PENGAJIAN DHUHA
MASJID BAITUSSALAM
Tazkiyatunnafs (Menyucikan Hati)
Ustadz Abu Jundi (Suryana Padma)
Jum’at, 5 Jumadil Awal 1437H – 12 Februari 2016
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Bahasan berikut adalah Bab Tazkiyatunnafs (Menyucikan hati).
Sebagaimana sabda Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam dalam Hadits shahih : Dalam
tubuh manusia ada segumpal darah, apabila segumpal darah itu baik, maka baiklah
seluruh tubuh manusia itu, apabila segumpal
darah itu buruk, maka buruklah seluruh tubuh manusia itu. Ketahuilah bahwa segumpal
darah itu adalah hati”.
Hati
adalah
tempat bersemayamnya Ruh, yang bisa merasakan sedih, sakit, senang, gembira,
yang sejak diciptakannya, Ruh menjadi
makhluk yang abadi. Maka Ruh kita adalah makhluk yang abadi, tetapi jasad kita hanya sementara, nantinya
akan kita tinggalkan. Tetapi kebanyakan
manusia tertipu, karena fisik kita adalah atribut dunia, dan sudah menjadi
sumpah Iblis kepada Allah subhanahu
wata’ala, sebagaimana dalam AlQur’an Surat
Al Hijr ayat 39 :
(Iblis) berkata: "Ya
Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan
menjadikan mereka(manusia) memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan
pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.
Dunia dan asesorinya ini indah sekali bagi
pandangan manusia. Maka manusia lebih senang (serius) mengurusi dunia ketimbang
mengurus Akhirat yang kekal abadi. Ruh akan terus sampai ke Akhirat, walaupun
harus melalui alam Barzah (Kubur) lalu ke Alam Mahsyar, dan akhirnya kembali ke tempat yang suci (Surga) atau
tempat penyiksaan (Neraka). Dan
sesungguhnya Neraka Jahannam juga merupakan penyucian hati kita, ketika kita
manusia tidak membawa dosa Syirik maka ada kans untuk masuk surga. Tetapi
ketika ruh itu membawa dosa syirik, akan selamanya di neraka.
Tazkiyatunnafs
(Muhasabah)
adalah suatu upaya agar hati kita manusia tetap bersih. Allah subhanahu
wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat
Al Hasyr ayat 18 :
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Ayat 19 :
Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka itulah orang-orang yang
fasik.
Ayat
20 :
Tidaklah
sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah;
penghuni-penghuni jannah itulah orang-orang
yang beruntung.
Kita (orang beriman) diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk bertakwa dan mempersiapkan suatu hari
yaitu hari setelah kematian kita. Kita
dituntut untuk menjadi orang yang Al Qayyis (cerdas). Orang yang cerdas menurut Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam adalah
orang yang mempersiapkan diri untuk hari esok sesudah hari kematiannya. Maka
setiap diri hendaklah memper-siapkan bekal untuk hari esok (Akhirat).
Kita ingin menjadi orang yang beruntung,
yaitu menjadi penghuni Surga. Maka kita harus cerdas menjalani kehidupan ini
tetap menjaga kesucian hati (Ruh) kita.
Ruh kita berasal dari Yang Maha Suci
(Allah subhanahu wata’ala), maka akan
kembali kepada kesucian. Yaitu tempat yang suci selamanya (Surga).
Itulah orang-orang yang beruntung.
Intinya : Tugas hidup
kita hanya satu yaitu Menjaga kesucian hati.
Ada
dua bahaya bagi Manusia.
Pertama, sebagai manusia
siapapun ia mempunyai kelemahan. Demikian itu merupakan fitrah insani. Maka Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallam bersabda dalam Hadits shahih : “Manusia
itu tempat salah dan lupa. Tidak ada
satupun manusia berbuat salah dan lupa. Itulah fitrah dasar manusia”.
Kedua, yaitu yang disebut
: Qorin (Teman / syaithan). Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam
AlQur’an Surat Az Zuhruf ayat 36 :
Barangsiapa
yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al Quran), Kami adakan
baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang
selalu menyertainya.
Maksud ayat tersebut : Barang siapa yang
berpaling dari dzikir (ingat) kepada Allah subhanahu
wata’ala atau melupakan (lengah) dari ajaran-Nya (AlQur’an), maka orang itu
akan ditemani syaithan (Qorin) yang menyesatkan. Qorin yang selalu menemani
kita akan menyetir kita ke tempat-tempat maksiat, atau berpikir jahat. Dalam
Surat An Naas : Min syarril waswasil
khonnas (Dari kejahatan bisikan syaithan).
