Qolbun Salim – Hati
Yang bersih (Lanjutan) # 3
UST. AHMAD SUSILO
Jum’at,
21 Dzulqo’dah 1434 – 27 September 2013
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala
Sebagai kelanjutan bahasan sebelumnya,
maka berikut ini kita bahas tentang sebab manusia tidak mampu mengendalikan
dirinya menjadi Qolbun Salim (Hati yang
bersih), membiarkan hatinya sakit, dan hati yang sakit didiamkan saja akhirnya
manjadi hati yang mati. Semua itu dikarenakan hawa-nafsu syaithon. Itulah
hawa-nafsu yang paling buruk yang ada pada diri manusia.
Hawa-nafsu syaithon memang berasal dari
godaan syaithon. Syaithon tidak pernah jemu, bosan dan tidak pernah menyerah
dalam menggoda manusia. Syaithon tidak pernah sedetikpun berhenti dari menggoda
manusia. Maka banyak manusia yang kalah dan menyerah kepada godaan syaithon.
Sebab manusia itu sendiri yang tidak mau berusaha, tidak mau membersihkan
hatinya. Sehingga hatinya terus-menerus
kotor, akhirnya terjerumus dan mengikuti hawa-nafsu syaithon.
Maka kita diperintah oleh Allah subhanahu wata’ala melalui lisan Nabi
Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam. Dalam sebuah Hadits shahih diriwayatkan oleh
Imam At Thirmidzy dan Imam Hakim, dari sahabat bernama Quthbah bin Malik,
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
selalu berdo’a : - Allahumma janibni munkarotil
akhlaq wal a’mal wal ahwa wal adwa -
(Ya
Allah, jauhkan aku dari keburukan akhlak, dari keburukan amal, dari keburukan
hawa-nafsu dan keburukan penyakit).
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam tahu bahwa penyakit yang paling buruk
adalah penyakit hati. Maka beliau berlindung kepada Allah jangan sampai
punya penyakit hati. Beliupun berdo’a agar dijauhkan dari hawa-nafsu syaithon.
Beliaupun selalu berdo’ agar dijauhkan dari amal (perbuatan) buruk. Penyebab semua keburukan itu adalah akhlak
yang buruk. Maka beliau selalu berdo’a sebagaimana disebutkan di atas.
Padahal akhlak Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasaallam tidak
buruk, bahkan mulia, amal beliau juga tidak buruk, demikian pula hawa-nafsunya
tidak buruk, termasuk beliau tidak punya penyakit yang buruk, karena semua itu dijaga oleh Allah subhanahu wata’ala, tetapi beliau masih
memohon dan berdo’a sebagaimana disebutkan di atas.
Ketika beliau membaca do’a di waktu pagi
dan petang dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Hakim, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam senantiasa
berdo’a :
-
Ya Hayyu,
ya Qoyyum, birohmatika astaghis, ashlihli sya’ni kulla, wa latakilni ila
nafsi thorfata ‘ain –
(Ya
Allah Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri sendiri, dengan rahmat-Mu dengan memohon
kepada-Mu, dengan kasih-sayang-Mu aku memohon pertolongan kepada-Mu, dan jangan
Engkau serahkan kepada diriku segala urusanku walaupun sekejap mata).
Karena syaithon ketika menggoda manusia
untuk menjadikan manusia hatinya sakit dan mati, syaithon tidak pernah putus
asa. Maka wajib bagi kita memohon
perlindungan kepada Allah agar syaithon tidak menggoda kita dan tidak mampu
mengganggu kita. Karena syaithon adalah
makhluk yang telah berjanji kepada Allah subhanahu
wata’ala bahwa dia akan selalu menggoda manusia.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surat Al A’raaf ayat 16 – 17 :
16.
Iblis berkata : "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya
benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
17.
Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari
kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka
bersyukur (taat).
Syaithon berjanji kepada Allah bahwa
mereka (syaithon) akan selalu menghalangi manusia dari jalan yang lurus, akan
menjadikan manusia mati hatinya. Syaithon akan menggoda manusia dari segala
penjuru, dari depan, belakang, kiri dan kanan, dan menjadikan manusia tidak bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala.
