PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Kebangkitan Umat
Ustadz Abu Jundi
Jum’at, 29 Shofar
1437H – 11 Desember 2015
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Bahasan kali ini kita mencoba menggali
semangat bangkit dari keterpurukan yang saat ini sedang kita alami. Allah subhanahu
wata’ala telah memuji umat-Nya dalam AlQur’an Surat Ali Imran ayat 110 :
سُوۡرَةُ آل عِمرَان
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ
تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنڪَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ
وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡڪِتَـٰبِ لَكَانَ خَيۡرً۬ا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ
ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَڪۡثَرُهُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ (١١٠)
Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Ayat tersebut berisi pujian bagi Nabi
Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam
beserta umatnya (kaum Muslimin) ketika itu yaitu para sahabat. Maka Imam Malik bin Anas berkata :
“Tidak
mungkin umat yang dipuji oleh Allah subhanahau wata’ala itu tanpa mereka melakukaan
perbuatan-perbuatan yang luar-biasa”.
Maka kita umat Islam saat ini tidak mungkin meng-klaim (mengaku) sebagai
umat terbaik (Khaira Ummati), kalau sholat Subuh saja sering telat. Atau
malas sholat Subuh berjamaah di masjid (mushola). Apalagi orang yang sholat Subuh berjamaah di
masjid itu-itu saja, satu shaf saja tidak penuh dan kebanyakan orang-orang yang
sudah sepuh-sepuh. Itu baru perkara sholat berjamaah, belum lagi amalan-amalan
yang lain.
Ada kisah yang sering disampaikan oleh
para penceramah, yaitu satu kisah seorang petani pulang bekerja di sawah
menemukan sebutir telur, yang ukurannya agak lebih besar dibanding telur ayam
atau bebek. Si petani tidak tahu itu
telur apa, dan karena ingin tahu telur apakah itu, maka sampai di rumah petani,
telur disusupkan ke tempat seekor induk ayam yang sedang mengerami telurnya
Setelah tiba waktu menetas, ternyata ada
seekor anak ayam yang baru menetas yang bentuknya berbeda dengan anak-anak ayam
yang lain. Setelah beberapa hari kemudian tertlihat bahwa ia adalah anak burung
Elang Rajawali. Maka hiduplah seekor
anak Rajawali di komunitas ayam. Setiap
hari kerjanya sebagaimana anak-anaka ayam adalah mengorek-ngorek makanan dan
menciap-ciap.
Dan ketika ada tanda-tanda bahaya,
terutama bila ada burung elang Rajawali yang
mencari mangsa, mencari anak ayam, maka si induk ayam akan mengundang anak-anaknya berlindung
dibawah lindungan induknya, termasuk si anak Rajawali, juga ikut
berlindung. Si anak Rajawali
bertanya-tanya ada apa ini ? Kenapa harus berlindung di bawah naungan induknya
?
Ternyata bahaya datang dari langit, ada
seekor burung elang Rajawali yang dengan gagahnya ingin menyambar anak ayam dan
memakannya. Burung elang Rajawli itu terlihat gagah dan sangat ditakuti oleh
burung-burung yang lain.
Kita tahu di daerah-daerah tertentu ada
burung elang Rajawali panjang sayapnya ada yang samapi 1,5 meter. Cengkeraman (kukunya) sangat kuat, demikian
paruhnya sangat tajam, dengan mudah merobak-robek, menyayat-nyayat hewan
mangsanya. Kelinci, ular, atau anak kambing yang menjadi mangsanya
tidak lagi bisa berkutik dicengkeram oleh Rajawali yang gagah itu.
Mata burung Rajawali sangat tajam, dalam
jarak 10 mil ia bisa melihat mangsanya yang diinginkan. Si anak Rajawali yang diasuh dalam komunitas
ayam kampung, berkata : “Ibu, aku ingin seperti Rajawali itu yang gagah-perkasa”.
Si induk ayam berkata : “Nak jangan mimpi
kamu menjadi Rajawali, kita ini adalah kalangan ayam kampung”. Maka anak Rajawali yang hidup di komunitas
ayam kampung yang serba mudah mencari makan, tinggal korek-korek sedikit saja,
sudah banyak menemukan makanan. Akhirnya sampai mati anak Rajawali itu hidup
dalam komunitas ayam kampung.
Artinya,
potensi yang ada pada diri
anak Rajawali sampai menjadi dewasa tidak pernah digunakan, tidak dimanfaatkan
sampai mati. Bahkan ia tidak tahu
bagaimana terbang, sebagaimana biasanya burung Rajawali.