Tetapi ketika manusia ber-dzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, si Qorin (syaithan) itu menjadi lemah.
Sesungguhnya tipu-daya syaithan itu lemah bagi orang yang selalu dzikrullah
(ingat Allah subhanahu wata’ala).
Tetapi bila manusia lengah, maka syaithan
membisikkan kepada manusia untuk berbuat kemaksiatan/kemungkaran. Demikian
Firman Allah subhanahu wata’ala dalam
ayat yang lain.
Qorin
menemani
manusia sejak manusia masih bayi (baru lahir). Bayangkan, kalau Qorin (syithan)
itu mendampingi kita sejak kita bayi, sampai meninggal dunia, maka Qorin itu
tahu persis anatomi tubuh kita dan tahu kelemahan-kelamahan kita. Maka semua
orang akan menjadi korbannya. Qorin tahu benar kapan harus berbisik, saat,
kondisi dan situasi kita Qorin akan tahu benar. Maka Surat An Naas dicantumkan
pada urutan terakhir dalam Mushaf AlQur’an. Kalau kita tidak gunakan Surat An
Naas dalam kehidupan kita, maka pasti kita akan menjadi korban si Khonnas
(syaithan).
Bisikannya adalah : Bagi para pejabat
dibisikkan agar melakukan korupsi, manipulasi, dst. Setelah banyak harta,
dibisikkan agar selingkuh, dst. Bahkan sampai bisa membunuh orang lain. Ruh
kita yang suci bisa membunuh orang lain, karena di setir oleh si Khonnas.
Maka
Allah subhanahu
wata’ala memerintahkan kita manausia
untuk berlindung kepada Rabb, kepada Malik, kepada Ilah, (Rabbinnaas, Malikinnaas,
Ilahinnaas).
Sebetulnya para pejabat yang korupsi itu
hafal dengan Surat An Naas, setiap hari mereka membaca Surat An Naas, tetapi
mereka tidak terlindungi. Karena mereka tidak mempunyai “Password” untuk
dilindungi oleh Allah subhanahu wata’ala.
Mereka tidak mengenal Allah subhanahu
wata’ala. Otomatis mereka tidak mencintai Allah subhanahu wata’ala. Dan mereka tidak akan mengingat Allah (Dzikrullah).
Padahal kalau orang selalu mengingat Allah (Dzikrullah)
maka si Qorin (syaithan) tidak akan bisa berbuat apa-apa.
Maka kita wajib mengenal Allah dari segi Rubbubiyatullah-nya, dari segi Mulkiyatullah-nya, dan dari segi Uluhiyah-nya.
Dari segi Rubbubiyah : Dia Allah yang Maha
Pencipta, satu-satunya tempat kita bergantung, satu-satunya Raja pada Hari
Pembalasan. Maka kita harus taat kepada
hukum-hukum-Nya. Kita harus sampai kepada tingkat penyembahan yang paling
sempurna kepada Allah subhanahu wata’ala.
Karena Dia adalah Ilah kita. Tambatan hati kita, tambatan kecintaan kita,
tambatan harapan kita. Semua itu harus kita gali terus, sehingga kita mengenal
Allah subhanahu wata’ala, dari
Nama-nama-Nya, Sifat-sifat-Nya. Tanpa itu semua, tidak mungkin kita bisa
dilindungi oleh Allah menghadapi si Qorin
(Khonnas).
Qorin (Khonnas) tidak bisa diusir dari diri
kita. Kecuali Qorin Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam karena
Allah subhanahu wata’ala telah menundukkannya
sehingga Qorin itu tidak menyuruh kecuali tentang kebaikan.
Sedangkan kepada kita manusia, Qorin
(Syaithan) menjadikan dunia ini menarik hati, sehingga kadang-kadang Allah subhanahu wata’ala membuat Istidzraj
, sehingga manusia tenggelam dalam kesenangan dunia, lupa kepada Allah
subhanahu wata’ala.
Lihat AlQur’an Surat At Taubah ayat 55 Allah
subhanahau wata’ala berfirman:
Maka
janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah
menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa
mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang
mereka dalam keadaan kafir.
Maksudnya, jangan kita “ngiler” (tertarik sekali) terhadap kehidupan mereka
yang kaya-raya, dengan anak-anaknya yang mewah-mewah, sesunguhnya Allah subhanahu wata’ala hanya ingin menguji
mereka dengan Istidraj (membiarkan
dalam kemewahan hidup tetapi lupa kepada Allah), suatu saat Allah akan
mematikan mereka dengan tiba-tiba dalam keadaan
kafir. Na’udzubillahi min dzalik.
