PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSLAM
Melawan Syaithan Musuh Kita
Ustadz Ahmad Susilo, Lc.
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Pada pengajian Dhuha bulan lalu kita
sudah bahas tentang Melawan Musuh
dengan segala dan kekuatan. Kita sudah
membahas dalam AlQur’an dan Hadits ternyata musuh kita adalah Syaithan (Setan). Sehingga Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam Hadits shahih : “Sesungguhnya syaithan itu berjalan dalam tubuh manusia melalui aliran
darah”.
Artinya, bahwa musuh kita (syaithan)
tidak pernah berhenti, selalu mengganggu kita manusia. Maka kita diperintah
oleh Allah subhanahu wata’ala : “Lawanlah
musuhmu, syaithan”. Setelah kita kaji pada pengaajian bulan
lalu, syaithan mengganggu manusia tidaka
melalui fisik (terlihat), tetapi langsung melalui bisikan-bisikan dalam hati
manusia (Yuwaswisu fissudur).
Syaithan adalah sifat
makhluk yang senantiasa mengganggu manusia bahkan manusia ingin lebih kuat daripada
apa yang Allah tetapkan kepadanya. Maka dalam Hadits yang diriwayatkan oleh
Imam At Thirmidzy dari Sahal bin Sa’ad,
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda : “Sifat-sifat yang tidak baik,
tergesa-gesa, sifat seseorang yang lebih mencintai dunia, semua itu dari
syaithan”. (Maksudnya: Sifat iri, dengki, hasad, sombong, malas dan semua
keburukan adalah dari Syaithan).
Maka jika ingin melawan syaithan, kita
harus melawan hawa-nafsu diri kita
sendiri. Insya Allah, jika kita bisa
melawan hawa-nafsu diri kita, maka kita akan diberi kekuatan oleh Allah subhanahu wata’ala, untuk bisa
mengalahkan syaithan la’natullah.
Bersama ini kami bagikan buku kecil Buku Dzikir Pagi-Petang yang disusun oleh Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas,
dalam buku kecil ini isinya adalah permohonan kita untuk berlindung kepada
Allah subhanahu wata’ala dari
gangguan syaithan. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam tidak
pernah lepas dzikir-dzikir yang
disebutkan dalam buku tersebut, baik dzikir sesudah Sholat Fardhu, Dzikir
pagi sesudah sholat Subuh sampai terbitnya matahari atau dzikir
petang sesudah Sholat Ashar sampai
terbenamnya matahari. Bahkan
sebelum tidur Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam membaca do’a berlindung kepada Allah subhanahu wata’ala dari gangguan-gangguan syaithan.
Dan do’a yang Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam selalu
panjatkan, tidak pernah berhenti (putus) dari Allah subhanahu wata’ala, adalah
do’a dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ath Thirmidzy dan Imam Hakim,
dari Anas bin Malik, Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam berlindung kepada Allah subhanahu wata’ala :
-Allahumma janibni munkarotin akhlaq, wal
a’mal, wal ahwa, wal ‘adwa.
(Ya
Allah jauhkan aku dari keburukan-keburukan akhlak, dari keburukan amal, dari
keburukan-keburukan hawa-nafsu syaithan).
Dalam buku kecil Dzikir Pagi Dan Petang: bahwa untuk
kita memohon perlidungan kepada Allah subhanahu
wata’ala dari gangguan syaithan, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita, di waktu pagi
dan petang selalu memohon kepada
Allah subhanahu wata’ala di awali
dengan membaca Ayat Kursi. Karena
ayat Kursi adalah ayat yang utama yang belum pernah diturunkan kepada Nabi-Nabi
sebelum Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi
wasallam.
Dan ternyata Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam menjadikan ayat Kursi untuk me-Ruqyah,
menghilangkan gangguan syaithan, kemudian diteruskan (disambung) dengan Surat Al Ikhlash 3 kali, Al Falaq 3 kali,
An Naas 3 kali.
Itu adalah permohonan perlindungan yang
sempurna kepada Allah subhanahu wata’ala,
sebagaimana dalam buku kecil Dzikir pagi Dan Petang halaman 47.
(Dzikir pagi pada halaman 47 dzikir petang pada halaman 75). Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan dzikir
tersebut.
