PENGAJIAN
DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Kiat
Mempertahankan Istiqomah
Ustadz Ahmad Susilo, Lc.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Bahasan berikut ini adalah tentang
bagaimana mempertahankan Istiqomah dalam ibadah pasca Romadhon. Biasanya manusia akan rajin dan tekun
beribadah hanya dalam waktu atau situasi tertentu dan tempat tertentu saja.
Pertama, ketika dalam keadaan susah, sulit hidup, lalu
manusia akan dekat dengan Allah subhanahu
wata’ala. Manusia akan meminta bantuan, pertolongan kepada Allah subhanahu wata’ala agar apa yang sedang
diujikan itu segera diangkat. Tetapi
begitu diberi kemampuan, diberi kesenangan dan kekayaan, biasa manusia itu
lupa.
Kedua, manusia akan taat, rajin dan tekun beribadah
ketika ada daya-tarik, seperti bulan Romadhon. Ketika bulan Romadhon orang akan rajin
beribadah, siang berpuasa, malamnya sholat Sunnah Tarawih di masjid. Padahal di luar Romadhon ia tidak pernah
sholat di masjid. Juga shodakohnya, tadarusnya, dilakukan dengan rajin. Itu semua dilakukan karena bulan itu adalah bulan mulia, yaitu Romadhon, yang di dalamnya ada malam Lilatul
Qodar, yang nilanya lebih baik daripada seribu bulan. Tetapi selesai bulan Romadhon, ibadah-ibadah
tersebut ditinggalkan lagi.
Memang di luar Romadhon tidak ada
Tarawih, tetapi ada sholat malam (Qiyamul Lail, Tahajud). Kenapa tidak
lagi Tadarus, puasa Sunnah, Tahajud, dst.?.
Ketiga, ketika orang
melakukan Umrah, atau Ibadah Haji di Masjidil Haram , di Masjid Nabawi, tetapi
begitu kembali ke Tanah Air (Indonesia) tidak lagi serajin ketika di
Mekkah/Madinah. Kenapa demikian ? Itu
semua karena mereka belum mengetahui ke-indahannya, kemuliaannya dan
keutamaannya semuah Ibadah-ibadah
tersebut.
Maka kali ini kita bahas apa
kiat-kiatnya, agar kita mampu mempertahankan amal-ibadah dengan baik,
dimana dan kapanpun kita berada. Bukan
karena kondisi tertentu, tempat tertentu atau waktu tertentu.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat An Nahl ayat 92 :
وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّتِى نَقَضَتۡ غَزۡلَهَا مِنۢ
بَعۡدِ قُوَّةٍ أَنڪَـٰثً۬ا تَتَّخِذُونَ أَيۡمَـٰنَكُمۡ دَخَلاَۢ بَيۡنَكُمۡ أَن
تَكُونَ أُمَّةٌ هِىَ أَرۡبَىٰ مِنۡ أُمَّةٍۚ إِنَّمَا يَبۡلُوڪُمُ ٱللَّهُ بِهِۦۚ
وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ مَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ (٩٢)
Dan janganlah kamu
seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan
kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu
sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih
banyak jumlahnya dari golongan yang lain, sesungguhnya Allah hanya menguji kamu
dengan hal itu. dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu
apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.
Maksud ayat tersebut : Allah subhanahu wata’ala menyindir kita semua
yang sudah beriman, agara jangan seperti seorang perempuan yang menyulam benang
menjadi hasil sulaman yang bagus, tetapi di rusak lagi, berantakan lagi.
Jangan begitu, mestinya setelah
menghasilkan sulaman yang bagus, tingkat keimanan yang bagus, harusnya dirawat,
dijaga, agar jangan sampai ke-imanan kita rusak lagi, kusut lagi.
Maknanya : Kita sudah meningkatkan iman,
dengan rajin dan tekun beribadah di bulan Romadhon, ibarat seorang perempuan
yang menyulam benang dengan bagus sekali, setelah selesai Romadhon ke-imanan
kita rusak lagi, sulaman yang sudah bagus cerai-berai kembali.
Seakan-akan ibadah hanya pantas di bulan
Romadhon, selesai Romadhon ibadah ditinggalkan lagi. Orang-orang seperti itu disindir oleh Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana ayat
tersebut di atas.
