Translate

Monday, March 14, 2016

Perjodohan, oleh : Prof. Dr. Suharyadi Sumhudi



 PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

 Perjodohan
 Prof. Dr. Suharyadi Sumhudi
  
Jum’at,  24 Jumadal Ula 1437H – 4 Maret 2016
 
Assalamu’alikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala.
Allah subhanahu wata’ala menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Ada siang dan malam, baik dan buruk,  laki-laki dan perempuan,  genap dan ganjil, dst. Demikian pula Allah subhanahu wata’ala menciptakan makhluk yang namanya manusia, juga berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan.  Tetapi manusia sendiri sering merusak Sunatullah itu. LGBT yang disebar-luaskan oleh orang Barat (orang berpasangan sesama jenis) itu bertentangan dengan Sunatullah.

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat  Asy Syuura ayat 49 :

Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki,

Maksudnya, kita manusia diciptakan oleh Allah subhanahu wata’ala berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan.
Demikian itu merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah subhanahu wata’ala. Litaskunu ilaiha (Agar kamu hidup tenang, Surat Ar Ruum ayat 21).

Dengan Kekuasaan Allah subhanau wata’ala dalam mencipta manusia, maka sperma (benih dari laki-laki) dipertemukan dengan ovum (sel telur) ibu, maka jadilah manusia. Dan dengan Kekuasaan Allah subhanahu wata’ala, bisa saja Allah menciptakan tanpa dua unsur itu, misalnya Dia menciptakan manusia pertama Adam, yang tanpa bapak dan tanpa ibu, tetapi jadilah seorang manusia bernama Adam.  Itulah satu-satunya manusia yang tidak punya bapak dan tidak punya ibu.

Kemudian setelah itu diciptakan Hawa, yaitu dengan sperma dari Adam tetapi tanpa ovum seorang ibu. Hawa punya bapak (Adam)  tetapi tanpa ibu. Bisa juga Allah subhanahu wata’ala menciptakan manusia tanpa sperma, cukup dengan ovum saja, itulah Isa Almasih, yang punya ibu  tetapi tidak ber-ayah. Demikianlah Maha Kuasa Allah subhanahu wata’ala.

Dalil umumnya adalah ada bapak dan ada ibu, ada sperma ada ovum. Sebagaimana Firman Allah subhanahu wata’ala dalam AlQur’an Surat Asy Syuura ayat 11 :

(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.

Bahwa diciptakan manusia itu dari laki-laki dan perempuan. Dan orang yang paling mulia bukan orang yang tanpa bapak dan ibu, tanpa ibu atau tanpa bapak, melainkan orang yang paling mulia adalah orang yang paling baik ketakwaannya. Insya Allah kita termasuk orang-orang yang bertakwa (muttaqin).
Bertakwa adalah mentaati perintah Allah subhanahu wata’ala dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya.

Maka Allah subhanahu wata’ala berfirmna  dalam Surat Ali Imran ayat 102 :

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

Sebenar-benar takwa artinya tingkatkan ketakwaanmu sampai benar-benar takwa seratus persen. Jangan sampai ketakwaannya hanya setengahnya, atau hanya 75%, masih tercampur syirik,  sholatnya hanya kadang-kadang, dsb.
Dalam keadaan muslim (beragama Islam), artinya semua perilaku dan perbuatan kita dalam hidup ini disesuaikan dengan ajaran Islam. Taat dan patuh atas perintah Allah subhanahu wata’ala. Jangan sampai melakukan sesuatu yang dilarang agama (melanggar) dengan sengaja.

Yang dimaksud manusia itu berpasang-pasangan sebagaimana dalam Surat Asy Syuura ayat 11 tersebut di atas adalah laki-laki dan perempuan. Maksudnya adalah Perjodohan.

Sudah menjadi Sunnatullah bahwa laki-laki tertarik kepada perempuan.  Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda  bahwa biasanya orang mencari jodoh yang pertama-tama dilihat adalah :
1.     Rupanya (wajahnya).
2.     Keturunan
3.     Kekayaan atau ilmunya, kedudukan dalam masyarakat.
4.     Agamanya (Akhlaknya).  

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam selanjutnya bersada : Yang benar adalah dibalik, yaitu yang pertama adalah Agamanya (Akhlaknya). Yang selainnya adalah nomor dua, tiga, dan seterusnya.

