Pribadi Ikhlas Dalam Rumahtangga
Ustad Sukeri Abdillah
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Pada hakekatnya anda sekalian adalah
manusia surga yang berjalan di muka bumi, anda adalah juga Khalifah (Wakil
Allah) di muka bumi, untuk menata
kehidupan. Melakukan regenerasi dengan
baik, bukan sekedar hidup, kawin lalu
mati. Maka tinggallah kita
berpikir-ulang. Sebab dalam AlQur’an Surat Ali Imran ayat 102 Allah subhanahu wata’ala berfirman (berpesan)
:
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam.
Allah subhanahu
wata’ala berpesan bahwa janganlah kita mati kecuali benar-benar dalam
keadaan melaksanakan nilai-nilai Islam, salah satunya adalah Regenerasi yang baik.
Agar kita bisa melaksanakan regenerasi
yang baik, maka kita harus bisa membina rumahtangga yang baik. Agar rumahtangga
menjadi baik maka keikhlasan harus selalu ada dan bahkan menjadi Pra-memasuki
kehidupan rumahtangga. Begitu memasuki kehidupan rumahtangga, maka ke-ikhlasan
harus semakin dihidupkan.
Allah subhanahu
wata’ala juga meng-manahkan kepada kita dalam Surat Al Bayyinah ayat 5 :
5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus*], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus.
*] Lurus berarti jauh dari syirik
(mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
Itulah amanah (perintah) Allah subhanahu wata’ala mengapa kita harus
mengedepankan, memelihara, menumbuh-kembangkan Ikhlas. Karena bahasan kali
ini adalah tentang rumah tangga, maka
kita batasi Ikhlas dalam hal membangun rumahtangga.
Ikhlas yang merupakan
amanat Allah subhanahu wata’ala
adalah sangat penting karena :
1. Ikhlas merupakan sumber kekuatan dan pahala. Hanya
orang yang ikhlas yang akan mampu memikul beratnya kehidupan (beban) rumah
tangga. Dengan kata lain: Dengan Ikhlas, maka beban rumahtangga akan terasa
ringan.
2. Dengan Ikhlas, maka rasa benci menjadi sayang.
Jarak yang jauh dalam mencari nafkah akan menjadi terasa dekat.
3.
Dengan Ikhlas,
maka hati dan amalan kita, ibadah kita tidak bisa dihancurkan oleh
syaithan. Ingat dalam Surat Al Hijr syaithan telah
mendeklarasikan di hadapan Allah subhanahu
wata’ala :
39. Iblis berkata:
"Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku
akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat,selingkuh) di muka
bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
. 40. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis (ikhlas)
di antara mereka
4. Orang yang Ikhlas hidupnya tenang dan dijamin
masuk Surga. Hanya orang yang ikhlas yang hatinya tenang, pikiran terang,
langkahnya panjang dan rezkinya mudah datang. Maka Malaikat ketika datang
kepada kita nanti menjelang kita diwafatkan :
27. Hai jiwa yang tenang.
28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya.
29. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
30. masuklah ke dalam syurga-Ku.
Jadi malaikat memanggil kita dengan suara
yang halus dan tenang sekali.
Orang yang tidak iklas disebut dzolim.
Sedangkan ikhlas artinya bersih.
Kalau ada maksud (pamrih) lain apalagi ada tujuan lain, selain karena
Allah, maka itu disebut Dzolim. Pekerjaannya disebut Dzulumat
(gelap langkah yang ditempuh). Siapa yang mencari dzulumat (kegelapan)
dalam kehidupan, maka ketika mati kelak, malaikat diperintahkan untuk mencabut
nyawa orang itu dengan kalimat yang kasar.
Sebagaimana difirmankan Allah subhanahu
wata’ala dalam Surat Al An’am ayat
93 :
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat
kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada
saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang
berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah."
Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim
berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para Malaikat memukul dengan
tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" di hari ini kamu
dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan
terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.
Kedzoliman yang dilakukan
dalam wujud tidak ikhlas adalah :
1. Seorang bapak
(kepala rumahtangga) tidak lagi “menyentuh” isterinya.
2. Seorang bapak (suami)
tidak memberi nafkah-lahir kepada isterinya dengaan alasan karena isterinya
bekerja dan punya penghasilan.
3. Seorang bapak (isteri)
cekcok (berkelahi) dengan isteri kemudian meninggalkan isterinya tanpa
kepastian (tidak cerai dan tidak pula dipergauli) dalam waktu lama. Termasuk
juga seorang suami yang tetap tinggal di rumahnya tetapi tidak pernah tidur
bersama satu kamar dengan isterinya.