Bagi anda yang bekerja, sebetulnya
bekerja itu berat, setiap hari itu-itu saja yang dihadapi, membosankan dst.
Tetapi semua itu dikerjakan, karena ada daya tarik, yaitu upah (gajian) atau
materi yang diterima setiap bulan atau setiap pekan. Semakin bagus hasil
kerjanya, prestasinya, dan semakin banyak bonus (insentif-nya), semakin
mendapat penghargaan, jabatan dan kedudukan, itulah daya tariknya. Sehingga tidak ada manusia yang bosan kerja. Meskipun sudah pensiun, masih tetap ingin
kerja, apakah ditempat lain, atau bekerja dengan cara lain, intinya ingin tetap
bekerja. Karena ada daya tarik yaitu
materi.
Hendaknya kita ketahui daya tarik dari
ibadah.
Jika kita ingin mempertahankan
(Istiqomah) dalam peribadatan pada bulan-bulan selain bulan Romadhon, kita
tingkatkan kualitasnya, meningkat lagi secara kuantitas. Memang beda di bulan lain, karena ketika di
bulan Romadhon kita shaum (puasa) sebulan penuh, tetapi di luar bulan Romadhon
ada puasa Sunnah, Senin-Kamis, ada puasa pertengahan bulan (tanggal 13, 14 dan
15 bulan Hijriyah). Malam harinya ketika
Romadhon ada Sholat Tarawih berjamaah, tetapi di luar bulan Romadhon ada Sholat
Malam (Qiyamullail), silakan
dikerjakan.
Pada bulan Romadhon kita melakukan
ibadah puasa, Taddarus, shodakoh, maka teruskan kegiatan peribadatan tersebut
meskipun di luar bulan Romadhon, Umumnya kita diluar Romadhon lalu tidak
mengerjakan ibadah-ibadah tersebut, karena belum tahu daya tariknya.
Apa
daya-tarik orang-orang yang Istiqomah di jalan Allah, yang
selalu menjalankan perintah Allah di manapun berada ? Lihat AlQur’an Surat Ghofir (Al Mu’min) ayat 7 – 9
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
ٱلَّذِينَ يَحۡمِلُونَ ٱلۡعَرۡشَ وَمَنۡ حَوۡلَهُ ۥ
يُسَبِّحُونَ بِحَمۡدِ رَبِّہِمۡ وَيُؤۡمِنُونَ بِهِۦ وَيَسۡتَغۡفِرُونَ
لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ رَبَّنَا وَسِعۡتَ ڪُلَّ شَىۡءٍ۬ رَّحۡمَةً۬ وَعِلۡمً۬ا
فَٱغۡفِرۡ لِلَّذِينَ تَابُواْ وَٱتَّبَعُواْ سَبِيلَكَ وَقِهِمۡ عَذَابَ
ٱلۡجَحِيمِ (٧) رَبَّنَا وَأَدۡخِلۡهُمۡ جَنَّـٰتِ عَدۡنٍ ٱلَّتِى وَعَدتَّهُمۡ
وَمَن صَلَحَ مِنۡ ءَابَآٮِٕهِمۡ وَأَزۡوَٲجِهِمۡ وَذُرِّيَّـٰتِهِمۡۚ إِنَّكَ
أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ (٨) وَقِهِمُ ٱلسَّيِّـَٔاتِۚ وَمَن تَقِ
ٱلسَّيِّـَٔاتِ يَوۡمَٮِٕذٍ۬ فَقَدۡ رَحِمۡتَهُ ۥۚ وَذَٲلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ
ٱلۡعَظِيمُ (٩)
7. (Malaikat-malaikat)
yang memikul 'Arsy dan Malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji
Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang
yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan Kami, rahmat dan ilmu Engkau
meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat
dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang
menyala-nyala,
8.
Ya Tuhan Kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga 'Adn yang telah Engkau
janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka,
dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,
9. Dan
peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. dan orang-orang yang Engkau pelihara
dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu, maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan
rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar".
Ayat tersebut memberitahukan kepada kita
bahwa para malaikat yang memikul ‘Arsy dan para malaikat yang ada di sekelilingnya
bertasbih mendo’akan kita orang-orang yang beriman agar Allah subhanahu wata’ala memberikan ampunan
dan taubat kepada kita, serta menjauhkan kita dari api neraka.
