PENGAJIAN DHUHA MASJID
BAITUSSALAM
Mirdas E.Y. Lc, MSi.
Jum’at, 18 Dzulhijjah 1436 H – 2 Oktober 2015
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Masalah utama dari tantangan ke depan
masyarakat kita Indonesia, bahkan di masyarakat internasional sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bahwa : “Suatu hari di akhir zaman, akan ada orang
yang pagi-hari beriman, sore-harinya sudah kafir”.
Namun kita jangan terlalu khawatir,
tetap akan ada sekelompok umat yang berada dalam Haq (kebenaran, istiqomah). Maksudnya, generasi ini akan ada terus,
sampai menjelang hari Kiamat, sebelum munculnya tanda-tanda Kiamat Besar, yaitu
terbitnya matahari dari sebelah barat. Pada
saat itu Allah subhanahu wata’ala
akan mengirimkan Rihul Mursalah (angin spesial untuk mencabut nyawa semua orang
yang beriman).
Maka penting sekali kita memperkuat
kepribadian Islam, Istiqomah dengannya, di
antara lain dari sekian banyak hal yang kita bahas kali ini adalah :
1. Ber-Aqidah lurus
dan Iman yang kokoh.
2. Cinta Ilmu dan
wawasan yang luas.
3. Ber-akhlak
mulia,
4. Ikhlas dan jiwa
bersih,
5. Ibadah yang
benar,
6. Bermanfaat untuk
masyarakat,
7. Mandiri dan
mampu menyelesaikan masalah,
8. Peduli, sehat
dan kuat,
9. Sabar dan gigih,
10.
Bersyukur dan berfikir positif,
11.
Musyawarah dan kerjasama,
12.
Bertanggungjawab dalam berbuat dan ber-aktivitas.
Bahasan.
Ber-Aqidah
lurus dan Iman yang kokoh.
Sepakat para ulama, bahwa Aqidah merupakan bahasan yang paling
utama (pertama). Akhlak apapun, tanpa
Aqidah akan sia-sia. Meskipun Negara sejahtera, bila tanpa Aqidah, akan
menjadikan kesejahteraan masyarakat sebagai hamba hawa-nafsu saja. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Kamu tidak akan memiliki iman yang kokoh
sebagaimana yang diinginkan Allah dan Rasul-Nya, sampai pada suatu keadaan
hawa-nafsumu tunduk dan patuh pada
kehendak Allah dan Rasul-Nya”.
Aqidah merupakan
simpul segala Ilmu Pengetahuan,
merupakan ilmu yang paling utama dalam pandangan Islam. Maka silakan
belajar ilmu tehnologi, dan ilmu-ilmu lainnya, tetapi yang akan ditanya oleh
Allah subhanahu wata’ala di Akhirat
kelak pertama adalah Ilmu tentang Aqidah Islam. Ilmu Aqidah
Islam merupakan kunci solusi problematika,
baik itu dalam masyarakat, bernegara maupun berbangsa, karena kekacauan
yang terjadi di dunia sampai hari ini, salah satu sebabnya adalah para pemimpin
yang lahir dari masyarakat yang kehilangan jati-diri.
Jati-diri yang benar adalah Istiqomah
dengan Aqidahnya. Apapun yang terjadi, pemimpin yang istiqomah dan
benar Aqidahnya, maka ia tidak akan mudah disuap atau digoyah, tidak bergeming
dari kebenaran. Seperti yang dicontohkan
oleh Abubakar as Siddiq rodhiyallahu
‘anhu, yang menurut Umar bin Khathab rodhiyallahu
‘anhu berkata : “Kalau hari ini
ditimbang Iman manusia di seluruh dunia, maka itu tidak akan sampai separoh
dari Iman Abubakar As Siddiq”.
Bayangkan, Umar bin Khathab bukan sembarang
manusia. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam sendiri pernah bersabda tentang diri
Umar bin Khathab rodhiyallahu ‘anhu :
“Seandainya boleh ada Nabi sesudah aku,
maka nabi itu adalah Umar bin Khathab”. Demikian
kuatnya Iman dari Umar bin Khathab r.a. disebutkan dalam riwayat Hadits, bila
Umar bin Khathab sedang berjalan, maka syaithan lebih memilih jalan lain agar
tidak bertemu dengan Umar bin Khathab r.a. karena syaithan takut dengan Umar
bin Khathab r.a.
