PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Cermin
Keluarga Dalam AlQur’an
Ustadz Ahmad Fihri
Jum’at,
26 Rabi’ul Akhir 1437H – 5 Februari 2016
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Dalam AlQur’an, Allah subhanahu
wata’ala menggambarkan potret keluarga di mana suami sholih tetapi isterinya berperilaku buruk (munkar), dan ada potret keluarga di mana suaminya munkar (buruk) tetapi isterinya sholihah luar biasa. Ada lagi potret
keluarga yang dua-duanya (suami-isteri) baik, sholih dan sholihah, ada jalur DNA-nya adalah Nabi.
Ada juga keluarga biasa tetapi melahirkan
anak wanita mulia (Maryam) kemudian cucunya menjadi seorang Nabi (Isa
Almasih). Keluarga tersebut adalah
Keluarga Imron (Ali Imron). Lihat
AlQur’an Surat At Tahrim di
ayat-ayat terakhir.
Surat
At Tahrim,
disebut demikian yang artinya Haram (Pengharaman), karena ada proses pengharaman Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam terhadap
apa yang dihalalkan oleh Allah subhanahu
wata’ala.
Asbabunnuzulnya
:
Ketika Hafshah (isteri Nabi Muhammad saw- putri Umar bin Khathab) yang merasa
cemburu kemudian bercerita kepada ‘Aisyah rodhiyallahu
‘anha, setelah bercerita Hafshah berkata : “Wahai ‘Aisyah, nanti kalau Rasulullah datang kepada kita, katakan ada
yang bau tidak enak”.
Malam itu Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mabit (bermalam) di rumah Zainab.
Esok harinya Rasulullah shollalalahu ‘alaihi wasallam datang di
rumah Hafshah, dimana di situ ada juga ‘Aisyah, r.a , lalu mereka menyambut kedatangan
Rasulullah saw dengan mengatakan : “Ada
bau tidak sedap”.
Rasulullah saw menjawab : “Ya, semalam aku menginap di rumah Zainab dan
di sana aku minum madu Maghofir (madu yang berbau anyir). Kalau begitu aku tidak akan minum madu itu lagi”.
Dengan ucapan demikian, bahwa beliau
tidak akan meminum madu Maghofir,
berarti beliau mengharamkan madu
tersebut. Ada proses peng-haraman apa yang dihalalkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Maka saat itu
turunlah Wahyu Al Qur’an, yaitu Surat At Tahrim ayat 1 :
1.
Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu
mencari kesenangan hati isteri-isterimu? dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang
Imam Bukhari dan Imam Muslim
meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw. pernah mengharamkan dirinya minum madu
untuk menyenangkan hati isteri-isterinya. Maka turunlah ayat teguran tersebut
kepada Nabi.
Ayat tersebut bermakna bahwa Rasulullah
saw juga manusia biasa yang kadang punya khilaf, atau lupa.
Kejadian lain lagi, ketika suatu hari
Rasulullah saw sedang berbincang dengan para penggede Quraisy, tiba-tiba ada
suara agak keras memanggil nama beliau dari seorang buta, karena suara orang
itu melengking, tidak enak di dengar, maka beliau bermuka masam dan berpaling
(Dalam AlQur’an Surat ‘Abasa). Suara melengking itu adalah dari sahabat yang
miskin dan buta tetapi dia adalah Muadzin (Tukang Adzan) Rasulullah
saw disamping Bilal.
Maka turunlah ayat AlQur’an Surat ‘Abasa, ayat 1 – 5 yang isinya
menegur beliau dari Allah subhanahu
wata’ala :
1. Dia
(Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
2. Karena
telah datang seorang buta kepadanya.
3. Tahukah
kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
4. Atau
Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat
kepadanya?
5.
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
Bahwa Nama
Surat dalam AlQur’an tidak lepas dari thema-thema di dalamnya. Misalnya
Surat Al Baqarah (Sapi betina) terkait dengan kisah penyembelihan sapi betina
dalam Surat itu. Surat Maryam terkait dengan kisah Maryam, Surat Yusuf terkait
dengan kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam.
dst.
Surat
At Tahrim
tersebut di atas menjadi teguran pula bagi kita para suami agar kita sebagai suami, kepala keluarga, terlalu mudah
mengharamkan atau menghalalkan segala cara hanya karena ingin menyenangkan
isteri dan anak-anak kita.
Maka Surat At Tahrim dari ayat 1 sampai 5
berbicara tentang perkara Halal dan haram. Demikian penting Surat
(ayat-ayat) tersebut, untuk mengingatkan kepada kita para suami jangan sampai
kita bekerja mencari nafkah, pulang dengan membawa barang asupan-asupan yang
haram atau yang sub-hat baik itu dzat-nya maupun cara mendapatkannya. Apalagi
anak-anak kita sedang masa belajar, belajar membaca AlQur’an (tilawah), jangan
sampai dalam tubuhnya mengalir darah terkontaminasi dengan yang haram
(sub-hat).
