Sukses
Menurut Al Islam
Ustadz.
Zainur Rochman
Jum’at,
20 Januari 2012
Kata “sukses” adalah sebuah kata
yang didambakan, diharapkan serta ditunggu –tunggu oleh semua manusia tidak
terkecuali siapapun dia. Ini lah satu kata yang dengannya manusia jadi malam
menjadi siang dan siang menjadi malam, kemudian jadikan kaki menjadi kepala dan
kepala jadi kaki serta memeras keringat dan bermandikan peluh untuk meraih satu
kata tersebut. Mereka beranggapan dengan harta, jabatan, popularitas maka bisa
mencapai “sukses” padahal itu hanya sangkaan dan dugaan mereka saja.
Suksesnya seseorang tidak ada
sedikit pun karena faktor kebetulan atau hoki, karena dewasa ini ada yang
beranggapan si fulan sukses karena hoki nya bagus. Dan dalam Islam kesuksesan
itu datangnya dari Allah sedang kegagalan karena ulah manusia sendiri. Ini yang
harus dipahami manusia agar bisa dengan sungguh-sungguh menggapai kesuksesan.
Banyak buku yang berbicara
tentang Kesuksesan, tapi ironisnya para penulisnya pun belum memahami makna
sukses secara utuh, kalau demikian masihkan kita berkenan membaca buku mereka,
sedangkan Allah yang serba maha yang merupakan Tuhan ku, Tuhan kita semua dan
Tuhannya alam semesta telah memberikan Buku sukses kepada kita yang namanya Al
Quran. Maka keampuhan buku sukses Allah ini tidak perlu dipertanyakan dan
kebenarannya mutlak, karena Allah yang menciptakan langit dan bumi beserta
semua isinya maka pasti hanya Dia yang berhak dan bisa membuat semuanya sukses.
Manusia yang sudah membaca buku
sukses dari Allah yang bernama Al Quran kemudian mengimani serta menjalankan
nya, maka nampak pada dirinya kesuksesan. Lihatlah Syaikul Islam Ibnu Taimiyah
ketika dia sudah mengimani AlQuran kemudian memperjuangkan dan mendawahkannya
kepada penguasa maka ia mendapatkan penolakan, hinaan bahkan intimidasi bahkan
sampai ia hendak dibunuh, kemudian dengan lantang Ibnu Taimiyah berkata
dihadapan penguasa “Apa yang bisa diperbuat musuhku kepada ku?..., kalau ia
hendak tangkap aku dan penjarakan aku maka akan aku jadikan penjara sebagai
tempat berkhalwat kepada Allah, kalau ia hendak menangkapku dan mengusir aku
dari kampong halaman ku maka aku jadikan perjalanan itu sebagai dawah kepada
saudara-saudaraku dan kalau ia hendak tangkap dan bunuh aku maka itulah
cita-citaku tertinggi sayahid dijalan Allah”. Itu gambaran orang yang sukses
karena membaca dan mengimani buku sukses dari Allah. Jadi sukses tidak ada kaitannya dengan harta,
jabatan, materi, popularitas dan lain lain.
Apa sesungguhnya “sukses” itu?.... lagi-lagi jika pertanyaan ini dihadirkan
kepada kita selalu orientasi kita tidak bisa lepas dari dunia bahkan sebagian
besar manusia melihat sukses itu yah di dunia. Maka menarik sekali Allah
informasikan kepada kita tentang pemahaman manusia tentang kesuksesan tersebut
dalam Al-quran :
“Apabila kamu
telah menyelesaikan ibadah hajimu, Maka berdzikirlah dengan menyebut Allah,
sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau
(bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang
yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami (kebaikan) di dunia", dan
Tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat”. (Al Baqarah 2:200)
Maka diantara manusia ada yang
meminta kebaikan / kesuksesan dunia saja maka niscahya atau pasti Allah akan
berikan tapai jangan harap Allah akan berikan bagiannya di akhirat. Ini artinya
kalau manusia inginkan kebahagiaan itu hanya dunia SAJA tanpa akhirat maka
Allah akan berikan tapi pasti tidak akan mendapatkan kebahagiaan akhirat,
kenapa ada manusia hanya minta kebahagiaan dunia saja?..... Karena pemahaman
tentang bahagian atau sukses tidak mengikuti arahan Al Islam.