Bayangkan, kita dido’akan oleh seorang
Kiai, atau orang sholeh saja, kita sudah senang sekali, apalagi dalam ayat tersebut yang mendo’akan
adalah para Malaikat. Dan do’a para Malaikat pasti dikabulkan.
Pada ayat berikutnya (ayat 8) malaikat
mendo’akan kita memohon kepada Allah subhanahu
wata’ala agar kita yang Istiqomah di jalan Allah, yang
selalu mempertahankan ibadah di jalan Allah, dido’akan agar kita bisa Re-uni beserta keluarga kita di Surga. Berkumpul di surga bersama-sama orang-orang
sholeh, bapak-bapak kita, orangtua kita serta pasangan kita, anak cucu
kita. Siapa yang tidak tergiur dengan
kenikmatan yang demikian itu ?.
Kita yakin bahwa semua ingin mendapatkan
do’a dari malaikat tersebut. Tetapi apakah dengan mudah kita mendapatkan itu ?
Tidak. Kita harus berusaha Istiqomah, tetap mempertahankan amal-ibadah kita,
bukan hanya baik ketika Romadhon, tetapi baik di seluruh tempat dan di seluruh
waktu dan keadaan. Bila itu dilakukan, pasti para malaikat akan mendo’akan. Dan
do’a malaikat pasti dikabulkan.
Pada ayat 9 : Malaikat masih mendo’akan
untuk kita yang Istiqomah, agar mendapatkan kemenangan yang besar yaitu Surga.
Maknanya, bahwa jika kita Istiqomah (mempertahankan
ibadah kita sebaik-baiknya) maka tawarannya, daya-tariknya tidak bisa
dibandingkan dengan yang lain, ialah Surga. Sayangnya, Surga itu tidak dilaporkan melalui
malaikat-Nya secara langsung kepada kita lalu diberikan kepada kita kunci
surganya ketika kita masih hidup di dunia. Tetapi kita yakin dengan iman kita
bahwa apa yang kita lakukan itu maka Allah subhanahu
wata’ala akan mengabulkannya.
Dan kita harus punya rasa ingin tahu,
dengan sungguh-sungguh berharap pasti Allah subhanahu
wata’ala akan mengabulkan harapan kita.
Tetapi ingat, jangan dengan kesombongan,
lalu kita sudah merasa pasti mendapatkananya, itu yang tidak boleh.
Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasalalam yang sudah yakin pasti akan
mendapatkan surga, tetapi beliau tidak pernah meninggalkan amal-ibadah. Bahkan
beliau semakin rajin dalam beramal-ibadah. Demikian pula para sahabat beliau Abubakar
as Siddiq, Umar bin Khathab, ‘Utsman bin ’Affan, Ali bin Abi Thalib
serta sepuluh sahabat yang telah
dijamin oleh beliau masuk surga, juga tidak pernah meninggal amal-ibadah,
bahkan semakin rajin.
Adakah kita tahu bahwa amal-ibadah kita
psati diterima ? Tidak tahu. Tetapi kita wajib meyakini bahwa jika kita beramal
baik, dengan cara yang benar, mengikuti aturan Allah dan sesuai dengan apa yang
dicontohkan oleh Rasul-Nya, kita melakukan dengan ikhlas, pasti Allah akan
terima. Bukan dengan keyakinan tanpa alasan.
Dan keyakinan cukup disimpan dalam hati, tidak perlu sombong di hadapan
orang.
Sebab banyak orang yang bangga dengan
amalnya yang belum tentu diterima oleh Allah subhanahu wata’ala.
Misalnya selesai ibadah Romadhon lalu
orang berkata : “Saya beribadah di bulan Romadhon ini pasti diterima ibadah
saya”. Berdoa tidak, mempertahankan ibadahnya tidak, bahkan lalu meninggalkan
ibadah yang dilakukan di bulan Romadhon, orang ini terlalu PD dengan
amal-ibadahnya.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam ketika selesai Romadhon, beliau mengajak
para sahabat untuk memohon kepada Allah subhanahu
wata’ala dan do’a beliau yang masyhur : Robbana traqobbal minna,
taqobbalallah minna wa minkum
(Ya
Tuhan kami, kabulkanlah ibadah kami, ya Allah semoga Engkau menga-bulkan
amal-ibadah kami, ibadah kalian semua).
