Translate

Friday, May 27, 2016

Sholat Dan Produktivitas Kerja, oleh : Ahmad Bani Hasyim, Lc, Msi.


PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

Sholat Dan Produktivitas Kerja
Ahmad Bani Hasyim,  Lc, Msi.

Jum’at,  13 Sya’ban 1437H – 20 Mei 2016.

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Ada beberapa tipikal manusia dalam bekerja atau melakukan kegiatannya, yaitu :
1.     Pekerja keras, yaitu mereka orang yang mengandalkan fisik (otot, tenaga)
2.     Pekerja cerdas, mengandalkan otak, akal. Kelompok ini biasanya lebih mampu dalam menyelesaikan persoalan-persoalan dalam dunia kerja dibanding kelompok 1. Penghasilan-pun lebih besar daripada kelompok 1.
3.     Pekerja Ikhlas, mereka bekerja tidak mengandalkan fisik atau otak, tetapi mengandalkan Allah subhanahu wata’ala.

Pekerja kelompok 1 dan 2  orientasinya lebih kepada dunia, bagaimana bekerja bisa menghasilkan (menumpuk) kekayaan yang sebesar-besarnya, tanpa memperduli-kan pihak-pihak lain.

Sementara pekerja Ikhlas lebih mengandalkan Allah subhanahu wata’ala Ukurannya bukan pendapatan (penghasilan), melainkan Allah subhanahu wata’ala Ridho atau tidak.   Ikhlas bukan dalam arti terserah mau dibayar berapa, tidak dibayar tidak mengapa, bukan dalam arti itu, tetapi Ikhlas dalam arti professional.  Dan di atas professional itu diandalkan Allah subhanahu wata’ala. Ketika bekerja merasa selalu diawasi oleh Allah subhanahu wata’ala.

Kita manusia bebas bekerja apa dan dimana saja.  Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat At Taubah ayat 105 : 


سُوۡرَةُ التّوبَة

وَقُلِ ٱعۡمَلُواْ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُ ۥ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ‌ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَـٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّہَـٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ (١٠٥)

Dan katakanlah(Muhammad): "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya (diperlihatkan) kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

Maksudnya, apa saja dan di mana saja kita bekerja terserah kita.  Atasan boleh melihat atau tidak melihat kita bekerja. Catatan kerja kita bisa saja baik semua, tetapi catatan Allah kita tidak bisa menghindar. Semua akan direkam oleh Allah subhanahu wata’ala dan kita akan menyaksikan itu karena Allah akan memperlihatkan kepada kita masing-masing pada Hari Kiamat kelak.

Pekerja pada kelompok 1 dan 2 biasanya tidak mempertimbangkan hal tersebut. Sedangkan pekerja Ikhlas akan selalu mempertimbangkan bahwa kelak di hari Kiamat akan diperlihatkan baik dan buruknya kita bekerja.   
Lihat AlQur’an Surat Fushilat ayat 22 :  

وۡرَةُ حٰمٓ السجدة / فُصّلَت

وَمَا كُنتُمۡ تَسۡتَتِرُونَ أَن يَشۡہَدَ عَلَيۡكُمۡ سَمۡعُكُمۡ وَلَآ أَبۡصَـٰرُكُمۡ وَلَا جُلُودُكُمۡ وَلَـٰكِن ظَنَنتُمۡ أَنَّ ٱللَّهَ لَا يَعۡلَمُ كَثِيرً۬ا مِّمَّا تَعۡمَلُونَ (٢٢)

Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan.

Maksud ayat tersebut : Bahwa mata, telinga dan kulit kita akan merekam apa yang kita kerjakan di dunia ini.

Dalam Surat Yaasin ayat 65 :

سُوۡرَةُ یسٓ

ٱلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلَىٰٓ أَفۡوَٲهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَآ أَيۡدِيہِمۡ وَتَشۡہَدُ أَرۡجُلُهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ (٦٥)

Pada hari ini Kami(Allah) tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.

Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa yang menjadi saksi adalah tangan dan kaki kita.  Para ulama mengatakan bahwa yang menjadi saksi adalah seluruh anggota tubuh kita. Tetapi tangan dan kaki sudah mewakili seluruh anggota tubuh kita.  Karena aktivitas hidup kita kebanyakan di lakukan oleh tangan dan kaki. Karena tangan dan kaki yang paling banyak digunakan dalam aktivitas manusia sehari-hari.