Apa jaminan Allah subhanahu wata’ala bagi orang yang selalu membaca Ayat Kursi ?.
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam
An Nasa’i dan Imam Ibnu Majah, dari
sahabat Abi Umamah, Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Siapa
yang senantiasa membaca ayat Kursi dibelakang setiap selesai sholat fardhu lalu
ditambah dzikir pagi dan petang, maka tidak ada yang menghalangi dia masuk
surga kecuali kematian”.
Maksudnya, orang itu dijamin masuk surga
setelah ia mati. Tetapi cukupkah hanya
dengan membacanya ? Tidak. Tetapi harus
dipahami makna ayat tersebut, diresapi, lalu dihayati dan diamalkan dengan
baik. Insya Allah dijamin oleh Allah subhanahu wata’ala, orang itu akan masuk
surga.
Setelah ayat Kursi, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam selalu
membaca Surat Al Ikhlash, Al Falaq
dan An Naas. Masing-masing tiga
kali. Termasuk ketika beliau hendak tidur, sebelum tidur beliau membaca ayat
Kursi dan ketiga Surat tersebut, tetapi masing-masing Surat hanya dibaca
sekali. Dengan membaca ayat Kursi dan ketiga Surat itu, kita ber-komitment
tidak akan menyembah siapapun kecuali Allah subhanahu
wata’ala.
Kita tidak boleh putus untuk berlindung
kepada Allah subhanahu wata’ala,
karena kita akan selalu diganggu (digoda) oleh Syaithan, yang akan menggoda dari arah depan, belakang, kanan dan kiri
badan kita.
Lalu diakhiri dengan do’a sebagaimana
dicantumkan pada halaman 52 :
Ashbahna wa ashbahalmulku lillahi
walhamdulillah,
. . . . . dst.
Selanjutnya lihat halaman 60 : Minta
perlindungan kepada Allah subhanahu
wata’ala dari gangguan syaithan dan kedatangan syaithan (Pada dzikir sore
pada halaman 88). Do’a tersebut dibaca satu kali.
Demikian berdasarkan Hadits shahih riwayat
Imam Bukhari, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim dari sabat Abdullah bin Umar.
Lihat
AlQur’an Surat Al A’raaf ayat 16 dan 17
:
قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِى لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٲطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ (١٦) ثُمَّ
لَأَتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيہِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ
أَيۡمَـٰنِہِمۡ وَعَن شَمَآٮِٕلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ
شَـٰكِرِينَ (١٧)
16.
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya
benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
17.
Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari
kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka
bersyukur (taat).
Betapa banyak manusia yang tergelincir
karena gangguan syaithan, karena manusia bersifat sombong, tidak mau berdo’a
dan berlindung kepada Allah subhanahu
wata’ala. Padahal Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kepada
kita (manusia) untuk berlindung kepada Allah subhanahu wata’ala dengan doa sebagaimana disebutkan di atas (Buku
Dzikir Pagi dan Petang Halaman 60 dan halaman 88).
Lihat AlQur’an Surat Al A’raaf ayat 200, Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ ٱلشَّيۡطَـٰنِ نَزۡغٌ۬ فَٱسۡتَعِذۡ بِٱللَّهِۚ إِنَّهُ ۥ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (٢٠٠)
Dan
jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah.
Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Allah subhanahu
wata’ala tahu dan mendengar bahwa kita sedang dibisiki
syaithan, maka kita bermohon (berdo’a) perlindungan agar terhindar dari godaan
syaithan. Dan kita wajib memohon
berlindung kepada Allah subhanahu
wata’ala karena memang itu perintah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam kepada kita. Jangan beranggapan kita
seakan-akan bisa melawan syaithan. Karena syaithan menggoda manusia dengan
sangat halus, langsung masuk ke dalam dada manusia.
Ketika menggangu manusia, syaithan
masuk ke dalam aliran darah kita (manusia), artinya selama darah kita
mengalir, syaithan tidak pernah berhenti mengganggu kita. Berarti jangan kita
putus-putusnya selalu meminta bantuan
perlindungan Allah subhanahu wata’ala. Maka
dzikir pagi dan petang itu perlu. Ketika pagi hari, bila tidak sempat sebelum
berangkat kerja, bisa dalam perjalanan sambil
membaca Dzikir pagi (secara sirr,
dalam hati). Meskipun kadang terputus-putus, tidak mengapa, boleh
dilakukan.
