Translate

Tuesday, February 9, 2016

Melawan Syaithan Musuh Kita, oleh : Ustadz Ahmad Susilo, Lc.



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSLAM

Melawan Syaithan Musuh Kita
Ustadz Ahmad Susilo, Lc.

Jum’at,  19 Rabi’ul Akhir 1437H – 29 Januari 2016.     

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Pada pengajian Dhuha bulan lalu kita sudah bahas tentang Melawan Musuh dengan segala dan kekuatan.  Kita sudah membahas dalam AlQur’an dan Hadits ternyata musuh kita adalah Syaithan (Setan).  Sehingga Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam Hadits shahih : Sesungguhnya syaithan itu berjalan dalam tubuh manusia melalui aliran darah”.

Artinya, bahwa musuh kita (syaithan) tidak pernah berhenti, selalu mengganggu kita manusia. Maka kita diperintah oleh Allah subhanahu wata’ala : “Lawanlah musuhmu, syaithan”.   Setelah kita kaji pada pengaajian bulan lalu,  syaithan mengganggu manusia tidaka melalui fisik (terlihat), tetapi langsung melalui bisikan-bisikan dalam hati manusia (Yuwaswisu fissudur).

Syaithan adalah sifat makhluk yang senantiasa mengganggu manusia bahkan manusia ingin lebih kuat daripada apa yang Allah tetapkan kepadanya. Maka dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam At Thirmidzy  dari Sahal bin Sa’ad, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sifat-sifat yang tidak baik, tergesa-gesa, sifat seseorang yang lebih mencintai dunia, semua itu dari syaithan”. (Maksudnya: Sifat iri, dengki, hasad, sombong, malas dan semua keburukan adalah dari Syaithan).

Maka jika ingin melawan syaithan, kita harus melawan hawa-nafsu diri kita sendiri.  Insya Allah, jika kita bisa melawan hawa-nafsu diri kita, maka kita akan diberi kekuatan oleh Allah subhanahu wata’ala, untuk bisa mengalahkan syaithan  la’natullah.

Bersama ini kami  bagikan buku kecil Buku Dzikir Pagi-Petang yang disusun oleh Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas, dalam buku kecil ini isinya adalah permohonan kita untuk berlindung kepada Allah subhanahu wata’ala dari gangguan syaithan.   Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah lepas  dzikir-dzikir yang disebutkan dalam buku tersebut, baik dzikir sesudah Sholat Fardhu,  Dzikir pagi sesudah sholat Subuh sampai terbitnya matahari  atau dzikir petang sesudah Sholat Ashar sampai  terbenamnya matahari.   Bahkan sebelum tidur Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam membaca do’a berlindung kepada Allah subhanahu wata’ala dari gangguan-gangguan syaithan.

Dan do’a yang Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam selalu panjatkan, tidak pernah berhenti (putus) dari Allah subhanahu wata’ala,  adalah do’a dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ath Thirmidzy dan Imam Hakim, dari Anas bin Malik, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam berlindung kepada Allah subhanahu wata’ala :

-Allahumma janibni munkarotin akhlaq, wal a’mal, wal ahwa, wal ‘adwa.
(Ya Allah jauhkan aku dari keburukan-keburukan akhlak, dari keburukan amal, dari keburukan-keburukan hawa-nafsu syaithan). 

Dalam buku kecil  Dzikir Pagi Dan Petang: bahwa untuk kita memohon perlidungan kepada Allah subhanahu wata’ala dari gangguan syaithan, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita, di waktu pagi dan petang selalu memohon kepada Allah subhanahu wata’ala di awali dengan membaca Ayat Kursi. Karena ayat Kursi adalah ayat yang utama yang belum pernah diturunkan kepada Nabi-Nabi sebelum Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam.