Itupun
Para Salafushsholih berbulan-bulan kemudian sesudah Romadhon terus
meminta dan berdo’a. Karena mereka tidak yakin seratus persen, kecuali penuh
harap agar Allah subhanahu wata’ala.
Nabi
Ibrahim
‘alaihissalam ketika beliau selesai
membangun Ka’bah, yang beliau minta kepada Allah subhanahu wata’ala sesudah Ka’bah dibangun : “Robbana taqobbal minna”. Lihat Surat Al Baqarah ayat 127 – 128 beliau memohon agar Allah subhanahau wata’ala memberikan kekuatan
:
وَإِذۡ يَرۡفَعُ إِبۡرَٲهِـۧمُ ٱلۡقَوَاعِدَ مِنَ
ٱلۡبَيۡتِ وَإِسۡمَـٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ
ٱلۡعَلِيمُ (١٢٧) رَبَّنَا وَٱجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَيۡنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ
أُمَّةً۬ مُّسۡلِمَةً۬ لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبۡ عَلَيۡنَآۖ إِنَّكَ
أَنتَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ (١٢٨)
127.
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah
bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami
(amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui".
128.
Ya Tuhan Kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan
(jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan
tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan
terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang.
Nabi
Ibrahim
‘alaihissalam, seorang Nabi Kekasih
Allah, yang sudah dijamin pasti masuk surga, bahkan beliau disebut sebagai Abul
Anbiyaa (Bapak Para Nabi), setelah beribadah, do’a beliau adalah Robbana
Taqobbal minna (Ya Tuhanku
kabulkanlah ibadah dari kami). Sementara itu yang terjadi pada kita :
Kadang-kadang tidak berdo’a seakan-akan pasti diterima. Selesai ibadah (sholat) lalu langsung pergi
begitu saja, tanpa do’a barang sedikitpun.
Maka marilah kita selalu Istiqomah,
selalu memohon kepada Allah subhanahu
wata’ala, pertahankan amal-ibadah kita. Bahkan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dalam ayat berikutnya berdoa sebagaimana ayat 128 tersebut di atas.
Bahkan dalam do’a beliau, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
memohon petunjuk bagaimana cara Ibadah Haji. Betapa banyak orang-orang yang beribadah
tidak mengikuti cara-cara yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya.
Betapa banyak orang beribadah tetapi
dengan cara-cara yang tidak ada dalilnya, tidak mengikuti cara-cara yang
dicontohkan oleh Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam, lalu mengatakan
: “Yang penting niat saya baik, kenapa
begini tidak boleh, begitu tidak boleh”. Padahal Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, seorang Nabi Besar, ketika hendak beribadah beliau
meminta petunjuk kepada Allah subhanahu
wata’ala, tidak mengarang sendiri.
Ibadah itu ada ketetapan dan aturan cara yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala, Jangan yang
penting saya ibadah.
Maka orang yang beribadah sesuai dengan
aturan dari Allah dan Rasul-Nya, insya Allah ia melakukannya dengan sempurna
karena ilmu yang didapatkan, karena keyakinan yang didapatkan. Semoga Allah
kabulkan.
Selanjutnya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam memohon ampun dan
bertaubat sebagaimana dalam ayat 128 tersebut di atas. Sudah beribadah, berdo’a
minta ibadahnya dikabulkan, memohon petunjuk kepada Allah subhanahu wata’ala, agar menjadi orang yang selalu tunduk dan
patuh, berserah diri kepada Allah subhanahau
wata’ala, bahkan memohon petunjuk
agar di ajarkan tatacara ibadah,
sesudah itu beliau bertaubat kepada Allah subhanahu
wata’ala. Rangkaian yang demikian
indah.