Sementara itu yang merekam kegiatan manusia ketika di dunia adalah kulit dan seluruh bagian tubuh kita dan menyimpannya. Dan semua rekaman disimpan di tulang ekor kita (Adzbudzanab) sebagai “Blackbox” ibarat pesawat terbang.   Maka meskipun jasad manusia dibakar sekian ribu derajat celsius, tulang ekor  tidak bisa terbakar, tidak hancur. Dan kelak di Hari Kiamat  hasil rekaman akan diperlihatkan kepada kita. Tidak mungkin kita akan menghindar dari bukti rekaman tersebut.

Imam Qurthubi dalam Kitab Tadzkirah mengatakan : Biasanya ketika orang sedang menghadapi sakaratul-maut, Allah akan membukakan sebagian dari rekamannya, dan mata orang tersebut cenderung terbelalak (melotot) dan mulut terbuka, menahan sakit yang luar biasa. Disamping juga ia ketakutan melihat rekamannya selama hidup di dunia.  Bila orang itu bertakwa dan beramal-sholih maka ia akan diperlihatkan amal-amal sholihnya, maka ia meninggal sambil tersenyum. Padahal menurut Hadits Rasulullah saw orang yang dicabut nyawanya itu sakit sekali, seperti sedang dikuliti.

Maka dalam Hadits shahih Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan do’a kepada kita : Allahumma inni as-alukal ‘afwa wal ‘afiyah (Ya Allah aku mohon kepada Engkau ampunan dan ‘afiyah).
Afiyah artinya : Lebih dari sehat, yaitu selamat dalam memanfaatkan anggota tubuh dari perbuatan maksiat kepada Allah subhanahu wata’ala. Maka orang sering mengatakan : Sehat wa ‘Afiat. (Sehat dan selamat dari perbuatan maksiat).

Sebelum tubuh kita merekam dan kelak berbicara di Hari Kiamat, maka marilah kita perbaiki kerja kita, dan kita jadikan Allah subhanahu wata’ala sebagai orientasi kerja kita, Allah ridho atau tidak.  Jadikan diri kita pekerja Ikhlas, jangan hanya sekedar mengandalkan otak dan fisik, tetapi kita mengandalkan Allah subhanahu wata’ala.
Orang yang bekerja mengandalkan otak dan fisik saja, terkadang dihadapkan suatu masalah,  bahkan gagal, meleset dari tujuan, tidak berhasil dsb. Padahal mereka pikir dan mereka sudah persiapkan rencana kerja, planningnya sudah mantap, management-nya sudah oke, kenapa masih rugi ini perusahaan ? Kenapa pekerjaan ini menjadi gagal ? Sehingga si pekerja menjadi stress, dsb.

Sedangkan orang pekerja yang mengandalkan Allah subhanahu wata’ala, setelah berusaha bekerja maksimal, selanjutnya ia bertawakkal, diserahkan kepada Allah subhanahu wata’ala. Mungkin kali itu gagal, tetapi ia yakin Allah subhanahau wata’ala akan mengganti dengan kesuksesan di waktu lain.

Maka kita ingin agar kelak di Hari Kiamat, yang muncul dalam rekaman hidup kita di dunia adalah rekaman amalan-amalan yang baik. Oleh karena itu marilah kita perbaiki amalan dan kerja kita, karena kerja-baik merupakan cermin dari ke-Imanan kita.  Kalau ada orang beriman tetapi kerjanya tidak beres, berarti ke-Imanannya belum beres, bermasalah. Karena AlQur’an selalu menggandengkan (mengaitkan) antara Iman dan Amal-sholih.

Amal - Sholih artinya kerja yang baik, jujur, ikhlas dan sesuai aturan. Maka Ibnu Taimiyah memberikan definisi tentang Ibadah secara luas cakupannya. Beliau mengatakan : Ibadah adalah segala macam aktivitas baik perkataan maupun perbuatan, baik nampak maupun tidak, dasarnya ada dua yaitu Allah ridho atau Allah tidak ridho. Bila Allah ridho maka itu termasuk ibadah dan amal-sholih.

