُؤْمِنِينَ ﴿٨٨﴾
Artinya: “Maka
Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah
Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman." (QS. al-Anbiya’/21: 88)
Melalui istighfar,
hamba dengan segenap kelemahan dan kekurangan yang ada, memulangkan persoalan
ini kepada Allah, seraya memohon ampun dan pertolongan dari-Nya, karena Allah
berfirman:
وَقَالَ
رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى
سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ ﴿٦٠﴾
“Tuhanmu berfirman:
Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (berdoa kepada-Ku) akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina.” QS. Al-Mu’min/40: 60)
Secara teologis, ayat tersebut
menegaskan bahwa orang yang malas dan tidak mau berdoa, termasuk beristighfar
berarti orang yang sombong, tidak tahu diri, dan cenderung durhaka kepada Allah
SWT. Karena itu, Nabi Muhammad SAW
bersabda: “Barangsiapa yang tidak meminta (berdoa) kepada Allah, maka Dia akan
marah/murka kepada-Nya.” (HR. Ahmad, Turmudzi, dan Ibn Majah).
Bagaimana Beristighfar?
1. Beristighfar
harus dilakukan terus-menerus, tidak boleh malas dan kurang semangat.
Doa dan istighfar merupakan
sumber kekuatan, harapan, dan kenikmatan Mukmin, karena hatinya senantiasa
tertambat melalui doa dengan Sang Kekasih yang Maha Penyayang. Oleh sebab itu,
Nabi SAW bersabda: “Orang yang paling lemah adalah orang yang tidak bisa
berdoa; sedangkan orang yang paling bakhil adalah orang yang pelit memberi
salam (kepada sesama Muslim).” (HR. Ibn Hibban).
2.
Beristighfar dalam situasi apapun.
• Beristighfar
hanya pada waktu susah dan meninggalkannya pada saat bahagia merupakan perilaku
orang lupa (diri dan lupa Allah).
• “Dan
apabila Kami beri kenikmatan kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri;
tetapi apabila ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa.” (QS Fushshilat/41:
51)
• Dalam
konteks ini, Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang ingin agar doanya di waktu
kesusahan dikabulkan oleh Allah, maka hendaklah ia memperbanyak doa di waktu
lapang dan bahagia.” (HR. Turmudzi dan al-Hakim).
3. Agar dikabulkan, istighfar dan doa harus
“dikawal dan dibarengi” dengan beramal, berusaha dan berbuat baik sesuai dengan
apa yang dimohonkan kepada Allah.
•
Jika misalnya memohon kekayaan dari Allah, maka
hamba harus bekerja keras, halal dan thayyib, untuk meraih yang
dimohonkan itu. Selain itu, hamba juga tidak boleh berputus asa, bahkan harus
selalu berbaik sangka dengan Allah bahwa doanya pasti dikabulkan (sesuai
dengan kebijaksanaan Allah).
• Ketahuilah, “Allah itu Maha Baik, dan tidak
menyukai kecuali yang baik-baik,” kemudian Nabi SAW menyebutkan mengenai
seseorang yang datang dari perjalanan jauh dengan rambut acak-acakan (kusut) dan wajah berdebu,
mengangkat tangannya ke langit sambil berdoa: Ya Tuhanku, ya Tuhanku. Selanjutnya beliau berkata: “Bagaimana
mungkin doanya akan dikabulkan oleh Allah, sedangkan makanannya haram,
minumannya haram, dan pakaiannya haram” (HR. Muslim).
4.
Untuk lebih memantapkan dan mendekatkan
terkabulnya istighfar, kita juga dianjurkan untuk banyak bersedekah,
karena sedekah itu, antara lain, dapat menolak bala, menyuburkan dan membuat
karunia yang diberikan oleh Allah itu berlimpah dan penuh berkah.
•
Selain bersedekah, kita dianjurkan pula berpuasa
sunah, sehingga kondisi mental spiritual kita menjadi lebih bersih dan dekat
dengan Allah SWT.
•
Singkatnya, melalui istighfar ini, kita
juga perlu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah, agar istighfar
dan doa yang kita “panjatkan” dikabulkan Allah SWT, pintu-pintu keberkahan dari
langit menjadi terbuka, dan apa yang diturunkan dari langit membawa keberkahan
bagi kita semua dan makhluk lainnya. Allah berfirman:
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ
مِّنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ وَلَكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ
يَكْسِبُونَ [الأعراف: 96]
“Dan sekiranya
penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. al-A’raf/7: 96)
Doa Penghulu Istighfar
Arti Doa Penghulu Istighfar
• ”Ya
Allah Engkau adalah Tuhanku, Tidak ada tuhan yang haq kecuali Engkau. Engkau
yang menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu dan aku di atas ikatan janji -Mu
dan akan menjalankannya dengan semampuku, aku berlindung kepadamu dari
segala kejahatan yang telah aku perbuat. Aku mengakui-Mu atas nikmat-Mu
terhadap diriku dan aku mengakui dosaku pada-Mu, maka ampunilah aku,
sesungguhnya tiada yang mengampuni segala dosa kecuali Engkau” (HR.
