PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Sifat Ar Rahman Allah Swt.
(Bahasan ke-6)
Ustadz Hendri Tanjung, Ph.D.
Jum’at, 3 Muharram 1436H – 16 Oktober 2015
Assalamu’alaikum
wr.wb.
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Bahasan Sifat Ar Rahman dari Allah subhanahu
wata’ala kali ini adalah bahasan ke-6.
Insya Allah bahasan akan dilakukan setidaknya sampai 10 tahapan, bahkan
mungkin lebih dari itu. Risalah bahasan
itu akan kami kumpulkan sehingga menjadi semacam buku kecil dengan judul : Kecerdasan Rahmani.
Bahasan kali ini adalah tentang Sifat Ar
Rahman Allah subhanahu wata’ala yang
tersebut dalam AlQur’an Surat Al Mulk. Surat tersebut merupakan Surat yang disunnahkan bagi kita umat Islam untuk
dibaca ketika menjelang tidur malam. Maka banyak di antara kaum muslimin yang
hafal akan Surat tersebut, karena setiap malam melazimkan membacanya. Dengan mengamalkan membaca Surat tersebut
secara istiqomah, insya Allah kita
akan banyak mendapatkan banyak fadhilah yang
luar-biasa.
Kalimat Ar Rahman dalam Surat Al
Mulk ayat 30, 19, 20 dan 29 – 30.
Surat
Al Mulk ayat 3 :
ٱلَّذِى خَلَقَ سَبۡعَ سَمَـٰوَٲتٍ۬ طِبَاقً۬اۖ مَّا
تَرَىٰ فِى خَلۡقِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ مِن تَفَـٰوُتٍ۬ۖ فَٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ هَلۡ
تَرَىٰ مِن فُطُورٍ۬ (٣)
Yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Ayat tersebut menunjukkan bukti Sifat Ar Rahman Allah subhanahu wata’ala, dimana Allah menciptakan
tujuh lapis langit dengan sempurna. Ketika ayat tersebut di turunkan, masyarakat Mekkah ketika itu (15 abad yang
lalu) belum bisa membayangkan seperti apa lapisan langit tersebut. Karena ilmu pengetahuan manusia di muka bumi
belum sampai ke tingkat seperti sekarang.
Tetapi saat ini sudah bisa terjawab,
bagaimana dan seperti apa tujuh lapis langit itu. Karena sudah diketahui dan
ditemukan oleh para ahli bahwa bumi inipun berlapis-lapis. Bahkan kita saksikan bahwa alam semesta ini
adalah berlapis-lapis (bertingkat-tingkat). Dengan perkembangan ilmu
pengetahuan apa yang disebutkan dalam AlQur’an tentang alam semesta, saat ini sudah bisa terjawab.
Bila kita cermati tentang fenomena alam
semesta, Allah subhanahu wata’ala
tidak hanya menciptakan lapisan-lapisan langit, tetapi Allah juga mengembangkan
isi langit alam semesta. Bisa kita lihat
misalnya, yang langit yang dahulunya kecil, ternyata sekarang berkembang lebih
luas.
Lihat Surat
Adz Dzariyat ayat 47 Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَٱلسَّمَآءَ
بَنَيۡنَـٰهَا بِأَيۡيْدٍ۬ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ (٤٧)
Dan
langit itu Kami(Allah) bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar meluaskannya.
Ayat tersebut menunjukkan bahwa semula
langit itu kecil, lalu oleh Allah subhanahu
wata’ala diluaskan lagi, dikembangkan. Dan oleh para ahli fisika ditemukan
dengan teori Big Bang. Sebelum Big
Bang (ledakan yang besar) tidak ada benda apapun. Tidak ada materi, tidak ruang
dan waktu.
Bila para ahli fisika itu ditanya, kapan
dimulai adanya kehidupan, mereka akan menjawab : Setelah Big Bang (setelah terjadi ledakan dahsyat). Bila ditanyakan kapan terjadinya, tidak ada yang bisa menjawab. Karena
adanya materi, ruang dan waktu terjadi setelah Big Bang. Sebelum Big Bang,
bagaimana dan seperti apa alam semesta itu ? Tidak ada yang tahu. Karena ketika
manusia pertama (Adam) diciptakan bumi sudah ada.
