PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Ustadz Ahmad Susilo, Lc.
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Berkaitan dengan hari raya Qurban (Idul
Ad-ha) 10 Dzulhijjah 1436 H, yang bertepatan dengan tanggal 24 September 2015,
maka kajian kali ini adalah tentang Keteladanan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat Al Hajj ayat 78 :
وَجَـٰهِدُواْ فِى ٱللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِۦۚ هُوَ
ٱجۡتَبَٮٰكُمۡ وَمَا جَعَلَ عَلَيۡكُمۡ فِى ٱلدِّينِ مِنۡ حَرَجٍ۬ۚ مِّلَّةَ
أَبِيكُمۡ إِبۡرَٲهِيمَۚ هُوَ سَمَّٮٰكُمُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ مِن قَبۡلُ وَفِى
هَـٰذَا لِيَكُونَ ٱلرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيۡكُمۡ وَتَكُونُواْ شُہَدَآءَ عَلَى
ٱلنَّاسِۚ فَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱعۡتَصِمُواْ
بِٱللَّهِ هُوَ مَوۡلَٮٰكُمۡۖ فَنِعۡمَ ٱلۡمَوۡلَىٰ وَنِعۡمَ ٱلنَّصِيرُ (٧٨)
Dan
berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah
memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai
kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al
Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua
menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah
zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka
Dia-lah sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.
Maksudnya, Allah tidak menjadikan Islam agama yang kamu anut, sesuatu
yang menyulitkan atau memberatkan. Dalam Islam Allah subhanahau wata’ala memberikan keringanan-keringanan, syaratnya :
Ikutilah cara menjalankan Bapakmu
(Nabi Ibrahim ‘alaihissalam), dimana
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam beserta
seluruh keturunannya diberi nama Muslimin
sejak zaman dahulu kala, dan sekarang
Allah sebut dalam AlQur’an.
Ayat tersebut jelas, kalau kita ingin
menjalankan agama kita (Islam),
ikutilah keteladanan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
Itu mutlak kita ikuti. Ikutilah
Tata-Cara ajaran dalam beribadah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Artinya, Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam adalah Muslim (orang patuh, tunduk,
berserah-diri) dan tidak mau menyembah kecuali kepada Allah subhanahu wata’ala. Maka keteladanan
beliau paling banyak disebut-sebut dalam AlQur’an.
Kita lihat do’a Nabi Ibrahim ‘alaihissalam juga apa yang disampaikan
beliau ketika beliau berwasiat kepada anak-anaknya, lihat Surat
Al Baqarah ayat 127 dan 128 :
وَإِذۡ يَرۡفَعُ إِبۡرَٲهِـۧمُ ٱلۡقَوَاعِدَ مِنَ
ٱلۡبَيۡتِ وَإِسۡمَـٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ
ٱلۡعَلِيمُ (١٢٧) رَبَّنَا وَٱجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَيۡنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ
أُمَّةً۬ مُّسۡلِمَةً۬ لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبۡ عَلَيۡنَآۖ إِنَّكَ
أَنتَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ (١٢٨)
127.
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah
bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami
(amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui".
128.
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan
(jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan
tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat
ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang
Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Maksud ayat tersebut : Ketika Nabi Ibrahim
‘alaihissalam selesai beribadah yaitu
membangun fondasi Ka’bah dan meninggikannya, lalu beliau berdo’a kepada Allah subhanahu wata’ala : Agar diterima ibadahnya, lalu minta petunjuk
bagaimana tata-cara beribadah, lalu minta ampun kepada Allah subhanahu
wata’ala. Tidak satupun permintaan tentang
urusan dunia. Itulah do’a orang yang sholeh, seorang teladan, seorang yang
lebih mementingkan bagaimana mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala daripada mendapatkan dunia seisinya. Karena
siapa yang mendekatkan diri kepada Allah, pasti akan diberikan permintaannya
termasuk keperluan dunia.
Do’a beliau tidak ada yang isinya minta
dunia, melainkan meminta agar dikabulkan (diterima) amal-ibadahnya, kemudian
minta dijadikan sebagai orang-orang yang tunduk dan patuh, baik dirinya, maupun anak-cucunya sampai akhir zaman. Dan yang terakhir permintaan beliau, ialah
do’a memohon ampun kepada Allah subhanahu wata’ala
Sementara kita sebagai orang Islam ketika
selesai beribadah (sholat) biasanya kita berdo’a minta urusan dunia. Apalagi selesai sholat Dhuha, yang kita minta pada umumnya : Rezeki, agar yang
dilangit diturunkan, yang masih ada dalam bumi dikeluarkan, yang jauh dekatkan,
dst. Sampai-sampai ada yang berani
mengatakan : Yang haram, halalkan !. Mungkinkah rezki yang haram bisa menjadi halal ?