Maka berhati-hatilah wahai kaum pria, adalah kewajiban seorang suami sebagai kepala
keluarga harus dipenuhi. Jangan pula membuat isteri berstatus menggantung (tidak
ada kepastian).
Hanya orang-orang yang Ikhlas yang hidupnya tenang dalam
menjalani kehidupan rumahtangga.
Maka langkah membangun pribadi Ikhlas yang bisa dilakukan adalah :
1.Quwatul ghoyah wal Istiqomah - Kuatkan tujuan
dan teguh pendirian.
Ibarat mendaki gunung jangan berhenti
sebelum sampai di puncak. Target berumahtangga adalah sampai ke puncaknya yaitu
Mardhotillah
(Keridho-an Allah). Yaitu bersama keluarga melihat wajah Allah subhanahu wata’ala di Surga.
Sementara dalam masyarakat ada sebagian
orang yang targetnya hanya SAMARA (Sakinah-mawadah-warohmah).
Tetapi karena antara suami-isteri terlalu sibuk mencari nafkah, jangankan
Sakinah-mawadah-warohmah, ketenangan saja sudah tidak ada dalam rumah
tangga. Karena Ikhlas sudah tercerabut dalam rumahtangga. Padahal target yang
benar adalah Mardhotillah, di mana SAMARA sudah termasuk didalamnya.
Seperti ungkapan Imam Al Ghodzali, dalam kitabnya Ihiya Ulumuddin, beliau meng-umpama-kan dunia dan Akhirat
ibarat rumput dan padi. Orang menanam padi pasti rumput ikut tumbuh, tetapi bila orang menanam rumput maka padi
tidak akan ikut tumbuh. Itulah kehidupan rumahtangga. Siapa yang targetnya Mardhotillah, pasti
SAMARA akan ikut. Sedangkan orang yang hanya men-targetkan
SAMARA maka Mardhotilah tidak akan
ikut. Banyak orang yang mencapai SAMARA, sandang-pangan-papan tercapai, tetapi
kalau ia lalai dengan sisi Ruhiyahnya, maka itu bukan SAMARA yang sesungguhnya. Hanya fatamorgana.
Maka yang benar adalah targetnya adalah Mardhotillah.
Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala
berfirman dalam Surat Al Qashash ayat 77
:
Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Maksudnya, kejarlah olehmu karunia Allah
di negeri Akhirat (Surga, yaitu bertemu dan memandang Wajah Allah), bersama
isteri dan anak-anak keturunanmu, kejarlah itu.
Tetapi jangan lupakan bagian urusan duniamu (SAMARA). Dan untuk SAMARA harus dilakukan dengan Ikhlas dan untuk
Ikhlas harus dengan Quwatul
ghoyah wa istiqomah (Kuatkan tujuan dan teguh pendirian).
Dan
berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu- Maksudnya
hendaknya dalam me-manage rumahtangga secara professional. Sesungguhnya Allah
menyukai orang yang professional dalam mengurus kehidupan rumahtangganya.
Dan
jangalan kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi – Maksudnya,
janganlah kamu berbuat sesuatu yang mengarah kepada kehancuran. Misalnya : Marah sedikit saja lalu ingin
cerai, ada yang kabur ke rumah orangtuanya, marah sedikit saja lalu mengadu kepada
teman, kepada tetangga, dst. yang akhirnya hanya akan membuat kerusakan.
Istiqomah, artinya teguh
pendirian. Bahwa dalam kehidupan rumahtangga akan ada lembaran-lembaran waktu
yang kita lalui dan di setiap lembar waktu akan ada goresan peran yang Allah
kehendaki (kita lakukan) dan bisa jadi sangat berbeda. Jangankan dalam waktu
yang panjang, dalam waktu 24 jam saja akan banyak peran-peran yang
berbeda.
Misalnya bangun tidur, ketika bangun tidur ada butiran mata-rantai
waktu. Yaitu pertama : mata terbuka, lalu membaca do’a: Alhamdulillahilladzi ahyana ba’da ma amatana
wa ilaihinnusyur. Sampai di sini masih terasa tenang dan
ikhlas.
Kedua : ke kamar mandi (lembar waktu kedua),
perjalanan dari kamar ke kamar mandi lancar, tidak tersandung sesuatu. Sampai di sini masih ikhlas (Istiqomah).
Sampai di kamar mandi ingin mandi, buka baju, mengguyur badan denganaair, lalu
mengambil sabun, ternyata sabunnya tidak ada (habis). Timbul kesal, hati
mendongkol, marah dst. Di sini mulai tidak ikhlas. Dan seterusnya, banyak
hal-hal dalam lembaran keseharian, ada yang menyenangkan ada juga yang membuat
kecewa (tidak ikhlas).
