Translate

Thursday, January 2, 2014

Pribadi Ikhlas Dalam Rumahtangga, Oleh : Ustad Sukeri Abdillah


Pribadi Ikhlas Dalam Rumahtangga
Ustad Sukeri Abdillah
Jum’at,  9 Shafar 1435 H – 13 Desember 2013


 Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Pada hakekatnya anda sekalian adalah manusia surga yang berjalan di muka bumi, anda adalah juga Khalifah (Wakil Allah)  di muka bumi, untuk menata kehidupan.  Melakukan regenerasi dengan baik,  bukan sekedar hidup, kawin lalu mati.  Maka tinggallah kita berpikir-ulang.  Sebab dalam AlQur’an Surat Ali Imran ayat 102 Allah subhanahu wata’ala berfirman (berpesan) :

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

Allah subhanahu wata’ala berpesan bahwa janganlah kita mati kecuali benar-benar dalam keadaan melaksanakan nilai-nilai Islam, salah satunya adalah Regenerasi yang baik.
Agar kita bisa melaksanakan regenerasi yang baik, maka kita harus bisa membina rumahtangga yang baik. Agar rumahtangga menjadi baik maka keikhlasan harus selalu ada dan bahkan menjadi Pra-memasuki kehidupan rumahtangga. Begitu memasuki kehidupan rumahtangga, maka ke-ikhlasan harus semakin dihidupkan.

Allah subhanahu wata’ala juga meng-manahkan kepada kita dalam Surat Al Bayyinah ayat 5 :

5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus*], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

*] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.

Itulah amanah (perintah) Allah subhanahu wata’ala mengapa kita harus mengedepankan, memelihara, menumbuh-kembangkan Ikhlas.  Karena bahasan kali ini adalah tentang rumah tangga,  maka kita batasi Ikhlas dalam hal membangun rumahtangga.

Ikhlas yang merupakan amanat Allah subhanahu wata’ala adalah sangat penting karena :

1.      Ikhlas merupakan sumber kekuatan dan pahala. Hanya orang yang ikhlas yang akan mampu memikul beratnya kehidupan (beban) rumah tangga. Dengan kata lain: Dengan Ikhlas, maka beban rumahtangga akan terasa ringan.
2.      Dengan Ikhlas, maka rasa benci menjadi sayang. Jarak yang jauh dalam mencari nafkah akan menjadi terasa dekat.
3.      Dengan Ikhlas, maka hati dan amalan kita, ibadah kita tidak bisa dihancurkan oleh syaithan.  Ingat dalam Surat Al Hijr syaithan telah mendeklarasikan di hadapan Allah subhanahu wata’ala :

39. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat,selingkuh) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,

. 40. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis (ikhlas) di antara mereka

4.      Orang yang Ikhlas hidupnya tenang dan dijamin masuk Surga. Hanya orang yang ikhlas yang hatinya tenang, pikiran terang, langkahnya panjang dan rezkinya mudah datang. Maka Malaikat ketika datang kepada kita nanti menjelang kita diwafatkan :

27. Hai jiwa yang tenang.

28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.

29. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
30. masuklah ke dalam syurga-Ku.

Jadi malaikat memanggil kita dengan suara yang halus dan tenang sekali.

Orang yang tidak iklas disebut dzolim. Sedangkan ikhlas artinya bersih.  Kalau ada maksud (pamrih) lain apalagi ada tujuan lain, selain karena Allah, maka itu disebut Dzolim. Pekerjaannya disebut Dzulumat (gelap langkah yang ditempuh). Siapa yang mencari dzulumat (kegelapan) dalam kehidupan, maka ketika mati kelak, malaikat diperintahkan untuk mencabut nyawa orang itu dengan kalimat yang kasar.   Sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wata’ala dalam Surat Al An’am ayat 93 :

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah." Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para Malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.

Kedzoliman yang dilakukan dalam wujud tidak ikhlas adalah :

1.      Seorang bapak (kepala rumahtangga) tidak lagi “menyentuh” isterinya.
2.      Seorang bapak (suami) tidak memberi nafkah-lahir kepada isterinya dengaan alasan karena isterinya bekerja dan punya penghasilan. 
3.      Seorang bapak (isteri) cekcok (berkelahi) dengan isteri kemudian meninggalkan isterinya tanpa kepastian (tidak cerai dan tidak pula dipergauli) dalam waktu lama. Termasuk juga seorang suami yang tetap tinggal di rumahnya tetapi tidak pernah tidur bersama satu kamar dengan isterinya.