Tetapi dalam masyarakat ada juga yang menilai seorang anak muda.  Bagaimana anak muda itu bisa dilihat dari ayahnya.  Maka yang ditanyakan dan dilihat adalah ayahnya. Biasanaya bila ayahnya orang baik-baik,  anaknyapun adalah anak yang baik.

Hadits lain mengatakan bila seseorang memandang calon isterinya (suaminya) hanya dari rupa dan kekayaan saja,   justru rupa dan keayaannya itulah yang akan menjadi pangkal masalah dalam perjalanan perkawinannya  (keluarganya).
Dalam masyarakat yang disebut keluarga adalah terdiri dari suami, isteri dan anak.
Maka apa bila ada suami-isteri sejak menikah sudah 5 tahun tetapi belum punya anak (keturunan) maka pasangan tersebut mulai gelisah.  Karena keluarga itu belum sempurna.

AlQur’an dan Hadits isinya penuh dengan nasihat dan dalil bagaimana membentuk keluarga. Bila orang tidak menggunakan indera, hati dan perasaannya untuk memahami AlQur’an dan Hadits sebagai dasar kehidupannya, maka mereka tidak lebih dari binatang.  Bahkan lebih rendah dari binatang. Disebutkan dalam AlQur’an orang yang seperti itu seperti kera dan babi.

Dalam AlQur’an Surat Al Baqarah ayat 96 Allah subhanahu wata’ala berfirman:
 
Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Orang yang serakah ingin hidup seribu tahun. Padahal hidup yang panjang tidak bisa untuk menebus dosa serakahnya itu. Karena serakah termasuk dosa besar. Sifat serakah bisa oleh siapa saja bukan saja orang kaya, orang miskin-pun bisa punya sifat serakah.

Dalam AlQur’an dan Hadits banyak ajaran bagaimana berkeluarga.  Bagaimana hak laki-laki,  bagaimana hak perempuan, hak anak, dst. Maka harus diketahui hak masing-masing.  Kalau sampai tidak tahu haknya masing-masing maka akan terjadi keributan. Pasangan suami isteri itu saling melengkapi. Suami akan melengkapi kekurangan isterinya demikian sebaliknya isteri akan melengkapi kekurangan suami.

Bila keluarga sudah berdasarkan AlQur’an dan Hadits akan terjadi saling membu-tuhkan. Suami membutuhkan isteri dan isteri membutuhkan suami. Laki-laki membutuhkan perempuan dan perempuan membutuhkan laki-laki. Itu terjadi secara otomatis. Dan laki-laki adalah pemimpin perempuan.

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat An Nisaa’ ayat 34 :

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita (isterinya). Dan menurut Hadits Rasulullah shollllahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Hendaknya perempuan itu memelihara rumahtangga suaminya”.   Itu sesuai dengan hukum alam, sifat manusia.   Maka Islam sering disebut sebagai Agama Fitrah. Karena semua disesuaikan dengan fitrah manusia.  .Fitrah perermpuan adalah memelihara rumahtangga, keluarga, mengasuh anak dst. Sedangkan laki-laki adalah mencari nafkah bagi seluruh keluarganya.

Maka wanita ada 4 tugas dalam rumahtangga :

1.     Memelihara fisik rumah. Bila ada rumah  terlihat kotor, tidak bersih, maka itu tanggungjawab isteri (Ibu rumahtangga).
2.     Mengatur ekonomi keluarga. Berapapun rezki yang diberikan oleh suami harus diatur penggunaannya. Mana yang perlu dan mana yang tidak perlu.
3.     Memelihara dan mengasuh anak. Lihat Surat Al Baqarah ayat 33.
4.     Memelihara suasana rumah. Sehingga suami dan anak-anak betah di rumah. Komunikasi antara anggota keluarga harus lancar. Maka akan terjadi Sakinah dalam keluarga.

Sakinah artinya mapan (Settled), semua urusan rumahtangaga berjalan tenang dan lancar, beres. 
Sakinah bisa terjadi baik pada keluarga Muslim maupun non Muslim.  Orang-orang kafir-pun banyak yang keluarganya sakinah. Sedangkan tujuan pernikahan (perjodohan) bukan saja rumahtangga (keluarga) yang Sakinah tetapi juga Mawaddah – Warohmah (Cinta suami-isteri dan Rahmat Allah subhanahu wata’ala). Yang ini hanya dipunyai oleh keluarga Muslim.

Demikian bahasan mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                       ____________

No comments:

Post a Comment