Terkadang ada orang-orang yang memohon
ampun hanya ketika berbuat salah. Seakan-akan ampunan itu hanya ketika
salah. Padahal Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dalam sholat beliau,
do’a yang paling banyak beliau minta adalah : Memohon ampun. Bahkan ketika selesai salam menengok ke kanan dan kiri langsung beliau mengucap Istighfar
tiga kali memohon ampun.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling banyak
memo-hon ampun. Padahal beliau pasti
diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala,
karena beliau adalah orang yang ma’shum
(Suci dari dosa) dan dijamin masuk surga.
Karena Allah yang memberikan janji itu kepada beliau Rasulullah shollallahu ‘alaihi wsasallam. Tetapi
beliau tetap Istiqomah, berharap lebih baik lagi. Mempertahankan amal-ibadah
sebaik-baiknya.
Jaminan Allah subhanahu wata’ala kepada orang-orang yang selalu mempertahan-kan
Aqidahnya, imannya, amal-ibadahnya, Istiqomah dalam ketaatannya, Surga pasti
diraih dan dijaga dari rasa sedih, dari rasa takut dan tidak ada rasa duka-cita.
Allah subhanahu
wata’ala janjikan dalam Surat Al Ahqaf ayat 13 – 14 :
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ
ٱسۡتَقَـٰمُواْ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ (١٣)
أُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَصۡحَـٰبُ ٱلۡجَنَّةِ خَـٰلِدِينَ فِيہَا جَزَآءَۢ بِمَا
كَانُواْ يَعۡمَلُونَ (١٤)
13.
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah",
kemudian mereka tetap Istiqamah maka
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
14. Mereka
itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas
apa yang telah mereka kerjakan.
Ayat tersebut merupakan jaminan dari Allah
subhanahu wata’ala, bila kita selalu
Istiqomah, selalu beribadah di mana dan kapan-pun, maka kita akan dimasukkan ke
dalam Surga.
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim, seorang sahabat bernama Sofyan bin Abdullah as Syaqofi
mendatangi Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam berkata : “Ya Rasulullah, ajarkan kepada aku satu kalimat
dalam Islam yang bila itu engkau ajarkan kepadaku, aku tidak akan bertanya
kepada siapapun sesudah ini, karena engkau telah menjelaskan kepada aku”.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda : “Katakanl;ah : Aku beriman kepada Allah
kemudian aku Istiqomah ( meneguhkan
pendirianku)”.
Maksud Istiqomah dalam Hadits tersebut : Pendiriannya kokoh, dimanapun dan
kapanpun, demikian pula ibadahnya, termasuk menjauhi larangan Allah subhanahu wata’ala.
Maka setelah mendapatkan nasihat dari
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam Sofyan bin Abdulla As
Syaqofi benar-benar menanamkan Istiqomah
di dalam hatinya. Walaupun
manusia tidak akan sempurna Istiqomahnya.
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim, seorang sahabat bernama Handzolah Ibnu Muhsin Al Usayyid,
yang ditunjuk oleh Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam menjadi salah seorang penulis (pencatat, jurutulis) apa
bila turun wahyu AlQur’an, maka
ditulislah ayat-ayat AlQur’an yang baru saja turun, di pelepah-pelepah kurma,
di kulit kayu, atau apa saja dan dihafalkan luar kepala.
Suatu ketika Handzolah ditanya oleh
Abubakar as Siddiq rodhiyallahu ‘anhu
: “Bagaimana keadaanmu ya Handzolah?”.
Maka dijawab oleh Handzolah : “Telah
munafiq Hndzolah ini ya Abubakar”.
Mendengar jawaban itu Abubakar as Siddiq
terkejut, dan bertanya : “Subhanallah,
kenapa gerangan denganmu ya Handzolah?”.
Handzolah menjawab : “Demi Allah, ya Abubakar, aku diperintah oleh Rasulullah untuk menulis
dan menghafalkan AlQur’an, aku juga sering ta’lim mengikuti Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wasallam, dakwah beliau dan mendapatkan penjelasan AlQur’an
langsung dari beliau, sehingga ketika aku dekat dengan Rasul, disampaikan
ayat-ayat tentang neraka, seakan-akan tergambar didepanku neraka. Ketika
disampaikan ayat-ayat tentang surga, tergambar nikmatnya surga di depan mataku.