Maka berhati-hatilah wahai kaum pria,  adalah kewajiban seorang suami sebagai kepala keluarga harus dipenuhi. Jangan pula membuat isteri berstatus menggantung (tidak ada kepastian).
Hanya orang-orang yang Ikhlas yang hidupnya tenang dalam menjalani kehidupan rumahtangga.

 Maka langkah membangun pribadi Ikhlas yang bisa dilakukan adalah :

1.Quwatul ghoyah wal Istiqomah - Kuatkan tujuan dan teguh pendirian.

Ibarat mendaki gunung jangan berhenti sebelum sampai di puncak. Target berumahtangga adalah sampai ke puncaknya yaitu Mardhotillah (Keridho-an Allah). Yaitu bersama keluarga melihat wajah Allah subhanahu wata’ala di Surga.

Sementara dalam masyarakat ada sebagian orang yang targetnya hanya SAMARA (Sakinah-mawadah-warohmah). Tetapi karena antara suami-isteri terlalu sibuk mencari nafkah, jangankan Sakinah-mawadah-warohmah, ketenangan saja sudah tidak ada dalam rumah tangga.  Karena Ikhlas sudah tercerabut dalam rumahtangga. Padahal target yang benar adalah Mardhotillah, di mana SAMARA sudah termasuk didalamnya.

Seperti ungkapan Imam Al Ghodzali, dalam kitabnya Ihiya Ulumuddin,  beliau meng-umpama-kan dunia dan Akhirat ibarat rumput dan padi. Orang menanam padi pasti rumput ikut tumbuh,  tetapi bila orang menanam rumput maka padi tidak akan ikut tumbuh. Itulah kehidupan rumahtangga.  Siapa yang targetnya Mardhotillah, pasti SAMARA  akan ikut.  Sedangkan orang yang hanya men-targetkan SAMARA  maka Mardhotilah tidak akan ikut. Banyak orang yang mencapai SAMARA, sandang-pangan-papan tercapai, tetapi kalau ia lalai dengan sisi Ruhiyahnya, maka itu bukan SAMARA  yang sesungguhnya. Hanya fatamorgana.

Maka yang benar adalah targetnya adalah Mardhotillah. Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surat Al Qashash ayat 77 :

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Maksudnya, kejarlah olehmu karunia Allah di negeri Akhirat (Surga, yaitu bertemu dan memandang Wajah Allah), bersama isteri dan anak-anak keturunanmu, kejarlah itu.  Tetapi jangan lupakan bagian urusan duniamu (SAMARA). Dan untuk  SAMARA harus dilakukan dengan Ikhlas dan untuk Ikhlas harus dengan Quwatul ghoyah wa istiqomah (Kuatkan tujuan dan teguh pendirian).

Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu- Maksudnya hendaknya dalam me-manage rumahtangga secara professional. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang professional dalam mengurus kehidupan rumahtangganya.

Dan jangalan kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi – Maksudnya, janganlah kamu berbuat sesuatu yang mengarah kepada kehancuran.  Misalnya : Marah sedikit saja lalu ingin cerai, ada yang kabur ke rumah orangtuanya, marah sedikit saja lalu mengadu kepada teman, kepada tetangga, dst. yang akhirnya hanya akan membuat kerusakan.

Istiqomah, artinya teguh pendirian. Bahwa dalam kehidupan rumahtangga akan ada lembaran-lembaran waktu yang kita lalui dan di setiap lembar waktu akan ada goresan peran yang Allah kehendaki (kita lakukan) dan bisa jadi sangat berbeda. Jangankan dalam waktu yang panjang, dalam waktu 24 jam saja akan banyak peran-peran yang berbeda. 

Misalnya bangun tidur, ketika bangun tidur ada butiran mata-rantai waktu.  Yaitu pertama :  mata terbuka, lalu membaca do’a: Alhamdulillahilladzi ahyana ba’da ma amatana wa ilaihinnusyur.   Sampai di sini masih terasa tenang dan ikhlas. 

Kedua : ke kamar mandi (lembar waktu kedua), perjalanan dari kamar ke kamar mandi lancar, tidak tersandung sesuatu.  Sampai di sini masih ikhlas (Istiqomah). Sampai di kamar mandi ingin mandi, buka baju, mengguyur badan denganaair, lalu mengambil sabun, ternyata sabunnya tidak ada (habis). Timbul kesal, hati mendongkol, marah dst. Di sini mulai tidak ikhlas. Dan seterusnya, banyak hal-hal dalam lembaran keseharian, ada yang menyenangkan ada juga yang membuat kecewa (tidak ikhlas).

