Translate

Tuesday, October 27, 2015

Sifat Ar Rahman Allah Swt. (Bahasan ke-6), oleh : Ustadz Hendri Tanjung, Ph.D.



  PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM


   Sifat Ar Rahman Allah Swt.
   (Bahasan ke-6)

   Ustadz Hendri Tanjung, Ph.D.

   Jum’at,  3 Muharram 1436H – 16 Oktober 2015
 
Assalamu’alaikum wr.wb.

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Bahasan Sifat Ar Rahman dari Allah subhanahu wata’ala kali ini adalah bahasan ke-6.  Insya Allah bahasan akan dilakukan setidaknya sampai 10 tahapan, bahkan mungkin lebih dari itu.  Risalah bahasan itu akan kami kumpulkan sehingga menjadi semacam buku kecil dengan judul : Kecerdasan Rahmani.

Bahasan kali ini adalah tentang Sifat Ar Rahman Allah subhanahu wata’ala yang tersebut dalam AlQur’an Surat Al Mulk. Surat tersebut merupakan Surat yang disunnahkan bagi kita umat Islam untuk dibaca ketika menjelang tidur malam. Maka banyak di antara kaum muslimin yang hafal akan Surat tersebut, karena setiap malam melazimkan membacanya.  Dengan mengamalkan membaca Surat tersebut secara istiqomah, insya Allah kita akan banyak mendapatkan banyak fadhilah yang luar-biasa.

 Kalimat Ar Rahman  dalam Surat Al Mulk  ayat  30, 19, 20 dan 29 – 30.  
Surat Al Mulk ayat 3 :

ٱلَّذِى خَلَقَ سَبۡعَ سَمَـٰوَٲتٍ۬ طِبَاقً۬ا‌ۖ مَّا تَرَىٰ فِى خَلۡقِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ مِن تَفَـٰوُتٍ۬‌ۖ فَٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ هَلۡ تَرَىٰ مِن فُطُورٍ۬ (٣)

Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?

Ayat tersebut menunjukkan bukti Sifat Ar Rahman Allah subhanahu wata’ala, dimana Allah menciptakan tujuh lapis langit dengan sempurna. Ketika ayat tersebut di turunkan,  masyarakat Mekkah ketika itu (15 abad yang lalu) belum bisa membayangkan seperti apa lapisan langit tersebut.  Karena ilmu pengetahuan manusia di muka bumi belum sampai ke tingkat seperti sekarang.

Tetapi saat ini sudah bisa terjawab, bagaimana dan seperti apa tujuh lapis langit itu. Karena sudah diketahui dan ditemukan oleh para ahli bahwa bumi inipun berlapis-lapis.  Bahkan kita saksikan bahwa alam semesta ini adalah berlapis-lapis (bertingkat-tingkat). Dengan perkembangan ilmu pengetahuan apa yang disebutkan dalam AlQur’an tentang alam semesta,  saat ini sudah bisa terjawab.

Bila kita cermati tentang fenomena alam semesta, Allah subhanahu wata’ala tidak hanya menciptakan lapisan-lapisan langit, tetapi Allah juga mengembangkan isi langit alam semesta.  Bisa kita lihat misalnya, yang langit yang dahulunya kecil, ternyata sekarang berkembang lebih luas.

Lihat Surat Adz Dzariyat ayat 47  Allah subhanahu wata’ala berfirman :

وَٱلسَّمَآءَ بَنَيۡنَـٰهَا بِأَيۡيْدٍ۬ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ (٤٧)

Dan langit itu Kami(Allah) bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.

Ayat tersebut menunjukkan bahwa semula langit itu kecil, lalu oleh Allah subhanahu wata’ala diluaskan lagi, dikembangkan. Dan oleh para ahli fisika ditemukan dengan teori Big Bang. Sebelum Big Bang (ledakan yang besar) tidak ada benda apapun. Tidak ada materi, tidak ruang dan waktu. 

Bila para ahli fisika itu ditanya, kapan dimulai adanya kehidupan, mereka akan menjawab : Setelah Big Bang (setelah terjadi ledakan dahsyat). Bila ditanyakan kapan terjadinya, tidak ada yang bisa menjawab. Karena adanya materi, ruang dan waktu terjadi setelah Big Bang. Sebelum Big Bang, bagaimana dan seperti apa alam semesta itu ? Tidak ada yang tahu. Karena ketika manusia pertama (Adam) diciptakan bumi sudah ada.