Namun demikian manusia tidak akan
sukses di akhirat kalau dia tidak sukses di dunia karena “Ad Dun’ya madrasatul akhiroh” dunia itu madrasahnya akhirat, bukan
sebaliknya untuk sukses di akhirat dengan berpangku tangan di dunia tapi kita
harus sukses pula di dunia, bisa sukses sebagai guru ngaji, pedagangan asongan,
tukang becak, kuli panggul dan lain-lain. Karena dunia dan akhirat satu paket
yang semuanya harus ditunaikan sehingga Allah ajarkan bagaimana jalankan
keduanya, seperti dalam ayat dibawah ini :
“Dan di antara
mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka".
“Mereka Itulah
orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah
sangat cepat perhitungan-Nya”. (Al
Baqarah 2:201-202)
A.
Siapa manusia yang sukses itu?......
Sebelum
kita mengetahui siapa manusia yang sukses itu, maka perlu diperhatikan disini
beberapa hal :
- Lebih tinggi mana kadar kesuksesan dunia dengan akhirat?....
- Mana yang seharusnya kita kejar dunia atau akhirat?.....
Lamanya
kesuksesan dunia adalah selama usia kita, dan kenikmatan dunia nikmatnya selama
kita dalam keadaan sehat dan masih bisa merasakan, sedangkan lamanya akhirat
tidak terhitung dia kekal abadi dan kenikmatan akhirat juga tidak bisa
dibandingkan dengan kenikmatan dunia, jadi seharusnya kadar sukses di akhirat
itu jauh lebih tinggi dari pada dunia. Kemudian mana yg harus dikejar terlebih
dahulu duniakan atau akhirat, lihat ayat Al Baqarah 2:200 diatas kalau kita
kejar dunia terlebih dulu maka Allah pastikan tidak akan mendapat akhirat dan
dalam beberapa hadist disebutkan “kalau kita mengejar akhirat maka dunia akan
ikut” jadi sudah sangat terang benderang yang harus kita kejar adalah sukses
Akhirat.
Nah
bagaimana agar manusia bisa sukses di akhirat?…..
Kalau
kita bicara akhirat maka ada 2 stasiun akhir disana yaitu syurga dan neraka
tentu kalau kita bicara sukses maka kita bicara syurga nah bagaimana kita bisa
masuk syurga?.... ikhwan fillah perlu dicatat disini bahwa mustahil manusia
akan masuk ke dalam syurgaNya Allah kalau dia belum diampuni dosa-dosa nya
Karena ini persyaratan utama untuk memasukinya. Padahal sama-sama kita tahu
manusia itu tempatnya salah, khilaf, kelemahan dan dosa maka ini yang pertama
kali harus kita perhatikan.
Mari kita lihat penjelasan Allah dalam firmannya dibawah :
“Niscaya Allah
akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di
dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar”. (As Shaff 61:12)
Allah katakan di ayat diatas
itulah “Fauzul ‘adhim” itulah
kesuksesan yang agung yang besar, ayat ini juga sebagai pencerahan bagi kita
bahwa sesungguhnya beginilah seharusnya kita memaknai “sukses” jadai sukses
sesungguhnya tidak terkait dengan atribut dunia tapi dia hanya terkait dengan
atribut akhirat. Jadi manusia yang sukses adalah manusia yang diampuni
dosa-dosanya oleh Allah kemudian dimasukkan kedalam syurga Nya yang penuh
dengan kenikmatan.
Apakah pengampunan Alah terhadap
dosa-dosa kita kemudian kita dimasukkan ke dalam syurga terjadi begitu saja….
Atau kah ada hal-hal yang harus kita perhatikan, dan penjelasan tentang hal
tersebut ada dalam 2 ayat sebelum ayat 12 yaitu dalam
“(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu,
jika kamu mengetahui”. (As Shaff 61:11)
Nah itulah cara agar dosa-dosa kita diampuni oleh Allah dan kita dimasukkan
ke dalam syurga Nya yaitu dengan cara beriman kepada Allah dan Rosul Nya
kemudian berjihad / sungguh-sungguh di jalan Allah. Tanpa melakukan hal-hal
diatas tidak mungkin kita bisa sukses dengan makna sukses yang sebenar-benarnya.
B. Tiga
syarat agar manusia sukses.