Seperti itulah kondisi umat Islam saat
ini. Padahal sesungguhnya kita (umat
Islam) adalah “Rajawali”, yang gagah, paruhnya tajam, cengkeramannya kuat,
disegani oleh hewan-hewan lain. Tetapi kenyataannya umat Islam saat ini adalah
rajawali-rajawali yang terprovokasi, terkontaminasi dengan tipu-daya Iblis.
Lihat AlQur’an Surat Al Hijr ayat 39 : Iblis
bersumpah kepada Allah subhanahau
wata’ala:
سُوۡرَةُ الحِجر
قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغۡوَيۡتَنِى لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمۡ
فِى ٱلۡأَرۡضِ وَلَأُغۡوِيَنَّہُمۡ أَجۡمَعِينَ (٣٩)
Iblis
berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat,
pasti aku akan menjadikan mereka(manusia) memandang baik (perbuatan ma'siat) di
muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
Ayat
40 :
رَةُ الحِجر
قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغۡوَيۡتَنِى لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمۡ
فِى ٱلۡأَرۡضِ وَلَأُغۡوِيَنَّہُمۡ أَجۡمَعِينَ (٣٩) إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡہُمُ ٱلۡمُخۡلَصِينَ
(٤٠)
Kecuali
hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka".
Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang
yang (ikhlas) yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala
petunjuk dan perintah Allah s.w.t.
Maksud ayat tersebut : Kita manusia akan
disesatkan oleh Iblis, dijadikan kita (manusia) memandang indah, bagus dan
menarik kepada kemaksiatan, kepada dunia. Kecuali orang-orang yang Ikhlas.
Iblis tidak mampu mem-provokasi kepada orang-orang yang Ikhlas, yang
telah diberi bimbingan (taufik) untuk taat kepada Allah subhanahu wata’ala.
Tetapi kebanyakan kita umat Islam
menjadikan dunia ini menjadi issu
terbesar kita. Habislah waktu,
tenaga, pikiran dan bahkan darah kita tercurah untuk dunia saja.
Padahal Allah subhanahu wata’ala telah berfirman, mengingatkan kepada kita dalam Surat Al A’laa ayat 17 : “Sedangkan kehidupan Akhirat adalah lebih
baik dan lebih kekal”. Kehidupan
kita yang sebenarnya adalah di Akhirat, bukan sekarang di dunia.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam Hadits shahih : Dibandingkan dengan Akhirat, dunia ini tidak
ada nilainya meskipun senilai sayap nyamuk. Seandainya dunia ini senilai
sebelah sayap nyamuk, pastilah Allah tidak akan memberikan kepada orang-orang
kafir itu hatta seteguk air.
Maksudnya, seandainya dunia ini ada
nilainya sebesar sayap nyamuk, maka Allah tidak akan memberikan rezki sedikitpun
kepada orang kafir meskipun hanya seteguk air.
Tetapi karena dunia ini tidak ada nilanya sama sekali, maka diberikan dunia (rezeki) ini kepada orang-orang
kafir sebanyak-banyaknya.
Lihat AlQur’an Surat At Taubah ayat 55 dan 85 :
فَلَا تُعۡجِبۡكَ أَمۡوَٲلُهُمۡ وَلَآ أَوۡلَـٰدُهُمۡۚ
إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَہُم بِہَا فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا
وَتَزۡهَقَ أَنفُسُہُمۡ وَهُمۡ كَـٰفِرُونَ (٥٥)
Maka
janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah
menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa
mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang
mereka dalam keadaan kafir.
Diulang
lagi dalam Ayat 85 :
سُوۡرَةُ التّوبَة
وَلَا تُعۡجِبۡكَ أَمۡوَٲلُهُمۡ وَأَوۡلَـٰدُهُمۡۚ
إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ أَن يُعَذِّبَہُم بِہَا فِى ٱلدُّنۡيَا وَتَزۡهَقَ
أَنفُسُہُمۡ وَهُمۡ ڪَـٰفِرُونَ (٨٥)
Dan
janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah
menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan
agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan kafir.
Itulah para manusia yang ‘Hubuddun-ya (Cinta dunia) mereka akan
diadzab ketika masih hidup di dunia dengan kemewahan dunia, lalu mencari
kesenangan di tempat maksiat, pesta-pora setiap malam di tempat hiburan malam
(Dugem). Minum minuman keras, ekstasi,
dst. Tetapi untuk bisa tidur saja sulit.
Karena sulit tidur, ketika hendak tidur harus minum obat tidur. Gaya hidup hedonism
telah merasuki kehidupan kita kaum muslimin.
