Translate

Friday, October 16, 2015

Karakter Muslim, oleh : Mirdas E.Y. Lc, MSi.



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

Karakter Muslim.
Mirdas E.Y. Lc,  MSi.

Jum’at,  18 Dzulhijjah 1436 H – 2 Oktober 2015


Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Masalah utama dari tantangan ke depan masyarakat kita Indonesia, bahkan di masyarakat internasional sebagaimana  disabdakan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bahwa : “Suatu hari di akhir zaman, akan ada orang yang pagi-hari beriman, sore-harinya sudah kafir”.

Namun kita jangan terlalu khawatir, tetap akan ada sekelompok umat yang berada dalam Haq (kebenaran, istiqomah).  Maksudnya, generasi ini akan ada terus, sampai menjelang hari Kiamat, sebelum munculnya tanda-tanda Kiamat Besar, yaitu terbitnya matahari dari sebelah barat.  Pada saat itu Allah subhanahu wata’ala akan mengirimkan Rihul Mursalah (angin spesial untuk mencabut nyawa semua orang yang beriman).

Maka penting sekali kita memperkuat kepribadian Islam,  Istiqomah dengannya, di antara lain dari sekian banyak hal yang kita bahas kali ini adalah :
1.     Ber-Aqidah lurus dan Iman yang kokoh.
2.     Cinta Ilmu dan wawasan yang luas.
3.     Ber-akhlak mulia,
4.     Ikhlas dan jiwa bersih,
5.     Ibadah yang benar,
6.     Bermanfaat untuk masyarakat,
7.     Mandiri dan mampu menyelesaikan masalah,
8.     Peduli, sehat dan kuat,
9.     Sabar dan gigih,
10.   Bersyukur dan berfikir positif,
11.    Musyawarah dan kerjasama,
12.    Bertanggungjawab dalam berbuat dan ber-aktivitas.

Bahasan.

Ber-Aqidah lurus dan Iman yang kokoh.
Sepakat para ulama, bahwa Aqidah merupakan bahasan yang paling utama (pertama).  Akhlak apapun, tanpa Aqidah akan sia-sia. Meskipun Negara sejahtera, bila tanpa Aqidah, akan menjadikan kesejahteraan masyarakat sebagai hamba hawa-nafsu saja. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Kamu tidak akan memiliki iman yang kokoh sebagaimana yang diinginkan Allah dan Rasul-Nya, sampai pada suatu keadaan hawa-nafsumu tunduk dan patuh  pada kehendak Allah dan Rasul-Nya”.  

Aqidah merupakan simpul segala Ilmu Pengetahuan,  merupakan ilmu yang paling utama dalam pandangan Islam. Maka silakan belajar ilmu tehnologi, dan ilmu-ilmu lainnya, tetapi yang akan ditanya oleh Allah subhanahu wata’ala di Akhirat kelak pertama adalah Ilmu tentang Aqidah Islam.  Ilmu Aqidah Islam merupakan kunci solusi problematika,  baik itu dalam masyarakat, bernegara maupun berbangsa, karena kekacauan yang terjadi di dunia sampai hari ini, salah satu sebabnya adalah para pemimpin yang lahir dari masyarakat yang kehilangan jati-diri.

Jati-diri yang benar adalah Istiqomah dengan Aqidahnya. Apapun yang terjadi, pemimpin yang istiqomah dan benar Aqidahnya, maka ia tidak akan mudah disuap atau digoyah, tidak bergeming dari kebenaran.  Seperti yang dicontohkan oleh Abubakar as Siddiq rodhiyallahu ‘anhu, yang menurut Umar bin Khathab rodhiyallahu ‘anhu berkata : “Kalau hari ini ditimbang Iman manusia di seluruh dunia, maka itu tidak akan sampai separoh dari Iman Abubakar As Siddiq”.

Bayangkan,  Umar bin Khathab bukan sembarang manusia.  Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam sendiri pernah bersabda tentang diri Umar bin Khathab rodhiyallahu ‘anhu : “Seandainya boleh ada Nabi sesudah aku, maka nabi itu adalah Umar bin Khathab”.  Demikian kuatnya Iman dari Umar bin Khathab r.a. disebutkan dalam riwayat Hadits, bila Umar bin Khathab sedang berjalan, maka syaithan lebih memilih jalan lain agar tidak bertemu dengan Umar bin Khathab r.a. karena syaithan takut dengan Umar bin Khathab r.a.

