Translate

Friday, January 10, 2014

Ukhuwwah Islamiah, oleh : Ustadz Wijayanto



Ukhuwwah Islamiah
 Ustadz Wijayanto

 Jum’at,  26  Shafar 1433 H -  20 Januari 2012


Assalamu’alaikum wr.wb.

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Ada seorang sahabat Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasaallam yang bertanya kepada beliau tentang kondisi seorang sahabat lain yang senantiasa wajahnya sedap dipandang, selalu cerah-ceria, sahabat yang dimaksud bernama Hudzaifah. (Nama panjangnya : Abdullah Hudzaifah bin Yaman Al Anshary)   Kata sahabat yang bertanya itu : “Ya Rasulullah, semua orang bila memandang wajah Hudzaifah itu selalu cerah-ceria, wajahnya selalu berseri-seri. Mengapa demikian”.

Kemudian Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam memanggil sahabat Hudzaifah, ditanya : “Wahai saudaraku Hudzaifah, apa saja amalanmu sehingga orang melihat wajahmu selalu cerah-ceria dan bersei-seri ?”.

Hudzaifah menjawab : “Ya Rasulullah,  saya beribadah biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa, kecuali saya menutup dan mengawali suatu kegiatan saya kaitkan dulu dengan Allah”.
Rasulullah saw bertanya : “Maksudnya bagaimana?”.
Hudzaifah :  Sebagaimana nasihat engkau ya Rasulullah, setiap saya bangun tidur maka saya buat satu rencana sampai hari ini dengan niatan-niatan yang semua berkaitan dengan Allah. Sehingga mengawalinya selain dengan sholat Subuh, kemudian membaca AlQur’an dan saya tidak melupakan sholat Dhuha”.

Dari keterangan Hudzaifah tersebut, point yang penting adalah bagaimana mengawali suatu kegiatan setiap hari berkaitan dengan Allah subhanahu wata’ala  adalah : Sholat Dhuha.
Berkaitan dengan Allah itulah yang disebut dengan mulia. Kemuliaan seseorang itu tergantung kepada ta’aluk-nya.  Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam Hadits : “Orang yang masih berkaitan (dzikir) dengan Allah dan orang yang tidak ada kaitan(tidak pernah dzikir, ingat) kepada Allah diumpamakan seperti orang hidup dan orang mati”.

Maksudnya, kalau seseorang itu masih ingat kepada Allah, apalagi mengutamakan ibadahnya, mau sholat Dhuha, mau sholat berjamaah di masjid (musholla) maka ia seperti orang hidup. Sedangkan orang yang tidak pernah berkaitan dengan agama (dzikir, ingat) kepada Allah, tidak mau sholat, tidak pernah beribadah, maka ia seperti orang mati.

Rasulullah saw mengumpamakan dengan “orang hidup” dan “orang mati”, artinya sangat jauh perbedaannya antara orang yang berkait dengan Allah dan yang tidak,  seperti langit dan bumi. Karena “orang hidup” itu sungguh tinggi sekali nilainya, sangat berharga.  Sebaliknya orang mati tidak ada harganya sama sekali. Kalau hewan ternak hidup itu mahal harganya, dan setelah mati (menjadi dagingpun) masih mahal harganya, bahkan dihargai per-kilogram sekian rupiah.   
Sedangkan orang mati tidak ada harganya sama sekali.

Maka marilah kita syukuri nikmat dzikir (ingat) kepada Allah, bahwa kita tergolong orang yang selalu berkait (dzikir, ingat) dengan Allah subhanahu wata’ala. Dan nikmat tersebut jarang  disyukuri orang.  Yang paling mudah dan banyak disyukuri adalah nikmat materi.  Hampir semua orang men-syukuri nikmat materi, bahkan tidak ada yang menolak materi. Di dalam kehidupan ini ada dua nikmat yaitu nikmat materi dan nikmat non materi.

Nikmat materi, termasuk harta, kedudukan, jabatan selalu diharapkan orang, bahkan orang mem-perebutkannya. Dan itu yang disyukuri, lalu mengadakan syukuran dsb. Tetapi jarang orang men-syukuri nikmat Iman dan nikmat Islam.  Padahal setiap khotib setiap ustad selalu  mengatakan bahwa nikmat yang paling besar adalah nijkmat Iman dan nikmat Islam. Tetapi banyak  dari kita tidak pernah bersyukur atas nikmat tersebut.

