Translate

Thursday, May 1, 2014

Kepemimpinan Menurut Islam, oleh : Ustadz Ruslan Effendi



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

 Kepemimpinan Menurut Islam

  Ustadz Ruslan Effendi

  Jum’at,  25 Jumadil Akhir 1435 H – 25 April 2014


 Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Dalam AlQur’an banyak sekali disebutkan tentang dosa-dosa manusia yang menyebabkan manusia itu masuk neraka-Jahannam selama-lamanya.  Salah satunya adalah Dosa Politik yang menyebabkan manusia tidak bisa keluar dari neraka.   Oleh karena itu dalam masalah kepemimpinan kita umat Islam jangan sampai salah memilih pemimpin.

Pemimpin yang ideal menurut AlQur’an adalah :

1.     Orang beriman, menjalankan sholat fardhu lima waktu dimasjid(berjamaah), taat dan tunduk kepada Allah subhanahu wata’ala. 
2.     Punya wawasan ilmu yang luas termasuk  pemahaman  tentang Islam, tubuh-nya perkasa, sehat rohani dan jasmani.
3.     Orangnya lemah-lembut, tidak emosional dan pemaaf, tidak otoriter dan tidak diktator.
4.     Ia lebih mengutamakan rakyatnya dibandingkan pribadinya dan merasakan penderitaan rakyat.
5.     Amanah.

Semua tersebut di atas adalah berdasarkan Firman Allah subhanahu wata’ala dalam AlQur’an. 
1.Orang beriman, taat dan tunduk kepada Allah subhanahu wata’ala.

Lihat AlQur’an Surat Al Maa-idah ayat 55 – 56 Allah subhanahu wata’ala berfirman :

سُوۡرَةُ المَائدة

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُ ۥ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَهُمۡ رَٲكِعُونَ (٥٥) وَمَن يَتَوَلَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَإِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡغَـٰلِبُونَ (٥٦)


55. Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).

56. Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah.  Itulah yang pasti menang.

Yang dimaksud “penolong” dalam ayat tersebut di atas adalah Wali / Pemimpin, pelindung, penolong, bisa juga berarti kekasih (Aulia) tergantung konteks kalimatnya.  Dalam ayat tersebut diatas “penolong” adalah Pemimpin.
Berdasarkan ayat tersebut (Srt.AlMaa-idah ayat 55),  pemimpin adalah orang yang beriman  yang mendirikan sholat  dan menunaikan zakat dan tunduk  (kepada Allah subhanahu wata’ala).  Sholanya juga seperti sholatnya Rasul, selalu di masjid dan berjamaah.

Dalam ayat 56 : Bahwa orang yang memilih pemimpin sebagaimana disebutkan dalam ayat 55, itulah Hizbullah (golongan, partai Allah subhanahau wata’ala).
Sesungguhnya  golongan (partai Allah pasti menang, artinya : Jumlahnya tidak harus banyak, tidak tergoda oleh syaithan dan masuk surga.

Menjadikan Allah dan Rasul-Nya menjadi pemimpin adalah Ittiba’ul Qur’an (mengikuti AlQur’an), sebagaimana disebutkan dalam AlQur’an Surat Al A’raaf ayat 3 :
سُوۡرَةُ الاٴعرَاف

ٱتَّبِعُواْ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُمۡ وَلَا تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِۦۤ أَوۡلِيَآءَ‌ۗ قَلِيلاً۬ مَّا تَذَكَّرُونَ (٣)

Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya.  Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).

Berdasarkan ayat tersebut : Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu adalah AlQur’an.  Maksudnya, ikutilah AlQur’an dan jangan mengikuti pemimpin-pemimpin selain Dia (Allah subhanahau wata’ala), misalnya Pemimpin Komunis, Sosialis, Liberalis, Pluralis, Sekularis, Kapitalis, Nasionalis, Jangan ikuti pemimpin-pemimpin itu.

Tetapi ternyata manusia  hanya sedikit sekali yang mengambil pelajaran yaitu mengikuti AlQur’an dalam hal memilih pemimpin. Kebanyakan manusia tidak beriman (tidak percaya) kepada AlQur’an

Lihat Surat Ar Ra’du ayat 1 Allah subhanahu wata’ala berfirman :
سُوۡرَةُ الرّعد
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

الٓمٓر‌ۚ تِلۡكَ ءَايَـٰتُ ٱلۡكِتَـٰبِ‌ۗ وَٱلَّذِىٓ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَ ٱلۡحَقُّ وَلَـٰكِنَّ أَڪۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يُؤۡمِنُونَ (١)


Alif laam miim raa. ini adalah ayat-ayat Al kitab (Al Quran). dan kitab yang diturunkan kepadamu(Muhammad)  daripada Tuhanmu itu adalah benar: akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya).