Dan Umar bin Khathab mengatakan bahwa
tingkat keimanan Abubakar as Siddiq demikian tinggi tiada bandingannya. Itulah salah satu contoh Akhlak Mulia terwujud di muka bumi. Sehingga pada suatu hari Abubakar as Siddik
diberi sepiring makanan, lalu
dimakannya. Setelah makan sesuap,
Abubakar as Siddiq berdiam, tidak terus memakannya, tetapi bertanya kepada
orang yang memberi makanan itu : “Makanan yang diberikan kepadaku ini dari mana
asalnya ?”.
Demikianlah, Abubakar menanyakan dari
mana sumber makanan itu. Demikian tinggi Aqidahnya. Maka dijawab bahwa makanan
itu sumbernya adalah dari Hadiah.
Abubakar bertanya lagi: “Hadiah bagaimana ?”.
Yang memberi makanan itu bercerita :
“Dahulu ketika aku masih Jahiliyah, pernah didatangi orang sakit. Ia menyangka aku ini dukun, padahal aku bukan
dukun dan aku tidak tahu-menahu soal perdukunan. Ia kuberi nasihat agar meminum suatu
obat. Ternyata setelah ia minum obat
yang kutunjukkan itu, ia sembuh. Dan sesudah itu bertahun-tahun aku tidak
pernah bertemu dengan orang itu, baru tadi pagi ia bertemu denganku dan
memberikan kepadaku hadiah, karena pernah aku nasihati memakan sesuatu obat.
Maka Abubakar as Siddiq bertanya :
“Kalau begitu ini makanan bersumber dari pura-pura kamu menjadi dukun ?. Makanan ini subhat (meragukan)”. Maka
Abubakar as Siddiq lalu mengorek-ngorek mulutnya sampai keluarlah muntah, dan
beliau mengatakan : “Barulah aku senang, setelah makanan ini muntah”.
Lihat AlQur’an Surat Muhammad ayat 19 Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
سُوۡرَةُ محَمَّد
فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُ ۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ
وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَـٰتِۗ وَٱللَّهُ
يَعۡلَمُ مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوَٮٰكُمۡ (١٩)
Maka
ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah
dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki
dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu
tinggal.
Ayat tersebut (Ayat AlQur’an) adalah
berbahasa Arab. Karena sudah merupakan
kehendak Allah subhanahu wata’ala
bahwa bahasa yang dipilih dalam AlQur’an adalah Bahasa Arab. Maka hendaknya kita umat Islam mencintai Bahasa
Arab. Karena Allah subhanahu wata’ala mencintai Bahasa Arab. Kita jangan terlalu mudah
ikut-ikutan memandang negative, sebagaimana diberitakan media (pers) yang
sering menjelek-jelekkan Arab Saudi, padahal maksud media Pers itu ingin
menjelek-jelekkan Islam.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa Allah subhanahu wata’ala memilih orang di muka
bumi ini yang menjadi Nabi terakhir adalah bangsa Arab, yaitu Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam.
Beliau bersabda : Bahwa Allah subhanahau
wata’ala melihat semua hati manusia dari sejak Nabi Adam ‘alaihissalam (manusia pertama di muka bumi) sampai Hari
Kiamat, maka dipilihlah hati yang paling baik dari suku bangsa yang paling baik
yaitu suku Quraisy.
Juga dalam Hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasaallam bersabda :
Akan ada 12 (duabelas) Khalifah sampai Hari Kiamat dan yang sudah kita ketahui
adalah Abubakar as Siddiq, Umar bin
Khathab, ‘Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib. Ditambah satu lagi
(menurut para ulama), yaitu Umar bin
‘Abdul Aziz rodhiyallahu ‘anhum. Sepakat para ulama bahwa terdapat lima
Khalifah yang utama.
Tetapi hadits tersebut “diplintir” oleh orang-orang Syi’ah, dihubungkan dengan Imam Duabelas
mereka. Karena Imam Duabelas yang
dikarang oleh Syiah itu ajaib. Imam Duabelas mereka itu kata mereka hilang di
sebuah gua di daerah Iraq, (di Sirdab).
Setiap sore hari di Sirdab di depan mulut gua itu diletakkan hidangan
makanan, sambil menunggu Iman Duabelas itu keluar. Dan ternyata sampai saat ini
tidak pernah ada yang keluar dari gua itu. Itulah kebohongan mereka (agama
Syi’ah).