Bentuk syukur kita atas nikmat Iman dan Islam adalah dengan cara menumbuh-suburkannya, karena  Iman dan Islam itu sering bertambah dan sering berkurang (Yazid wa yankus). Di antara meningkatakan Iman adalah dengan amalan-amalan yang berkaitan dengan ibadah, berkaitan dengan Allah subhanahu wata’ala dan amalan-kebaikan yang lain. Dalam AlQur’an kata “Iman” sering disambung dengan “Amal Sholih”.

Karena Iman dan Amal sholih berbanding lurus.  Orang yang kuat imannya berarti amal-sholihnya banyak. Orang yang banyak imannya, maka amal-sholihnya menjadi kuat. Tidak mungkin orang tidak pernah beramal lalu dikatakan kuat imannya.  Iman tidak bisa dilihat dengan mata,,tetapi fenomena-nya terlihat. Sebagaimana angin, tidak terlihat oleh mata, tetapi terpihat dari tandanya, yaitu terlihat misalnya pohon-pohon tertiup angin, semakin banyak  goyangan pohon itu berarti semakin banyak angin yang bertiup. Demikian pula semakin banyak amal sholihnya, maka orang itu semakin tinggi tingkat keimanannya.

Maka sabda Rasulullah saw : “Orang yang sering keluar-masuk masjid (maksudnya : beribadah) saksikan,  berarti ia orang baik, karena sebaik-baik tempat adalah masjid dan seburuk-buruk tempat adalah pasar” (Sekarang: Diskotik). 
Dan kemaksiatan banyak terjadi di diskotik bukan di masjid. Di masjid orang akan berbuat jahat saja tidak jadi, diurungkan.  Tetapi di Diskotik sulit sekali untuk beramal sholih. Mengucap salam saja susah, laki-laki dan perempuan campur aduk tanpa ada pemisah/pembatas.

Pentingnya membangun Ukhuwah (Persaudaran).
Kami membatasi pada Ukhuwah Islamiyah, bukan Ukhuwah dalam arti umum, ialah bagaimana mempersaudarakan seseorang dengan orang lain, antara satu kelompok dengan kelompok lain.  Rasulullah saw datang di Madinah pertama kali adalah mambangun Ikha (Ukhuwah - persaudaraan).  Di Madinah ketika itu ada dua suku (kelompok) besar yaitu suku Aus dan suku Khajrat yang selalu bermusuhan. Selama 40 tahun mereka berperang suku.  Setiap tahun mereka selalu tawuran. 

Di dekat kota Madinah ada sebuah wadi (oase, sumber mata-air) yang digunakan airnya oleh dua suku tersebut.  Antara dua kelompok suku tersebut oleh Rasulullah didamaikan, dengan suatu kesepakatan, yaitu : Pagi-pagi yang mengambil air adalah Suku Khajrat, maka sore hari yang giliran mengambil air adalah suku Aus.  Mereka mengambil air  untuk minuman ternak mereka.  

Ukhuwah Islamiyah adalah bagaimana Islam menjalin  satu hubungan di mana satu dengan yang lain harus betul-betul mempunyai hubungan (muamalah) yang baik. Karena Islam adalah agama Fitrah.   Dan Fitrah mempunyai empat makna :  Benar, Baik, Indah dan Suci.
Salah satu unsur dari agama adalah Benar. Tetapi kebenaran saja tidak cukup, maka diperlukan Baik (Kebaikan). Karena yang benar belum tentu baik. Misalnya di zaman Nabi Muhammad saw ada seorang (sahabat) yang punya sifat ‘Utilin (Kaku, keras, tetapi benar). Sholatnya bagus, tepat waktu (di awal waktu).Tetapi sifatnya kaku, tidak ramah, dan tidak pernah senyum. Jadi ia benar tetapi tidak baik.  

Misalnya lagi : Dakwah itu benar, tetapi kalau caranya tidak baik, tidak sesuai waktu dan tempat, maka menjadi tidak baik dan tidak menjadikan kebaikan.
Misalnya lagi: Ada orang yang sholatnya rajin, tepat waktu,  ibadah lainnya selalu dikerjakan, tetapi tidak punya Ukhuwah, tidak pernah bergaul (silaturrahim) dengan orang lain, maka  menurut Rasulullah saw orang tersebut tidak termasuk melaksanakan agama yang Kaffah (menyeluruh), tidak baik.