Sehingga aku berjanji dalam diriku untuk
Istiqomah, lebih taat lagi mempertahankan amal-badah bahkan lebih
meningkat. Tetapi ketika aku pulang
kerumah bertemu isteri, anak dan keluargaku, lalu urusan dunia, menggembala,
bertani dan seterunsya, maka apa yang aku janjikan itu kadang aku lupa. Bukankah orang yang lupa akan janjinya adalah
munafik ?”.
Maka Abubakar as Siddiq rodhiyallahu ‘anhu berkata : “Demi Allah, ya Handzolah, akupun
kadang-kadang demikian itu”. Ketika
Abubakar mengatakan itu, ia takut jangan-jangan sifat munafik masuk ke dalam
dirinya. Abubakar berkata : “Ya Handzolah, mari kita mendatangi
Rasulullah, kita ceritakan kepada beliau, dan kita tanyakan apakah perbuatan
seperti kita termasuk munafik ?”.
Ketika mereka berdua bertemu Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dan
menceritakan apa yang mereka alami, maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda : “Demi Allah, wahai Handzolah,
jika engkau selalu Istiqomah dalam hatimu,
di manapun kamu berada, apakah sedang berdagang, sedang di pasar, sedang
menggembala atau bertani, tetapi kamu tetap bisa mempertahankan Istiqomah, maka malaikat menaungimu, mendo’akanmu dan
malaikat melindungimu”.
Kemudian Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalalam menggerakkan tangannya ke atas-kebawah, dan
mendatar sambil bersabda : “Iman itu
kadang begini, kadang begini, dst.”.
Maksudnya menyatakan bahwa Iman itu kadang naik, kadang menurun dan
mendatar.
Tidak ada yang mampu menjadikan Iman itu naik terus menerus kecuali para Nabi
dan Rasul dan tidak ada Iman yang menurun terus kecuali Iblis. Dan tidak ada Iman yang selalu mendatar
kecuali malaikat. Maka marilah mikta menjaga Iman, ketika iman naik,
pertahankan. Ketika Iman turun,
naikkan. Ketika Iman mendatar,
tingkatkan. Yang terpenting adalah
berusaha untuk Istiqomah.
Lihat Surat
Fushshilat ayat 30 – 32 :
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ
ٱسۡتَقَـٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَـٰٓٮِٕڪَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا
تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمۡ تُوعَدُونَ (٣٠) نَحۡنُ
أَوۡلِيَآؤُكُمۡ فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِى ٱلۡأَخِرَةِۖ وَلَكُمۡ فِيهَا
مَا تَشۡتَهِىٓ أَنفُسُكُمۡ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (٣١) نُزُلاً۬ مِّنۡ
غَفُورٍ۬ رَّحِيمٍ۬ (٣٢)
30.
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah"
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada
mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa
sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah
kepadamu".
31.
Kami(Allah)-lah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di
dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di
dalamnya apa yang kamu minta.
32.
Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Artinya, orang yang selalu Istiqomah yang terus selalu beribadah
dimanapun ia berada, ia dijanjikan surga oleh Allah subhanahu wata’ala. Sebaliknya orang yang tidak Istiqomah, Allah akan jerumuskan ke dalam Neraka
Jahannam.
Semua itu terserah kita, Allah tidak mau
memaksa. Karena tidak ada paksaaan dalam agama (La ikroha fiddin). Kita taat atau tidak, maka Allah subhanahu wata’ala tidak merugi.
Lihat Surat
Al Kahfi ayat 29 Allah subhanahau
wata’ala berfirman :
وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ
فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ إِنَّآ أَعۡتَدۡنَا لِلظَّـٰلِمِينَ
نَارًا أَحَاطَ بِہِمۡ سُرَادِقُهَاۚ وَإِن يَسۡتَغِيثُواْ يُغَاثُواْ بِمَآءٍ۬
كَٱلۡمُهۡلِ يَشۡوِى ٱلۡوُجُوهَۚ بِئۡسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتۡ مُرۡتَفَقًا (٢٩)
Dan
katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah
ia kafir". Sesungguhnya Kami(Allah) telah sediakan bagi orang orang zalim
itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum,
niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang
paling jelek.
Maka bila kita mempertahankan Istiqomah,
maka kitalah yang untung. Dan bila kita tidak mau Istiqomah, silakan, Allah
tidak akan rugi.