Musa Al Asy’ari mengatakan bahwa bila agama seseorang itu baik maka etos-kerjanya semakin meningkat. Semakin rendah agama seseorang, maka semakin buruk etos-kerjanya. Etos-kerja yang memacu kreativitas dan produktivitas manusia untuk pembebasan dari segala bentuk penghambaan pada hal-hal yang bersifat sementara, dia bekerja orientasinya tidak sekedar uang tetapi jauh dari itu. Bila ia berhasil dan mendapatkan harta, maka harta hanya dalam genggaman tangan,  harta tidak dimasukkan ke dalam hati.

Selama Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam memimpin umat Islam, lalu beliau wafat, digantikan oleh Khalifah Aubakar as Siddik, kemudian digantikan lagi dengan Khalifah Umar bin Khathab, negara tidak punya perbendaharaan, tidak punya uang kas.   Bila perang, maka umat Islam ketika itu tidak dibiayai Negara, melainkan membiayai diri mereka masing-masing, senjata dan perbekalan sendiri-sendiri. Selesai perang juga tidak dibayar.

Misalnya, ketika Perang Khandak (Perang Parit), para shahabat dan umat Islam ketika itu dikumpulkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, kemudian diumumkan bahwa akan menghadapi perang,  perlua biaya.  Maka para umat Islam ketika itu pulang ke rumah masing-masing dan berkumpul lagi sudah siap dengan perbekalan dan senjata masing-masing.

Shahabat Abubakar as Siddik semua hartanya dibawa, demikian pula Shahabat Umar bin Khathab hartanya ditotal, lalu dibagi dua, yang separuhnya diserahkan untuk  biaya perang.  Demikian seterusnya para shahabat yang lain ber-infak luar biasa banyaknya.  Mereka tidak ada hitung-hitungan, apa yang mereka punya diserahkan untuk biaya perang.  Tingkat keimanan mereka sudah tinggi sekali.

Pada akhir-akhir pemerintahan Islam, tahun ke-8 dengan Futhuhat Islamiyah (membuka wilayah Islam), harta yang kembali ke Kas Negara banyak sekali.  Sehingga Khalifah Umar bin Khathab rodiyallahu ‘anhu bertanya kepada  Amru bin ‘Ash rodhiyallahu ‘anhu, tentang banyaknya harta itu. Amru bin ‘Ash r.a. menjawab bahwa bahwa semua perajurit yang ikut berperang sudah diberikan pembagian harta rampasan perang, tetapi mereka hanya mengambil secukupnya untuk hidup sehari-hari.  Selebihnya mereka tidak ambil, tetapi diserahkan ke Negara, biarlah Khalifah yang memanfaatkan harta itu bagi Negara.

Untuk saat ini orang bekerja membutuhkan   Land, Man, Tools, Tehnologi, Management, dst, tetapi yang utama adalah Spiritual Karakter-nya. Kita punya sumber-daya alam, orang-orang yang ahli, peralatan canggih, tehnologi yang mutakhir, management-nya baik, tetapi bila mental orang-orang yang bekerja di perusahaan itu rusak, hanya mengeruk kekayaan untuk pribadi, tidak peduli satu-sama-lain,  takut kepada atasan tetapi tidak takut kepada Allah subhanahu wata’ala, maka niscaya perusahaan itu akan rusak. Spiritual Karakter orang-orang justru lebih penting dibanding dengan semua yang tersebut di atas.

Maka Spiritual Karakter-lah yang harus dibangun. Perusahaan adalah penjelmaan dari jiwa dan hati nurani orang-orang yang bekerja perusahaan itu.  Bisnis tidak bisa dipisahkan dari jiwa dan hati nurani orang-orang yang bekerja di dalamnya. Kemenangan bisnis justru diraih dengan memenangkan jiwa dan hati nurani orang-orang yang bekerja di dalamnya.   Maka perushaan-perusahaan di Barat, mereka berupaya bagaimana agar jiwa dan hati nurani orang-orang yang bekerja di perusahaan itu merasa aman, tenteram, nyaman, betah bekerja di perusahaan itu.

Tetapi mereka baru sebatas itu. Belum membentuk jiwa dan hati-nurani yang orientasinya adalah nilai-nilai religiusitas.

Data Bisnis.
Tahun 1957 ada di Indonesia ada 500 perusahaan besar yang terbaik. Sampai tahun 2006 dari jumlah perusahaan tersebut yang yang tersisa tinggal 74 perusahaan.  Berarti 84%-nya hilang. Setelah diteliti sebab-sebab kebangkrutan mereka adalah :
Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip moral (Korupsi, penyelewengan, ketidak-jujuran, dst).  