Bagaimana proses bumi terjadi, itulah yang kemudian dicoba untuk ditemukan oleh para ahli fisika.  Ternyata temuan mereka luar-biasa. Yaitu diciptakan alam semesta ini kira-kira 12 milyar tahun lalu.   Kalau-lah langit dan alam semesta ini umurnya sudah 12 milyar tahun, lalu akan berapa milyar tahun lagi umurnya ?  Kalau kita umpamakan hal sama, yaitu umur  langit (galaksi) ini 12 milyar tahun, maka alam semesta yang asalnya dari The Big Bang, maka ia akan hancur dalam waktu 12 milyar tahun lagi. Lalu kapan Kiamat ? Wallahu a’lam.

Maka kita manusia ini tidak usah berfikir atau bertanya-tanya kapan Kiamat.  Yang penting kita siapkan diri kita untuk menghadapi Kiamat itu. Peristiwa Kiamat sudah digambarkan oleh Allah subhanahu wata’ala dalam AlQur’an, antara lain bahwa ketika Hari Kiamat terjadi, maka orang sudah tidak lagi kenal dengan anaknya dan anak tidak kenal lagi dengan orangtuanya, dengan saudara-saudaranya, dan seterusnya.  
 Lihat Surat Al ‘Abasa  ayat 33 – 37 :
فَإِذَا جَآءَتِ ٱلصَّآخَّةُ (٣٣) يَوۡمَ يَفِرُّ ٱلۡمَرۡءُ مِنۡ أَخِيهِ (٣٤) وَأُمِّهِۦ وَأَبِيهِ (٣٥) وَصَـٰحِبَتِهِۦ وَبَنِيهِ (٣٦) لِكُلِّ ٱمۡرِىٍٕ۬ مِّنۡہُمۡ يَوۡمَٮِٕذٍ۬ شَأۡنٌ۬ يُغۡنِيهِ (٣٧)

33. Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua),
(Terjadi Kiamat).

34. Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,

35. Dari ibu dan bapaknya,

36. Dari istri dan anak-anaknya.

37.Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.

Kiamat terjadi sangat luar-biasa, yaitu terjadi proses kehancuran Alam Semesta ini. Tetapi ingatlah, demikian pula ketika kejadian awal (terbentuknya) Alam Semesta ini.  Selama ini kita bicarakan hanya tentang proses kehancuran alam semesta (Kiamat), pernahkah kita bicara tentang proses pembentukan alam semesta ini ?

Lihat Surat Adz Dzariat  ayat 47 :
وَٱلسَّمَآءَ بَنَيۡنَـٰهَا بِأَيۡيْدٍ۬ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ (٤٧)

Dan langit itu Kami(Allah) bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.

Demikian itu merupakan bukti betapa luasnya Rahmat Allah subhanahu wata’ala kepada manusia, dimana diciptakan bumi ini dengan sempurna, sehingga kita manusia tidak menemui kesulitan hidup di dalamnya. Dan itu tidak kita temukan di planet lain, demikian banyak planet di alam semesta ini, di bumi-lah yang paling pas untuk ditempati manusia. Subhanallah.

Sebagaimana disebutkan dalam ayat 3 Surat Al Mulk  di atas : Bahwa susunan alam semesta ini  tidak ada yang tidak seimbang pada ciptaan Allah subhanahu wata’ala. Bahwa ketika Allah luaskan alam semesta ini, masih dalam keseimbangan.

Surat Al Mulk ayat 19 :

أَوَلَمۡ يَرَوۡاْ إِلَى ٱلطَّيۡرِ فَوۡقَهُمۡ صَـٰٓفَّـٰتٍ۬ وَيَقۡبِضۡنَ‌ۚ مَا يُمۡسِكُهُنَّ إِلَّا ٱلرَّحۡمَـٰنُ‌ۚ إِنَّهُ ۥ بِكُلِّ شَىۡءِۭ بَصِيرٌ (١٩)

Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? tidak ada yang menahannya (di udara) selain yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha melihat segala sesuatu.