Dan Umar bin Khathab mengatakan bahwa tingkat keimanan Abubakar as Siddiq demikian tinggi tiada bandingannya.  Itulah salah satu contoh Akhlak Mulia terwujud di muka bumi.   Sehingga pada suatu hari Abubakar as Siddik diberi sepiring makanan,  lalu dimakannya.  Setelah makan sesuap, Abubakar as Siddiq berdiam, tidak terus memakannya, tetapi bertanya kepada orang yang memberi makanan itu : “Makanan yang diberikan kepadaku ini dari mana asalnya ?”.

Demikianlah, Abubakar menanyakan dari mana sumber makanan itu. Demikian tinggi Aqidahnya. Maka dijawab bahwa makanan itu sumbernya adalah dari Hadiah.  Abubakar bertanya lagi: “Hadiah bagaimana ?”.
Yang memberi makanan itu bercerita : “Dahulu ketika aku masih Jahiliyah, pernah didatangi orang sakit.  Ia menyangka aku ini dukun, padahal aku bukan dukun dan aku tidak tahu-menahu soal perdukunan.  Ia kuberi nasihat agar meminum suatu obat.  Ternyata setelah ia minum obat yang kutunjukkan itu, ia sembuh. Dan sesudah itu bertahun-tahun aku tidak pernah bertemu dengan orang itu, baru tadi pagi ia bertemu denganku dan memberikan kepadaku hadiah, karena pernah aku nasihati memakan sesuatu obat.

Maka Abubakar as Siddiq bertanya : “Kalau begitu ini makanan bersumber dari pura-pura kamu menjadi dukun ?.  Makanan ini subhat (meragukan)”. Maka Abubakar as Siddiq lalu mengorek-ngorek mulutnya sampai keluarlah muntah, dan beliau mengatakan : “Barulah aku senang, setelah makanan ini muntah”.

Lihat AlQur’an Surat Muhammad ayat 19 Allah subhanahu wata’ala berfirman :  

سُوۡرَةُ محَمَّد

فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُ ۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَـٰتِ‌ۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوَٮٰكُمۡ (١٩)


Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.

Ayat tersebut (Ayat AlQur’an) adalah berbahasa Arab.  Karena sudah merupakan kehendak Allah subhanahu wata’ala bahwa bahasa yang dipilih dalam AlQur’an adalah Bahasa Arab. Maka hendaknya kita umat Islam mencintai Bahasa Arab.  Karena Allah subhanahu wata’ala mencintai Bahasa Arab. Kita jangan terlalu mudah ikut-ikutan memandang negative, sebagaimana diberitakan media (pers) yang sering menjelek-jelekkan Arab Saudi, padahal maksud media Pers itu ingin menjelek-jelekkan Islam. 

Fakta sejarah menunjukkan bahwa Allah subhanahu wata’ala memilih orang di muka bumi ini yang menjadi Nabi terakhir adalah bangsa Arab, yaitu Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam.  Beliau bersabda : Bahwa Allah subhanahau wata’ala melihat semua hati manusia dari sejak Nabi Adam ‘alaihissalam  (manusia pertama di muka bumi) sampai Hari Kiamat, maka dipilihlah hati yang paling baik dari suku bangsa yang paling baik yaitu suku  Quraisy.

Juga dalam Hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasaallam bersabda : Akan ada 12 (duabelas) Khalifah sampai Hari Kiamat dan yang sudah kita ketahui adalah Abubakar as Siddiq, Umar bin Khathab, ‘Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib. Ditambah satu lagi (menurut para ulama), yaitu Umar bin ‘Abdul Aziz rodhiyallahu ‘anhum.   Sepakat para ulama bahwa terdapat lima Khalifah yang utama.

Tetapi hadits tersebut “diplintir” oleh orang-orang Syi’ah,  dihubungkan dengan Imam Duabelas mereka.   Karena Imam Duabelas yang dikarang oleh Syiah itu ajaib. Imam Duabelas mereka itu kata mereka hilang di sebuah gua di daerah Iraq, (di Sirdab).  Setiap sore hari di Sirdab di depan mulut gua itu diletakkan hidangan makanan, sambil menunggu Iman Duabelas itu keluar. Dan ternyata sampai saat ini tidak pernah ada yang keluar dari gua itu. Itulah kebohongan mereka (agama Syi’ah).

