Translate

Tuesday, January 26, 2016

Sifat Ar Rahman (kajian ke IX), oleh : Hendri Tanjung, Ph.D.



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

Sifat Ar Rahman (Kajian ke IX)

Hendri Tanjung, Ph.D.

Jum’at,  29 Rabi’ul Awal 1437 H – 8 Januari 2016

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Kita sudah membahas sebanyak 8 kali tentang Sifat Ar Rahman dari Allah subhanahu wata’ala.Bahasan berikut adalah bahasan yang ke-9 (terakhir), yaitu tentang indikator-indikator dari sifat Ar Rahman. Bahasan sebelumnya (ke-8) adalah tentang doa’- do’a yang seyogyanya kita lazimkan agar kita mendapatkan kasih-sayang (Sifat Ar Rahman) dari Allah subhanahu wata’ala.

Untuk kali ini kita akan membahas bagaimana tentang indikator kecerdasan yang rahmani. Indikator dari salah satu Kecerdasan Rahmani  adalah :

1.Orang yang memiliki sifat Penyayang.
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, melalui Anas bin Malik rodhiyallahu ’anhu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallambersabda :Tidak akan masuk surga kecuali orang yang penyayang.

Maka dalam surga kelak isinya adalah orang-orang yang memiliki sifat penyayang. Allah subhanahu wata’ala yang akan memberikan sifat kasih-sayang kepada seluruh penduduk surga.  Mereka akan berkasih-sayang antara sesama, tidak ada sifat iri-dengki dan sifat-sifat buruk lainnya pada semua penduduk surga.

Sebelum ini, kita sudah bahas tentang do’a kepada All;ahsubhanahu wata’ala : “Ya Allah, berikanlah kapadaku sifat penyayang”.  Karena sifat sayang tidak bisa dibuat-buat (berpura-pura sayang), tidak bisa.  Perilaku berpura-pura sayang akan terbaca oleh orang lain. Sifat sayang adalah ilham dari Allah subhanahu wata’alayang diberikan kepada manusia.

2.Memandang kepada saudara dengan penuh rasa kasih.

Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Hakim, melalui Ibnu Amru bin ‘As rodhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shollallahu lalaihi wasallambersabda : “Barangsiapa yang memandang saudaranya dengan pandangan kasih-sayang maka ia akan mendapatkan ampunan dari Allah subhanahu wata’ala”.

Artinya, ada hubungan antara ampunan Allah subhanahu wata’ala dengan kasih-sayang.Yang dimaksud “saudara” dalam Hadits tersebut adalah saudara (kerabat) dan saudara sesama muslim. Dan kita diajarkan untuk saling mengasihi dan saling menyayangi dengan saudara kita baik saudara sedarah, kerabat, maupun saudara sesama orang beriman dan sesama muslim.

Misalnya, kita punya uang, sementara ada saudara yang miskin, maka shodakoh kita kepada saudara kerabat yang miskin daripada saudara yang bukan kerabat. Karena dengan demikian, kita (yang bershodakoh) akan mendapat dua pahala.Yaitu pahala shodakohnya dan pahala karena menguatkan silaturahmi.Dengan itu maka akan terjadi hubungan kasih-sayang yang kuat antara kita dengan saudara kerabat kita. Kalau kita suka memberi, maka saudara (kerabat) kita akan sayang kepada kita. Konsepnya :Saling memberi.

Yang paling berat adalah apabila kerabat (saudara) kita tidak sholat. Untuk mengingatkannya agar ia mau sholat ada rasa enggan ( Bhs.Jawa : ewuh-pakewuh).  Tetapi dengan sering memberi sesuatu kepada saudara kita yang tidak sholat itu, lalu kita ajak sholat dengan penuh kasih-sayang, niscaya ia akan mau sholat.
Berdakwah kepada saudara (kerabat) sendiri memang lebih sulit dibanding kepada orang lain.