Dan manusia tidak tahu dan tidak mendengar
ketika syaithon menggoda kita (manusia) karena syaithon itu membisikkan
langsung masuk ke dalam dada setiap
manusia, bahkan syaithon menggoda manusia melalui aliran darah tubuh
manusia. Secara terus-menerus, tidak pernah berhenti.
Allah subhanahu
wata’ala berfirman dalam Surat Al
Hijr ayat 39 :
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah
memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik
(perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya,
Bayangkan, semua perbuatan buruk (jelek)
oleh Iblis dibungkus sedemikian rupa sehingga nampak indah di hadapan
manusia. Artinya, manusia berbuat
maksiat, meninggalkan ibadah, tidak pernah merasa berdosa, karena menganggap dirinya benar dan baik.
Padahal manusia itu tersesat. Dan Iblis berjanji akan menyesatkan semua
manusia.
Maka kita (manusia) diwajibkan berlindung
kepada Allah subhanahu wata’ala, dari
godaan syaithon. Apa sebab kita harus
meminta tolong kepada Allah subhanahu
wataa’ala ?. Apakah syaithon itu kuat ?
Tidakkah kita mampu menghadapi sendiri ?.
Padahal syaithon itu lemah. Syaithon
sebenarnya lemah, tidak berdaya.
Lihat Surat
An Nisaa’ ayat 76 :
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan
orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah
kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.
Ternyata syaithon itu lemah. Orang
yang ikhlas, berhati bersih, hanya mengharap ridho Allah, tidak akan bisa
diganggu oleh syaithon. Karena syaithon itu sebenarnya lemah.
Syaithon sendiri telah berkata dalam Surat Al Hijr ayat 40 :
Kecuali
hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka".
Maksudnya, syaithon menyatakan bahwa tidak
mampu (tidak berdaya) untuk menggoda manusia yang ikhlas (mukhlis).
Apa sebab manusia banyak yang tergoda oleh
syaithon ? Karena manusia tidak punya rasa ikhlas,
hati bersih, ridho kepada Allah subhanahu
wata’ala.
Sedangkan syaithon tetap selalu mendatangi
manusia (kita) secara terus-menerus, tidak akan pernah jemu. Menggoda manusia
dari segala penjuru (dari depan, belakang, kanan dan kiri).
Itulah missi syaithon, selalu berusaha
menggoda manusia, walaupun syaithon sendiri lemah.
Maka di Surat an Nisaa’ ayat 76 di atas
disebutkan bahwa orang yang beriman berjuang karena Allah. Sedangkan orang yang ingkar, kafir, mereka
berjuang karena mengikuti thoghut (syaithon), mereka mengikuti
hawa-nafsu syaithon, Mereka berjuang di dunia ini hanya untuk harta, kekayaan,
pangkat, kedudukan. Itulah thoghut
(hawa-nafsu syaithon).
Imam
An Nawawi
di dalam Kitab Tauhid menjelaskan bahwa Thoghut adalah segala sesuatu yang
berasal dari hawa-nafsu syaithon, yang kamu
cintai lebih dari cinta kepada Allah subhanahu
wata’ala. Maka kalau ada orang yang
mencintai pekerjaannya sampai melupakan ibadah kepada Allah, maka itu adalah
pekerjaan thoghut. Kalau ada orang punya harta dan kedudukan
lalu ia lebih cinta kepada harta dan kedudukannya dibanding cintanya kepada
Allah, lalu ia tinggalkan aturan Allah, maka kekayaannya, kedudukannya adalah thoghut. Seorang suami mencintai isterinya
lebih daripada mencintai Allah, isterinya tidak dididik dengan benar agar taat
kepada Allah, menutupi auratnya, dst, maka isterinya adalah thoghut.
Maka perintah Allah di ujung ayat tersebut
: “Maka perangilah kawan-kawan syaithon
itu karena sesungguhnya tipu-daya
syaithon adalah lemah”.