Dalam Hadits, diriwayatakan oleh Ibnu
Majah, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam memberikan nasihat kepada salah seorang
sahabat, dari Sahal bin Sa’ad : Datang seorang laki-laki kemudian bertanya
kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam : “Ya Rasulullah ajarkan kepada aku sebuah amal yang jika aku mampu
mengamalkannya maka Allah akan mencintaiku dan manusia-pun akan mencintaiku”.
Maka
Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ber-zuhud-lah kamu di dunia, jangan terlalu serakah di dunia, jangan terlalu
mencintai dunia, jangan kamu tergopoh-gopoh dengan dunia. Carilah dunia sekedar untuk mencari
Akhirat-mu. Maka Allah pasti akan
mencintaimu”.
Maksudnya : Ber-zuhud-lah kamu dengan apa
yang ada di tangan manusia. Jangan iri dengan pemberian Allah kepada manusia
yang lain. Seperti kita tahu, kita ini
sering iri kepada orang lain. Dalam hati kita sering berkata : “Itu tetangga tidak pernah sholat, tidak
pernah mengaji, tetapi rezkinya mengalir
terus, Saya ini sudah sholat, membayar zakat, sodakoh, mengaji dst, tetapi
begini-begini saja”.
Padahal itu semua adalah urusan Allah subhanahu wata’ala, kita tidak boleh iri. Karena semua itu adalah urusan Allah,
jangan sampai kita tidak rela atas keputusan Allah kepada orang selain kita.
Kalau kita ikhlas atas keputusan Allah pasti kita akan Istiqomah.
Juga Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam memberikan nasihat kepada sepupu
beliau bernama Abdullah bin ‘Abbas rodhiyallahu
‘anhu , dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzy, Abdullahi bin ‘Abbas berkata : “Pada suatu waktu aku berkendaraan bersama
(membonceng) di atas unta Nabi
Shollallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau bersabda kepadaku : “Wahai anak muda, jagalah Allah, niscaya
Allah akan selalu menjagamu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah”.
Maksudnya : Jagalah semua aturan Allah,
jagalah ketaatan kepada Allah, jauhilah larangan-Nya, pasti Allah subhanahu wata’ala akan selalu menjaga
kita, keselamatan kita, kesejahteraan kita kesehatan kita, dst.
Allah subhanahu
wata’ala berfirman dalam Surat Al
Hijr ayat 98 – 99 :
فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ ٱلسَّـٰجِدِينَ
(٩٨) وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأۡتِيَكَ ٱلۡيَقِينُ (٩٩)
98. Maka bertasbihlah dengan
memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat),
99.
Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).
Yang dimaksud “sujud” dalam ayat tersebut, bukan saja sujud dalam gerakan sholat
saja, melainkan tunduk dan taat kepada Allah subhanahua wata’ala, dimana dan kapan-pun. Karena banyak orang yang rajin sholat, bersujud,
tetapi ketika di luar sholat, ketika
berdagang berlaku curang, mengurangi timbangan, ukuran dst. Ketika bekerja
melakukan korupsi, ketika bermuamalah (bermasyarakat) suka berdusta, ingkar
janji dst.
Artinya orang yang demikian itu baru sujud secara gerakan, tetapi belum
“sujud” dalam arti tunduk dan taat kepada aturan Allah subhanahu wata’ala. Ketika sholat ia Takbir, tetapi di luar
sholat ia Takabur dengan kekayaannya, jabatannya, pangkatnya yang ia
miliki. Ketika sholat “men-sucikan” Allah subhanahu
wata’ala, tetapi di luar sholat ia “sok suci”, merasa dirinya paling benar,
tidak pernah salah, dst. Maka orang yang demikian itu tidak Istiqomah.
Maka dalam ayat 99 disebutkan
(diperintahkan) : Sembahlah Tuhanmu sampai akhir hayat. Maknanya: Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kepada kita untuk beribadah
sepanjang hidup, sampai ajal menjemput kita.
Berarti kita diperintahkan untuk selalu Istiqomah, terus
beramal-ibadah, dimanapun dan kapanpun. Semoga Allah subhanahu wata’ala mengampuni kesalahan dan dosa kita. Amin ya Robbal ‘alamin.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
_____________
No comments:
Post a Comment