al-Bukhari no. 6306)
Keutamaan Sayyidul Istighfar
مَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا ،
فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِىَ ، فَهُوَ
مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهْوَ مُوقِنٌ بِهَا ، فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ، فَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ (رواه البخاري)
مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهْوَ مُوقِنٌ بِهَا ، فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ، فَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ (رواه البخاري)
• Artinya:
“Barangsiapa mengucapkannya
pada siang hari dan meyakininya, lalu dia mati pada hari itu sebelum waktu
sore, maka dia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa mengucapkannya pada
malam hari dalam keadaan meyakininya, lalu dia mati sebelum waktu pagi, maka
dia termasuk penghuni surga.” (HR. al-Bukhari)
Istighfar: Esensi
Doa setelah Qiyamul Lail
Setelah shalat Tahajjud/Qiyamul
Lail, Nabi SAW membiasakan membaca doa yang esensinya adalah istighfar:
•
اللهم لك
الحمد أنت قيّم السموات والأرض ومن فيهن، ولك الحمد لك ملك السموات والأرض ومن
فيهن، ولك الحمد أنت نور السموات والأرض ومن فيهن، ولك الحمد أنت مالك السموات
والأرض ومن فيهن، ولك الحمد أنت الحق ووعدك الحق، ولقاؤك حق، وقولك حق، والساعة
حق، والجنة حق، والنار حق، والنبيون حق، ومحمد صلى الله عليه وسلم حق، والساعة حق.
اللهم لك أسلمتُ، وبك آمنتُ، وعليك توكلت، وإليك أنبت، وبك خاصمت، وإليك تحاكمت،
فاغفرلي ما قدمت وما أخرت، وما أسررت وما أعلنت، أنت المقدم وأنت المؤخر، لا إله
إلا أنت، ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم (رواه البخاري)
Arti Doa setelah Shalat Qiyamul Lail
"Ya Allah, hanya
untuk-Mu segala puja dan puji, Engkau adalah Yang maha mengurusi langit dan
bumi beserta isinya; Engkau adalah Pemilik kerajaan langit dan bumi beserta
isinya; Engkau adalah cahaya langit dan bumi beserta isinya; Engkau adalah raja/penguasa
langit dan bumi beserta isinya. Hanya milik-Mu ya Allah segala puja dan puji.
Engkau adalah Maha Benar, Janji-Mu benar, Pertemuan dengan-Mu benar.
Perkataan-Mu benar. Surga dan neraka itu benar (ada). Para Nabi itu benar.
Muhammad Saw benar, dan hari kiamat juga benar. Hanya kepada-Mu aku berislam,
beriman, bertawakkal, kembali, berselisih, dan berhukum. Karena itu, ampunilah
dosaku yang lampau dan yang belakangan, yang kusembunyikan dan terlihat
terang-terangan. Tiada tuhan selain-Mu, dan tiada daya dan upaya melainkan
karena-Mu." (HR al-Bukhari).
Formulasi (Ungkapan) Istighfar
Sayyidul istighfar (Embahnya
istigfar) tersebut merupakan ungkapan yang paling afdal, namun juga ada bentuk formulasi lainnya, antara lain :
v أستغفر الله (saya
memohon ampun kepada Allah)
v رب اغفر لي (Ya
Tuhanku, ampunilah dosaku)
v اللهم إني ظلمت نفسي فاغفر لي فإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت.(Ya
Allah, sungguh aku telah berbuat aniaya terhadap diri sendiri, maka ampunilah
aku, karena tidak ada yang dapt mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau)
v رب اغفر
لي وتب علي إنك أنت التواب الغفور .
(Ya Tuhanku, ampunilah aku, dan terimalah taubatku. Engkau adalah Dzat yang
Maha Penerima taubat dan Maha Pengampun)
v أستغفر
الله العظيم الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه (Aku memohon ampun
kepada Allah yang tiada tuhan sebagai Dia yang Mahahidup dan Maha Pemelihara,
dan aku bertaubat kepada-Nya)
Penutup
• Istighfar
itu bacaan mulia yang seharusnya sering diucapkan oleh Muslim, kapan saja,
terutama setelah selesai shalat, lebih-lebih pada sepertiga malam terakhir.
• Konsistensi
dalam beristighfar memang merupakan salah satu jalan keluar atau solusi
spiritual bagi persoalan keseharian kita.
• Istighfar
bukan hanya merupakan kewajiban hamba, melainkan kebutuhan spiritual yang dapat
mendekatkan diri kepada Allah Swt.
• Istighfar
di waktu-waktu mustajab seperti sepertiga terakhir di setiap malam tentu
mempunyai keistimewaan yang luar biasa, karena kesucian hati sang pendoa
membuat Allah yang Mahasuci semakin
sayang dengan hama-Nya, sehingga Allah SWT sangat menghargai dan mencintai
hamba-Nya yang beristighfar.
• Ciri
orang bertaqwa itu, antara lain, suka berbuat baik, sedikit tidur (bukan
sedikit-sedikit tidur), dan selalu beristighfar di waktu sahur (sepertiga malam
terakhir), sebagaimana firman Allah berikut:
Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan mata air,
mereka mengambil apa yang diberikan Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka
sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur pada waktu
malam; dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). (QS.
adz-Dzariyat: 15-18)
"Mudah-mudahan amalan istighfar ini selalu menjadi jalan keluar kita semua, sehingga kualitas iman, ilmu, dan amal shalih kita dapat terus kita jaga dan tingkatkan."Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Dr. Muhbib Abdul Wahab, MA. (Dosen Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta)
No comments:
Post a Comment