Translate

Friday, January 10, 2014

Sukses Menurut Al Islam, oleh Ustadz. Zainur Rochman



Sukses Menurut Al Islam
Ustadz. Zainur Rochman


Jum’at,  20 Januari 2012



Kata “sukses” adalah sebuah kata yang didambakan, diharapkan serta ditunggu –tunggu oleh semua manusia tidak terkecuali siapapun dia. Ini lah satu kata yang dengannya manusia jadi malam menjadi siang dan siang menjadi malam, kemudian jadikan kaki menjadi kepala dan kepala jadi kaki serta memeras keringat dan bermandikan peluh untuk meraih satu kata tersebut. Mereka beranggapan dengan harta, jabatan, popularitas maka bisa mencapai “sukses” padahal itu hanya sangkaan dan dugaan mereka saja.

Suksesnya seseorang tidak ada sedikit pun karena faktor kebetulan atau hoki, karena dewasa ini ada yang beranggapan si fulan sukses karena hoki nya bagus. Dan dalam Islam kesuksesan itu datangnya dari Allah sedang kegagalan karena ulah manusia sendiri. Ini yang harus dipahami manusia agar bisa dengan sungguh-sungguh menggapai kesuksesan.

Banyak buku yang berbicara tentang Kesuksesan, tapi ironisnya para penulisnya pun belum memahami makna sukses secara utuh, kalau demikian masihkan kita berkenan membaca buku mereka, sedangkan Allah yang serba maha yang merupakan Tuhan ku, Tuhan kita semua dan Tuhannya alam semesta telah memberikan Buku sukses kepada kita yang namanya Al Quran. Maka keampuhan buku sukses Allah ini tidak perlu dipertanyakan dan kebenarannya mutlak, karena Allah yang menciptakan langit dan bumi beserta semua isinya maka pasti hanya Dia yang berhak dan bisa membuat semuanya sukses.

Manusia yang sudah membaca buku sukses dari Allah yang bernama Al Quran kemudian mengimani serta menjalankan nya, maka nampak pada dirinya kesuksesan. Lihatlah Syaikul Islam Ibnu Taimiyah ketika dia sudah mengimani AlQuran kemudian memperjuangkan dan mendawahkannya kepada penguasa maka ia mendapatkan penolakan, hinaan bahkan intimidasi bahkan sampai ia hendak dibunuh, kemudian dengan lantang Ibnu Taimiyah berkata dihadapan penguasa “Apa yang bisa diperbuat musuhku kepada ku?..., kalau ia hendak tangkap aku dan penjarakan aku maka akan aku jadikan penjara sebagai tempat berkhalwat kepada Allah, kalau ia hendak menangkapku dan mengusir aku dari kampong halaman ku maka aku jadikan perjalanan itu sebagai dawah kepada saudara-saudaraku dan kalau ia hendak tangkap dan bunuh aku maka itulah cita-citaku tertinggi sayahid dijalan Allah”. Itu gambaran orang yang sukses karena membaca dan mengimani buku sukses dari Allah. Jadi sukses tidak ada kaitannya dengan harta, jabatan, materi, popularitas dan lain lain.

Apa sesungguhnya “sukses” itu?.... lagi-lagi jika pertanyaan ini dihadirkan kepada kita selalu orientasi kita tidak bisa lepas dari dunia bahkan sebagian besar manusia melihat sukses itu yah di dunia. Maka menarik sekali Allah informasikan kepada kita tentang pemahaman manusia tentang kesuksesan tersebut dalam Al-quran :
    
“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, Maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami (kebaikan) di dunia", dan Tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat”. (Al Baqarah 2:200)

Maka diantara manusia ada yang meminta kebaikan / kesuksesan dunia saja maka niscahya atau pasti Allah akan berikan tapai jangan harap Allah akan berikan bagiannya di akhirat. Ini artinya kalau manusia inginkan kebahagiaan itu hanya dunia SAJA tanpa akhirat maka Allah akan berikan tapi pasti tidak akan mendapatkan kebahagiaan akhirat, kenapa ada manusia hanya minta kebahagiaan dunia saja?..... Karena pemahaman tentang bahagian atau sukses tidak mengikuti arahan Al Islam.