Syi’ah tidak mengakui AlQur’an. Kata mereka AlQur’an yang ada sekarang baru
sepertiga dari yang aslinya. Duapertiga-nya lagi tidak bisa kita lihat, kata
mereka harus menunggu Iman Dua belas, yang sampai sekarang
belum muncul.
Mereka juga mengatakan bahwa Malaikat
Jibril menyampaikan Wahyu adalah salah alamat.
Yang seharusnya disampaikan kepada Ali bin Abi Thyalib, tetapi
disampaikan kepada Nabi Muhammad shollallahu
‘alaihi wasallam, Nabi kita umat
Islam. Itulah kebohongan mereka (agama Syi’ah).
Aqidahnya memang berbeda dengan Aqidah umat
Islam. Maka Aqidah adalah penting bagi seorang muslim. Bila Aqidah-nya benar,
lurus dan bersih sampai akhir hayat,
maka insya Allah balasannya adalah surga. Aqidahnya adalah : Lailaha
illallah. Siapa yang di akhir
hidupnya mengucapkan Lailaha illallah maka ia masuk
surga.
Maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
sangat gigih mengajak manusia untuk ber-Aqidah Lailaha illallah (Tidak
ada sesembahan yang wajib disembah kecuali Allah).
Termasuk mengajak dengan gigihnya kepada
paman beliau Abu Thalib, tetapi
pamannya itu tidak mau (tidak sempat) masuk Islam. Padahal paman beliau yang
namanya Abu Thalib itu sangat baik dan sangat sayang kepada Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam. Abu Thalib
(paman beliau) membela mati-matian dipertaruhkan nyawanya atas keselamatan
keponakannya itu, sampai-sampai Abu Thalib bersumpah : Selagi nyawaku masih ada, orang-orang Quraisy yang memusuhimu tidak
akan bisa menyentuh kulitmu.
Tetapi sayang, sampai akhir hidupnya, Abu
Thalib tidak mau mengucapkan Lailaha illah. Padahal Nabi Muhammad shollallahu
‘alaihi wasallam yang menunggui ketika Abu Thalib sakit menjelang wafatnya,
dituntunlah ucapan Lailaha illallah disamping kanannya, di samping kirinya Abu
Jahal yang menolaknya, melarang Abu Thalib mengucapkannya. Maka dakwah harus sabar, dengan lemah lembut,
sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad shollallahu
‘alaihi wasallam. Tidak boleh dakwah dengan cara kekerasan.
Maka bila kita ikuti berita media bahwa
ISIS membakar manusia hidup-hidup, itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Ajaran Islam sangat melarang membakar makhluk
hidup, karena membakar makhluk hidup adalah Hak Allah subhanahu wata’ala
kelak di neraka. Binatangpun tidak boleh dibunuh dengan cara dibakar. Diberitakan bahwa Nyonya Hillary Clinton
(isteri Bill Clinton, bekas Presiden AS) membuat pernyataan (Statement) bahwa
ia yang pertama menciptakan lahirnya ISIS. Kemudian bergabunglah orang-orang
yang picik pengetahuannya, terutama picik dengan agama Islam ikut bergabung
dengan ISIS.
Dalam Islam diajarkan bahwa perlu sabar
dalam berdakwah. Sebagaimana Nabi Nuh
‘alaihissalam yang mengajak umatnya
untuk menyembah Allah subhanahu wata’ala,
beliau berdakwah selama 950 tahun, hanya 950 orang yang mau mengikutinya. Bila
dihitung, rata-rata setiap tahun hanya bisa memasukkan orang ke dalam Islam
satu orang. Maka dakwah memang harus
sabar, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Nuh ‘alaihissalam.
Nabi
Nuh
‘alaihissalam berdakwah siang malam
mengajak umatnya untuk menyembah Allah subhanahu
wata’ala. Lihat Surat Nuh ayat 5 dan 6 :
5.
Nuh berkata: "Ya Tuhanku Sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan
siang,
6.
Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).