Namun demikian, kembali seperti disebutkan diatas :Ampunan akan diperoleh apabila kita memandang saudara kita dengan penuh kasih-sayang. Maka menasihati saudara kita dengan kasih sayang (Tawasaubil marhamah).

3.Menyayangi kepada yang muda dan menghormati yang lebih tua.

Dalam Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari, melalui Ibnu Umar, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallambersabda :
“Barangsiapa yang tidak sayang kepada orang kecil (lebih muda) di antara kalian  dan tidak menghormat hak-hak orang yang lebih tua di antara kalian, maka ia bukan termasuk golongan kami”.

Maksudnya, ada hak pada orang-orang muda (yang lebih muda) dari kita, ialah kita sayangi.Orang yang lebih tua dari kita ada haknya, ialah kita hormati. Apapun sukunya, kalau ia lebih tua wajib kita hormati, karena itu hak orang itu. Meskipun ia seorang peminta-minta kalau ia lebih tua, harus tetap kita hormati. Tentu dengan hormat yang wajar.Karena itu adalah haknya.Memandang orang tidak pada pofesinya atau pekerjaannya, melainkan kepada umurnya.
Demikian pula orang yang lebih muda dari kita, ia berhak untuk kita sayangi.

Bila sifat kasih-sayang tersebut (yang muda menghormat kepada yang lebih tua dan yang tua menyayangi yang lebih muda)  diterapkan di tempat bekerja, dikantor maka akan terjadi suasana yang nyaman  dan gairah kerja yang hebat.  Akan muncul Kecerdasan Rahmani.Akan terjadi saling menjaga, tidak saling menjatuhkan, saling koreksi dengan penuh hikmah dan bijaksana.

Hadits tersebut mengajarkan dan menggambarkan bahwa dalam Islam faktor usia ada hak .  Dan itu akan memperpanjang usia. Orang yang lebih tua dari kita bila selalu kita hormati, maka ia akan senang dan panjang umur. Sebaliknya bila kita tidak hormati, dan kita cuek dengan orang yang lebih tua itu, maka orangtua itu akanpendek umurnya.

4.Orang yang paling besar kasih-sayangnya kepada temannya karena Allah.

Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari melalui Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallambersabda :“ Tidaklah saling mencintai antara dua orang karena Allah Ta’ala, kecuali yang utama dari mereka berdua adalah kecintaannya kepada temannya itu”

Maksudnya, apabila ada dua orang yang saling berteman akrab,  maka yang paling utama dari dua orang itu adalah yang paling besar kasih-sayangnya kepada temannya itu karena Allah subhanahu wata’ala.
Maka hendaknya kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari, kalau seseorang mengasihi temannya, atau saudaranya, atau cinta sumai-isteri adalah karena Allahsubhanahu wata’ala. jangan karena yang lain.

5.Orang yang saling mengasihi demi Keagungan Allah

Dalam Hadits riwayat Imam Muslim, dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallambersabda :
Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala berfirman pada Hari Kiamat : Di manakah orang-orang yang mencintai-Ku karena Aku.  Pada Hari Kiamat Aku akan menaungi mereka di bawah naungan-Ku pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Ku”.

Maksudnya, kelak di Hari Kiamat, orang-orang yang saling mengasihi karena Allah subhanahu wata’ala, akan dipanggil oleh Allah subhanahu wata’ala.  Akan diberi naungan oleh Allah subhanahu wata’ala agar mereka merasa nyaman dan enak ketika di Hari Kiamat.Hari Kiamat adalah hari yang sangat dahsyat dan mengerikan (menakutkan).

Lihat Surat Al Haj ayat 2 Allah subhanahu wata’ala berfirman :

 (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.

Itulah gambaran pada Hari Kiamat bagi mereka yang tidak mendapatkan naungan dari Allah subhanahu wata’ala.Saking dahsyatnya Hari Kiamat, semua orang terkejut dan ketakutan yang luar biasa, sehingga perempuan yang sedang menyusui anaknya-pun ditinggalkan. Orang hamil akan keguguran, semua bergentayangan tidak tahu arah, seperti orang mabuk, padahal mereka tidak mabuk, mereka kebingungan.