Namun demikian manusia tidak akan sukses di akhirat kalau dia tidak sukses di dunia karena “Ad Dun’ya madrasatul akhiroh” dunia itu madrasahnya akhirat, bukan sebaliknya untuk sukses di akhirat dengan berpangku tangan di dunia tapi kita harus sukses pula di dunia, bisa sukses sebagai guru ngaji, pedagangan asongan, tukang becak, kuli panggul dan lain-lain. Karena dunia dan akhirat satu paket yang semuanya harus ditunaikan sehingga Allah ajarkan bagaimana jalankan keduanya, seperti dalam ayat dibawah ini :

 
“Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka".
  
“Mereka Itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya”. (Al Baqarah 2:201-202)


A. Siapa manusia yang sukses itu?......

Sebelum kita mengetahui siapa manusia yang sukses itu, maka perlu diperhatikan disini beberapa hal :
  1. Lebih tinggi mana kadar kesuksesan dunia dengan akhirat?....
  2. Mana yang seharusnya kita kejar dunia atau akhirat?.....
Lamanya kesuksesan dunia adalah selama usia kita, dan kenikmatan dunia nikmatnya selama kita dalam keadaan sehat dan masih bisa merasakan, sedangkan lamanya akhirat tidak terhitung dia kekal abadi dan kenikmatan akhirat juga tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan dunia, jadi seharusnya kadar sukses di akhirat itu jauh lebih tinggi dari pada dunia. Kemudian mana yg harus dikejar terlebih dahulu duniakan atau akhirat, lihat ayat Al Baqarah 2:200 diatas kalau kita kejar dunia terlebih dulu maka Allah pastikan tidak akan mendapat akhirat dan dalam beberapa hadist disebutkan “kalau kita mengejar akhirat maka dunia akan ikut” jadi sudah sangat terang benderang yang harus kita kejar adalah sukses Akhirat.

Nah bagaimana agar manusia bisa sukses di akhirat?…..
Kalau kita bicara akhirat maka ada 2 stasiun akhir disana yaitu syurga dan neraka tentu kalau kita bicara sukses maka kita bicara syurga nah bagaimana kita bisa masuk syurga?.... ikhwan fillah perlu dicatat disini bahwa mustahil manusia akan masuk ke dalam syurgaNya Allah kalau dia belum diampuni dosa-dosa nya Karena ini persyaratan utama untuk memasukinya. Padahal sama-sama kita tahu manusia itu tempatnya salah, khilaf, kelemahan dan dosa maka ini yang pertama kali harus kita perhatikan.
Mari kita lihat penjelasan Allah dalam firmannya dibawah :
 
“Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar”. (As Shaff 61:12)

Allah katakan di ayat diatas itulah “Fauzul ‘adhim” itulah kesuksesan yang agung yang besar, ayat ini juga sebagai pencerahan bagi kita bahwa sesungguhnya beginilah seharusnya kita memaknai “sukses” jadai sukses sesungguhnya tidak terkait dengan atribut dunia tapi dia hanya terkait dengan atribut akhirat. Jadi manusia yang sukses adalah manusia yang diampuni dosa-dosanya oleh Allah kemudian dimasukkan kedalam syurga Nya yang penuh dengan kenikmatan.

Apakah pengampunan Alah terhadap dosa-dosa kita kemudian kita dimasukkan ke dalam syurga terjadi begitu saja…. Atau kah ada hal-hal yang harus kita perhatikan, dan penjelasan tentang hal tersebut ada dalam 2 ayat sebelum ayat 12 yaitu dalam

“(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. (As Shaff 61:11)

Nah itulah cara agar dosa-dosa kita diampuni oleh Allah dan kita dimasukkan ke dalam syurga Nya yaitu dengan cara beriman kepada Allah dan Rosul Nya kemudian berjihad / sungguh-sungguh di jalan Allah. Tanpa melakukan hal-hal diatas tidak mungkin kita bisa sukses dengan makna sukses yang sebenar-benarnya.