Bagaimana proses bumi terjadi, itulah yang
kemudian dicoba untuk ditemukan oleh para ahli fisika. Ternyata temuan mereka luar-biasa. Yaitu
diciptakan alam semesta ini kira-kira 12 milyar tahun lalu. Kalau-lah langit dan alam semesta ini umurnya
sudah 12 milyar tahun, lalu akan berapa milyar tahun lagi umurnya ? Kalau kita umpamakan hal sama, yaitu umur langit (galaksi) ini 12 milyar tahun, maka
alam semesta yang asalnya dari The Big
Bang, maka ia akan hancur dalam waktu 12 milyar tahun lagi. Lalu kapan
Kiamat ? Wallahu a’lam.
Maka kita manusia ini tidak usah berfikir
atau bertanya-tanya kapan Kiamat. Yang
penting kita siapkan diri kita untuk menghadapi Kiamat itu. Peristiwa Kiamat
sudah digambarkan oleh Allah subhanahu
wata’ala dalam AlQur’an, antara lain bahwa ketika Hari Kiamat terjadi, maka orang sudah tidak lagi kenal dengan
anaknya dan anak tidak kenal lagi dengan orangtuanya, dengan saudara-saudaranya,
dan seterusnya.
Lihat Surat
Al ‘Abasa ayat 33 – 37 :
فَإِذَا
جَآءَتِ ٱلصَّآخَّةُ (٣٣) يَوۡمَ يَفِرُّ ٱلۡمَرۡءُ مِنۡ أَخِيهِ (٣٤) وَأُمِّهِۦ
وَأَبِيهِ (٣٥) وَصَـٰحِبَتِهِۦ وَبَنِيهِ (٣٦) لِكُلِّ ٱمۡرِىٍٕ۬ مِّنۡہُمۡ
يَوۡمَٮِٕذٍ۬ شَأۡنٌ۬ يُغۡنِيهِ (٣٧)
33.
Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua),
(Terjadi
Kiamat).
34.
Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,
35.
Dari ibu dan bapaknya,
36.
Dari istri dan anak-anaknya.
37.Setiap
orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.
Kiamat
terjadi
sangat luar-biasa, yaitu terjadi proses kehancuran Alam Semesta ini. Tetapi
ingatlah, demikian pula ketika kejadian awal (terbentuknya) Alam Semesta
ini. Selama ini kita bicarakan hanya
tentang proses kehancuran alam semesta (Kiamat), pernahkah kita bicara tentang
proses pembentukan alam semesta ini ?
Lihat Surat Adz Dzariat ayat 47 :
وَٱلسَّمَآءَ
بَنَيۡنَـٰهَا بِأَيۡيْدٍ۬ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ (٤٧)
Dan
langit itu Kami(Allah) bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.
Demikian itu merupakan bukti betapa
luasnya Rahmat Allah subhanahu wata’ala kepada manusia,
dimana diciptakan bumi ini dengan sempurna, sehingga kita manusia tidak menemui
kesulitan hidup di dalamnya. Dan itu tidak kita temukan di planet lain,
demikian banyak planet di alam semesta ini, di bumi-lah yang paling pas untuk ditempati manusia. Subhanallah.
Sebagaimana disebutkan dalam ayat 3 Surat
Al Mulk di atas : Bahwa susunan alam semesta ini
tidak ada yang tidak seimbang pada ciptaan Allah subhanahu wata’ala. Bahwa ketika Allah
luaskan alam semesta ini, masih dalam keseimbangan.
Surat
Al Mulk ayat 19 :
أَوَلَمۡ
يَرَوۡاْ إِلَى ٱلطَّيۡرِ فَوۡقَهُمۡ صَـٰٓفَّـٰتٍ۬ وَيَقۡبِضۡنَۚ مَا
يُمۡسِكُهُنَّ إِلَّا ٱلرَّحۡمَـٰنُۚ إِنَّهُ ۥ بِكُلِّ شَىۡءِۭ بَصِيرٌ (١٩)
Dan
apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung
yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? tidak ada yang
menahannya (di udara) selain yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha melihat
segala sesuatu.
Kita perhatikan setiap hari, setiap saat,
burung-burung itu terbang di angkasa, tidak jatuh karena ada yang menahannya,
yaitu dengan Rahmat Allah, dengan
Kekuasaan Allah subhanahu wata’ala.
Yaitu Allah ciptakan burung-burung itu bisa terbang, tentu dengan struktur
(susunan) tubuhnya yang khusus, sehingga bisa terbang. Maknanya, dengan Rahmat Allah subhanahu wata’ala menahan burung-burung sehingga burung bisa
terbang di angkasa, tidak jatuh ke bumi.