Ada 3 syarat agar kita menjadi manusia yang sukses yaitu :
1. Beriman kepada Allah
2. Taat pada Allah dan Rosul Nya
3. Menolong agama Allah
Dengan 3 syarat itu kalau kita benar-benar menjalankannya Insyallah kita
akan raih kebahagian yang hakiki seperti yang diuraikan diatas.
Untuk memastikan apakah ke tiga syarat itu sudah kita pahami atau belum,
kemudian sudah kita jalankan atau belum maka pada kesempatan ini perlu diulas
agak sedikit dalam agar kita memiliki pemahaman yang benar.
1. Beriman kepada Allah
Bagaimana beriman itu atau sudahkah kita beriman?... pasti kita semua
menjawab pasti “sudah beriman”, namun perlu kita cek seperti apa sih iman
kepada Allah yang benar itu, karena semua orang yg mengaku Islam semua berkata
saya beriman apakah bisa dengan mudah iman itu dilafalkan seperti itu saja.
Coba kita lihat pengertian dan definisi manusi beriman dari Allah bukan dari
pakar atau professor tapi dari Allah yang menciptakan langit dan bumi.
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah
orang-orang yang benar”. (Al
Hujurat 49:15)
Inamal mu’minuna artinya sesungguhnya orang beriman itu tidak lain
tidak bukan hanyalah….. seakan-akan Allah mau menegaskan kepada kita semua
bahwa tidak ada definisi yang lebih tepat tentang orang beriman itu kecuali
definisi ini bukan definisi-definisi yang lainnya. Apa definisinya?..... orang
beriman itu yang beiman kepada Allah dan Rosul Nya kemudian mereka “syumma lamyartabuu” tidak ragu-ragu.
Sudahkah kita beriman kepada
Allah dengan tanpa ragu-ragu?..... karena begitulah tuntutan iman kepada kita
agar kita tidak boleh sedikitpun ragu-ragu kalau ada keraguan pasti belum
beriman kita. Tuntutan iman yang syumma lamyartabu itu memiliki konsekwensi
yaitu akui Allah sebagai Tuhan kita atau Rabb sudahkah ini kita lakukan?… tentu
kita jawab sudah. Mari kita lihat
apakah kalau kita akui Allah sebagai Tuhan atau Rabb otomatis kita sudah
beriman…
Kira-kira apakah iblis atau syaitan itu mengakui Allah sebagai Rabb nya
tidak?.... coba kita lihat penjelasan ayat ini
“iblis
berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka
dibangkitkan". (Shaad
38:79)
Iblis
berkata “Qola Robbi” Ya Tuhanku….. kira-kira dia berkata begitu
karena apa… tentu karena dia mengakui bahwa Allah adalah Tuhannya, tidak
mungkin dia berkata begitu kalau dia tidak akui sebagai Tuhannya bahkan diayat
diatas dia berdoa kepada Allah minta ditangguhkan usia atau umurnya agar bisa
menggoda anak cucu adam sampai hari dibangkitkan. Jadi syaitan percaya bahwa
Allah adalah Tuhannya, kalau kita percaya bahwa Allah adalah Rabb kita atau
Tuhan kita status kita masih sama dengan syaitan.
Bahkan
orang-orang kafir qurais juga mengakui kalau Allah adalah Rabbnya atau Tuhannya,
diceritakan dalam Al Quran ketikan kafir qurais berlayar di lautan ketika
ombaknya tenang mereka tenang dan bergembira namun ketikan ombaknya besar dan
bergulung dan membahayakan mereka maka mereka melupakan berhala-berhala mereka
yang mereka ingat hanya Allah bahkan mereka berdoa kepada Allah dengan tulus
ikhlas “mukhlisina lahudina” kenapa hal ini bisa terjadi karena mereka
percaya bahwa Allah adalah Tuhan mereka dan kepercayaan semacam ini belum
otomatis menghantarkan manusia menjadi beriman, hal ini bisa kita lihat dalam
firman Allah dibawah
“Dialah Tuhan
yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. sehingga
apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa
orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka
bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari
segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung
(bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan
kepada-Nya semata-mata. (mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau
menyelamatkan Kami dari bahaya ini, pastilah Kami akan Termasuk orang-orang
yang bersyukur". (Yunus 10:22)
Tidak cukup sampai disitu Allah
berikan pengajaran kepada kita semua, bahkan manusia yang paling laknat yang
bernama Firaun (karena dia mengaku sebagai Tuhan) ketika hendak ditenggelamkan
di lautan merah ketika hendak mengejar Nabi Musa….. ketika sudah hamper
tenggelam dan nafas sudah sampai kerongkongan dia berkata “saya percaya kepada
Tuhannya bani Israil”, jadi Firaun pun percaya kepada Allah sebagai Tuhan, tapi
tidak bisa hantarkan dia menjadi mukmin atau orang beriman.