Dan ketika itu sangat diperlukan naungan.Maka manusia sangat mengharap naungan dari Allah subhanahu wata’ala ketika itu. Dan naungan itu akan diberikan kepada orang-orang yang saling mencintai karena Allah subhanahu wata’ala.

6.Berkasih-sayang kepada orang lain.
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani, dari Ibnu Umar, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallambersabda :
Hemat (pertengahan) dalam berbelanja dan bersifat kasih-sayang kepada orang lain merupakan setengah dari akal.  Dan bertanya dengan cara yang baik merupakan sebagian daripada ilmu pengetahuan”.

Berdasarkan Hadits tersebut, ada hubungan antara kasih-sayang, sikap pertengahan (berhemat) dalam berbelanja dan bertanya dengan baik.

Misalnya, bila seseorang boros (tidak berhemat), berarti orang itu tidak sayang dengan keluarganya.Kenapa ?Karena sesungguhnya setiap orang itu perlu menabung, tidak selamanya keadaan ekonomi ini selalu baik.Bahkan dulu di zaman Nabi Yusuf ‘alaihissalam, di sebuah negeri (Mesir) ada masa makmur, tetapi ada masa paceklik (kelaparan).  Yang demikian itu akan terjadi lagi di negeri manapun, termasuk di negeri kita.  Akan berulang lagi krisis ekonomi, terjadi kelaparan di mana-mana. Kita perlu menabung, sehingga sewaktu ada krisis ekonomi (paceklik, kelaparan) dimana-mana,  maka kita bisa mengeluarkan tabungan kita.

Maka bila seseorang itu berlaku boros, berarti orang itu tidak sayang kepada keluarganya. Oleh karenanya, ketika ia membelanjakan uang untuk keluarga harus hati-hati, harus tengah-tengah (pertengahan), tidak boros dan juga tidak kikir.
Juga ketika mengeluarkan uang untuk belanja keperluan sehari-hari, harus juga dialokasikan untuk infak, shodakoh, dst. 

Hubungan kasih-sayang dengan bertanya dengan baikadalah :Bila seseorang bertanya kepada guru (pengajar, penceramah), bisa berarti ia tidak sayang kepada gurunya. Maksud bertanya mungkin karena ingin menguji karena sudah bosan (tidak ada kasih-sayang)  kepada gurunya. Tetapi orang yang mempunyai rasa kasih-sayang, maka ia akan bertanya kepada gurunya dengan pertanyaan yang baik.

Kualitas pertanyaan menggambarkan kualitas kecerdasan seseorang.Semakin bagus pertanyaanya, berarti orang yang bertanya itu semakin cerdas. Bisa di analisa,  berbagai pertanyaan ada yang bagus dan ada yang tidak bagus, tergantung siapa yang bertanya.. Bila seseorang itu tidak sayang kepada gurunya, maka ia akan bertanya dengan pertanyaan yang sifatnya menguji dan ingin menjatuhkan gurunya.  Sedangkan orang yang tidak bisa bertanya, berarti orang itu tidak bisa menyerap ilmu yang diajarkan oleh gurunya itu.

Dalam hadits, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallambersabda : “Pertanyaan yang baik adalah setengah dari ilmu”.
Ada hubungan antara pertanyaan seseorang dengan kasih-sayang dengan gurunya. Maka ketika seseorang bertanya dalam Majlis Ta’lim, hendaknya dilakukan dengan cara  yang sopan.  Pertanyaan yang baik adalah : Isi pertanyaannya memang baik, cara bertanyanya dengan cara yang baik dan tujuan bertanya juga baik, bukan untuk menguji tetapi memang ingin mengetahui apa yang belum diketahuinya.

Sekian bahasan tentang Sifat Ar Rahman, mudah-mudahan bermanfaat.

SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                             ___________

No comments:

Post a Comment