Kemudian manusia ter-lihami membuat
pesawat terbang, adalah dari burung. Maka setiap peawat terbang pasti ada
sayapnya, karena sudah merupakan Sunatullah bahwa untuk terbang harus
ada sayap. Allah subhanahu wata’ala
dengan Rahmat-Nya membuat sayap
burung demikian kuatnya dibandingkan dengan tubuhnya, dan dengan gerakan yang
cepat, sehingga bisa terbang.
Demikian pula pesawat terbang, dengan
sayapnya kemudian digerakkan bisa bergerak (berjalan) dengan cepat sehingga
bisa terbang.
Allah subhanahu
wata’ala membentuk tubuh burung demikian rupa, sehingga di atas (pungung)
badan burung tidak ada sesuatu, tampak rata,
semua beban (perut) burung berada dibawah sayapnya. Maka demikian pula
pesawat terbang, si pembuat pesawat juga
tahu bahwa semua beban yang diangkut oleh pesawat semua ada dibawah sayap
pesawat.
Para ahli biologi menerangkan tentang
susunan tubuh burung, bahwa mempunyai susunan tulang yang halus, kuat dan
ringan. Dalam tubuh burung, tulang yang paling besar adalah tulang dada dan
tulang bahunya. Burung juga mempunyai
susunan otot yang kuat yang mampu menggerakkan sayapnya dengan baik.
Itulah yang meng-ilhami manusia untuk
membuat pesawat terbang, sayapnya dibikin kokoh.
Dari kecepataannya, semakin cepat gerakan
burung, maka akan semakin tinggi terbangnya.
Demikian juga pesawat, untuk
terbang harus punya kecepatan gerak, sehingga ia bisa terbang.
Semakin tinggi kecepatannya, maka akan semakin tinggi pula terbangnya. Maka
dibuatlah alat angkut pesawat terbang, dengan kecepatan tertentu, maka pesawat
itu bisa terbang mengarungi angkasa. Tentu dengan ukuran berat beban yang
terbatas.
Ayat
19 Surat Al Mulk
di atas, merupakan bukti betapa Allah subhanahu
wata’ala sayangnya kepada manusia, diberikan hikmah contoh burung yang
dengan Rahmat-Nya bisa terbang,
tanpa ada yang menahannya, tidak jatuh ke bumi. Dengan hikmah burung, maka
meng-ilhami manusia untuk bisa membuat pesawat terbang.
Sehingga perjalanan manusia di muka bumi
ini menjadi cepat sekali. Kalau zaman
dahulu perjalanan dari Indonesia ke Mekkah (waktu Haji) bisa berbulan-bulan
dengan kapal-laut, tetapi sekarang cukup hanya setengah hari (10 jam) dengan
pesawat terbang. Tentu yang demikian itu akan menambah Iman kita kepada Allah subhanahu
wata’ala.
Demikian pula ketika seseorang punya hobby travelling (suka bepergian,
wisata), bila ia seorang beriman, maka akan bertambah imannya ketika ia melihat
alam-semesta beserta isinya, ciptaan Allah. Betapa indahnya Rahmat Allah subhanahu wata’ala.
Surat
Al Mulk ayat 20 :
أَمَّنۡ
هَـٰذَا ٱلَّذِى هُوَ جُندٌ۬ لَّكُمۡ يَنصُرُكُم مِّن دُونِ ٱلرَّحۡمَـٰنِۚ إِنِ
ٱلۡكَـٰفِرُونَ إِلَّا فِى غُرُورٍ (٢٠)
Atau
siapakah Dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain daripada
Allah yang Maha Pemurah? orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam
(keadaan) tertipu.
Ayat tersebut menunjukkan betapa Allah
Yang Maha Rahman (Pemurah) membela kaum muslimin dari serangan kaum kafir. Maka sebagai orang Islam, jangan takut kita
mengatakan sebagai Muslim. Jangan takut menunjukkan identitas bahwa kita adalah
muslim. Katakan : Saksikan, kami adalah Muslim.
Karena Allah subhanahu wata’ala akan
membela orang-orang muslim daripada orang kafir.
Bukti Sifat Rahman (kesayangan) Allah subhanahu wata’ala dengan membela kaum muslimin daripada orang
kafir, adalah karena Allah sangat sayang kepada kebenaran. Maknanya, kita
sebagai orang beriman harus berpihak kepada
kebenaran. Antara kebenaran dan
kebatilahn, kita tidak bisa di tengah-tengah, netral, tidak bisa. Meskipun kadang ber-resiko.