Benar dan baik saja tidak cukup tetapi harus ada Indah (keindahan) dalam beragama. Misalnya, untuk menjadi Imam Sholat saja dipilih orang yang bacaan AlQur’annya bagus dengan Tartil, tajwidnya benar, suara yang merdu, indah.  Dan indahnya juga harus benar. Tidak boleh bacaan AlQur’an diiringi dengan musik agar terasa indah. Tidak boleh karena itu tidak benar dan tidak baik.

Kecuali benar, baik dan indah juga harus suci.  Artinya semua pelaksanaan beragama harus suci, bersih , keluar dari hari yang tulus karena Allah subhanahu wata’ala. Tidak boleh orang beragama itu terlihat kompak, rukun, tetapi di dalam hatinya bermusuhan.
Rasulullah saw bersabda : “Takhsabuhum jami’an waqulubuhum syatta” (Mereka terlihat duduk bersama tetapi hatinya terpecah-belah). Jangan seperti kerumunan orang berjudi, terlihat berkerumun, kompak, rukun, tetapi sebenarnya dalam hati mereka masing-masing ingin mencelakakan orang lain yang ada dalam kerumunan itu. Orang Islam tidak boleh seperti itu.  
Dalam Hadits disebutkan bahwa orang Islam itu tidak boleh duduk bertiga tetapi hanya bicara dua orang saja, yang satu lagi tidak diajak bicara. Yang demikian hendaknya tidak terjadi.
Demikianlah Islam menjaga nilai-nilai kebersamaan, dan nilai beragama.

Tanda-tanda kemunduran suatu bangsa.
Hasil dari penelitian para ahli agama dan para pakar sosiologi, bahwa semua bangsa atau negara itu mundur karena :

1.      Sering terjadi kekerasan di kalangan remaja (pemuda).
2.      Penggunaan kata-kata (kausa kata) yang semakin buruk.
3.      Pengaruh Peergroup, dimana geng-geng anak muda yang sudah luar biasa.
4.      Meningkatkatnya perilaku yang merusak diri, Narkoba, seks bebas, alkohol dst.
5.      Kaburnya pedoman moral (baik dan buruk), tidak jelas.
6.      Etos kerja yang rendah,
7.      Rendahnya rasa hormat anak kepada orang tua dan guru.
8.      Rendahnya rasa tanggungjawab sebagai individu dan warga negara,
9.      Ketidak-jujuran terjadi di mana-mana.
10.  Adanya  saling curiga dan kebencian antara warga bangsa.

Ternyata ritual itu sangat tergantung pada hubungan Ukhuwah.   Suatu ketika Rasulullah  shollalalahu ‘alaihi wasallam keluar kota Madinah untuk berdakwah di suatu tempat di luar kota Madinah dan ternyata di sana ada masjid baru, tidak jauh dari masjid Quba’.  Masjid yang baru itu lebih bagus dibanding masjid Quba’. Itulah masjid Diror yang didirikan oleh orang-orang Yahudi dengan maksud untuk menyaingi dan memacah belah umat. Supaya semua orang tidak terfokus kepada masjid Quba, supaya sebagian orang masuk ke masjid Diror itu. Maka sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam : “Wajib bagi kita untuk menghancurkan masjid Diror itu”.

Maka kita kaum muslimin hendaknya jangan pernah membuat masjid yang eksklusif, hanya untuk orang-orang tertentu saja. Tidak boleh demikian. Hukumnya haram. Setiap masjid adalah untuk semua  umat Islam dan setiap umat Islam boleh sholat di masjid mana saja.


Kedurhakaan anak terhadap orangtua.
Ukhuwah sangat penting dalam Islam.  Ternyata ada orang yang terhalang do’a-do’anya, tidak dikabulkan, menurut Hadits, karena hubungan orang itu dengan orangtuanya tidak baik. Oleh karena itu, kemungkinan kita sering tidak sukses dalam usaha sesuatu, jangan-jangan karena hubungan kita dengan orang tua tidak baik. Mari kita mawas diri dan kita koreksi diri.

Dalam AlQur’an, semua ayat yang mengandung perintah berbakti (berbuat baik) kepada orang tua selalu disambung langsung dengan bakti (taat) kepada Allah subhanahu wata’ala.
Bayangkan, apabila seorang tua yang punya anak dan anaknya itu sedang sakit, ia akan berdo’a, kepada Allah subhanahau wata’ala : “Ya Allah biarlah saya saja yang sakit, jangan anak saya”  Demikian besar pengorbanan orang tua kepada anaknya.  Tetapi jarang ada anak yang orangtuanya sakit berdo’a : “Ya Allah, biarlah aku saja yang menggantikan sakit orang tuaku”. Paling-paling si anak  berdoa agar orangtuanya yang sakit segera sembuh.