Yang pasti do’a tersebut bukan contoh dari
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam. Tetapi banyak dilakukan oleh umat Islam di
Indonesia, sehingga kebanyakan umat Islam Indonesia mengira dan meyakini bahwa
Sholat Dhuha itu untuk memperlancar rezeki. Padahal tidak ada ajaran bahwa
ibadah itu untuk memperlacar rezeki.
Ibadah adalah Lillahi Ta’ala,
karena panggilan Allah subhanahu
wata’ala. Itulah yang dilakukan oleh
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Ketaatan
mutlak.
Lihat Surat
Al Baqarah ayat 131 – 133 Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
إِذۡ قَالَ لَهُ ۥ رَبُّهُ ۥۤ أَسۡلِمۡۖ
قَالَ أَسۡلَمۡتُ لِرَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (١٣١) وَوَصَّىٰ بِہَآ إِبۡرَٲهِـۧمُ بَنِيهِ
وَيَعۡقُوبُ يَـٰبَنِىَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا
تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ (١٣٢) أَمۡ كُنتُمۡ شُہَدَآءَ إِذۡ حَضَرَ
يَعۡقُوبَ ٱلۡمَوۡتُ إِذۡ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِى قَالُواْ نَعۡبُدُ
إِلَـٰهَكَ وَإِلَـٰهَ ءَابَآٮِٕكَ إِبۡرَٲهِـۧمَ وَإِسۡمَـٰعِيلَ وَإِسۡحَـٰقَ
إِلَـٰهً۬ا وَٲحِدً۬ا وَنَحۡنُ لَهُ ۥ مُسۡلِمُونَ (١٣٣)
131.
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Islamlah (Tunduk patuhlah!" Ibrahim
menjawab: "(Aku Islam), Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
132.
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula
Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah
memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama
Islam".
133.
Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia
berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?"
mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu,
Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk
patuh kepada-Nya".
Maksudnya, kita ber-Islam, yaitu tunduk
dan patuh kepada Allah subhanahu
wata’ala. Sementara itu di negeri kita ini banyak orang mengaku beragama
Islam tetapi tidak tunduk dan taat kepada aturan Islam, tidak tunduk dan taat
kepada Allah subhanahu wata’ala. Diperintah sholat tidak dijalankan, perempuan
disuruh menutup aurat tetapi tidak menutup aurat, dilarang mencuri (korupsi)
tetapi melakukan korupsi. Disuruh taat
tetapi tidak taat, yang dilarang bahkan dijalani.
Nabi Ibrahim ‘alaihisaalam adalah orang yang paling tunduk dan patuh kepada Allah
subhanahu wata’ala. Maka dalam AlQur’an banyak sekali ayat-ayat
yang mengisahkan ketundukan dan kepatuhan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Itulah yang wajib kita teladani, termasuk peristiwa penyembelihan Qurban, kesediaan
ber-Qurban yang kita lakukan merupakan pelaksanaan meneladani Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
Ayat 133 : Nabi Ibrahim ‘alaihissalam disebut Abul
Anbiyaa, peletak dasar Aqidah.
Karena ajarannya adalah meng-Esa-kan
Allah dan memerintahkan agar kita tunduk dan berserah diri hanya kepada
Allah subhanahu wata’ala. Dan
anak-anak Nabi Yaqub ketika itu menjawab : Kami
akan menyembah Allah, Yuhan Yang Maha Esa dan hanya tunduk dan patuh
kepada-Nya.
Maka jika kita ingin merasa ringan dalam
menjalankan Islam, tunduklah dan taatlah kepada aturan Allah subhanahu wata’ala, niscaya akan
ringan. Karena dengan tunduk dan taat
kepada Allah maka Allah subhanahu
wata’ala akan memberikan hidayah, dan kita menjalankan aturan Allah terasa
ringan seperi kapas. Terasa nikmat.
Setiap orang beriman, bila dipanggil oleh
Allah subhanahu wata’ala, maka wajib taat. Lihat Surat
Al An Faal ayat 24 :
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ
لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيڪُمۡۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ
ٱللَّهَ يَحُولُ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦ وَأَنَّهُ ۥۤ إِلَيۡهِ
تُحۡشَرُونَ (٢٤)
Hai
orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul
menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya
kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.