Syi’ah tidak mengakui AlQur’an.  Kata mereka AlQur’an yang ada sekarang baru sepertiga dari yang aslinya. Duapertiga-nya lagi tidak bisa kita lihat, kata mereka harus menunggu Iman Dua belas, yang sampai sekarang belum muncul.
Mereka juga mengatakan bahwa Malaikat Jibril menyampaikan Wahyu adalah salah alamat.  Yang seharusnya disampaikan kepada Ali bin Abi Thyalib, tetapi disampaikan kepada Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam,  Nabi kita umat Islam. Itulah kebohongan mereka (agama Syi’ah).

Aqidahnya memang berbeda dengan Aqidah umat Islam.  Maka Aqidah adalah penting bagi seorang muslim. Bila Aqidah-nya benar, lurus dan bersih sampai akhir hayat,  maka insya Allah balasannya adalah surga. Aqidahnya adalah : Lailaha illallah.  Siapa yang di akhir hidupnya mengucapkan Lailaha illallah maka ia masuk surga.

Maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam sangat gigih mengajak manusia untuk ber-Aqidah Lailaha illallah (Tidak ada sesembahan yang wajib disembah kecuali Allah).  
Termasuk mengajak dengan gigihnya kepada paman beliau Abu Thalib, tetapi pamannya itu tidak mau (tidak sempat) masuk Islam. Padahal paman beliau yang namanya Abu Thalib itu sangat baik dan sangat sayang kepada Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam. Abu Thalib (paman beliau) membela mati-matian dipertaruhkan nyawanya atas keselamatan keponakannya itu, sampai-sampai Abu Thalib bersumpah : Selagi nyawaku masih ada, orang-orang Quraisy yang memusuhimu tidak akan bisa menyentuh kulitmu.

Tetapi sayang, sampai akhir hidupnya, Abu Thalib tidak mau mengucapkan Lailaha illah. Padahal Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam yang menunggui ketika Abu Thalib sakit menjelang wafatnya, dituntunlah ucapan Lailaha illallah disamping kanannya, di samping kirinya Abu Jahal yang menolaknya, melarang Abu Thalib mengucapkannya.   Maka dakwah harus sabar, dengan lemah lembut, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam. Tidak boleh dakwah dengan cara kekerasan.

Maka bila kita ikuti berita media bahwa ISIS  membakar manusia hidup-hidup,  itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam.  Ajaran Islam sangat melarang membakar makhluk hidup, karena membakar makhluk hidup adalah Hak Allah subhanahu wata’ala kelak di neraka. Binatangpun tidak boleh dibunuh dengan cara dibakar.  Diberitakan bahwa Nyonya Hillary Clinton (isteri Bill Clinton, bekas Presiden AS) membuat pernyataan (Statement) bahwa ia yang pertama menciptakan lahirnya ISIS. Kemudian bergabunglah orang-orang yang picik pengetahuannya, terutama picik dengan agama Islam ikut bergabung dengan ISIS.

Dalam Islam diajarkan bahwa perlu sabar dalam berdakwah. Sebagaimana Nabi Nuh ‘alaihissalam yang mengajak umatnya untuk menyembah Allah subhanahu wata’ala, beliau berdakwah selama 950 tahun, hanya 950 orang yang mau mengikutinya. Bila dihitung, rata-rata setiap tahun hanya bisa memasukkan orang ke dalam Islam satu orang.   Maka dakwah memang harus sabar, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Nuh ‘alaihissalam.

Nabi Nuh ‘alaihissalam berdakwah siang malam mengajak umatnya untuk menyembah Allah subhanahu wata’ala.  Lihat Surat Nuh ayat 5 dan 6 :
  

5. Nuh berkata: "Ya Tuhanku Sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang,

6. Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).