Itulah virus yang telah Iblis berikan kepada kita semua, gaya hidup hedonism,
menikmati hidup di dunia ini sepuas-puasnya, padahal tidak akan menjadi puas di
dunia ini. Seperti minum air laut, semakin diminum semakin terasa haus.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam Hadits shahih : Dunia ini seperti seseorang telah memiliki
emas satu bukit Uhud, masih ingin emas satu bukit lagi, dan emas satu bukit lagi, dst. sampai
mulutnya diisi tanah.
Hidup serba mudah dengan alam yang
memanjakan kita, memang telah dijanjikan oleh Allah subhanahu wata’ala. Kita
tengok bagaimana bumi yang telah ditempat oleh orang-orang beriman, pasti
buminya akan mengeluarkan banyak rezki.
Kita lihat daerah Timur Tengah (Arab), yang buminya kering-kerontang,
ternyata tiba-tiba di balik kulit bumi mengeluarkan minyak bumi yang berlimpah.
Menghasilkan petrodollar yang luar biasa.
Tetapi akhirnya di sana manusianya-pun cenderung hidup hedonism (bermewah-mewah).
Demikian pula di negeri kita, katanya umat
Islam terbesar di dunia ini adalah di Indonesia. Tetapi saksikan, orang Islam
di negeri kita seperti apa? Dengan bumi yang subur, kekayaan yang berlimpah,
baik di dalam bumi maupun dipermukaan bumi serba subur, tetapi umat Islam
seperti burung Rajawali yang diasuh oleh ayam kampung. Seharusnya Islam
Indonesia ini adalah Rajawali penguasa dengan gagahnya di negeri
ini, ternyata hanya menjadi anak
ayam kampung, yang serba lemah dan terancam akan dimangsa (menjadi rebutan)
makhluk buas lainnya.
Itu semua disebabkan oleh karena tidak ada
lagi Ruh-Jihad di kalangan muslimin
Indonesia. Sudah hilang
ruh-jihad-nya. Kalau Ruh-Jihad sudah
menghilang, maka kehinaan yang terjadi. Dengan kehinaan itu kita umat Islam
menjadi kalah dengan umat-umat lain. Mereka
(umat lain) menguasai seluruh simpul-simpul kehidupan kita umat Islam. Karena kita umat
Islam hanya menjadi “penikmat”, tidak
mau berfikir dan tidak mau susah.
Saat ini kita umat Islam bangun tidur,
terasa haus lalu yang terbayang air minum mineral (Aqua) hasil perusahaan milik
Yahudi. Itu baru salah satu hasil produk
yang setiap hari kita konsumsi. Belum
lagi pakaian, sandal, sabun, kendaraan, AC mobil dan lain-lain.
Termasuk usaha-usaha perbankan, dan semua
cabang perekonomian di kuasai oleh umat lain (non Islam). Yang sebenarnya mereka adalah musuh-musuh
Allah subhanahu wata’ala, musuh kita
umat Islam. Kita menjadi objek. Rasulullah salam Hadits shahih bersabda : “Umatku nanti akan diperebutkan oleh
umat-umat lain seperti anjing memperebutkan makanan di piring”.
Sahabat bertanya : “Apakah umat Islam kelak jumlah sedikit, ya Rasulullah?” Rasulullah saw menjawab : “Tidak, umat Islam ketika itu banyak,
sebanyak buih di lautan, tetapi mereka lemah karena telah terkena penyakit Wahn, yaitu cinta dunia dan takut
mati”.
Padahal menurut Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam : “Orang yang cerdas adalah orang-orang yang
mempersiapkan kehidupan setelah kematiannya”. Dan para sahabat dengan semangat jihadnya
seolah-olah telah melihat surga dan neraka itu
di depan pelupuk mata. Itulah orang-orang cerdas.
Sementara Indonesia adalah negeri yang
makmur. Gemah ripah loh jinawi - negeri jamrud khatulistiwa - bukan lautan cuma
kolam susu – tongkat kayu dan batu jadi tanaman, dst. Artinya negeri yang subur-makmur, indah
panorama alamnya, apa saja yang ditanam pasti tumbuh dan menghasilkan bahan
pangan dan pakaian, rezki berlimpah.
Tetapi kita tidak mau menanam, tidak mau
berusaha, kita lebih senang impor barang-barang kebutuhan hidup. Karena dengan impor maka terjadi bisnis
yang menguntungkan beberapa gelintir orang penguasa/pejabat. Kita kalah dengan Vietnam yang baru beberapa tahun merdeka, Negara itu berhasil dalam
memproduksi beras. Sehingga kita
(Indonesia) meng-impor beras dari Vietnam.
Konon Indonesia adalah negara terbesar pengimpor beras di dunia. Demikian
pula bahan pangan lainnya (gula) kita impor gula 3 juta ton per-tahun. Dengan impor ada keuntungan bagi para
penguasa pelaku kebijakan.