Maka kebanyakan manusia masuk ke neraka.  Di Indonesia muslimnya banyak, tetapi anehnya, AlQur’an tidak dijadikan sumber hukum.  Di Indonesia AlQur’an hanya dibuat pajangan, asesoris, kaligrafi, dalam rumah.  Hukumnya tidak dipakai menjadi pedoman. AlQur’an di Indonesia hanya untuk mainan (alat bermain).
Bahkan ayat-ayat AlQur’an diperlombakan untuk mendapatkan piala. AlQur’an hanya diperlombakan (musabaq        oh). Jadi seperti permainan, siapa yang menang mendapat piala. 

Kitab AlQur’an di Indonesia hanya untuk mahar pernikahan.  AlQur’an di Indonesia hanya untuk upacara sumpah jabatan.  Pejabat yang dilantik mengucapkan sumpah lalu Kitab AlQur’an diasongkan di atas kepalanya. Dan itu dusta semua,  Hukum AlQur’an tidak pernah dipakai sebagai pedoman ketika orang itu menjabat.
Dan AlQur’an di Indonesia hanya untuk Ruqyah (mantera) untuk orang yang sedang sakit). Ada orang kesurupan lalu di-ruqyah dengan ayat-ayat AlQur’an.
Tetapi AlQur’an tidak dijadikan sumber hukum.  Dan di Indonesia kebanyakan manusia tidak beriman.  Maka AlQur’an tidak dijadikan sumber hukum.



Padahal sudah seperti disebutkan dalam ayat tersebut di atas (Surat Al Maa-idah ayat 55-56) seharusnya kita umat Islam menjadikan Allah dan Rasul-Nya dan orang beriman sebagai pemimpin (Wali, Penolong).  Selanjutnya pelaksanaannya hendaknya mengikuti AlQur’an dan Sunnah.


Kalau kita tidak mengikuti AlQur’an berarti kita masih dalam alam kegelapan (Jahiliyah). Padahal Allah subhanahu wata’ala mengeluarkan kita dari alam kegelapan dengan AlQur’an.

Lihat Surat Al Baqarah ayat 257 :
سُوۡرَةُ البَقَرَة

ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ‌ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَوۡلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّـٰغُوتُ يُخۡرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَـٰتِ‌ۗ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَصۡحَـٰبُ ٱلنَّارِ‌ۖ هُمۡ فِيہَا خَـٰلِدُونَ (٢٥٧)

  
Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah thoghut (syaitan), yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Maksudnya, Allah subhanahu wata’ala adalah pemimpin (pelindung) orang beriman. Sedangkan orang-orang kafir pemimpinnya adalah thoghut (syaithan yang ujudnya manusia).

Allah subhanahu wata’ala mengeluarkan manusia dari kegelapan dengan AlQur’an.
Lihat Surat Al Maa-idah ayat 15 -16 :
سُوۡرَةُ المَائدة

يَـٰٓأَهۡلَ ٱلۡڪِتَـٰبِ قَدۡ جَآءَڪُمۡ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمۡ ڪَثِيرً۬ا مِّمَّا ڪُنتُمۡ تُخۡفُونَ مِنَ ٱلۡڪِتَـٰبِ وَيَعۡفُواْ عَن ڪَثِيرٍ۬‌ۚ قَدۡ جَآءَڪُم مِّنَ ٱللَّهِ نُورٌ۬ وَڪِتَـٰبٌ۬ مُّبِينٌ۬ (١٥) يَهۡدِى بِهِ ٱللَّهُ مَنِ ٱتَّبَعَ رِضۡوَٲنَهُ ۥ سُبُلَ ٱلسَّلَـٰمِ وَيُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذۡنِهِۦ وَيَهۡدِيهِمۡ إِلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ۬ (١٦)

15. Hai ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan (AlQur’an)


16.Dengan kitab (AlQur’an) itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.