Kita perhatikan setiap hari, setiap saat, burung-burung itu terbang di angkasa, tidak jatuh karena ada yang menahannya, yaitu dengan Rahmat Allah, dengan Kekuasaan Allah subhanahu wata’ala. Yaitu Allah ciptakan burung-burung itu bisa terbang, tentu dengan struktur (susunan) tubuhnya yang khusus, sehingga bisa terbang. Maknanya, dengan Rahmat Allah subhanahu wata’ala menahan burung-burung sehingga burung bisa terbang di angkasa, tidak jatuh ke bumi.

Kemudian manusia ter-lihami membuat pesawat terbang, adalah dari burung. Maka setiap peawat terbang pasti ada sayapnya, karena sudah merupakan Sunatullah bahwa untuk terbang harus ada sayap. Allah subhanahu wata’ala dengan Rahmat-Nya membuat sayap burung demikian kuatnya dibandingkan dengan tubuhnya, dan dengan gerakan yang cepat, sehingga bisa terbang.  
Demikian pula pesawat terbang, dengan sayapnya kemudian digerakkan bisa bergerak (berjalan) dengan cepat sehingga bisa terbang.

Allah subhanahu wata’ala membentuk tubuh burung demikian rupa, sehingga di atas (pungung) badan burung tidak ada sesuatu, tampak rata,  semua beban (perut) burung berada dibawah sayapnya. Maka demikian pula pesawat terbang, si pembuat pesawat  juga tahu bahwa semua beban yang diangkut oleh pesawat semua ada dibawah sayap pesawat.

Para ahli biologi menerangkan tentang susunan tubuh burung, bahwa mempunyai susunan tulang yang halus, kuat dan ringan. Dalam tubuh burung, tulang yang paling besar adalah tulang dada dan tulang bahunya.  Burung juga mempunyai susunan otot yang kuat yang mampu menggerakkan sayapnya dengan baik.
Itulah yang meng-ilhami manusia untuk membuat pesawat terbang, sayapnya dibikin kokoh.

Dari kecepataannya, semakin cepat gerakan burung, maka akan semakin tinggi terbangnya.  Demikian juga pesawat,  untuk terbang harus punya kecepatan gerak, sehingga ia  bisa terbang.  Semakin tinggi kecepatannya, maka akan semakin tinggi pula terbangnya. Maka dibuatlah alat angkut pesawat terbang, dengan kecepatan tertentu, maka pesawat itu bisa terbang mengarungi angkasa. Tentu dengan ukuran berat beban yang terbatas.

Ayat 19 Surat Al Mulk di atas, merupakan bukti betapa Allah subhanahu wata’ala sayangnya kepada manusia, diberikan hikmah contoh burung yang dengan Rahmat-Nya bisa terbang, tanpa ada yang menahannya, tidak jatuh ke bumi. Dengan hikmah burung, maka meng-ilhami manusia untuk bisa membuat pesawat terbang.  

Sehingga perjalanan manusia di muka bumi ini menjadi cepat sekali.  Kalau zaman dahulu perjalanan dari Indonesia ke Mekkah (waktu Haji) bisa berbulan-bulan dengan kapal-laut, tetapi sekarang cukup hanya setengah hari (10 jam) dengan pesawat terbang. Tentu yang demikian itu akan menambah Iman kita kepada Allah subhanahu wata’ala.

Demikian pula ketika seseorang punya hobby travelling (suka bepergian, wisata), bila ia seorang beriman, maka akan bertambah imannya ketika ia melihat alam-semesta beserta isinya, ciptaan Allah. Betapa indahnya Rahmat Allah subhanahu wata’ala.

Surat Al Mulk ayat 20 :
أَمَّنۡ هَـٰذَا ٱلَّذِى هُوَ جُندٌ۬ لَّكُمۡ يَنصُرُكُم مِّن دُونِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ‌ۚ إِنِ ٱلۡكَـٰفِرُونَ إِلَّا فِى غُرُورٍ (٢٠)

Atau siapakah Dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain daripada Allah yang Maha Pemurah? orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu.

Ayat tersebut menunjukkan betapa Allah Yang Maha Rahman (Pemurah) membela kaum muslimin dari serangan kaum kafir.  Maka sebagai orang Islam, jangan takut kita mengatakan sebagai Muslim. Jangan takut menunjukkan identitas bahwa kita adalah muslim. Katakan : Saksikan,  kami adalah Muslim. Karena Allah subhanahu wata’ala akan membela orang-orang muslim daripada orang kafir.