Indonesia punya garis pantai
sepanjang tidak kurang dari 86.000
Km. Karena terbentang di Khatulistiwa,
maka matahari bersinar penuh 8 jam sehari selalu mendapatkan panas matahari.
Mudah sekali membuat garam, dan banyak para petani garam yang mampu membuat
garam (berproduksi). Tetapi kita selalu
impor garam dari luar negeri.
Oleh karena itu mau tidak mau kita umat
Islam harus bangkit, mandiri, berdiri di
atas kaki sendiri. Izzah kita harus
dibangun, sebagaimana Rasulullah shollallahu
‘alaihin wasallam dan para sahabat.
Sebagaimana dalam sejarah Islam,
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
dijajah oleh para penyembah berhala (kaum kafir). Hidup di bawah tekanan kaum
Quraisy, kitapun umat Islam pernah dijajah orang-orang kafir (Belanda, Inggris,
Jepang), sampai tahun 1945. Sekarang
kita-pun dijajah oleh orang asing dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, dan
kita umat Islam menjadi budak penjajah Barat.
Kontrak karya tambang emas yang seharusnya sudah berakhir (tahun 1921)
harus diperpanjang. Kita harus tunduk
kepada mereka. Royalty hasil tambang hanya 1% diterima negeri kita, selebihnya kekayaan
emas untuk penjajah yang non Islam.
Bagaimana
cara bangkit ?
Hendaknya kita mencontoh Rasulullah shollallahu ‘alaih wasallam sebagaimana
difirmankan oleh Allah subhanahu wata’ala
dalam AlQur’an Surat Al Ahzab ayat 21 :
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ
حَسَنَةٌ۬ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأَخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ
كَثِيرً۬ا (٢١)
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Maksud ayat tersebut : Bahwa Nabi Muhammad
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam adalah contoh (teladan) yang
baik dalam segala bidang. Ingin menjadi
apapun, suami, orangtua, kepala rumah tangga sampai pemimpin apapun, karyawan
yang baik, dan jabatan apapun, sampai jabatan Presiden, contohlah Nabi Muhammad shollallahu
‘alaihi wasallam.
Cara
bangkit :
1. Kita harus lepas
dari penyembahan kepada Thaghut. Lepas dari hedonism,
kembali kita tanamkan dalam hati setiap saat dengan menyebut : Lailaha
illalalah. Kita ulang-ulang ucapan itu, yang akan menancap dalam relung
hati kita yang akan memancar dalam seluruh amal-perbuatan kita. Jangan sampai
mengucapkan kalimat tersebut hanya dalam ucapan, meskipun ribuan kali, tetapi tidak tahu apa-apa.
2. Ucapkan Asyhadu
an lailaha illallah, wa asyahadu anna Muhammadar-rasulullah (Aku bersaksi tidak ada sesembahan kecuali
Allah dan aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah) – makna bercinta
kepada Allah subhanahu wata’ala,
dengan Mahabbah, tidak ada yang paling aku cintai kecuali hanya Engkau ya Allah, cara mencintai Allah
adalah dengan cara mencontoh Nabi Muhammad shollallahu
‘alaihi wasalalam.
3.
Ber-Jihad-lah (bersungguh-sungguh). Bila
karyawan, jadilah karyawan yang baik, sungguh-sungguh dalam tugas-pekerjaannya.
Lihat Surat Al Ankabut ayat 69 :
سُوۡرَةُ العَنکبوت
وَٱلَّذِينَ جَـٰهَدُواْ فِينَا لَنَہۡدِيَنَّہُمۡ
سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ (٦٩)
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami(Allah) benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik.
Jangan ter-degradasi oleh umat-umat lain (non
Islam). Setiap pekerjaan, lakukan dengan
Ruh-Jihad (semangat Jihad) dari
amalan yang paling ringan (menyingkirkan duri dari jalanan) sampai jihad yang
paling tinggi ialah berperang di jalan Allah subhanahu wata’ala. Contohnya : Ada dalam diri Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam, Allah akan tunjukkan bagaimana menjadi karyawan terhebat,
pimpinan terhebat, militer terhebat atau pebisnis terhebat. Allah benar-benar bersama dengan orang-orang
yang berbuat baik. Sebagaimana disebutkan dalam ayat tsb.
4. Berpegang-teguhlah
pada AlQur’an dan Sunnah, gigitlah
dengan geraham,
kita aplikasi-kan
dalam seluruh kehidupan kita. Pasti kita akan ditolong oleh Allah subhanahu wata’ala.
Sekian bahasan kita, mudah-mudahan
bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
_____________
No comments:
Post a Comment