Dalam kehidupan selanjutnya dalam jangka
panjang, ekonomi berkecukupan. Kemudian
pada suatu hari oleh Allah diberi peran yang berbeda, Ketika hendak berangkat
kerja, di kantor sudah menunggu transaksi milyaran rupiah yang harus ditandatangani,
tiba-tiba ketika hendak masuk mobil, badannya terjatuh karena keseleo atau
salah langkah. Ketika dibawa ke dokter,
deteksi pertama dokter manyatakan terjadi kelumpuhan. Ternyata ia terkena penyakit yang sulit
diobati.
Artinya peran diganti, perlu istiqomah. Alhamdulillah suami
isteri ikhlas, dan ternyata nasihat isteri bagus dengan kata-kata : “Mas, disamping ikhlas cobalah bersyukur
kepada Allah. Kali ini Allah memberikan
Mas peran. Sebelum ini Allah memerankan
Mas dengan mnggoyangkan jari dan vulpen menandatangai proyek mendapatkan uang
jutaan bahkan milyaran, sekarang peran Mas lumpuh, tidak semua artis menerima
peran ini. Inilah peran yang istimewa dari Dzat Yang Maha Istimewa, upahnya pasti
istimewa”
Mendengar nasihat isteri tersebut sang
suami semakin tenang, pikiran terang.
Sang suami kemudian menulis pengalamannya dalam sebuah buku yang
ditulisnya, tentang pengalamannya menahan rasa sakit dan di broadcast di internet. Kemudian bulan ke enam ada beberapa
kelompok LSM yang datang ke rumahnya untuk belajar kepada beliau. Mereka hanya
ingin belajar apa arti 4 kata : sakit,
penyakit, sehat dan waras.
Oleh si orang itu dibikinkan kurikulum tiga
bulan. Selesai belajar selama tiga bulan, LSM itu membayar kepadanya. Dari situlah rezki mulai datang. Dan dari
hasil itulah orang itu bisa membiayai kuliah anak-anaknya. Perabot rumahtangga
yang sudah habis terjual dan tersisa beberapa saja, mulailah terisi kembali dengan
perabotan yang lumayan bagus.
Itulah pentingnya Ikhlas, yaitu dengan Quwatul
ghoyah wal istiqomah. Allah subhanahu
wata’ala berfirman dalam Surat
Fushshilat ayat 30 :
Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
Maka bila kita sudah Istiqomah, tujun hidup kita adalah Allah, kita
bisa mewarnai pasangan kita bahwa tujuan hidup kita adalah Allah subhanahu wata’ala, maka selesailah
segala urusan. Akan ada peran apapun
tidak akan berpengaruh. Akan datang rembulan dengan cahayanya yang indah, atau
angin sepoi-sepoi basah menawarkan makanan yang lezat, atau datang badai
apapun, tidak menjadi masalah. Kalau Ghoyah (tujuannya) adalah Allah subhanahu wata’ala.
Penguasa dalam kehidupan rumahtangga bukan
emosi kita, bukan ke-aku-an kita, atau egoisme kita, bukan pasangan kita, bukan
mertua kita, bukan boss kita, melainkan penguasa kita adalah Allah subhananhu wata’ala. Kemudian kita istiqomah, maka akan turun
malaikat Allah subhanahu wata’ala,
menanamkan sifat optimisme : “Janganlah
kamu takut dan janganlah merasa sedih, Allah menjanjikan surga kepada kamu”.
(Jangan kamu takut menghadapi masa depan
rezki kamu, dan janganlah kamu sedih dengan apa yang terlepas dari genggaman
kamu, gembiralah dengan apa yang telah Allah janjikan yaitu surga).
Itulah peran yang Allah berikan, perlunya Ikhlas. Bukan hanya si suami atau
isteri saja tetapi dengan pasangannya. Agar pertolongan Allah selalu datang
dalam kehidupan rumahtangga.
2.Ta’fu man dzulmu – Maafkan orang
yang menyakiti.
Dalam konteks rumahtangga bisa jadi
pasangan yang menyakiti. Biasanya dalam pergaulan, yang paling mudah dianggap
menyakiti atau orang yang tertuduh sebagai orang yang menyakiti adalah mereka
yang rentang pergaulannya dengan kita cukup lama dan cukup padat. Dalam
rumahtangga biasanya pasangan suami-isteri. Ada masalah apapun pasti
menyalahkan pasangan.
Maka kita harus bisa memaafkan pasangan
kita. Artinya memaafkan kesalahan orang lain (kalau dengan pasangan berarti
melepas keslahan pasangan dari dalam dada), disebut Mushofahah . Bukan Al ‘Afu (memaafkan, meringankan).