Kita harus berpihak kepada kebenaran,
apapun yang yang terjadi. Yakinlah, Allah pasti akan membela kita. Allah akan
membela kaum muslimin daripada orang kafir, ketika kaum muslimin mengatakan
tegas dengan keimanannya dan tidak suka dengan kekufuran.
Secara spesifik dalam ayat tersebut: Allah
yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu (Allah akan membela orang
yang berperang melawan orang kafir). Di
Indonesia memang belum sampai tahap peperangan, tetapi saat ini bisa kita lihat
muslim di Syiria, Palestina, di Myanmar, mereka dibantai oleh penguasa yang
kafir. Mereka masih harus berjuang
bertaruh nyawa.
Surat
Al Mulk ayat 29 – 30 :
قُلۡ
هُوَ ٱلرَّحۡمَـٰنُ ءَامَنَّا بِهِۦ وَعَلَيۡهِ تَوَكَّلۡنَاۖ فَسَتَعۡلَمُونَ
مَنۡ هُوَ فِى ضَلَـٰلٍ۬ مُّبِينٍ۬ (٢٩) قُلۡ أَرَءَيۡتُمۡ إِنۡ أَصۡبَحَ مَآؤُكُمۡ
غَوۡرً۬ا فَمَن يَأۡتِيكُم بِمَآءٍ۬ مَّعِينِۭ (٣٠)
29.
Katakanla (Muhammad): "Dia-lah Allah yang Maha Penyayang Kami beriman
kepada-Nya dan kepada-Nya-lah Kami bertawakkal. kelak kamu akan mengetahui
siapakah yang berada dalam kesesatan yang nyata".
30.
Katakanlah (Muhammad): "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi
kering. maka siapakah yang akan
mendatangkan air yang mengalir bagimu?".
Bahwa bukti ke-Rahmanan Allah subhanahu wata’ala, adalah Allah subhanahu wata’ala memberi air yang mengalir. Air merupakan sumber kehidupan. Orang
boleh hidup dalam keadaan lapar, tetapi tanpa air orang tidak akan bisa hidup.
Ditempat-tempat yang banyak air, biasanya
terdapat banyak hutan. Air hujan
disimpan dalam lembah hutan dan air disimpan, lalu mengalir melalui
sungai-sungai. Sedangkan di Timur Tengah
(Arab Saudi) kalau ada air hujan, tidak ada hutan untuk menyimpan air hujan
itu. Bila ada hujan, air langsung masuk
ke dalam pasir, langsung habis. Maka di
Arab Saudi air sangat sulit di dapat.
Ketika zaman Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, beliau diperintah oleh
Allah subhanahu wata’ala untuk
membawa Hajar dan Ismail menuju ke lembah Bakkah (Mekkah).
Maka pergilah Nabi Ibrahim dan Hajar
(isterinya) serta putranya yang masih bayi dari Falistin (sekarang Palestina) menuju ke Makkah sebuah lembah yang
kering-kerontang, gersang, tidak ada air
sedikitpun. Setelah istirahat beberapa saat, kemudian Nabi Ibrahim ‘alaihisalam pergi lagi, kembali ke
Falistin, meninggalkan isteri dan anaknya adi lembah Bakkah (Makkah).
Ketika Hajar bertanya, kenapa suaminya
(Nabi Ibrahim a.s.) pergi meninggalkannya, tidak dijawab. Beliau tetap
melangkah meninggalkan isteri dan anaknya. Ketika ditanya lagi, kenapa beliau
meninggalkannya, tidak dijawab juga.
Sampai akhirnya Hajar bertanya terakhir kalinya : “Apakah
ini kehendak Allah ?” Nabi Ibnrahim
a.s. membalikkan badan mengadap ke arah
isterinya (Hajar) lalu menjawab : “Iya”. Kemudian meneruskan
perjalanan, meninggalkan isteri dan
anaknya (Ismail) di lembah Bakkah (Makkah), yang ketika itu tidak ada air sama
sekali, yang ada hanya batu-batu dan
tanah kering, panas, tidak ada tumbuhan sama sekali.