Bukti Sifat Rahman (kesayangan) Allah subhanahu wata’ala  dengan membela kaum muslimin daripada orang kafir, adalah karena Allah sangat sayang kepada kebenaran.  Maknanya, kita sebagai orang beriman harus berpihak kepada  kebenaran.  Antara kebenaran dan kebatilahn, kita tidak bisa di tengah-tengah, netral, tidak bisa. Meskipun kadang ber-resiko.

Kita harus berpihak kepada kebenaran, apapun yang yang terjadi. Yakinlah, Allah pasti akan membela kita. Allah akan membela kaum muslimin daripada orang kafir, ketika kaum muslimin mengatakan tegas dengan keimanannya dan tidak suka dengan kekufuran.  

Secara spesifik dalam ayat tersebut:  Allah yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu (Allah akan membela orang yang berperang melawan orang kafir).   Di Indonesia memang belum sampai tahap peperangan, tetapi saat ini bisa kita lihat muslim di Syiria, Palestina, di Myanmar, mereka dibantai oleh penguasa yang kafir. Mereka  masih harus berjuang bertaruh nyawa.

Surat Al Mulk ayat 29 – 30 :

قُلۡ هُوَ ٱلرَّحۡمَـٰنُ ءَامَنَّا بِهِۦ وَعَلَيۡهِ تَوَكَّلۡنَا‌ۖ فَسَتَعۡلَمُونَ مَنۡ هُوَ فِى ضَلَـٰلٍ۬ مُّبِينٍ۬ (٢٩) قُلۡ أَرَءَيۡتُمۡ إِنۡ أَصۡبَحَ مَآؤُكُمۡ غَوۡرً۬ا فَمَن يَأۡتِيكُم بِمَآءٍ۬ مَّعِينِۭ (٣٠)

29. Katakanla (Muhammad): "Dia-lah Allah yang Maha Penyayang Kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah Kami bertawakkal. kelak kamu akan mengetahui siapakah yang berada dalam kesesatan yang nyata".

30. Katakanlah (Muhammad): "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering.  maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?".

Bahwa bukti ke-Rahmanan Allah subhanahu wata’ala, adalah Allah subhanahu wata’ala memberi air yang mengalir.  Air merupakan sumber kehidupan. Orang boleh hidup dalam keadaan lapar, tetapi tanpa air orang tidak akan bisa hidup.

Ditempat-tempat yang banyak air, biasanya terdapat banyak hutan.  Air hujan disimpan dalam lembah hutan dan air disimpan, lalu mengalir melalui sungai-sungai.  Sedangkan di Timur Tengah (Arab Saudi) kalau ada air hujan, tidak ada hutan untuk menyimpan air hujan itu.  Bila ada hujan, air langsung masuk ke dalam pasir, langsung habis.  Maka di Arab Saudi air sangat sulit di dapat.         

Ketika zaman Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, beliau diperintah oleh Allah subhanahu wata’ala untuk membawa Hajar dan Ismail menuju ke lembah Bakkah (Mekkah).
Maka pergilah Nabi Ibrahim dan Hajar (isterinya) serta putranya yang masih bayi dari Falistin (sekarang Palestina) menuju ke Makkah sebuah lembah yang kering-kerontang,  gersang, tidak ada air sedikitpun. Setelah istirahat beberapa saat, kemudian Nabi Ibrahim ‘alaihisalam pergi lagi, kembali ke Falistin, meninggalkan isteri dan anaknya adi lembah Bakkah (Makkah).

Ketika Hajar bertanya, kenapa suaminya (Nabi Ibrahim a.s.) pergi meninggalkannya, tidak dijawab. Beliau tetap melangkah meninggalkan isteri dan anaknya. Ketika ditanya lagi, kenapa beliau meninggalkannya, tidak dijawab juga.  Sampai akhirnya Hajar bertanya terakhir kalinya :  “Apakah ini kehendak Allah ?”   Nabi Ibnrahim a.s. membalikkan badan mengadap ke arah  isterinya (Hajar) lalu menjawab : “Iya”. Kemudian meneruskan perjalanan,  meninggalkan isteri dan anaknya (Ismail) di lembah Bakkah (Makkah), yang ketika itu tidak ada air sama sekali,  yang ada hanya batu-batu dan tanah kering, panas, tidak ada tumbuhan sama sekali.