Dan ternyata Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam menjadikan ayat Kursi untuk me-Ruqyah, menghilangkan gangguan syaithan, kemudian diteruskan (disambung) dengan Surat Al Ikhlash 3 kali, Al Falaq 3 kali, An Naas 3 kali.
Itu adalah permohonan perlindungan yang sempurna kepada Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana dalam buku kecil Dzikir pagi Dan Petang halaman 47. (Dzikir pagi pada halaman 47 dzikir petang pada halaman 75).   Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan dzikir tersebut.
Apa jaminan Allah subhanahu wata’ala bagi orang yang selalu membaca Ayat Kursi ?.    
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam An Nasa’i  dan Imam Ibnu Majah, dari sahabat Abi Umamah, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Siapa yang senantiasa membaca ayat Kursi dibelakang setiap selesai sholat fardhu lalu ditambah dzikir pagi dan petang, maka tidak ada yang menghalangi dia masuk surga kecuali kematian”. 

Maksudnya, orang itu dijamin masuk surga setelah ia mati.  Tetapi cukupkah hanya dengan membacanya ? Tidak.  Tetapi harus dipahami makna ayat tersebut, diresapi, lalu dihayati dan diamalkan dengan baik. Insya Allah  dijamin oleh Allah subhanahu wata’ala, orang itu akan masuk surga. 

Setelah ayat Kursi, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam selalu membaca Surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An Naas. Masing-masing tiga kali. Termasuk ketika beliau hendak tidur, sebelum tidur beliau membaca ayat Kursi dan ketiga Surat tersebut, tetapi masing-masing Surat hanya dibaca sekali. Dengan membaca ayat Kursi dan ketiga Surat itu, kita ber-komitment tidak akan menyembah siapapun kecuali Allah subhanahu wata’ala.

Kita tidak boleh putus untuk berlindung kepada Allah subhanahu wata’ala, karena kita akan selalu diganggu (digoda) oleh Syaithan, yang akan menggoda  dari arah depan, belakang, kanan dan kiri badan kita.
Lalu diakhiri dengan do’a sebagaimana dicantumkan pada halaman 52 :
Ashbahna wa ashbahalmulku lillahi walhamdulillah, . . . . . dst.

Selanjutnya lihat halaman 60 : Minta perlindungan kepada Allah subhanahu wata’ala dari gangguan syaithan dan kedatangan syaithan (Pada dzikir sore pada halaman 88). Do’a tersebut dibaca satu kali.
Demikian berdasarkan Hadits shahih riwayat Imam Bukhari, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim dari sabat Abdullah bin Umar.

Lihat AlQur’an Surat Al A’raaf ayat 16 dan 17 :
                                                             
 قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِى لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٲطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ (١٦) ثُمَّ لَأَتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيہِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَـٰنِہِمۡ وَعَن شَمَآٮِٕلِهِمۡ‌ۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَـٰكِرِينَ (١٧)

16. Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,

17. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).

Betapa banyak manusia yang tergelincir karena gangguan syaithan, karena manusia bersifat sombong, tidak mau berdo’a dan berlindung kepada Allah subhanahu wata’ala.   Padahal Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kepada kita (manusia) untuk berlindung kepada Allah subhanahu wata’ala dengan doa sebagaimana disebutkan di atas (Buku Dzikir Pagi dan Petang Halaman 60 dan halaman 88).

Lihat AlQur’an Surat Al A’raaf ayat 200, Allah subhanahu wata’ala berfirman :

وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ ٱلشَّيۡطَـٰنِ نَزۡغٌ۬ فَٱسۡتَعِذۡ بِٱللَّهِ‌ۚ إِنَّهُ ۥ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (٢٠٠)
 
Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Allah subhanahu wata’ala tahu dan mendengar bahwa kita sedang dibisiki syaithan, maka kita bermohon (berdo’a) perlindungan agar terhindar dari godaan syaithan.  Dan kita wajib memohon berlindung kepada Allah subhanahu wata’ala karena memang itu perintah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam kepada kita. Jangan beranggapan kita seakan-akan bisa melawan syaithan. Karena syaithan menggoda manusia dengan sangat halus, langsung masuk ke dalam dada manusia. 

Ketika menggangu manusia,  syaithan masuk ke dalam aliran darah kita (manusia), artinya selama darah kita mengalir, syaithan tidak pernah berhenti mengganggu kita. Berarti jangan kita putus-putusnya  selalu meminta bantuan perlindungan Allah subhanahu wata’ala. Maka dzikir pagi dan petang itu perlu. Ketika pagi hari, bila tidak sempat sebelum berangkat kerja, bisa  dalam perjalanan sambil membaca Dzikir pagi (secara sirr,  dalam hati). Meskipun kadang terputus-putus, tidak mengapa, boleh dilakukan.