Di Rusia (Eropa Timur), tahun 1989 Komunisme runtuh, Uni Sovyet bubar, kemiskinan merebak, tehnologi dan militer hancur, rasa kebangsaan hilang.
Tahun 2000 ketika Vladimir Putin menjadi Presiden Rusia, ia mencoba membangkitkan kepercayaan diri dan wibawa bangsa, mendongkrak pertumbuhan ekonomi, bahkan beliau sempat di muat di Majalah TIMES yang sempat membuat kontroversi. Beliau mengatakan : “Kita semua harus punya akal sehat, tetapi akal sehat hanya bisa dilahirkan oleh orang-orang yang punya prinsip, punya moral tinggi.   Punya akal sehat tetapi tidak punya moral maka akal sehat akan rusak. Moral hanya bisa dilahirkan oleh  nilai-nilai religiusitas (Ke-Agamaan). 

Negara Rusia yang semula Negara komunis, melarang adanya agama di Negara itu, tetapi saat ini membolehkan kegiatan agama apa saja, termasuk Islam, penguasa di sana mulai sadar bahwa orang yang agamanya baik, maka kerjanya akan baik juga. Bila kerjanya baik, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat dan Negara akan maju.  Menurut Presiden Putin bila Negara bangkrut  disebabkan karena orang-oranya rusak.  Maka orang-orangnya yang harus diperbaiki, agar orangnya bekerja produktif, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi bagi Negara dan bangsanya.

Islam mengajarkan mengatasi sifat-sifat buruk pada manusia.
Lihat Surat Al Ma’aarij ayat 19 – 35 :

سُوۡرَةُ المعَارج

۞ إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا (١٩) إِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ جَزُوعً۬ا (٢٠) وَإِذَا مَسَّهُ ٱلۡخَيۡرُ مَنُوعًا (٢١) إِلَّا ٱلۡمُصَلِّينَ (٢٢) ٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ صَلَاتِہِمۡ دَآٮِٕمُونَ (٢٣) وَٱلَّذِينَ فِىٓ أَمۡوَٲلِهِمۡ حَقٌّ۬ مَّعۡلُومٌ۬ (٢٤) لِّلسَّآٮِٕلِ وَٱلۡمَحۡرُومِ (٢٥) وَٱلَّذِينَ يُصَدِّقُونَ بِيَوۡمِ ٱلدِّينِ (٢٦) وَٱلَّذِينَ هُم مِّنۡ عَذَابِ رَبِّہِم مُّشۡفِقُونَ (٢٧) إِنَّ عَذَابَ رَبِّہِمۡ غَيۡرُ مَأۡمُونٍ۬ (٢٨) وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِفُرُوجِهِمۡ حَـٰفِظُونَ (٢٩) إِلَّا عَلَىٰٓ أَزۡوَٲجِهِمۡ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَـٰنُہُمۡ فَإِنَّہُمۡ غَيۡرُ مَلُومِينَ (٣٠) فَمَنِ ٱبۡتَغَىٰ وَرَآءَ ذَٲلِكَ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡعَادُونَ (٣١) وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِأَمَـٰنَـٰتِہِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٲعُونَ (٣٢) وَٱلَّذِينَ هُم بِشَہَـٰدَٲتِہِمۡ قَآٮِٕمُونَ (٣٣) وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ صَلَاتِہِمۡ يُحَافِظُونَ (٣٤) أُوْلَـٰٓٮِٕكَ فِى جَنَّـٰتٍ۬ مُّكۡرَمُونَ (٣٥)


19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
20. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
21. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,
22. Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,
23. Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,
24. Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu,
25. Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),
26. Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan,
27. Dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.
28. Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya).
29. Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya,
30. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
31. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
32. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
33. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya.
34. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.
35. Mereka itu (kekal) di syurga lagi dimuliakan.
Dari ayat-ayat tersebut, kita bisa mengambil palajaran bahwa jangan sekali-kali meninggalkan sholat dan hendaknya sholatnya berkualitas. Yaitu dijaga sholatnya sesuai dengan contoh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam yaitu khusyu’ dan dihayati. Bila sholatnya benar maka orang itu akan terhindar dari perbuatan keji dan munkar.

Nilai-nilai Sholat adalah :
Ikhlas, Istiqomah, Disiplin, Fokus (Khusyu’) dan Team-work.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermnafaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                       _____________

No comments:

Post a Comment