Ayat  7 :
سُوۡرَةُ نُوح

قَالَ رَبِّ إِنِّى دَعَوۡتُ قَوۡمِى لَيۡلاً۬ وَنَهَارً۬ا (٥) فَلَمۡ يَزِدۡهُمۡ دُعَآءِىٓ إِلَّا فِرَارً۬ا (٦) وَإِنِّى ڪُلَّمَا دَعَوۡتُهُمۡ لِتَغۡفِرَ لَهُمۡ جَعَلُوٓاْ أَصَـٰبِعَهُمۡ فِىٓ ءَاذَانِہِمۡ وَٱسۡتَغۡشَوۡاْ ثِيَابَہُمۡ وَأَصَرُّواْ وَٱسۡتَكۡبَرُواْ ٱسۡتِكۡبَارً۬ا (٧)

  
7. Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.

Namun demikian umat Nabi Nuh ‘alaihissalam yang diseru itu bila bertemu dengan Nabi ‘alaihissalam mereka menutupi wajahnya, perasaan mereka bergetar. Lalu mereka menutup kedua telinganya dengan jari-jarinya, karena bila mereka mendengar suara Nabi Nuh ‘alaihissalam indah sekali, seperti mendengar buluh prindu. Nabi Nuh ‘alaihissalam hanya sekedar mengajak umatnya untuk mengucapkan Lailaha illallah (Tidak ada yang disembah kecuali Allah).

Betapa besar pertarungan Aqidah yaitu Lailaha illallah, sebagaimana Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasaallam dengan sabar sekali membela pamannya yang paling beliau sayangi yaitu Abu Thalib. Ketika itu berkali-kali Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam meyakinkan pamannya itu,  ketika itu paman beliau (Abu Thalib) seperti kebingungan. Tidak sempat mengucapkan Lailaha illallah.  Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam terlihat sedih sekali.  Sampai-sampai beliau bersumpah :  “Wahai pamanku, aku akan berdo’a kepada Allah agar engkau diampuni Allah”.  

Maka turunlah ayat AlQur’an yang isinya melarang seorang Nabi dan orang-orang yang beriman setelahnya (maksudnya : termasuk kita umat Islam) mendo’akan meminta kepada Allah subhanahu wata’ala ampunan bagi orang-orang musyrik.
Maka kita sebagai orang Islam (beriman) dilarang mendo’akan orang-orang kafir (musyrik) agar diampuni dosa-dosanya.

Maka dalam AlQur’an dikatakan : Ilmu yang paling penting dalam hidup ini adalah mempelajari, memahami Aqidah. Dan mengamalkan Aqidah dengan Istiqomah sampai akhir hayat.
Karena ada orang-orang yang beriman di zaman Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, tetapi akhirnya mereka murtad di akhir hayatnya.  Seperti misalnya Musailamah al Kadzab, dan lebih dari 40.000 (empatpuluh ribu) orang murtad bersamanya.

Pertarungan Iman (Aqidah) memang luar biasa. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam Hadits shahih, (dalam Kitab Taisirul ‘Azizul Hamid) disebutkan : “Pada Hari Kiamat kelak akan didatangkan setiap hamba dan diperlihatkan catatan setiap amalnya selama hidup di dunia, panjang dan jumlahnya tujuhpuluh catatan, satu lembaran catatan panjangnya sejauh mata memandang”. 

Kemudian setiap hamba akan ditanya:  Apakah amal-ibadah yang kamu perbuat di dunia sanggup menandingi (mengimbangi) catatan amalan dosa-dosa yang setiap lembarnya panjangnya sejauh mata memandang ?.   Hamba itu akan menjawab : “Tidak ada yang sanggup, ya Allah”. 

Maka Allah subhanahau wata’ala memperlihatkan  Bithoqoh (Tanda Pengenal, semacam kartu identitas) menjelaskan : Bisa, dengan Bithoqoh ini (bertuliskan Lailaha illallah) bisa mengimbangi dan melebihi timbangan dosa-dosa yang catatannya sepanjang mata memandang. Lalu diberikan lagi Bithoqoh yang isinya catatan amalan-kebaikan, sehingga timbangannya menunjukkan jauh lebih berat timbangan amal-ibadahnya.