Kenapa ketika itu Nabi Ibrahim a.s. diam
(tidak banyak bicara)?. Karena sebagai
seorang ayah yang sangat mencintai isteri dan anaknya, tiba-tiba diperintah
oleh Allah subhanahu wata’ala untuk
meninggalkan isteri dan anaknya di lembah yang gersang, tidak ada air, dan
hanya membawa bekal makan-minum seadanya, betapa sedihnya. Beliau di suruh memilih antara taat memenuhi
perintah Allah ataukah tetap menyayangi isteri dan anaknya.
Tetapi beliau memilih taat kepada perintah
Allah, yaitu dengan perasaan yang sedih, meninggalkan mereka (iteri dan anaknya
yang masih bayi) di lembah Bakkah tanpa ada persediaan makan-minum. Maka Nabi Ibrahim a.s. tidak kuasa untuk
berkata-kata kepada isteri dan anaknya. Beliau mundur dan melangkahkan kakinya pergi kembali ke Falistin, tanpa kata
sepatahpun. Maka ketika ditanya oleh Hajar, apakah ini kehendak Allah, beliau tidak bisa menjawab, kecuali hanya
perkataan : “Iya”. Kemudian pergi.
Hajar membalikkan
badan, menundukkan kepalanya sambil menuju tempat anaknya (Ismail) diletakkan
di lembah Bakkah itu, sambil berkata : “Kalau
ini perintah Allah, maka akupun taat.
Biarlah aku tinggal di lembah ini apapun yang terjadi”. Demikianlah
tingkat keimanan seorang perempuan yang luar-biasa, melaksanakan perintah Allah
subhanahu wata’ala, tanpa memikirkan
resiko apa yang akan terjadi.
Maka hendaknya yang demikian itu bisa
dicontoh dan tauladani oleh para isteri zaman sekarang. Sebagaimana sifat
Hajar, yang tidak tergantung kepada suami, melainkan sepenuhnya tergantung
kepada Allah subhanahu wata’ala. Kalau itu sudah perintah Allah, maka
beliau jalani, apapun yang terjadi, pasti Allah subhanahu wata’ala akan menolongnya. Dan selanjutnya Hajar
“menorehkan” suatu kisah tentang terbentuknya masyarakat baru di Makkah (Lembah
Bakkah), sampai sekarang (saat ini) dengan adanya air dari sumur Zamzam. Kalau tidak ada air Zamzam, tidak ada kota Mekkah
sampai sekarang.
Kembali kepada air, dimana air itu
tercipta (sebagaimana Surat Al Mulk ayat 30).
Dimana air tercipta, mengalir dari dataran
tinggi (gunung) mengalir ke arah yang lebih rendah akhirnya sampai ke laut. Air dari laut menguap, sampai di langit
(udara) dibawa oleh awan ke arah gunung, diturunkan sebagai air hujan. Allah subhanahu
wata’ala yang membuat proses demikian, ada proses ke-ilmuan yang luar
biasa. Yaitu proses penciptaan hujan, air, dst.
Allah Maha Maha Kuasa untuk menciptakan itu semua.
Bahkan ada air yang mengalir di bawah
tanah (Sungai bawah tanah),
Lihat
Surat Maryam ayat 24 :
فَنَادَٮٰهَا
مِن تَحۡتِہَآ أَلَّا تَحۡزَنِى قَدۡ جَعَلَ رَبُّكِ تَحۡتَكِ سَرِيًّ۬ا (٢٤)
Maka
dia (Jibril) menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih
hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu”.
Maknanya, ada sungai yang mengalir di
bawah tanah, misalnya di daerah Gunungkidul. Dan juga banyak lagi di lain
tempat.
Kesimpulan
:
1. Ada keseimbangan
di alam semesta, pada makhluk hidup, yang merupakan Sifat Rahman Allah (Maha Pengasih dan penyayang) kepada manusia.
2.
Keberpihakan Allah subhanahu
wata’ala kepada orang beriman, merupakan keputusan-Nya kepada Kebenaran. Hidup ini memilih, yaitu
memilih kepada Kebenaran, dan bila bekerja, adalah bekerja yang sesuai dengan
Kehendak Allah subhanahu wata’ala.
3. Karunia Allah subhanahu wata’ala berupa air, merupakan
sumber kehidupan adalah bukti Maha Kasih-sayang-Nya kepada manusia.
Sekian bahasan tentang Sifat Ar Rahman
Allah subhanahu wata’ala kepada
manusia dalam Surat Al Mulk.
Mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
___________
No comments:
Post a Comment