Mushofahah artinya benar-benar melepas dan melupakannya.. Kalau ada kesalahan dari pasangan maka
maafkan, lepaskan dan lupakan.
Itulah yang dimaksud Ta’fu man dzulmu. Dan
usahakan untuk memperbaiki diri, karena mungkin kitapun punya kesalahan. Berhati besar (lapang dada) untuk
menerima apa yang tidak diterima oleh
pasangan kita. Meskipun itu sulit. Ikhlas
harus tetap terpelihara dalam rumahtangga.
Allah subhanahu
wata’ala memerintahkan kita dalam Surat
Ali Imran ayat 159 :
Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Mereka, dalam ayat
tersebut maksudnya adalah pasangan (suami-isteri) dan anak-anak kita. Perpecahan hati jauh lebih berbahaya
dibanding perpecahan fisik. Buat apa jasad berhadapan kalau hati saling
membelakangi. Maka dalam ayat tersebut dengan halus Allah berfirman : “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentu mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”.
Mereka (isteri/suami dan anak-anak kita) tampak
tersenyum tetapi hambar dalam hati dan perasaan. Maka jangan sampai itu terjadi. Maafkan saja mereka, mohonkan ampun kepada
Allah atas kesalahan dan dosa-dosa mereka, setiap selesai sholat fardhu.
3.Katsarotudzdzikrul maut – Perbanyak ingat
kepada kematian.
Agar ke-Ikhlasan dalam rumahtangga menjadi pribadi yang menyatu dalam tubuh kita
adalah banyak mengingat mati (Katsarotudzdzikrul
maut). Karena kematian adalah yang akan mematikan egoisme seseorang. Meskipun
sepanjang orang hidup secara kontekstual sulit dikatakan egoisme-nya mati. Tetap ada
egoisme tetapi bisa diredam atau dinetralkan.
Dalam arti lebih kontekstual lagi yang
dimaksudkan, Katsarotudzdzikrul maut fungsinya adalah bagaimana kita bisa
mengatasi egoisme kita, bukan diatasi oleh egoisme kita. Ketika kita bisa menjadikan egoisme sebagai
kendaraan, maka Ikhlas akan
tetap bersama dengan kita. Sebaliknya
bila kita sudah dikuasai oleh egoisme maka hanya kematianlah yang akan bisa
mematikan egoisme kita. Dan pada saat
itu ke-Ikhlasan sudah menjadi sia-sia, menjadi tidak penting sama sekali.
Maka bila hendak Ikhlas sebaiknya ketika kita masih hidup segar-bugar, normal seperti
sekarang, jangan menunggu ketika menghadapi sakaratulmaut. Akan menjadi
percuma.
Sama dengan orang mengeluarkan shodakoh
ketika saat-saat menghadapi sakaratulmaut. Akan percuma dan sia-sia. Selama ini
kemana saja ? Kalau ingin ber-shodakoh hendaknya
ketika masih hidup segar-bugar sehat wal a’fiat. Jangan menunggu menghadapi
sakaratulmaut. Bila ingin Ikhlas lakukan selagi masih waras. Egoisme
menjadi tidak penting ketika
menghadapi kematian.
Allah subhanahu
wata’ala memberikan berita gembira dalam Surat Ali Imran ayat 185 :
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati. dan sesungguhnya
pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
Begitu menghadapi mati, semua yang kita lakukan baik itu penderitaan
atau kebahagiaan, atau apapun investasi dalam kehidupan kita, setiap tetes
keringat, setiap lembar rambut yang lepas, entah musibah atau nikmat yang kita
dapatkan, semua akan menjadi gambaran
yang indah dan terang pada saat sakaratulmaut. Dan ternyata Allah subhanahu wata’ala pada hari Kiamat akan menyempurnakan
pahalanya. Maksudnya, setiap kenikmatan
yang selama ini kita rasakan itu baru Down
Payment (DP, uang muka). Sesungguhnya hidup di dunia ini hanya sesuatu yang
memperdaya (menipu). Maka kita jangan
sampai terpedaya.
Maka se-nyata apapun, perilaku pasangan
hidup dan keluarga kita di dunia ini hanyalah fatamorgana jika dibandingkan dengan kehidupan Akhirat. Oleh karena
itu supaya ke-Ikhlasan kita tetap ada dalam menghadapi dinamika, iklim
atau cuaca keluarga kita, tetaplah kita melaksanakan Katsarotudzdzikrul maut
(memperbanyak ingat mati).
Sekiana bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
______________
No comments:
Post a Comment