Maka bagi kita umat yang beriman, bila ada orang sedang sakaratulmaut, bisikkanlah kalimat Lailaha illallah. Tuntunlah ia dengan kalimat tersebut dengan perlahan-lahan, jangan terburu-buru. Sesuai dengan Hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam : Laqqinu mautakum Lailaha illallah. (Talkin-kan orang yang sedang menghadapi kematian (sakaratulmaut).

Maksudnya, tuntunlah dengan ucapan Lailaha illallah kepada orang yang akan menjadi mayat.  Artinya masih hidup menghadapi kematian, bukan setelah menjadi mayat.  Karena kalau sudah menjadi  mayat, Talkin itu sudah tidak ada gunanya.
Betapa pentingnya Aqidah (Lailaha illallah) dalam Islam.

Maka maksud kalimat dalam ayat tersebut di atas (Surat Muhammad ayat 19) :  Fa’lam annahu Lilaha illah – (maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan Yang Haq) melainkan Allah – Itulah Aqidah. Wajib kita memahami, tidak boleh ditunda-tunda, segera mungkin. Semakin iman kita berkurang, maka belajar lagi, ditambah lagi ilmu kita.

Barulah, setelah Aqidah kita miliki,  selanjutnya Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kepada kita untuk ibadah,, berdo’a, berdzikir, sholat, shiam dst.  Karena tanpa Aqidah, semua itu akan sia-sia.   Dan Aqidah sering rusak hanya disebabkan masalah sederhana. Misalnya, hanya karena ucapan : Untung ada anjing menggonggong semalam,   kalau tidak, pasti pencuri sudah masuk rumah saya.   Atau dengan kalimat lain : Untung ada dokter kemarin, kalau tidak anakku sudah mati. Dst.

Ternyata ucapan semacam itu merusak Aqidah. Karena ucapan itu menganggap yang yang berjasa adalah anjing, dokter, dsb.   Padahal itu semua sudah kehendak Allah subhanahu wata’ala.   Maka Aqidah adalah merupakan Ilmu yang paling mahal. Aqidah harus dijaga, dipupuk, dipelihara. Harus kita perjuangkan.  Karena Aqidah adalah yang paling mahal, kelak ketika kita menghadap Allah subhanahu wata’ala.

Maka ilmu yang paling utama dan merupakan kesimpulan dari semua Ilmu Pengetahuan, adalah dimulai dengan Aqidah. Sampai kepada pemimpin, bahwa pemimpin adalah cermin dari masyarakat.   Sebelum Umar bin Abdul ‘Aziz menjadi Khalifah,  Negara waktu itu dalam keadaan kacau-balau.  Ekonomi hancur, terjadi korupsi oleh para pejabat.  Banyak maksiat, perzinahan, dst.

Tetapi setelah Umar bin Abdul ‘Aziz menjadi Khalifah (Khalifah ke-lima) situasi masyarakat berubah.  Orang tidak lagi berbicara soal materi, tetapi yang dibicarakan adalah tentang ibadah, tentang perbuatan baik lainnya.   Bicaranya tentang AlQur’an, tentang Hadits-Hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam ,. Dst. Itu dikarenakan muncul seorang pemimpin yang sholeh.  Yang lahir dari masyarakat yang sholeh.  Negara menjadi makmur, rakyat sejahtera.  Sampai-sampai serigala tidak mau memakan domba. Itu karena sifat Pemimpin yang adil, ber-Aqidah yang tinggi, serta sifat Keadilan dari Khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz.

Maka Iman kita harus selalu kita pelihara dan ditingkatkan. Karena mendekati Hari Kiamat, banyak orang yang pagi-pagi beriman, sore harinya menjadi kafir. Iman (Aqidah) harus diperjuangkan.   Dan Allah subhanahau wata’ala memerintahkan kepada kita untuk selalu belajar, menuntut ilmu, dan yang paling utama dan pertama adalah Ilmu tentang Aqidah.   Orang kafir-pun kalau ia sudah mengucapkan Lailaha illallah, maka ia harus dijaga keselamatannya.

Demikian tinggi nilai Aqidah dalam Islam.  Maka kunci sukses semua kegiatan, adalah berawal dari orang yang ber-Tauhid. Semua Negara berusaha membuat masyarakatnya sejahtera, kunci suksesnya adalah pada Tauhid dan Sabar.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmaullahi wabarokatuh.
                                                      _______________

No comments:

Post a Comment