Yang dimaksud Ahli Kitab adalah para pendeta Yahudi dan Nasrani. Mereka suka menyembunyikan ayat-ayat yang ada dalam Kitab mereka (Taurat dan Injil) tidak disampaikan kepada umatnya (Yahudi dan Nasrani), terutama yang mengabarkan tentang Nabi Muhammad saw.   Karena mereka (Ahli Kitab) khawatir bila ayat-ayat yang menyebutkan tentang Nabi Muhammad saw.  disampaikan,  khawatir umat Yahudi dan Nasrani akan masuk Islam semua.

Di kalangan umat Islam-pun karena ayat-ayat tersebut dan Hukum-hukumnya tidak dipakai,   maka tetap saja umat Islam dalam kegelapan.  Padahal dengan AlQur’an semua persoalan ada solusinya.  Sayang AlQur’an tidak dipakai sebagai sumber hukum.  Maka keadaan seperti sekarang inilah Indonesia.  Dan orang-orang yang mengikuti syaithan (thoghut) mereka merasa paling benar. Seolah-olah seperti mereka mendapat petunjuk.   Lihat Surat Al A’raaf ayat 30 :

سُوۡرَةُ الاٴعرَاف

فَرِيقًا هَدَىٰ وَفَرِيقًا حَقَّ عَلَيۡہِمُ ٱلضَّلَـٰلَةُ‌ۗ إِنَّهُمُ ٱتَّخَذُواْ ٱلشَّيَـٰطِينَ أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَيَحۡسَبُونَ أَنَّہُم مُّهۡتَدُونَ (٣٠)



Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.

Maksudnya,  bila tidak berdasarkan petunjuk AlQur’an mereka pasti sesat. Karena mereka menjadikan syaithan-syaithan menjadi pemimpin mereka. Dan mereka mengira sudah mendapatkan petunjuk. Maka mereka kekeh (teguh) dalam kesesatan. Mereka merasa benar semua.

Intinya :  Kita menjadikan Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya sebagai pemimpin (penolong, Wali),   mengikuti AlQur’an.  Kalau mengikuti selain AlQur’an  pasti sesat.  Allah sendiri yang mengatakannya dalam ayat-ayat tersebut di atas.



Lihat Surat Yunus ayat 32 :
سُوۡرَةُ یُونس

فَذَٲلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمُ ٱلۡحَقُّ‌ۖ فَمَاذَا بَعۡدَ ٱلۡحَقِّ إِلَّا ٱلضَّلَـٰلُ‌ۖ فَأَنَّىٰ تُصۡرَفُونَ (٣٢)


Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?

Pertanyaan dalam ayat tersebut adalah untuk kita semua, kenapa kita bisa dipalingkan dari kebenaran (AlQur’an) ?.

Selanjutnya, adalah kita umat Islam disuruh mengikuti Sunnah (Hadits) Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam.  Lihat Surat Al Hasyr  ayat 7 :



سُوۡرَةُ الحَشر

مَّآ أَفَآءَ ٱللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ مِنۡ أَهۡلِ ٱلۡقُرَىٰ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِى ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَـٰمَىٰ وَٱلۡمَسَـٰكِينِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِ كَىۡ لَا يَكُونَ دُولَةَۢ بَيۡنَ ٱلۡأَغۡنِيَآءِ مِنكُمۡ‌ۚ وَمَآ ءَاتَٮٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَہَٮٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْ‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ‌ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ (٧)


Apa saja harta rampasan (faa-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

Harta rampasan perang disebut Faa-i. hendaknya dibagi menurut aturan sebagaimana dalam ayat tersebut.  
Dan berdasarkan ayat tersebut, kita kaum muslimin diperintah untuk mengikuti Sunnah Rasulullah solallahu ‘alaihi wasallam.  Karena menjadikan Rasulullah saw sebagai pemimpin, maka kita diperintahkan untuk mengikuti Sunnahnya.

Demikianlah, menjadikan  orang beriman sebagai Pemimpin, Pelaksanaannya adalah kita harus membuat suatu organisasi (partai) yang azasnya AlQur’an dan As Sunnah atau Islam, pemimpinnya adalah orang-orang beriman, yang taat, yang selalu sholat berjamaah di masjid.

Selanjutnya, menurut kata Ali bin Abi Thalib rodhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan : Hak (kebenaran) tanpa ter-organisir dapat dikalahkan oleh kebathilan yang ter-organisir.