Sedangkan bila hati kita bersih, yang
awalnya Ruh kita itu suci, ketika kita melakukan maksiat karena sifat lupa dan
salah akibat bisikan syaithan, maka Allah berikan satu noktah
(titik) hitam di hati kita. Kamudian kalau kita memandang baik perbuatan
maksiat itu, maka kita akan membikin lagi dan membikin lagi akhirnya hati kita
akan penuh noda hitam. Hati kita menjadi
hitam. Akibatnya lalu sulit mendapatkan hidayah. Kalau sudah demikian maka hati
manusia dikunci mati.
Lihat Surat Al Baqarah ayat 7 – 8 Allah subhanahu wata’ala berfirman :
7. Allah telah mengunci-mati hati
dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa
yang Amat berat.
8. Di
antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari
kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman.
Hati yang hitam selalu panas, dan tidak pernah
merasa puas. Mencari harta terus-menerus
tanpa pernah merasa puas.Dan bila dinasihati, mereka tidak akan paham. Karena
hatinya sudah tertutup.
Iblis
akan menakut-nakuti dengan kemiskinan.
Dan menyuruh manusia berbuat keji. Manusia
menjadi kikir, egois, Akibatnya lalu manusia
melakukan kejahatan. Korupsi, membunuh, merampok, dst. Saking takut kepada kemiskinan, anak dalam
kandungan di bunuh. Saking takutnya pada kemiskinan, anak dibatasi dua atau
tiga saja. Khawatir tidak bisa memberi makan. Tidak percaya kepada Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Pemberi Rezki.
Lihat Surat
Al Baqarah ayat 268 :
Syaitan
menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat
kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan
karunia. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.
Atas dasar ayat tersebut, kita tidak usah takut
dengan ketiadaan rezki. Allah Maha Kaya, dan ayat tersebut adalah jaminan dari
Allah subhanahu wata’ala bahwa kita
tidaka usah takut miskin. Pasti akan diberi rezki oleh Allah subhanahu wata’ala asal kita mau
berusaha. Tidak usah kikir dan pelit.
Manusia saling berebut rezki bahkan sampai
bunuh-membunuh, hanya karena urusan rezki dan urusan dunia. Padahal dunia ini
tidak ada nilainya sedikitpun menurut pandangan Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda : ‘Seandainya dunia ini ada nilainya sebesar
sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberikan rezki kepada orang kafir
meskipun seteguk minuman. Tetapi karena dunia ini tidak ada nilainya sama
sekali maka Allah berikan segalanya kepada orang kafir”
Maka jangan kita tertipu, dunia ini hanya
sementara, segera akan kita tinggalkan.
Ketertipuan seperti tersebut di atas
menjadikan kita orang-orang yang merugi. Kebanyakan manusia menjadi korban
tipuan dunia sehingga mereka masuk neraka Jahanam karena dosa syirik dan dosa-dosa
lainnya.
Lihat AlQur’an Surat Al A’raaf ayat 179 :
Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka itulah
orang-orang yang lalai.
Maksudnya, bahwa isi neraka adalah
kebanyakan manusia (dan jin). Maka kita hendaknya masuk kelompok yang sedikit.
Orang yang sedikit itu yang bersyukur.
Sedangkan kebanyakan manusia tidak tahu
bersyukur kepada Allah subhanahu
wata’ala. Padahal mereka punya hati tetapi tidak mau memahami Kebesaran dan
Kekuasaan Allah subhanahu wata’ala. Mereka adalah orang-orang yang lalai dari
mengingat Allah subhanahu wata’ala.
Solusi.
Agar hati kita tetap bersih (suci) maka :
1. Melakukan
Muhasabah setiap hari, dzikir,
Istighfar, Bertaubat.
2. Melakukan banyak
amal-sholeh.
Taubatannasuha
ada
3 dimensi :
1. Menyesal atas
perbuatan dosa-dosa yang sudah lalu.
2. Untuk sekarang :
Benci dengan dosa-dosa yang pernah dilakukan.
3. Untuk yang akan
datang : Tidak akan mengulangi lagi perbuatan dosa-dosanya.
Allah subhanahu
wata’ala sangat ridho menerima Taubatannasuha dari hamba-Nya.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
_____________
No comments:
Post a Comment