Bisa saja do’a-do’a kita tidak dikabulkan
oleh Allah subhanahu wata’ala, bisa
saja masalah sering muncul dalam keluarga, disebabkan proses makanan-pakaian
yang tidak halal. Termasuk bila kita
sering makan di luar (restoran, wisata kuliner, dst.) kita lupa menjaga diri
dari makanan yang sub-hat atau haram, atau diragukan. Halal dan haram dalam hal
ini bukan saja dari sisi dzat-nya makanan itu tetapi juga cara (proses)
mendapatkannya.
Mungkin makanan itu dari sisi dzat-nya
adalah halal, tetapi dari cara mendapat-kannya dengan cara tidak halal,
(mencuri, menipu, suap-menyuap, men-catut, korupsi, dst.), maka tidak halal
pula status makanan itu.
Surat
At Tahrim ayat 5 :
jika
Nabi menceraikan kamu, boleh Jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan
isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang
bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.
Ayat tersebut (ayat 5) adalah perkataan
Umar bin Khathab rodhiyallahu ‘anhu
(ayah dari Hafshah, mertua Rasulullah saw) yang
diabadikan oleh Allah subhanahu
wata’ala dalam AlQur’an. Yaitu : “Wahai
Hafshah, bisa saja Rasul (suamimu) menceraikan kamu, lalu Allah memberikan ganti yang lebih baik
dari kamu”. Dengan marah sekali Umar bin Khathab mengatakan demikian kepada
putrinya (Hafshah). “Gara-gara kamu, lalu Rasulullah ditegur oleh Allah subhanahu
wata’ala”.
Surat At Tahrim dari ayat 1 – 5 berbicara tentang masalah Halal dan Haram.
Ayat tersebut demikian penting untuk menjaga hidup keseharian kita kaum muslimin
dalam hal makanan. Jangan sampai kita orang tua memberikan asupan-asupan yang
tidak jelas bagi anak-anak dan seluruh anggota keluarga. Apa lagi makanan
(barang) haram.
Dilanjutkan dengan ayat ke-6 yaitu proses
penjagaan diri dan keluarga kita dari api neraka. Yaitu :
Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Bahwa neraka Jahannam akan selalu
mengintai, mengancam, bahkan dalam kehidupan orang berjuang untuk memasuki
surga, Neraka Jahananam akan selalu
mengintainya.
Lihat Surat
An Naba’ ayat 21-22 :
21. Sesungguhnya neraka Jahannam
itu (padanya) ada tempat pengintai
22.
Lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas,
Maka demikian kenikmatan Iman yang
dimiliki oleh seorang Muslim dan Muslimah bahwa mengimani Surga dan Neraka
adalah sesuatu yang Ghaib. Iman kepada yang Ghaib. Kita beriman kepada
adanya akibat dari sebab kita, ada kehidupan di Akhirat kelak. Maka berbicara tentang Rukun Iman kepada yang
Ghaib, adalah bicara sesuatu yang pasti
ada tetapi tidak berwujud.
Bagi orang yang imannya tipis, maka ia
mudah lepas. Tetapi tingkat ke-Imanan
kita kritis sekali dengan ajaran-ajaran pragmatisme, materialism dan gaya
kehidupan yang Hedonisme (bermegah-megah). Kalau orang melakukan sholat, maka misinya adalah Akhirat, ada kenikmatan
surga dan kesengsaraan Neraka, ada Bashira
dan Nadzira, ada ayat-ayat yang
memotivasi kita (yaitu surga) dan ada ayat yang mengingatkan (menakuti,
ancaman, siksa, sanksi) yaitu neraka.
Maka kita hendaknya selalu menjaga diri
dan keluarga kita dari Api Neraka
yang selalu mengancam dan mengintai kita.
Bagaimana
dengan malaikat ?
Malaikat adalah makhluk yang selalu taat
dan menurut apa yang diperintahkan oleh
Allah subhanahu wata’ala. Malaikat
tidak ber-maksiat. Manakah yang lebih
mulia antara malaikat dan manusia ?
Manusia ada yang masuk neraka sementara
malaikat tidak ada satupun yang masuk neraka.
Karena malaikat tidak punya hawa-nafsu. Sedangkan manusia diberi
hawa-nafsu. Sehingga manusia sangat ber-hawa-nafsu kepada harta, kepada
kepentingan, kepada kekuasaan, kepada partai, kepada golongannya. Dan itu yang selalu menghunjam kepada ruh dan
jiwa manausia.
Lihat Surat
An Naas :
5.
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
6.
dari (golongan) jin dan manusia.
Maka hendaknya kita mencari dan memilih
(temukan) komunitas-komunitas kesholihan
untuk kita dan keluarga kita. Ruh (jiwa)
kita harus sering dibangun dengan ketaatan-ketaatan, dengan cara sering
mendatangi (mendengarkan) pengajian-pengajian di Majlis-majlis ta’lim. Dengan demikian akan tumbuh jiwa keimanan dan
semangat ke-agamaan yang baik. Sebagai
contoh : Ketika Romadhon, terasa sekali adanya komunitas yang baik, semua
komponennya mendukung. Dari mulai
menjaga lisan, jiwa, ruh, sampai perilaku yang penuh keimanan. Kata-kata
(lisannya) baik, pikirannya bagaimana membantu orang lain, dst.