Ayat tersebut hanya untuk orang-orang yang
beriman, yaitu untuk membuktikan ke-imanannya. “Wahai orang yang beriman, jika kalian dipanggil oleh Allah dan
Rasul-Nya, yaitu seruan yang bisa
memberikan kehidupan untukmu, panuhilah panggilan itu, segera datangi, penuhi,
demi untuk kehidupan kalian”.
Kita hidup dua kali, yaitu di dunia dan di
akhirat. Dalam AlQur’an, Allah subhanahu wata’ala tidak pernah sekali-pun memuji dunia. Bahkan puluhan ayat selalu
mencela dunia, padahal Allah yang menciptakan dunia.
Demikian pula Hadits, ribuan Hadits,
tetapi tidak pernah sekalipun Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasalam memuji dunia. Maka bagi orang-orang yang hanya tunduk
kepada dunia, akan tercela. Tetapi bagi orang yang taat kepada Allah subhanahu wata’ala pasti mulia.
Bahwa kehidupan dunia ini hanya sebentar,
kehidupan Akhirat jauh lebih lama. Akhirat lebih baik, lebih kekal, tetapi
orang yang ingkar kepada Allah hanya cinta dan menginginkan dunia.
Allah subhanahu
wata’ala menyeru dengan ayat tersebut di atas, anehnya, kalau dipanggil
untuk urusan dunia, orang akan demikian siap dan menurut saja kemana harus
mencari rezki. Ketika lelah,
dipersilakan istirahat tidur, buru-buru ia tidur.
Bila itu untuk kepentingan dunia, maka demikian gesit dan rajinnya orang
melakukannya. Tetapi bila untuk kepentingan Akhirat, dipanggil-panggil untuk
sholat berjamaah, sholat lima waktu, sholat sunnah, mendatangi Majlis Ta’lim,
shodakoh, zakat, berlaku jujur, dst,
maka rasanya berat sekali.
Panggilan untuk Akhirat adalah makanan
rohani, makanan iman kita, sedangkan panggilan dunia adalah makanan tubuh
(jasad). Dan yang akan dinilai oleh Allah subhanahu
wata’ala adalah Hati, Iman, Aqidah
dan Tauhid kita. Meskipun kita
berhasil di dunia dengan mengumpulkan harta yang banyak, tetapi jika hatinya tidak tunduk kepada Allah
subhanahau wata’ala, maka di Akhirat Allah tidak pernah akan
melihat kita. Di ujung ayat tersebut
disebutkan : Sesungguhnya hanya kepada
Allah kamu akan dikumpulkan
Harta, pangkat, jabatan akan ditinggalkan
di dunia, ke kubur tidak membawa apa-apa. Yang kaya-amal dan kaya-ibadah,
itulah yang akan sukses dan bahagia di Akhirat. Nabi Ibrahim ‘alaihisalam, jika dipanggil (diseru)
oleh Allah, maka hanya satu jawabannya : Sami’na wa atho’na (Aku dengar dan aku taat).
Kita lihat kisah teladan yang belum pernah
di perintahkan kepada kita, hanya perintah untuk meneladaninya, yaitu perintah
kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam,
yaitu Surat As Shoffaat ayat 100 – 107 :
رَبِّ هَبۡ لِى مِنَ ٱلصَّـٰلِحِينَ (١٠٠) فَبَشَّرۡنَـٰهُ
بِغُلَـٰمٍ حَلِيمٍ۬ (١٠١) فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡىَ قَالَ يَـٰبُنَىَّ إِنِّىٓ
أَرَىٰ فِى ٱلۡمَنَامِ أَنِّىٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ
يَـٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ
ٱلصَّـٰبِرِينَ (١٠٢) فَلَمَّآ أَسۡلَمَا وَتَلَّهُ ۥ لِلۡجَبِينِ (١٠٣)
وَنَـٰدَيۡنَـٰهُ أَن يَـٰٓإِبۡرَٲهِيمُ (١٠٤) قَدۡ صَدَّقۡتَ ٱلرُّءۡيَآۚ
إِنَّا كَذَٲلِكَ نَجۡزِى ٱلۡمُحۡسِنِينَ (١٠٥) إِنَّ هَـٰذَا لَهُوَ ٱلۡبَلَـٰٓؤُاْ
ٱلۡمُبِينُ (١٠٦) وَفَدَيۡنَـٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيمٍ۬ (١٠٧)
100.
Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang
yang saleh.
101.
Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar (Ismail).
102.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
103.
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
104.
Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
105.
Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
106.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
107.
dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar
Itulah ujian yang paling berat yang diujikan
kepada amanusia, yang belum pernah diujikan kepada siapapun kecuali kepada Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam, yaitu perintah
menyembelih anaknya sendiri. Sebagaimana dalam ayat 102 tersebut di- atas.
Dan do’a Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dikabulkan, yaitu minta
untuk menjadi orang yang tunduk dan patuh berserah diri kepada Allah subhanahu wata’ala. Karena ketundukan
kepada Allah itulah maka Nabi Ibrhaim ‘alaihissalam
dijadikan teladan bagi umat.
Dari peristiwa tersebut di atas Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam telah
menunjukkan ketundukan dan ketaatannya kepada Allah subhanahu wata’ala, maka
tidak lama kemudian lahirlah anak kedua dari isteri pertamanya (Sarah), yang
diberi nama Ishaq. Maka
dua anak Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
adalah Ismail dan Ishaq.
Dan selanjutnya seluruh nabi-nabi adalah dari keturunan Nabi Ibrahim
‘alaihissalam.
Dari Ishaq
‘alaihisaslam menurunkan nabi-nabi Bani Israil sampai
dengan Nabi ‘Isa ‘alaihissalam dan dari Ismail ‘alaihissalam menurunkan keturunan
bangsa Arab sampai Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam.
Bagaimana dengan teladan tersebut bagi
kita ? Lihat Surat Al Hajj ayat 34 dan 37 Allah subhanahu wata’ala berfirman :
Surat
Al Hajj ayat 34 :
وَلِڪُلِّ أُمَّةٍ۬ جَعَلۡنَا مَنسَكً۬ا لِّيَذۡكُرُواْ
ٱسۡمَ ٱللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلۡأَنۡعَـٰمِۗ
فَإِلَـٰهُكُمۡ إِلَـٰهٌ۬ وَٲحِدٌ۬ فَلَهُ ۥۤ أَسۡلِمُواْۗ وَبَشِّرِ
ٱلۡمُخۡبِتِينَ (٣٤)
Dan
bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka
menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada
mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah
kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh
(kepada Allah),
Surat
Al Hajj ayat 37 :
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا
وَلَـٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ كَذَٲلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ
لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَٮٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ (٣٧)
Daging-daging
unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah,
tetapi ketakwaan dari kamulah yang
dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya
kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar
gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
Ayat 34 : Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kita untuk ber-Qurban
(penyembelihan hewan Qurban) agar kita umat Islam bersyukur, selalu menysukuri
dan mengingat Allah atas nikmat yang diberikan Allah berupa binatang
ternak. Dan Allah itu Esa (Satu) dan hanya kepada Allah saja kita disuruh
tunduk dan taat, bukan kepada yang
lain.
Atas dasar ayat tersebut, maka Qurban
(menyembelih hewan Qurban) adalah Syari’at (perintah) sebagai
realisasi meneladani Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
Tetapi setiap perintah yang berkaitan dengan Mal (harta), maka tidak mutlak
Wajib tidak seperti Wajibnya sholat, wajibnya puasa, yang tidak terkait dengan harta. Perintah
yang berkaitan dengan Mal (harta) maka wajibnya tidak mutlak. Ada dua pendapat para ulama, bahwa Qurban
adalah Wajib bagi orang yang mampu,
pendapat ulama yang lain mengatakan
bahwa Qurban adalah Sunnat Muakkad
(Sunnah yang sangat dianjurkan).
Berdasarkan dalil (Hadits) yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Ahmad dan Imam Ibnu Majah, dari sahabat
yang bernama Abu Hurairah rodhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam telah bersabda : “Barangsiapa
di antara kalian yang pada hari itu mempunyai kelapangan rezki, lalu kalian
tidak menyembelih pada hari itu, maka janganlah ia mendekati tempat sholat
kami”.
Hadits tersebut merupakan sindiran dari
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam,
bahwa umatnya yang mengaku Islam yang menginginkan Syafa’at dari beliau
kelak di Hari Kiamat, mampu tetapi tidak mau ber-Qurban, maka ia tidak usah
sholat di masjid. Seolah-olah Rasul
mencela kepada orang yang mampu tetapi tidak bersedia ber-Qurban.
Qurban yang dinilai oleh Allah subhanahu wata’ala bukan dagingnya,
darahnya atau besarnya hewan yang disembelih, melainkan ke-ikhlasan dan ketakwaan yang ber-Qurban. Sebagaimana disebutkan
dalam Surat Al Hajj ayat 37 tersebut
di atas.
Pertanyaan : Bolehkah ber-Qurban seekor
domba untuk seluruh anggota keluarga ?