Kenapa ketika itu Nabi Ibrahim a.s. diam (tidak banyak bicara)?.  Karena sebagai seorang ayah yang sangat mencintai isteri dan anaknya, tiba-tiba diperintah oleh Allah subhanahu wata’ala untuk meninggalkan isteri dan anaknya di lembah yang gersang, tidak ada air, dan hanya membawa bekal makan-minum seadanya, betapa sedihnya.  Beliau di suruh memilih antara taat memenuhi perintah Allah ataukah tetap menyayangi isteri dan anaknya.

Tetapi beliau memilih taat kepada perintah Allah, yaitu dengan perasaan yang sedih, meninggalkan mereka (iteri dan anaknya yang masih bayi) di lembah Bakkah tanpa ada persediaan makan-minum.  Maka Nabi Ibrahim a.s. tidak kuasa untuk berkata-kata kepada isteri dan anaknya. Beliau mundur dan melangkahkan  kakinya pergi kembali ke Falistin, tanpa kata sepatahpun. Maka ketika ditanya oleh Hajar, apakah ini kehendak Allah,   beliau tidak bisa menjawab, kecuali hanya perkataan : “Iya”. Kemudian pergi.

Hajar membalikkan badan, menundukkan kepalanya sambil menuju tempat anaknya (Ismail) diletakkan di lembah Bakkah itu, sambil berkata : “Kalau ini perintah Allah, maka akupun taat.  Biarlah aku tinggal di lembah ini apapun yang terjadi”. Demikianlah tingkat keimanan seorang perempuan yang luar-biasa, melaksanakan perintah Allah subhanahu wata’ala, tanpa memikirkan resiko apa yang akan terjadi.  

Maka hendaknya yang demikian itu bisa dicontoh dan tauladani oleh para isteri zaman sekarang. Sebagaimana sifat Hajar, yang tidak tergantung kepada suami, melainkan sepenuhnya tergantung kepada Allah subhanahu wata’ala.  Kalau itu sudah perintah Allah, maka beliau jalani, apapun yang terjadi, pasti Allah subhanahu wata’ala akan menolongnya. Dan selanjutnya Hajar “menorehkan” suatu kisah tentang terbentuknya masyarakat baru di Makkah (Lembah Bakkah), sampai sekarang (saat ini) dengan adanya air dari sumur Zamzam. Kalau tidak ada air Zamzam, tidak ada kota Mekkah sampai sekarang.

Kembali kepada air, dimana air itu tercipta (sebagaimana Surat Al Mulk ayat 30).
Dimana air tercipta, mengalir dari dataran tinggi (gunung) mengalir ke arah yang lebih rendah akhirnya sampai ke laut.  Air dari laut menguap, sampai di langit (udara) dibawa oleh awan ke arah gunung, diturunkan sebagai air hujan.  Allah subhanahu wata’ala yang membuat proses demikian, ada proses ke-ilmuan yang luar biasa. Yaitu proses penciptaan hujan, air, dst.  Allah Maha Maha Kuasa untuk menciptakan itu semua.

Bahkan ada air yang mengalir di bawah tanah (Sungai bawah tanah),
Lihat Surat Maryam ayat 24 :
فَنَادَٮٰهَا مِن تَحۡتِہَآ أَلَّا تَحۡزَنِى قَدۡ جَعَلَ رَبُّكِ تَحۡتَكِ سَرِيًّ۬ا (٢٤)

Maka dia (Jibril) menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu”.

Maknanya, ada sungai yang mengalir di bawah tanah, misalnya di daerah Gunungkidul. Dan juga banyak lagi di lain tempat.

Kesimpulan :

1.     Ada keseimbangan di alam semesta, pada makhluk hidup, yang merupakan Sifat Rahman Allah (Maha Pengasih dan penyayang) kepada manusia.

2.     Keberpihakan Allah subhanahu wata’ala kepada orang beriman, merupakan keputusan-Nya kepada Kebenaran. Hidup ini memilih, yaitu memilih kepada Kebenaran, dan bila bekerja, adalah bekerja yang sesuai dengan Kehendak Allah subhanahu wata’ala.

3.     Karunia Allah subhanahu wata’ala berupa air, merupakan sumber kehidupan adalah bukti Maha Kasih-sayang-Nya  kepada manusia.

Sekian bahasan tentang Sifat Ar Rahman Allah subhanahu wata’ala kepada manusia dalam Surat Al Mulk. Mudah-mudahan bermanfaat.

SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                ___________               

No comments:

Post a Comment