Dalam kehidupan selanjutnya dalam jangka panjang, ekonomi berkecukupan.  Kemudian pada suatu hari oleh Allah diberi peran yang berbeda, Ketika hendak berangkat kerja, di kantor sudah menunggu transaksi milyaran rupiah yang harus ditandatangani, tiba-tiba ketika hendak masuk mobil, badannya terjatuh karena keseleo atau salah langkah.  Ketika dibawa ke dokter, deteksi pertama dokter manyatakan terjadi kelumpuhan.  Ternyata ia terkena penyakit yang sulit diobati.

Artinya peran diganti,   perlu istiqomah. Alhamdulillah suami isteri ikhlas, dan ternyata nasihat isteri bagus dengan kata-kata : “Mas, disamping ikhlas cobalah bersyukur kepada Allah.  Kali ini Allah memberikan Mas peran.  Sebelum ini Allah memerankan Mas dengan mnggoyangkan jari dan vulpen menandatangai proyek mendapatkan uang jutaan bahkan milyaran, sekarang peran Mas lumpuh, tidak semua artis menerima peran ini. Inilah peran yang istimewa dari Dzat Yang Maha Istimewa, upahnya pasti istimewa”

Mendengar nasihat isteri tersebut sang suami semakin tenang, pikiran terang.  Sang suami kemudian menulis pengalamannya dalam sebuah buku yang ditulisnya, tentang pengalamannya menahan rasa sakit dan di broadcast di internet.    Kemudian bulan ke enam ada beberapa kelompok LSM yang datang ke rumahnya untuk belajar kepada beliau. Mereka hanya ingin belajar apa arti 4 kata : sakit, penyakit, sehat dan waras.  

Oleh si orang itu dibikinkan kurikulum tiga bulan. Selesai belajar selama tiga bulan, LSM itu membayar kepadanya.  Dari situlah rezki mulai datang. Dan dari hasil itulah orang itu bisa membiayai kuliah anak-anaknya. Perabot rumahtangga yang sudah habis terjual dan tersisa beberapa saja, mulailah terisi kembali dengan perabotan yang lumayan  bagus.

Itulah pentingnya Ikhlas, yaitu dengan Quwatul ghoyah wal istiqomah. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surat Fushshilat ayat 30 :

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".

Maka bila kita sudah Istiqomah, tujun hidup kita adalah Allah, kita bisa mewarnai pasangan kita bahwa tujuan hidup kita adalah Allah subhanahu wata’ala, maka selesailah segala urusan.  Akan ada peran apapun tidak akan berpengaruh. Akan datang rembulan dengan cahayanya yang indah, atau angin sepoi-sepoi basah menawarkan makanan yang lezat, atau datang badai apapun, tidak menjadi masalah. Kalau Ghoyah (tujuannya) adalah  Allah subhanahu wata’ala.

Penguasa dalam kehidupan rumahtangga bukan emosi kita, bukan ke-aku-an kita, atau egoisme kita, bukan pasangan kita, bukan mertua kita, bukan boss kita, melainkan penguasa kita adalah Allah subhananhu wata’ala. Kemudian kita istiqomah, maka akan turun malaikat Allah subhanahu wata’ala, menanamkan sifat optimisme : “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, Allah menjanjikan surga kepada kamu”.
(Jangan kamu takut menghadapi masa depan rezki kamu, dan janganlah kamu sedih dengan apa yang terlepas dari genggaman kamu, gembiralah dengan apa yang telah Allah janjikan yaitu surga).

Itulah peran yang Allah berikan, perlunya Ikhlas. Bukan hanya si suami atau isteri saja tetapi dengan pasangannya. Agar pertolongan Allah selalu datang dalam kehidupan rumahtangga.

2.Ta’fu man dzulmu – Maafkan orang yang menyakiti.

Dalam konteks rumahtangga bisa jadi pasangan yang menyakiti. Biasanya dalam pergaulan, yang paling mudah dianggap menyakiti atau orang yang tertuduh sebagai orang yang menyakiti adalah mereka yang rentang pergaulannya dengan kita cukup lama dan cukup padat. Dalam rumahtangga biasanya pasangan suami-isteri. Ada masalah apapun pasti menyalahkan pasangan.