B. Tiga syarat agar manusia sukses.

Ada 3 syarat agar kita menjadi manusia yang sukses yaitu :
1. Beriman kepada Allah
2. Taat pada Allah dan Rosul Nya
3. Menolong agama Allah
Dengan 3 syarat itu kalau kita benar-benar menjalankannya Insyallah kita akan raih kebahagian yang hakiki seperti yang diuraikan diatas.

Untuk memastikan apakah ke tiga syarat itu sudah kita pahami atau belum, kemudian sudah kita jalankan atau belum maka pada kesempatan ini perlu diulas agak sedikit dalam agar kita memiliki pemahaman yang benar.

1. Beriman kepada Allah
Bagaimana beriman itu atau sudahkah kita beriman?... pasti kita semua menjawab pasti “sudah beriman”, namun perlu kita cek seperti apa sih iman kepada Allah yang benar itu, karena semua orang yg mengaku Islam semua berkata saya beriman apakah bisa dengan mudah iman itu dilafalkan seperti itu saja. Coba kita lihat pengertian dan definisi manusi beriman dari Allah bukan dari pakar atau professor tapi dari Allah yang menciptakan langit dan bumi.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar”. (Al Hujurat 49:15)

Inamal mu’minuna artinya sesungguhnya orang beriman itu tidak lain tidak bukan hanyalah….. seakan-akan Allah mau menegaskan kepada kita semua bahwa tidak ada definisi yang lebih tepat tentang orang beriman itu kecuali definisi ini bukan definisi-definisi yang lainnya. Apa definisinya?..... orang beriman itu yang beiman kepada Allah dan Rosul Nya kemudian mereka “syumma lamyartabuu” tidak ragu-ragu.

Sudahkah kita beriman kepada Allah dengan tanpa ragu-ragu?..... karena begitulah tuntutan iman kepada kita agar kita tidak boleh sedikitpun ragu-ragu kalau ada keraguan pasti belum beriman kita. Tuntutan iman yang syumma lamyartabu itu memiliki konsekwensi yaitu akui Allah sebagai Tuhan kita atau Rabb sudahkah ini kita lakukan?… tentu kita jawab sudah. Mari kita lihat apakah kalau kita akui Allah sebagai Tuhan atau Rabb otomatis kita sudah beriman…

Kira-kira apakah iblis atau syaitan itu mengakui Allah sebagai Rabb nya tidak?.... coba kita lihat penjelasan ayat ini
 
“iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan". (Shaad 38:79)

Iblis berkata “Qola Robbi”  Ya Tuhanku….. kira-kira dia berkata begitu karena apa… tentu karena dia mengakui bahwa Allah adalah Tuhannya, tidak mungkin dia berkata begitu kalau dia tidak akui sebagai Tuhannya bahkan diayat diatas dia berdoa kepada Allah minta ditangguhkan usia atau umurnya agar bisa menggoda anak cucu adam sampai hari dibangkitkan. Jadi syaitan percaya bahwa Allah adalah Tuhannya, kalau kita percaya bahwa Allah adalah Rabb kita atau Tuhan kita status kita masih sama dengan syaitan.

Bahkan orang-orang kafir qurais juga mengakui kalau Allah adalah Rabbnya atau Tuhannya, diceritakan dalam Al Quran ketikan kafir qurais berlayar di lautan ketika ombaknya tenang mereka tenang dan bergembira namun ketikan ombaknya besar dan bergulung dan membahayakan mereka maka mereka melupakan berhala-berhala mereka yang mereka ingat hanya Allah bahkan mereka berdoa kepada Allah dengan tulus ikhlas “mukhlisina lahudina”  kenapa hal ini bisa terjadi karena mereka percaya bahwa Allah adalah Tuhan mereka dan kepercayaan semacam ini belum otomatis menghantarkan manusia menjadi beriman, hal ini bisa kita lihat dalam firman Allah dibawah

“Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan Kami dari bahaya ini, pastilah Kami akan Termasuk orang-orang yang bersyukur". (Yunus 10:22)

Tidak cukup sampai disitu Allah berikan pengajaran kepada kita semua, bahkan manusia yang paling laknat yang bernama Firaun (karena dia mengaku sebagai Tuhan) ketika hendak ditenggelamkan di lautan merah ketika hendak mengejar Nabi Musa….. ketika sudah hamper tenggelam dan nafas sudah sampai kerongkongan dia berkata “saya percaya kepada Tuhannya bani Israil”, jadi Firaun pun percaya kepada Allah sebagai Tuhan, tapi tidak bisa hantarkan dia menjadi mukmin atau orang beriman.
   
“dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak Menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya Termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
(Yunus 10:90)

Jadi agar kita menjadi orang yang beriman ‘syumma lamyartabuu” tanpa ragu-ragu maka harus diikuti konsekwensi berikutnya yaitu menjadikan Allah sebagai Illah atau sesembahan atau yang disembah atau diibadahi, nah ini yang diingkari oleh syaitan, orang kafir dan Firaun. Tanpa konsekwensi yang kedua ini tidak beriman kita. Dan ini Allah sampaikan kepada kita ketika kita diperintahkan oleh Allah dengan perintah atau syariatnya dan kemudian kita membangkang dan tidak mau menjalankannya maka kita termasuk golongan orang-orang kafir, seperti penjelasan dibawah :

“dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (Al Baqarah 2:34)

2. Taat kepada Allah dan Rosul Nya
 
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran 3:31)

Berapa banyak orang mengatakan cinta kepada Allah tapi mereka gagal membuktikan cita tersebut karena mereka pun salah memahami cinta kepada Allah, berdasarkan ayat diatas tidak bisa disebut cinta kalau tidak mebgikuti apa saja yang dating dari Rosul Nya.

Sudahkan apa saja yang datang dari Rosul Nya kita imani dan kita jalankan?.... kalau belum maak belum cinta kita kepada Allah karena cita kita kepada Allah harus dimanifestasikan kepada ketaatan kepada Rosul Nya. Kenapa demikian karena dalam diri Rosullah sudah ada uswatun hasanah buat kita semua, shg dilarang keras orang yang mengaku beriman menjadikan tokoh lain atau manusia lain sebagai panutan atau bahkan idola.

Dan ketaatan kita yang sempurna kepada Rosullah menyebabkan diampuni dosa-dosa kita seperti penjelasan ayat diatas, hal inilah yang senantiasa dikejar oleh para sahabat agar dosa-dosa mereka dihapuskan oleh Allah dengan cara menyempurnakan ketaatan kepada Rosul Nya. Sehingga apa saja yang diperintahkan Rosul Nya baik mereka paham atau tidak, akalnya bisa menerima atau tidak mereka semua “sami’na waato’na” kami dengan dan kami jalankan.

3. Menolong Agama Allah

Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
dan orang-orang yang kafir, Maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. (Muhammad 47:7-8)

Setelah manusia itu beriman whats next?.... lalu apa? Apakah cukup mengatakan saya beriman titik, tanpa kerja dan usaha, tentu tidak karena umat islam dianjurkan untuk bekerja keras dan dari kerja itulah Allah akan nilai manusia.

Orang yang setelah beriman kemudian dibarengi dengan usaha untuk menolong agama Allah maka mereka itulah orang-orang yang dijanjikan oleh Allah akan mendapatkan pertolongannya. Dalam bentuk apa pertolongan dari Allah dalam bentuk diteguhkan kedudukannya tentu kedudukan di dunia maupun di akhirat. Kalau Allah sudah teguhkan kita siapa yang bisa melemahkan kita atau sebaliknya kalau Allah sudah melemahkan manusia siapa lagi yang bisa menguatkan, tidak ada, maka diteguhkan kedudukan kita adalah kesuksesan yang hakiki.

Kesimpulan : Sukses berdasarkan Islam adalah  kesuksesan akhirat dengan menggunakan fasilitas di dunia dengan harus memenuhi 3 persyaratan :
1.      Beriman kepada Allah
2.      Taat kepada Allah dan Rosul Nya
3.      Menolong agama Allah.

Wallahu'alam....

No comments:

Post a Comment