“dan Kami
memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan
bala tentaranya, karena hendak Menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila
Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa
tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya
Termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
(Yunus 10:90)
Jadi agar kita menjadi orang yang
beriman ‘syumma lamyartabuu” tanpa
ragu-ragu maka harus diikuti konsekwensi berikutnya yaitu menjadikan Allah
sebagai Illah atau sesembahan atau yang disembah atau diibadahi, nah ini yang
diingkari oleh syaitan, orang kafir dan Firaun. Tanpa konsekwensi yang kedua
ini tidak beriman kita. Dan ini Allah sampaikan kepada kita ketika kita
diperintahkan oleh Allah dengan perintah atau syariatnya dan kemudian kita
membangkang dan tidak mau menjalankannya maka kita termasuk golongan
orang-orang kafir, seperti penjelasan dibawah :
“dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para
Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali
Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang
kafir”. (Al
Baqarah 2:34)
2. Taat kepada Allah dan Rosul Nya
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai
Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu."
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran 3:31)
Berapa banyak orang mengatakan
cinta kepada Allah tapi mereka gagal membuktikan cita tersebut karena mereka
pun salah memahami cinta kepada Allah, berdasarkan ayat diatas tidak bisa
disebut cinta kalau tidak mebgikuti apa saja yang dating dari Rosul Nya.
Sudahkan apa saja yang datang dari Rosul Nya kita imani dan kita
jalankan?.... kalau belum maak belum cinta kita kepada Allah karena cita kita
kepada Allah harus dimanifestasikan kepada ketaatan kepada Rosul Nya. Kenapa
demikian karena dalam diri Rosullah sudah ada uswatun hasanah buat kita semua, shg dilarang keras orang yang
mengaku beriman menjadikan tokoh lain atau manusia lain sebagai panutan atau
bahkan idola.
Dan ketaatan kita yang sempurna kepada Rosullah menyebabkan diampuni
dosa-dosa kita seperti penjelasan ayat diatas, hal inilah yang senantiasa
dikejar oleh para sahabat agar dosa-dosa mereka dihapuskan oleh Allah dengan
cara menyempurnakan ketaatan kepada Rosul Nya. Sehingga apa saja yang
diperintahkan Rosul Nya baik mereka paham atau tidak, akalnya bisa menerima
atau tidak mereka semua “sami’na
waato’na” kami dengan dan kami jalankan.
3. Menolong Agama Allah
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama)
Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
dan orang-orang yang kafir, Maka kecelakaanlah bagi
mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. (Muhammad 47:7-8)
Setelah manusia itu beriman whats
next?.... lalu apa? Apakah cukup mengatakan saya beriman titik, tanpa kerja dan
usaha, tentu tidak karena umat islam dianjurkan untuk bekerja keras dan dari
kerja itulah Allah akan nilai manusia.
Orang yang setelah beriman
kemudian dibarengi dengan usaha untuk menolong agama Allah maka mereka itulah
orang-orang yang dijanjikan oleh Allah akan mendapatkan pertolongannya. Dalam
bentuk apa pertolongan dari Allah dalam bentuk diteguhkan kedudukannya tentu kedudukan
di dunia maupun di akhirat. Kalau Allah sudah teguhkan kita siapa yang bisa
melemahkan kita atau sebaliknya kalau Allah sudah melemahkan manusia siapa lagi
yang bisa menguatkan, tidak ada, maka diteguhkan kedudukan kita adalah
kesuksesan yang hakiki.
Kesimpulan
:
Sukses berdasarkan Islam adalah
kesuksesan akhirat dengan menggunakan fasilitas di dunia dengan harus
memenuhi 3 persyaratan :
1.
Beriman
kepada Allah
2.
Taat
kepada Allah dan Rosul Nya
3.
Menolong
agama Allah.
Wallahu'alam....
No comments:
Post a Comment