Kalau ada orang tuanya yang sudah pikun, tidak pernah ada anaknya yang ingin menggantikan kepikunan orangtuanya, agar orangtuanya bisa  segar bugar, bisa jalan-jalan kemana saja. Tidak pernah ada.    Kalau ada orangtuanya yang sakit stroke, tidak pernah ada anaknya yang berdo’a kepada Allah agar dia saja yang stroke, biarlah orangtuanaya yang segar-bugar.  Tidak ada yang demikian itu.   Tetapi banyak orang tua yang berdoa. kepada Allah subhanahu wata’ala untuk kesembuhan anaknya yang sedang sakit, dan sanggup menggantikan : Biarlah aku yang menggantikan sakit anakku, asalkan anakku sehat.  
Maka kedurhakaan anak kepada orangtua mari kita koreksi kembali


Kedurhakaan isteri terhadap suami.
Demikian juga sering terjadi seorang isteri yang durhaka kepada suami. Dalam penelitian oleh para ahli dan datanya ada di Kementerian Agama RI, yaitu bahwa ada 4 gangguan keharmonisan suami-isteri (rumahtangga) adalah :

1.Banyaknya perceraian di Indonesia yang mayoritas umat Islam.  
Padahal Allah subhanahu wata’ala membenci perceraian (thalak). Dari penelitian dihasilkan sebabnya : Tidak ada kebersamaan dalam rumahtangga, makan bersama keluarga, sholat malam (Tahajud) bersama suami, isteri dan anak-anak., tidak pernah ada. Semua anggota keluarga berjalan sendiri-sendiri, tidak pernah ada musyawarah, berbincang bersama, kompromi, dsb. 

Padahal sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw, setiap beliau hendak sholat malam (Tahajud) pasti beliau membangunkan isterinya. Mengajak untuk sholat (Tahajud) berjamaah. Maka dalam Hadits disebutkan : Kalau ada seorang suami sudah bangun di waktu malam hendak sholat Tahajud, lalu isterinya dibangunkan tetapi malas bangun, hendaknya suami memerciki air  pada muka isterinya itu.

2. Banyaknya perselingkuhan.
Di Jakarta ini banyak perselingkuhan yang luar biasa,  Sampai-sampai ada pemeo : Rumput tetangga lebih hijau daripada rumput halaman sendiri. Terutama di padang Golf, “rumput” di sana labih hijau dibanding rumput dihalaman rumahnya sendiri. Maka banyak orang-orang kaya yang suka main Golf, karena disana “rumput” nya ( Cady-nya) lebih hijau dan lebih harum.

3. Banyaknya suami  yang menikah lagi, tidak sesuai Syari’at.
Banyak suami yang menikah lebih dari satu karena bukan dorongan Syari’at melainkan dorongan  Syahwat. 

4. Dis-harmoni hubungan antara anggota keluarga.
Banyak terjadi ketidak-harmonisan antara anggota keluarga, suami, isteri, anak, mertua, menantu dst. terutama di kota-kota besar.

5. Rusaknya hubungan karena saling dendam dan saling membenci.
Dalam Hadits Qudsi Allah subhanahu wata’ala berfirman : “Aku akan berpaling dari umat-umat-Ku yang saling bermusuhan di antara mereka.”. Maka janganlah kita  saling membenci atau dendam.  Inilah pentingnya kita saling membangun Ukhuwah (silaturrahim).
Silaturrahim.
Berasal dari kata “silah” artinya hubungan dan “rahim” artinya kandungan ibu,  juga  kasih-sayang.  Artinya setiap kita harus membangun persaudaraan berdasarkan kasih-sayang sebagaimana saudara sekandung. Karena pada hakekatnya kita adalah saudara sekandung, yaitu sesama turunan Adam dan Hawa.
Dalam Hadits Rasulullah saw bersabda : “Tidaklah akan  masuk surga orang yang memutuskan silaturrahim”.

Karena silaturrahim akan membawa hikmah :
-          Menambah maisah (banyak rezki),
-          Menambah Ilmu,
-          Membentuk Ukhuwah Islamiyah,
-          Memperpanjang umur,
-          Memperbagus akhlak,

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA,
WASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
 



No comments:

Post a Comment