Tanya-Jawab.

Pertanyaan:
Sebelum membaca dzikir pagi dan petang, bolehkah kita membaca sholawat, mendo’akan untuk Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam ?.


Jawaban :
Tidak ada dalilnya membaca sholawat sebelum dzikir.  Maka sebaiknya tidak usah membaca sholawat terlebih dahulu.  Memang itu baik dilakukan menurut anggapan manusia. Dan dalam anggapan manusia (akal manusia) biasanya bercampur dengan hawa nafsu.  Sedangkan dalam tata-cara ibadah bukan menurut akal manusia, melainkan menurut aturan dari Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya.

Dalam AlQur’an Surat Jaatsiyah ayat 18 Allah subhanahu wata’ala berfirman :

  ثُمَّ جَعَلۡنَـٰكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ فَٱتَّبِعۡهَا وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَ ٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَ (١٨)

Kemudian Kami(Allah) jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.

Dalam Hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari ‘Aisyah rodhiyallahu ‘anha, Rasullullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Man ahdatsatsi amrina hadza falaisa minni fa huwa raddun (Siapa yang membuat aturan dalam urusan agamaku ini yang aku tidak pernah contohkan, maka tertolaklah perbuatan amalnya itu).
Dengan kata lain: Setiap amalan harus dengan dasar hukum (dalil) yaitu AlQur’an dan Hadits.

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam  Surat Al Isra’  ayat 36 :

 وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌ‌ۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡـُٔولاً۬ (٣٦)

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
  
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, hati dan semua yang telah diberikan Allah kepada manusia, kelak di Akhirat akan diminta oleh Allah subhanahu wata’a pertanggungjawabannya.  Pertanggunjawaban terbaik adalah ketika Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam menjadi saksi dan membenarkan apa yang kita perbuat : “Benar, ya Allah ada perintahnya dari aku”.

Lihat AlQur’an Surat Al Ahzab ayat 45 :

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّبِىُّ إِنَّآ أَرۡسَلۡنَـٰكَ شَـٰهِدً۬ا وَمُبَشِّرً۬ا وَنَذِيرً۬ا (٤٥)

Hai Nabi, sesungguhnya Kami(Allah) mengutusmu(Muhammad) untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.

Maksud ayat tersebut : Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam akan menjadi saksi di Hari Kiamat kelak atas seluruh umat manusia yang hidup sesudah beliau termasuk kita, agar beliau menyaksikan benarkah umat manusia itu melakukan ibadah sesuai dengan yang beliau contohkan.

Artinya Nabi-pun dimintai tanggungjawab, kalau Nabi saw sudah memberikan contoh lalu kita manusia keluar dari contoh beliau, maka beliau Rasulullah saw. tidak bisa menolong kita (memberi syafaat).
Dan Nabi saw akan memberi kabar gembira atau peringatan, tergantung bagaimana amal kita.  Nabi saw tidak bisa membela kita sedikit-pun, kecuali bila kita taat kepada aturan beliau.

Sebagaimana dalam Surat An Nisaa’ ayat 80 :

مَّن يُطِعِ ٱلرَّسُولَ فَقَدۡ أَطَاعَ ٱللَّهَ‌ۖ وَمَن تَوَلَّىٰ فَمَآ أَرۡسَلۡنَـٰكَ عَلَيۡهِمۡ حَفِيظً۬ا (٨٠)

Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami(Allah) tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.

Maksudnya, Allah subhanahu wata’ala berfirman kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam :

“Ya Muhammad, jika ada umat yang yang tidak taat kepadamu dan berpaling dari ajaranmu, maka Aku (Allah) bukan mengutus kamu untuk melindungi dan memelihara mereka. Biarkan mereka mencari pelindung mereka sendiri dengan usaha mereka sendiri”. 

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUIBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
                                                       _______________

No comments:

Post a Comment