PENGAJIAN DHUHA MASJID
BAITUSSALAM
Perjodohan
Prof.
Dr. Suharyadi Sumhudi
Jum’at, 24 Jumadal Ula 1437H – 4
Maret 2016
Assalamu’alikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala.
Allah subhanahu wata’ala menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan.
Ada siang dan malam, baik dan buruk,
laki-laki dan perempuan, genap
dan ganjil, dst. Demikian pula Allah subhanahu
wata’ala menciptakan makhluk yang namanya manusia, juga
berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan. Tetapi manusia sendiri sering merusak
Sunatullah itu. LGBT yang disebar-luaskan oleh orang Barat (orang berpasangan
sesama jenis) itu bertentangan dengan Sunatullah.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat Asy Syuura ayat 49 :
Kepunyaan
Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia
memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan
anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki,
Maksudnya, kita manusia diciptakan oleh
Allah subhanahu wata’ala
berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan.
Demikian itu merupakan tanda-tanda
kekuasaan Allah subhanahu wata’ala. Litaskunu
ilaiha (Agar kamu hidup tenang,
Surat Ar Ruum ayat 21).
Dengan Kekuasaan Allah subhanau wata’ala dalam mencipta
manusia, maka sperma (benih dari
laki-laki) dipertemukan dengan ovum
(sel telur) ibu, maka jadilah manusia. Dan dengan Kekuasaan Allah subhanahu wata’ala, bisa saja Allah
menciptakan tanpa dua unsur itu, misalnya Dia menciptakan manusia pertama Adam, yang tanpa bapak dan tanpa ibu,
tetapi jadilah seorang manusia bernama Adam.
Itulah satu-satunya manusia yang tidak punya bapak dan tidak punya ibu.
Kemudian setelah itu diciptakan Hawa, yaitu dengan sperma dari Adam
tetapi tanpa ovum seorang ibu. Hawa punya bapak (Adam) tetapi tanpa ibu. Bisa juga Allah subhanahu wata’ala menciptakan manusia
tanpa sperma, cukup dengan ovum saja, itulah Isa Almasih, yang punya ibu
tetapi tidak ber-ayah. Demikianlah Maha Kuasa Allah subhanahu wata’ala.
Dalil umumnya adalah ada bapak dan ada
ibu, ada sperma ada ovum. Sebagaimana Firman Allah subhanahu wata’ala dalam AlQur’an Surat Asy Syuura ayat 11 :
(Dia) Pencipta langit dan bumi.
Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari
jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang
biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah
yang Maha mendengar dan melihat.
Bahwa diciptakan manusia itu dari
laki-laki dan perempuan. Dan orang yang paling mulia bukan orang yang tanpa
bapak dan ibu, tanpa ibu atau tanpa bapak, melainkan orang yang paling mulia
adalah orang yang paling baik
ketakwaannya. Insya Allah kita termasuk orang-orang yang bertakwa
(muttaqin).
Bertakwa
adalah
mentaati perintah Allah subhanahu
wata’ala dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya.
Maka Allah subhanahu wata’ala berfirmna
dalam Surat Ali Imran ayat 102
:
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam.
Sebenar-benar
takwa
artinya tingkatkan ketakwaanmu sampai benar-benar takwa seratus persen. Jangan
sampai ketakwaannya hanya setengahnya, atau hanya 75%, masih tercampur
syirik, sholatnya hanya kadang-kadang,
dsb.
Dalam
keadaan muslim
(beragama Islam), artinya semua perilaku dan perbuatan kita dalam hidup ini
disesuaikan dengan ajaran Islam. Taat dan patuh atas perintah Allah subhanahu wata’ala. Jangan sampai
melakukan sesuatu yang dilarang agama (melanggar) dengan sengaja.
Yang dimaksud manusia itu berpasang-pasangan sebagaimana dalam Surat Asy Syuura
ayat 11 tersebut di atas adalah laki-laki dan perempuan. Maksudnya adalah Perjodohan.
Sudah menjadi Sunnatullah bahwa laki-laki
tertarik kepada perempuan. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda bahwa biasanya orang mencari
jodoh yang pertama-tama dilihat adalah :
1. Rupanya
(wajahnya).
2. Keturunan
3. Kekayaan atau ilmunya,
kedudukan dalam masyarakat.
4. Agamanya
(Akhlaknya).
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam selanjutnya bersada : Yang benar
adalah dibalik, yaitu yang pertama adalah Agamanya (Akhlaknya). Yang selainnya
adalah nomor dua, tiga, dan seterusnya.
Tetapi dalam masyarakat ada juga yang
menilai seorang anak muda. Bagaimana
anak muda itu bisa dilihat dari ayahnya.