Apa yang terjadi di alam sekitarnya ketika
Romadhon? Penuh berkah, saking berkahnya, umat non-Muslim-pun mengambil
keberkahan, Mal-Mal, pasar-pasar, tempat-tempat perbelanjaan ramai dan mendapat
untung banyak.
Maka dibandingkan dengan malaikat, tentu lebih mulia manusia. Karena manusia
diberi modal fisik, ruh, akal dan hawa-nafsu, tergantung bagaimana kita me-manage
modal yang telah diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala tersebut. Sedangkan malaikat wajar saja kalau
taat, menurut kepada Allah subhanahu
wata’ala, karena malaikat tidak diberi hawa-nafsu. Malaikat tidak
bermaksiat.
Selanjutnya Surat At Tahrim ayat ke-7 :
Hai
orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini. Sesungguhnya
kamu hanya diberi balasan menurut apa yang kamu kerjakan.
Bahwa kelak di Akhirat, setelah terjadi
Kimat dan Hari Dibangkitkan manusia, di Yaumil Mahsyar, seluruh umat
manausia dibangkitkan dari kuburnya,
maka orang-orang kafir akan bertanya, kenapa dibangkitkan. Mereka minta untuk diundur, dikembalikan ke
dunia, untuk bertaubat kepada Allah subhanahu
wata’ala. Tetapi tidak bisa.
Semua manusia ketika itu akan berjalan di
padang Mahsyar dengan telanjang bulat dalam suasana panas terik. Semua sibuk
dengan urusannya masing-masing untuk mempertanggungjawabkan perbuatan amalnya
ketika di dunia. Satu sama lain tidak
bisa memberikan pertolongan. Dan setelah
melampaui padang Mahsyar, manusia dikumpulkan dan diberikan kitab (catatan)
amalnya (Report).
Ada yang diberikan dengan tangan kanan
mereka, ada yang dengan tangan kiri mereka
dan ada yang diberikan dengan punggung mereka.
Mereka ada yang sorak-sorai sebelum
memasuki Shirot (jembatan), yang merupakan jembatan yang tajam sekali, sebagai pisau tajam. Ketika melaui
Shirot tersebut ada orang yang berjalan seperti kilat menuju surga Allah subhanahu wata’ala, ada yang berjalan
cepat sekali (seperti berlri), ada yang seperti angin, dst. Ada juga orang yang jalannya terseok-seok
lambat sekali, susah-payah.
Tetapi ada satu jaminan yang kita pegang, yaitu sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dalam
Hadits shahih : Barangsiapa yang akhir
hidupnya mengucapkan Lailaha illallah
(tiada sesembahan kecuali Allah), maka ia akan masuk surga.
Maka kita sebagai muslim tidak boleh
mengatakan “kafir” kepada orang yang berbuat maksiat, zina, dsb. Karena bisa saja orang itu punya akhir
hidupnya dengan penuh ke-Imanan. Dalam kehidupan manusia ada yang awalnya baik
tetapi diakhiri dengan keburukan. Sebaliknya ada orang yang pada awalnya buruk
tetapi akhir-hidupnya ia isi dengan kebaikan (ke-Imanan).
Mudah-mudahan kita semua berakhir dengan Kebaikan (Husnul Khotimah). Sehingga
kita bersama keluarga bisa berkumpul kembali di Surga Allah subhanahu wata’ala. Amin ya Robbal ‘alamin.
Pada Surat
At Tahrim ayat ke-8 adalah
pertaubatan :
Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabb-mu
akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan
Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di
hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb
Kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Ayat tersebut menunjukkan (menjelaskan)
sebauh konsep Islam bahwa manusia tidak mengenal jeka-rekam yang hitam, yang
buruk, tetapi yang dilihat adalah hari esok, masa depan yang lebih baik.
Apabila manusia pada akhir hidupnya beriman, berbuat baik, beramal-sholih, maka
ia akan dimasukkan ke dalam Surga
oleh Allah subhanahau wata’ala.
Dalam Hadits shahih Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ikuti jejak-rekam yang buruk dari hidupmu dengan kebaikan-kebaikan
(amal-sholih) maka dengan kebaikan itu akan menggugurkan keburukan yang telah
kalian perbuat”.
Terakhir dalam Surat At Tahrim ayat 10 – 12 berbicara tentang potret keluarga dalam
AlQur’an :
10.
Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang
kafir. keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara
hamba-hamba kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing),
maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah;
dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam Jahannam bersama
orang-orang yang masuk (jahannam)".
11.
Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman,
ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di
sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan
selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.
12.
Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami
tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan
kalimat Rabbnya dan Kitab-KitabNya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang
taat.
Maka dalam Islam ada 4 orang wanita mulia
:
1. Asiyah (Isteri
Fir’aun)
2. Maryam (Ibunda Isa
Almasih)
3. Khadijah (Isteri
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam)
4. Fatimah (Putri
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam).
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
____________
No comments:
Post a Comment