Jadi sebetulnya syaithon itu lemah. Tetapi banyak manusia yang kalah dengan
syaithon, karena manusianya sendiri yang lemah.
Sudah lemah tidak mau meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Lihat Surat
An Nisaa’ ayat 28 :
Allah
hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.
Sesungguhnya Allah banyak sekali
memberikan keringanan kepada kita manusia. Dan Allah hanya memerintahkan sholat
5 kali (sholat Wajib). Padahal semula manusia diperintah sholat 50 kali
sehari-semalam. Tetapi lalu
diperintahkan hanya 5 kali. Artinya
diberikan diskon 90%. Bukankah itu keringanan ?
Maka betapa bodohnya manusia yang sudah
diberi keringanan, tetapi masih juga
minta keringanan, lalu ditinggalkannya aturan Allah subhanahu wata’ala. Untuk zakat Allah hanya minta 2,5% dari harta
per-tahun. Padahal Allah memberikan
kepada manusia rezki 100%.
Lalu silakan shodakoh semampu kita.
Kita membaca AlQur’an paling kuat setengah
jam, padahal waktu kita diberikan 24 jam sehari. Bukankah itu keringanan ? Bahkan orang yang
tidak mampu ber-Haji tidak dipaksakan untuk ber-Haji, hanya orang yang mampu
saja. Orang yang tidak mampu membayar zakat tidak disuruh membayar zakat. Bukankah itu keringanan ? Tetapi ada orang yang mampu lalu mengaku
tidak mampu. Maka orang seperti ini durhaka kepada Allah subhanahu wata’ala.
Apa sebab Allah memberikan banyak
keringanan kepada manausia ? Karena Allah menciptakan manusia dalama
keadaan lemah. Maka kalau ada orang
merasa dirinya kuat, hebat, maka orang itu dzolim.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surat Al Isra’ ayat 37 :
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan
sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan
sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.
Ada orang yang berkata, telah mampu menaklukkan
gunung (puncak gunung), ia merasa perkasa, padahal dirinya yang lemah. Naik gunung berhari-hari lalu menancapkan
bendera di puncak gunung, lalu berteriak :
Lihatlah, aku taklukkan gunung !.
Padahal ia sendiri yang takluk pada syaithon, ketika itu menuruti
hawa-nasu syaithon, yaitu menaiki puncak gunung tetapi sholat dittinggalkan,
ibadah lainnya ditinggalkan, mencari
ilmu agama ditinggalkan, hanya karena mendaki gunung, menuruti hawa-nafsu
syaithon.
Memerlukan berapa hari manusia mendaki gunung
sampai puncaknya ? Kadang berhari-hari baru sampai di puncak gunung. Sementara itu burung pipit hanya beberapa
menit sudah sampai di puncak gunung.
Tetapi manusia merasa paling
kuat, ia sombong.
Maka ketika mengibaratkan atas orang yang
kuat dalam sebuah Hadits shahih yang diriwayatakan oleh Imam Bukhari dan Imam
Muslim, dari Abu Hurairah rodhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shollallau ‘alaihi
wasallam bersabda : “Orang yang kuat
itu bukan orang yang tenaganya kuat, memukul sekali orang bisa jatuh, melainkan
orang yang kuat di sisi Allah adalah orang yang sanggup mengendalikan jiwanya, dirinya, hatinya,
tetap menjkadi Qolbun Salim di saat
ia dalam keadaan marah”.
Maka kekuatan itu bukan dari fisik
melainkan dari hati. Bahwa manusia itu yang dilihat oleh Allah subhanahu wata’ala adalah hatinya. Orang itu sempurna kalau
hatinya baik dan orang itu rusak kalau hatinya buruk.
Ketika syaithan menggoda manusia, lalu
terjadi pertempuran antara syaithan yang lemah dengan manusia yang lemah,
seharusnya manusia yang menang, kalau manusia itu meminta tolong kepada Allah subhanahu wata’ala. Tetapi banyak manusia yang kalah dengan
godaan syaithan, karena tidak mau minta tolong kepada Allah subhanahu wata’ala.