Tanya-Jawab.
Pertanyaan:
Sebelum membaca dzikir pagi dan petang,
bolehkah kita membaca sholawat, mendo’akan untuk Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam ?.
Jawaban
:
Tidak ada dalilnya membaca sholawat
sebelum dzikir. Maka sebaiknya tidak
usah membaca sholawat terlebih dahulu. Memang itu baik dilakukan menurut anggapan
manusia. Dan dalam anggapan manusia (akal manusia) biasanya bercampur dengan hawa nafsu. Sedangkan dalam tata-cara ibadah bukan menurut
akal manusia, melainkan menurut aturan
dari Allah subhanahu wata’ala dan
Rasul-Nya.
Dalam AlQur’an Surat Jaatsiyah ayat 18 Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
ثُمَّ جَعَلۡنَـٰكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ فَٱتَّبِعۡهَا وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَ ٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَ (١٨)
Kemudian
Kami(Allah) jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama itu), maka ikutilah syariat itu
dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.
Dalam Hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam
Muslim, dari ‘Aisyah rodhiyallahu ‘anha,
Rasullullah shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
“Man ahdatsatsi amrina hadza falaisa minni
fa huwa raddun” (Siapa yang
membuat aturan dalam urusan agamaku ini yang aku tidak pernah contohkan, maka
tertolaklah perbuatan amalnya itu).
Dengan kata lain: Setiap amalan harus dengan dasar hukum (dalil) yaitu AlQur’an dan
Hadits.
Allah subhanahu
wata’ala berfirman dalam Surat Al Isra’ ayat 36 :
وَلَا
تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ
وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡـُٔولاً۬ (٣٦)
Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan,
hati dan semua yang telah diberikan Allah kepada manusia, kelak di Akhirat akan
diminta oleh Allah subhanahu wata’a
pertanggungjawabannya. Pertanggunjawaban
terbaik adalah ketika Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam menjadi saksi dan membenarkan apa yang kita perbuat : “Benar, ya Allah ada perintahnya dari aku”.
Lihat AlQur’an Surat Al Ahzab ayat 45 :
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّبِىُّ إِنَّآ أَرۡسَلۡنَـٰكَ شَـٰهِدً۬ا وَمُبَشِّرً۬ا وَنَذِيرً۬ا (٤٥)
Hai
Nabi, sesungguhnya Kami(Allah) mengutusmu(Muhammad) untuk jadi saksi, dan
pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.
Maksud ayat tersebut : Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam akan
menjadi saksi di Hari Kiamat kelak atas seluruh umat manusia yang hidup sesudah
beliau termasuk kita, agar beliau menyaksikan benarkah umat manusia itu
melakukan ibadah sesuai dengan yang beliau contohkan.
Artinya Nabi-pun dimintai tanggungjawab, kalau
Nabi saw sudah memberikan contoh lalu kita manusia keluar dari contoh beliau,
maka beliau Rasulullah saw. tidak bisa menolong kita (memberi syafaat).
Dan Nabi saw akan memberi kabar gembira
atau peringatan, tergantung bagaimana amal kita. Nabi saw tidak bisa membela kita sedikit-pun,
kecuali bila kita taat kepada aturan beliau.
Sebagaimana dalam Surat An Nisaa’ ayat 80 :
مَّن يُطِعِ ٱلرَّسُولَ فَقَدۡ أَطَاعَ ٱللَّهَۖ وَمَن تَوَلَّىٰ فَمَآ أَرۡسَلۡنَـٰكَ عَلَيۡهِمۡ حَفِيظً۬ا (٨٠)
Barangsiapa
yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan barangsiapa
yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami(Allah) tidak mengutusmu untuk
menjadi pemelihara bagi mereka.
Maksudnya, Allah subhanahu wata’ala berfirman kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
:
“Ya Muhammad, jika ada umat yang yang
tidak taat kepadamu dan berpaling dari ajaranmu, maka Aku (Allah) bukan
mengutus kamu untuk melindungi dan memelihara mereka. Biarkan mereka mencari
pelindung mereka sendiri dengan usaha mereka sendiri”.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUIBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh
_______________
No comments:
Post a Comment