Maka kita harus bisa memaafkan pasangan kita. Artinya memaafkan kesalahan orang lain (kalau dengan pasangan berarti melepas keslahan pasangan dari dalam dada), disebut Mushofahah .  Bukan Al ‘Afu (memaafkan, meringankan).  Mushofahah artinya benar-benar melepas dan melupakannya..  Kalau ada kesalahan dari pasangan maka maafkan,  lepaskan dan lupakan.


Itulah yang dimaksud Ta’fu man dzulmu. Dan usahakan untuk memperbaiki diri, karena mungkin kitapun punya kesalahan.  Berhati besar (lapang dada) untuk menerima  apa yang tidak diterima oleh pasangan kita. Meskipun itu sulit. Ikhlas harus tetap terpelihara dalam rumahtangga.

Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kita dalam Surat Ali Imran ayat 159 :

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Mereka, dalam ayat tersebut maksudnya  adalah pasangan (suami-isteri)  dan anak-anak kita.  Perpecahan hati jauh lebih berbahaya dibanding perpecahan fisik. Buat apa jasad berhadapan kalau hati saling membelakangi. Maka dalam ayat tersebut dengan halus Allah berfirman : “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”.  

Mereka (isteri/suami dan anak-anak kita) tampak tersenyum tetapi hambar dalam hati dan perasaan.  Maka jangan sampai itu terjadi.  Maafkan saja mereka, mohonkan ampun kepada Allah atas kesalahan dan dosa-dosa mereka, setiap selesai sholat fardhu.

3.Katsarotudzdzikrul maut – Perbanyak ingat kepada kematian.

Agar ke-Ikhlasan dalam rumahtangga  menjadi pribadi yang menyatu dalam tubuh kita adalah banyak mengingat mati (Katsarotudzdzikrul maut). Karena kematian adalah yang akan mematikan egoisme seseorang.  Meskipun sepanjang orang hidup secara kontekstual sulit dikatakan egoisme-nya mati.  Tetap ada egoisme tetapi bisa diredam atau dinetralkan.

Dalam arti lebih kontekstual lagi yang dimaksudkan,  Katsarotudzdzikrul maut fungsinya adalah bagaimana kita bisa mengatasi egoisme kita, bukan diatasi oleh egoisme kita.  Ketika kita bisa menjadikan egoisme sebagai kendaraan, maka Ikhlas akan tetap  bersama dengan kita. Sebaliknya bila kita sudah dikuasai oleh egoisme maka hanya kematianlah yang akan bisa mematikan egoisme kita.  Dan pada saat itu ke-Ikhlasan sudah menjadi sia-sia, menjadi tidak penting sama sekali.


Maka bila hendak Ikhlas sebaiknya ketika kita masih hidup segar-bugar, normal seperti sekarang, jangan menunggu ketika menghadapi sakaratulmaut. Akan menjadi percuma. 

Sama dengan orang mengeluarkan shodakoh ketika saat-saat menghadapi sakaratulmaut. Akan percuma dan sia-sia. Selama ini kemana saja ? Kalau  ingin ber-shodakoh hendaknya ketika masih hidup segar-bugar sehat wal a’fiat. Jangan menunggu menghadapi sakaratulmaut. Bila ingin Ikhlas lakukan selagi masih waras.  Egoisme  menjadi tidak penting ketika menghadapi kematian.  

Allah subhanahu wata’ala memberikan berita gembira dalam Surat Ali Imran ayat 185 :  
 
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

Begitu menghadapi mati,  semua yang kita lakukan baik itu penderitaan atau kebahagiaan, atau apapun investasi dalam kehidupan kita, setiap tetes keringat, setiap lembar rambut yang lepas, entah musibah atau nikmat yang kita dapatkan,  semua akan menjadi gambaran yang indah dan terang pada saat sakaratulmaut.  Dan ternyata Allah subhanahu wata’ala pada hari Kiamat akan menyempurnakan pahalanya.  Maksudnya, setiap kenikmatan yang selama ini kita rasakan itu baru Down Payment (DP, uang muka). Sesungguhnya hidup di dunia ini hanya sesuatu yang memperdaya (menipu).  Maka kita jangan sampai terpedaya.

Maka se-nyata apapun, perilaku pasangan hidup dan keluarga kita di dunia ini hanyalah fatamorgana jika dibandingkan dengan kehidupan Akhirat. Oleh karena itu supaya ke-Ikhlasan kita tetap ada dalam menghadapi dinamika, iklim atau cuaca keluarga kita, tetaplah kita melaksanakan Katsarotudzdzikrul maut (memperbanyak ingat mati).  

Sekiana bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                               ______________

No comments:

Post a Comment