Lihat Surat
Al A’raaf ayat 200 dan Surat Fushshilat
ayat 36 :
Dan
jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah.
Anehnya, banyak orang di negeri kita yang
katanya “kesurupan syaithan”, minta
tolongnya kepada syaithon lagi, yaitu kepada dukun, kepada “orang pinter”, dst,
tidak meminta tolong kepada Allah subhanahu
wata’ala.
Padahal dukun dan “orang pinter” tidak
bisa melihat syaithon, sedang Allah Maha
Melihat dan Maha Mendengar, tahu bahwa kita sedang didatangi syaithon. Maka
kita seharusnya minta pertolongan kepada Allah.
Karena memang itu yang diperintahkan Allah subhanahu wata’ala.
Jangan minta tolong kepada yang lain. Jangan minta tolong kepada Ustad, Kiyai atau
ulama, tidak usah. Meskipun banyak
ustad, Kyai yang meng-iklan-kan diri.
Kita harus mengikuti AlQur’an, anjuran
Allah subhanahu wata’ala, bukan
mengikuti manusia. Tetapi yang jelas kalau AlQur’an
pasti benar.
Diulang lagi firman Allah subhanahu wata’ala dalam Surat Fushshilat ayat 36 :
Dan
jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan
kepada Allah. sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Syaithan mengganggu manusia dari depan,
belakang, kiri dan kanan. Cukupkah kita memohon perlindungan : Ya Allah aku
berlindung dari godaan syaithan yang terkutuk ?. Belum.
Itu baru ucapan. Memang ada beberapa ayat dari AlQur’an dan Hadits
yang telah masyhur, yang semuanya telah Allah beritakan dan Allah contohkan melalui Rasul-Nya.
Lihat Surat
Al Mu’minun ayat 97 – 98 :
97. Dan katakanlah: "Ya Tuhanku aku berlindung
kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan.
98.
Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka
kepadaku."
Syaithan membisikkan, tetapi kita tidak
tahu. Salah satu yang Allah perintahkan adalah membaca ayat tersebut. Tetapi bukan hanya membaca, konsekuensinya ketika kita memohon pertolongan,
juga harus dipenuhi semua perintah Allah subhanahu
wata’ala, lakukan aturan-aturan
Allah yang telah ditetapkan dan jauhi semua larangan-Nya.
Diibaratkan, seorang karyawan kantor
meminta agar gajinya dinaikkan. Tentu
atasannya akan mengabulkan permintaan karyawan tersebut dengan syarat :
karyawan tersebut meningkatkan disiplin kerjanya, lebih menaati aturan-aturan
kantor dan menaikkan prestasi kerjanya, dst.
Sedangkan apabila si karyawan tetap tidak
disiplin, prestasinya tidak meningkat, tentu permintaannya tidak dikabulkan.
Bahkan mungkin akan diberi sanksi, ia diberikan peringatan (SP3). Karena karyawan itu minta tetapi memintanya
tidak ikhlas.
Betapa banyak umat Islam meminta tolong
kepada Allah : Ya Allah, lindungilah aku
dari godaan syaithan, ya Allah jangan sampai syaithon mendatangiku, dst. Demikian banyak permintaannya, tetapi giliran
diperintah sholat, zakat, puasa, dzikir, tidak dijalani. Ada saja alasannya.
Hadits shahih riwayat Imam Ahmad, Imam Abu
Daud, Imam Nasa’i, Imam Thirmidzy dan Imam Ibnu Majah, dari sahabat bernama Abi
Sa’id Al Khudri, menceritakan bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bila bertakbir dalam sholatnya, maka
beliau bersabda sebelum membaca Surat Al Fatihah : “A’udzubillahissami’il ‘alim
minasysyaithonirojim, min hadzihi wanafkhihi wanafsihi” (Ya Allah aku berlindung kepada-Mu ya Allah
Yang Maha Mendengar, Yang Maha Mengetahui, aku berlindung kepada-Mu ya Allah
dari gangguan syaithon, dari bisikananya, dari permainannya, dari tiupannya,
dari ludahnya).