Ayat 7 :
سُوۡرَةُ نُوح
قَالَ رَبِّ إِنِّى دَعَوۡتُ قَوۡمِى لَيۡلاً۬
وَنَهَارً۬ا (٥) فَلَمۡ يَزِدۡهُمۡ دُعَآءِىٓ إِلَّا فِرَارً۬ا (٦) وَإِنِّى ڪُلَّمَا
دَعَوۡتُهُمۡ لِتَغۡفِرَ لَهُمۡ جَعَلُوٓاْ أَصَـٰبِعَهُمۡ فِىٓ ءَاذَانِہِمۡ وَٱسۡتَغۡشَوۡاْ
ثِيَابَہُمۡ وَأَصَرُّواْ وَٱسۡتَكۡبَرُواْ ٱسۡتِكۡبَارً۬ا (٧)
7. Dan sesungguhnya setiap kali
aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka
memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya
(kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan
sangat.
Namun demikian umat Nabi Nuh ‘alaihissalam yang diseru itu bila
bertemu dengan Nabi ‘alaihissalam
mereka menutupi wajahnya, perasaan mereka bergetar. Lalu mereka menutup kedua
telinganya dengan jari-jarinya, karena bila mereka mendengar suara Nabi Nuh ‘alaihissalam indah sekali, seperti
mendengar buluh prindu. Nabi Nuh ‘alaihissalam
hanya sekedar mengajak umatnya untuk mengucapkan Lailaha illallah (Tidak ada yang disembah kecuali Allah).
Betapa besar pertarungan Aqidah yaitu Lailaha
illallah, sebagaimana Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasaallam dengan sabar sekali membela pamannya yang paling beliau
sayangi yaitu Abu Thalib. Ketika itu berkali-kali Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam meyakinkan
pamannya itu, ketika itu paman beliau
(Abu Thalib) seperti kebingungan. Tidak sempat mengucapkan Lailaha illallah. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam terlihat sedih sekali. Sampai-sampai beliau bersumpah : “Wahai pamanku, aku akan berdo’a kepada Allah
agar engkau diampuni Allah”.
Maka turunlah ayat AlQur’an yang isinya
melarang seorang Nabi dan orang-orang yang beriman setelahnya (maksudnya :
termasuk kita umat Islam) mendo’akan meminta kepada Allah subhanahu wata’ala ampunan bagi orang-orang musyrik.
Maka kita sebagai orang Islam (beriman)
dilarang mendo’akan orang-orang kafir (musyrik) agar diampuni dosa-dosanya.
Maka dalam AlQur’an dikatakan : Ilmu yang
paling penting dalam hidup ini adalah mempelajari, memahami Aqidah. Dan
mengamalkan Aqidah dengan Istiqomah sampai akhir hayat.
Karena ada orang-orang yang beriman di
zaman Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, tetapi akhirnya mereka murtad
di akhir hayatnya. Seperti misalnya Musailamah al Kadzab, dan lebih dari
40.000 (empatpuluh ribu) orang murtad bersamanya.
Pertarungan Iman (Aqidah) memang luar
biasa. Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam bersabda dalam Hadits shahih, (dalam Kitab Taisirul ‘Azizul Hamid) disebutkan : “Pada Hari Kiamat kelak akan didatangkan setiap hamba dan diperlihatkan
catatan setiap amalnya selama hidup di dunia, panjang dan jumlahnya tujuhpuluh
catatan, satu lembaran catatan panjangnya sejauh mata memandang”.
Kemudian setiap hamba akan ditanya: Apakah amal-ibadah yang kamu perbuat di dunia
sanggup menandingi (mengimbangi) catatan amalan dosa-dosa yang setiap lembarnya
panjangnya sejauh mata memandang ?.
Hamba itu akan menjawab : “Tidak
ada yang sanggup, ya Allah”.
Maka Allah subhanahau wata’ala memperlihatkan
Bithoqoh (Tanda Pengenal, semacam kartu identitas) menjelaskan
: Bisa, dengan Bithoqoh ini (bertuliskan
Lailaha illallah) bisa mengimbangi
dan melebihi timbangan dosa-dosa yang catatannya sepanjang mata memandang. Lalu
diberikan lagi Bithoqoh yang isinya
catatan amalan-kebaikan, sehingga timbangannya menunjukkan jauh lebih berat
timbangan amal-ibadahnya.
Maka bagi kita umat yang beriman, bila ada
orang sedang sakaratulmaut, bisikkanlah kalimat Lailaha illallah.