Jawabnya : Boleh. Dalam Hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Tirmidzy dan Imam An Nasa-i, dari Ummul Mu’minin ‘Aisyah
rodhiyallahu ‘anha, ketika Rasulullah
sholllalahu ‘alaihi wasallam hendak
menyembelih Qurban seekor qibas (domba), beliau bersabda : “Ya Aisyah, ambil pisau, asahlah sampai tajam”. Maka beliau membawa sendiri qibas itu, dibaringkan
dan beliau sembelih sendiri dengan beliau mengucapkan : Bismillahi Allahumma taqobbal min Muhammad, wa ali Muhammad, wamin ummati Muhammad (Dengan Nama Allah, ya Allah
terimalah ini qurban dariku, terimalah ini qurban untuk seluruh keluargaku, dan
terimalah ini qurban untuk umatku, umat Muhammad).
Hadits tersebut menyatakan bolehnya Qurban
seekor kambing (domba) untuk sekeluarga. Tetapi dalam Hadits lain disebutkan
bahwa Qurban seekor domba (kambing) untuk satu orang. Yang demikian tergantung ke-Takwaan anda dan anda sendiri yang
bisa mengukur, pantas atau tidaknya, sementara masing-masing anggota keluarga
mampu untuk membeli seekor kambing (domba).
Segala nikmat Allah telah diberikan kepada
kita. Maka orang yang mau ber-Qurban, niat ikhlas karena Allah, maka kita selalu menyebut kalimat dalam sholat kita (Surat Al An’am ayat
162 dan 163):
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحۡيَاىَ وَمَمَاتِى
لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (١٦٢) لَا شَرِيكَ لَهُ ۥۖ وَبِذَٲلِكَ أُمِرۡتُ
وَأَنَا۟ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ (١٦٣)
162.
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam.
163.
Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku
adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".
Demikian kita memberikan pernyataan bahwa sholatku, ibadahku (Qurbanku), mati dan
hidupku untuk Allah Tuhan semesta
alam.
Kapan kita ber-Qurban ? Sementara Allah
telah memberikan segala kenikmatan kepada kita.
Saumi punya mobil mewah, isteri bekerja punya penghasilan, anak-anak
juga sudah bekerja punya penghasilan, tiba-tiba diminta untuk menyembelih
seekor kambing saja tidak bersedia.
Kalaupun bersedia dengan perasaan tidak ikhlas. Takwa macam apa kita ini ?
Lihat Surat
At Taghabun ayat 16 Allah subhanahu wata’ala berfirman :
فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ وَٱسۡمَعُواْ
وَأَطِيعُواْ وَأَنفِقُواْ خَيۡرً۬ا لِّأَنفُسِڪُمۡۗ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ
فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (١٦)
Maka
bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah
dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu dan barangsiapa yang dipelihara
dari kekikiran dirinya, maka mereka
itulah orang-orang yang beruntung.
Maka Allah subhanahu wata’ala tidak melihat harta, jabatan dan kekayaan kita,
yang Allah lihat adalah ke-Takwaan
kita.
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dan Imam Muslim dari Ali bin Abi Thalib rodhiyallahu
‘anhu berkata : Nabi shollallahu
‘alaihi wasallam memerintahkan kepada kami untuk mengurus hewan-hewan qurbannya
dengan sebaik-baiknya, aku disuruh menyembelihnya, membagikan dagingnya,
tulang-tulangnya, kulitnya untuk diberikan kepada orang miskin.
Kemudian
Rasul
melarang : Jangan membayar upah kepada
orang yang menyembelihnya, kamilah yang membayar upah dari uang kami sendiri. Karena
aku ingin Qurban sempurna, Allah memerintahkan dibagikan kepada untuk
fakir-miskin.
Bolehkah orang yang ber-Qurban memakan
daging Qurbannya ? Boleh.
Lihat Surat
Al Hajj ayat 28 :
لِّيَشۡهَدُواْ مَنَـٰفِعَ لَهُمۡ وَيَذۡڪُرُواْ ٱسۡمَ
ٱللَّهِ فِىٓ أَيَّامٍ۬ مَّعۡلُومَـٰتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ
ٱلۡأَنۡعَـٰمِۖ فَكُلُواْ مِنۡہَا وَأَطۡعِمُواْ ٱلۡبَآٮِٕسَ ٱلۡفَقِيرَ (٢٨)
Supaya
mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama
Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan
kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan
(sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA, ASYAHDU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATRUBU ILAIK.
Wassalamu‘alikum
warohmatullahi wabarokatuh.
No comments:
Post a Comment