Karena syaithon sering meniup-niup dan
meludahi mata, meludahi telinga orang yang sedang sholat. Sehingga ketika dalam sholat orang langsung
matanya mengantuk. Ketika lupa sesuatu
dalam sholat langsung ingat, ketika sholat yang dipikirkan dunianya. Semua itu
karena godaan syaithon. Maka setiap
sholat Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam selalu berdo’a seperti tersebut di atas. Sedangkan kita tidak melakukan itu.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam selalu berdoa pagi dan petang :
-
Allahumma inni as-alukal ‘afiyah, fidini wa dun-yaya
wa ahli wa mali
(Ya Allah, aku memohon keselamatan dari
dalam kehidupan agamaku, dalam duniaku, dalam hartaku, dalam keluargaku,
selamatkan aku ya Allah).
-
Allahumastur aurot wa amirou’at - (Ya Allah
tutupilah auratku, tutupilah keburukanku, selamatkan apa yang tidak baik dalam
diriku).
Lalu ditutup dengan do’a oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam :
-
Allahummahfadzni mim baini aidihim wamin kholfihim, wa
‘an aimanihim wa’an syama’alihim wamin fauqi, wa a’udzubi ‘adzomatika anukhtala
min takhti -
(Ya Allah jagalah aku dari kedatangan
syithan dari depanku, dari belakangku, dari kananku, dari kiriku, dan dari
atasku. Ya Allah jagalah aku agar aku
tidak disambar oleh syaithon yang datang dari bawahku agar aku tidak dibenamkan ke dalam bumi oleh
syaithon).
Demikianlah, Rasulullah saw yang sudah
dijamin oleh Allah subhanahu wata’ala
tidak mampu syaithon menggodanya, tetapi masih rajin berdo’a seperti tersebut
di atas. Bagaimana dengan kita ?.
Maka Allah subhanahu wata’ala mengingatkan kepada kita seperti dalam Surat Faathir ayat 5 dan
6 :
5. Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar,
maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali
janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.
6.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu),
karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya
mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala
Menurut ayat tersebut syaithon hanya mampu
mengajak, tidak pernah memaksa. Jadi syaithon tidak pernah memaksa, hanya
mengajak agar kita menjadi temannya. Supaya kelak di neraka bisa masuk
bersama-sama dengan kita. Jadi siapa
yang salah ketika kelak ada manusia masuk neraka ? Sebagaimana telah disampaikan pada bahasan
sebelum ini bahwa penghuni neraka itu isinya adalah manusia. Kenapa manusia banyak masuk neraka ? Karena terpedaya oleh bujukan syaithan. Qolbunya
mati.
Allah subhanahu
wata’ala berfirman dalam Surat
Ibrahim 22 :
Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah
diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang
benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya.
sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku
menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu
mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. aku sekali-kali tidak dapat
menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu
mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang
yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.
Manusia banyak yang tidak punya Qolbun Salim, karena terpedaya oleh
syaithon. Maka kuncinya adalah : Berlindunglah kepada Allah dari godaan dari
godaan syaithon. Dan ketika kita berlindung kepada Allah jangan hanya
secara lisan, tetapi buktikan apa yang
Allah perintahkan kita jalankan, ibadah dengan benar, cara mencari nafkah, cara berpakaian, semua
harus mengikuti aturan Allah subhanahu
wata’ala.
Kalau itu yang kita lakukan, pasti Allah
akan lindungi kita. Kalau kita hanya
pandai berkata-kata, tetapi tidak membuktikan apa yang Allah atur, jangan harap Allah akan memberikan
perlindungan kepada kita. Yang ada
syithon bahkan akan menjadi kawan kita.
Na’udzubillahi
min dzalik.
Sekian bahasan mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Makasi admin benar benar pencerahan bagi saya yang sering terkena syndrom takut yang berlebihan karena bisikan syaiton yang laknat. Haturnuhun :)
ReplyDelete