Tuntunlah ia dengan kalimat tersebut dengan perlahan-lahan, jangan
terburu-buru. Sesuai dengan Hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam : Laqqinu mautakum Lailaha illallah. (Talkin-kan
orang yang sedang menghadapi kematian (sakaratulmaut).
Maksudnya, tuntunlah dengan ucapan Lailaha
illallah kepada orang yang akan menjadi mayat. Artinya masih hidup menghadapi kematian,
bukan setelah menjadi mayat. Karena
kalau sudah menjadi mayat, Talkin itu sudah tidak ada gunanya.
Betapa pentingnya Aqidah (Lailaha illallah) dalam Islam.
Maka maksud kalimat dalam ayat tersebut di
atas (Surat Muhammad ayat 19) : Fa’lam annahu Lilaha illah – (maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada
Tuhan Yang Haq) melainkan Allah – Itulah Aqidah. Wajib kita memahami, tidak boleh ditunda-tunda, segera
mungkin. Semakin iman kita berkurang, maka belajar lagi, ditambah lagi ilmu
kita.
Barulah, setelah Aqidah kita miliki, selanjutnya Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kepada kita untuk ibadah,,
berdo’a, berdzikir, sholat, shiam dst.
Karena tanpa Aqidah, semua itu akan sia-sia. Dan Aqidah sering rusak hanya disebabkan
masalah sederhana. Misalnya, hanya karena ucapan : Untung ada anjing menggonggong semalam, kalau tidak, pasti pencuri sudah masuk rumah
saya. Atau dengan kalimat lain : Untung ada dokter kemarin, kalau tidak
anakku sudah mati. Dst.
Ternyata ucapan semacam itu merusak Aqidah. Karena ucapan itu menganggap
yang yang berjasa adalah anjing, dokter, dsb.
Padahal itu semua sudah kehendak Allah subhanahu wata’ala. Maka
Aqidah adalah merupakan Ilmu yang paling mahal. Aqidah harus dijaga, dipupuk,
dipelihara. Harus kita perjuangkan.
Karena Aqidah adalah yang paling mahal, kelak ketika kita menghadap
Allah subhanahu wata’ala.
Maka ilmu yang paling utama dan merupakan
kesimpulan dari semua Ilmu Pengetahuan, adalah dimulai dengan Aqidah. Sampai kepada pemimpin, bahwa
pemimpin adalah cermin dari masyarakat.
Sebelum Umar bin Abdul ‘Aziz menjadi Khalifah, Negara waktu itu dalam keadaan
kacau-balau. Ekonomi hancur, terjadi
korupsi oleh para pejabat. Banyak
maksiat, perzinahan, dst.
Tetapi setelah Umar bin Abdul ‘Aziz menjadi Khalifah (Khalifah ke-lima) situasi masyarakat
berubah. Orang tidak lagi berbicara soal
materi, tetapi yang dibicarakan adalah tentang ibadah, tentang perbuatan baik
lainnya. Bicaranya tentang AlQur’an,
tentang Hadits-Hadits Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam ,. Dst. Itu dikarenakan muncul seorang pemimpin yang sholeh. Yang lahir dari masyarakat yang sholeh. Negara menjadi makmur, rakyat sejahtera. Sampai-sampai serigala tidak mau memakan
domba. Itu karena sifat Pemimpin yang adil, ber-Aqidah yang tinggi, serta sifat
Keadilan dari Khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz.
Maka Iman
kita harus selalu kita pelihara dan ditingkatkan. Karena mendekati Hari Kiamat,
banyak orang yang pagi-pagi beriman, sore harinya menjadi kafir. Iman (Aqidah)
harus diperjuangkan. Dan Allah subhanahau wata’ala memerintahkan kepada
kita untuk selalu belajar, menuntut ilmu, dan yang paling utama dan pertama
adalah Ilmu tentang Aqidah. Orang kafir-pun kalau ia sudah
mengucapkan Lailaha illallah, maka ia harus dijaga keselamatannya.
Demikian tinggi nilai Aqidah dalam
Islam. Maka kunci sukses semua kegiatan,
adalah berawal dari orang yang ber-Tauhid.
Semua Negara berusaha membuat masyarakatnya sejahtera, kunci suksesnya adalah
pada Tauhid dan Sabar.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmaullahi wabarokatuh.
_______________
No comments:
Post a Comment