Di sinilah maka Allah subhanahu wata’ala memerintahkan agar kita umat Islam mengangkat orang beriman sebagai pemimpin. Jangan memilih orang yang tidak beriman atau orang Islam tetapi tidak beriman dengan benar, jangan dipilih. Apalagi orang yang mengaku Islam tetapi lebih mencintai orang kafir, maka jangan dipilih. Kita akan menjadi berdosa. 

Lihat Surat At Taubah ayat 23 :




سُوۡرَةُ التّوبَة

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُوٓاْ ءَابَآءَكُمۡ وَإِخۡوَٲنَكُمۡ أَوۡلِيَآءَ إِنِ ٱسۡتَحَبُّواْ ٱلۡڪُفۡرَ عَلَى ٱلۡإِيمَـٰنِ‌ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمۡ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلظَّـٰلِمُونَ (٢٣)


Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Maksudnya,  orang-orang yang lebih condong kepada orang kafir, orang sekuler, jangan dipilih, walaupun KTP-nya Islam. Misalnya memilih Caleg, jangan dipilih kalau ia lebih mencintai kekafiran.  Partai-partai yang tidak berazaskan Islam, berarti partai itu lebih mencintai kekafiran. Jangan dipilih. Kalau memang beriman, pasti memakai azas Islam, memakai dasar dari Allah subhanahu wata’ala.  Bumi ini adalah miliki Allah subhanahu wata’ala, 


Kita manusia yang hidup di muka bumi ini seharusnya memakai aturan Allah.  Karena sudah diatur oleh Allah subhanahu wata’ala. Kita ini “numpang” di bumi Allah.  Karena “numpang” harus tahu diri, mau diatur oleh Allah subhanahua wata’ala.  Orang yang tidak mau diatur Allah subhanahu wata’ala berarti ia mencintai kekafiran.  Orang yang demikian itu jangan dipilih.  Kalau tetap dipilih maka ia akan berbuat dzolim.

Akibat ke-dzoliman bisa dilihat dalam Surat Al Kahfi ayat 29 :  

سُوۡرَةُ الکهف

وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡ‌ۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡ‌ۚ إِنَّآ أَعۡتَدۡنَا لِلظَّـٰلِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِہِمۡ سُرَادِقُهَا‌ۚ وَإِن يَسۡتَغِيثُواْ يُغَاثُواْ بِمَآءٍ۬ كَٱلۡمُهۡلِ يَشۡوِى ٱلۡوُجُوهَ‌ۚ بِئۡسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتۡ مُرۡتَفَقًا (٢٩)

Dan katakanlah(Muhammad): "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

Juga lihat dalam Surat  Al Ahzab  ayat 66 – 67 – 68 Allah subhanahu wata’ala berfirman :

سُوۡرَةُ الاٴحزَاب

يَوۡمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمۡ فِى ٱلنَّارِ يَقُولُونَ يَـٰلَيۡتَنَآ أَطَعۡنَا ٱللَّهَ وَأَطَعۡنَا ٱلرَّسُولَا۟ (٦٦) وَقَالُواْ رَبَّنَآ إِنَّآ أَطَعۡنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَآءَنَا فَأَضَلُّونَا ٱلسَّبِيلَا۟ (٦٧) رَبَّنَآ ءَاتِہِمۡ ضِعۡفَيۡنِ مِنَ ٱلۡعَذَابِ وَٱلۡعَنۡہُمۡ لَعۡنً۬ا كَبِيرً۬ا (٦٨)


66. Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul".

67.Dan mereka berkata;:"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).

68. Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar".

Dijelaskan lagi dalam Surat Al Baqarah ayat 166 – 167 :

سُوۡرَةُ البَقَرَة

إِذۡ تَبَرَّأَ ٱلَّذِينَ ٱتُّبِعُواْ مِنَ ٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُواْ وَرَأَوُاْ ٱلۡعَذَابَ وَتَقَطَّعَتۡ بِهِمُ ٱلۡأَسۡبَابُ (١٦٦) وَقَالَ ٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُواْ لَوۡ أَنَّ لَنَا كَرَّةً۬ فَنَتَبَرَّأَ مِنۡہُمۡ كَمَا تَبَرَّءُواْ مِنَّا‌ۗ كَذَٲلِكَ يُرِيهِمُ ٱللَّهُ أَعۡمَـٰلَهُمۡ حَسَرَٲتٍ عَلَيۡہِمۡ‌ۖ وَمَا هُم بِخَـٰرِجِينَ مِنَ ٱلنَّارِ (١٦٧)


166. (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.

167. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.

Kalau ketika di dunia sekarang ini hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin akrab, tetapi kelak di neraka si pemimpin lepas tangan tidak mau bertanggung-jawab.   Disitulah penyesalannya. Dan mereka tidak akan keluar dari api neraka selama-lamanya.  Maka dosa politik adalah dosa besar dan menyebabkan orang di neraka selama-lamanya.  Di sinilah orang yang tidak tahu (paham) lalu memilih orang sembarangan saja.

2. Mempunyai wawasan ilmu yang luas.
Pilihlah seorang pemimpin yang mempunyai wawasan ilmu yang luas, cerdas, pandai dan tubuh yang perkasa.

Lihat Surat Al Baqarah ayat 247 :

سُوۡرَةُ البَقَرَة

وَقَالَ لَهُمۡ نَبِيُّهُمۡ إِنَّ ٱللَّهَ قَدۡ بَعَثَ لَڪُمۡ طَالُوتَ مَلِكً۬ا‌ۚ قَالُوٓاْ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ ٱلۡمُلۡكُ عَلَيۡنَا وَنَحۡنُ أَحَقُّ بِٱلۡمُلۡكِ مِنۡهُ وَلَمۡ يُؤۡتَ سَعَةً۬ مِّنَ ٱلۡمَالِ‌ۚ قَالَ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَٮٰهُ عَلَيۡڪُمۡ وَزَادَهُ ۥ بَسۡطَةً۬ فِى ٱلۡعِلۡمِ وَٱلۡجِسۡمِ‌ۖ وَٱللَّهُ يُؤۡتِى مُلۡڪَهُ ۥ مَن يَشَآءُ‌ۚ وَٱللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ۬ (٢٤٧)

Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu".  Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui.

Atas dasar ayat tersebut,  seorang peimimpin harus punya wawasan ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa, sehat.  Jangan yang cacat atau berpenyakitan.

3.Pemimpin harus lemah lembut, pemaaf.
Pilihlah pemimpin yang santun, lemah lembut, mau bermusyawarah, tidak emosional, tidak otoriter dan tidak diktator.  Lihat Surat Ali Imran ayat 159 :

سُوۡرَةُ آل عِمرَان

فَبِمَا رَحۡمَةٍ۬ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡ‌ۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَ‌ۖ فَٱعۡفُ عَنۡہُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِى ٱلۡأَمۡرِ‌ۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ (١٥٩)

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Demikianlah pemimpin, terutama pemimpin perusahaan,  hendaknya lemah lembut, santun, tidak berlaku kasar, pemaaf, dan bermusayawarah-lah kepada orang-orang yang dipimpin.  Dengan kata lain,  pemimpin yang tidak otoriter dan tidak diktator. Termasuk seorang pemimpin rumahtangga, hendaknya bermusya-rah kepada anak dan isteri.

4.Lebih mementingkan rakyat dibandingkan kepentingan pribadinya.
Pilihlah pemimpin yang punya sifat sebagaimana tersebut di atas, yang mau dan bisa merasakan penderitaan rakyatnya.


Lihat Surat At Taubah ayat 128 :
سُوۡرَةُ التّوبَة

لَقَدۡ جَآءَڪُمۡ رَسُولٌ۬ مِّنۡ أَنفُسِڪُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡڪُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٌ۬ رَّحِيمٌ۬ (١٢٨)


Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.

Pemimpin hendaknya bisa merasakan penderitaan rakyatnya.  Sebagaimana Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam sampai wafatnya tidak punya harta. Padahal dari harta rampasan perang banyak sekali bila beliau mau.  Tetapi harta rampasan itu dibagi habis kepada kaum muslimin ketika itu. Beliau lebih mengutamakan rakyat dibanding pribadinya. Beliau sangat menginginkan keselamatan dan kesejahteraan umatnya.

5. Amanah.
Pilihlah pemimpin yang Amanah.  Amanah artinya dipercaya, jujur, tidak korupsi.

Lihat Surat Al Anfaal ayat 27 :

سُوۡرَةُ الاٴنفَال

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَخُونُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓاْ أَمَـٰنَـٰتِكُمۡ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ (٢٧)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

Demikianlah pemimpin yang amanah.  Sudahkah yang demikian itu terlaksana di negeri kita ?

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK. 

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                               ___________


No comments:

Post a Comment