Maka yang ditanyakan dan dilihat adalah ayahnya. Biasanaya bila ayahnya
orang baik-baik, anaknyapun adalah anak
yang baik.
Hadits lain mengatakan bila seseorang
memandang calon isterinya (suaminya) hanya dari rupa dan kekayaan saja, justru rupa dan keayaannya itulah yang akan menjadi
pangkal masalah dalam perjalanan perkawinannya
(keluarganya).
Dalam masyarakat yang disebut keluarga adalah
terdiri dari suami, isteri dan anak.
Maka apa bila ada suami-isteri sejak
menikah sudah 5 tahun tetapi belum punya anak (keturunan) maka pasangan
tersebut mulai gelisah. Karena keluarga
itu belum sempurna.
AlQur’an dan Hadits isinya penuh dengan nasihat
dan dalil bagaimana membentuk keluarga. Bila orang tidak menggunakan indera,
hati dan perasaannya untuk memahami AlQur’an dan Hadits sebagai dasar
kehidupannya, maka mereka tidak lebih dari binatang. Bahkan lebih rendah dari binatang. Disebutkan
dalam AlQur’an orang yang seperti itu seperti kera dan babi.
Dalam AlQur’an Surat Al Baqarah ayat 96 Allah subhanahu
wata’ala berfirman:
Dan
sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan
(di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. masing-masing
mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu
sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha mengetahui apa
yang mereka kerjakan.
Orang yang serakah ingin hidup seribu
tahun. Padahal hidup yang panjang tidak bisa untuk menebus dosa serakahnya itu.
Karena serakah termasuk dosa besar. Sifat serakah bisa oleh siapa saja bukan
saja orang kaya, orang miskin-pun bisa punya sifat serakah.
Dalam AlQur’an dan Hadits banyak ajaran
bagaimana berkeluarga. Bagaimana hak
laki-laki, bagaimana hak perempuan, hak
anak, dst. Maka harus diketahui hak masing-masing. Kalau sampai tidak tahu haknya masing-masing
maka akan terjadi keributan. Pasangan suami isteri itu saling melengkapi. Suami
akan melengkapi kekurangan isterinya demikian sebaliknya isteri akan melengkapi
kekurangan suami.
Bila keluarga sudah berdasarkan AlQur’an
dan Hadits akan terjadi saling membu-tuhkan. Suami membutuhkan isteri dan
isteri membutuhkan suami. Laki-laki membutuhkan perempuan dan perempuan
membutuhkan laki-laki. Itu terjadi secara otomatis. Dan laki-laki adalah
pemimpin perempuan.
Allah subhanahu
wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat
An Nisaa’ ayat 34 :
Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),
dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.
sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara
diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)
wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika
mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita (isterinya). Dan menurut Hadits
Rasulullah shollllahu ‘alaihi wasallam
bersabda : “Hendaknya perempuan itu memelihara rumahtangga suaminya”. Itu sesuai dengan hukum alam, sifat
manusia. Maka Islam sering disebut
sebagai Agama Fitrah. Karena semua
disesuaikan dengan fitrah manusia.
.Fitrah perermpuan adalah memelihara rumahtangga, keluarga, mengasuh
anak dst. Sedangkan laki-laki adalah mencari nafkah bagi seluruh keluarganya.
Maka wanita ada 4 tugas dalam rumahtangga
:
1. Memelihara fisik
rumah. Bila ada rumah terlihat kotor,
tidak bersih, maka itu tanggungjawab isteri (Ibu rumahtangga).
2. Mengatur ekonomi
keluarga. Berapapun rezki yang diberikan oleh suami harus diatur penggunaannya.
Mana yang perlu dan mana yang tidak perlu.
3. Memelihara dan
mengasuh anak. Lihat Surat Al Baqarah ayat 33.
4. Memelihara suasana
rumah. Sehingga suami dan anak-anak betah di rumah. Komunikasi antara anggota
keluarga harus lancar. Maka akan terjadi Sakinah dalam keluarga.
Sakinah artinya mapan
(Settled), semua urusan rumahtangaga berjalan tenang dan lancar, beres.
Sakinah bisa terjadi baik pada keluarga
Muslim maupun non Muslim. Orang-orang
kafir-pun banyak yang keluarganya sakinah. Sedangkan tujuan pernikahan
(perjodohan) bukan saja rumahtangga (keluarga) yang Sakinah tetapi juga Mawaddah
– Warohmah (Cinta suami-isteri dan Rahmat Allah subhanahu wata’ala). Yang ini hanya dipunyai oleh keluarga Muslim.
Demikian bahasan mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
____________
No comments:
Post a Comment