PENGAJIAN DHUHA
MASJID BAITUSSALAM
Menggapai Romadhon Berkah
Ahmad Fihri, MA
Jum’at,
20 Sya’ban 1437J – 27 Mei 2016.
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Beberapa hari lagi kita insya Allah akan
memasuki bulan Romadhon 1437 H, artinya sudah berpuluh kali Romadhon kita
alami, tetapi Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam menikmati Romadhon hanya 9 kali (sembilan kali bulan
Romadhon). Karena di-Syari’atkannya berpuasa Romadhon adalah di tahun ke-2
Hijriyah.
Lihat AlQur’an Surat Al Baqarah ayat 183 :
البَقَرَة
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡڪُمُ
ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِڪُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ (١٨٣)
Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
Dalam ayat tersebut Shiam Romadhon bukan
“kata perintah” yaitu dengan kalimat
“kutiba” yang artinya dituliskan,
ditetapkan, diputuskan. Maknanya adalah diwajibkan
untuk berpuasa (shiam). Karena shiam (Puasa) telah dilakukan (diperintahkan)
oleh umat-umat terdahulu sebelum kaum Muslimin zaman Nabi Muhammad saw sampai
saat ini. Dan ternyata puasa telah menjadi kekuatan Ruhiyah. Bahkan di setiap agama ada puasa.
Ayat tersebut menyatakan kepada kita
kaum Muslimin-muslimat untuk melakukan shiam (berpuasa) di bulan Romadhon. .
Hukumnya Wajib. Perintah Shiam Romadhon tidak kepada semua
manusia, tetapi hanya kepada orang-orang yang beriman. Artinya, fondasi
berpuasa Romadhon adalah Iman.
Terkait dengan permulaan ibadah Shiam,
jangan dikaitkan dengan perbedaan antara dua kelompok umat Islam. Karena
keduanya menggunakan Ijtihad
masing-masing. Haditsnya hanya satu, yaitu Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam melihat (Ru’yah Hilal), munculnya bulan di ufuk barat dengan mata-telanjang. Sedangkan Muhammadiyah menggunakan ilmu Hisab,
(Ilmu Astronomi), dengan alat tehnologi yang tinggi untuk melihat bulan. Dan
itu dibenarkan. Jadi tidak usah ada yang saling menyalahkan, dua-duanya benar
dengan Ijtihad masing-masing.
Lihat Surat Al Hajj ayat 32 Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
سُوۡرَةُ الحَجّ
ذَٲلِكَ وَمَن يُعَظِّمۡ شَعَـٰٓٮِٕرَ ٱللَّهِ
فَإِنَّهَا مِن تَقۡوَى ٱلۡقُلُوبِ (٣٢)
Demikianlah
(perintah Allah). dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan
hati.
Maka bila dimungkinkan, hendaknya di
kantor-kantor, atau di tempat-tempat umum di adakan simbul (syiar-syi’ar)
Romadhon dalam rangka menyambut Romadhon.
Apakah itu berupa spanduk atau stiker-stiker berupa pesan-pesan ibadah
Romadhon, atau umbul-umbul sebagai pertanda syi’ar-syi’ar Romadhon.
Bandingkan dengan Hari Natal, mereka
orang-orang non-Islam menyambutnya di Mal-Mal luar biasa, dengan simbul-simbul
mereka di pasang di mana-mana.
Sebagai syi’ar-syi’ar Allah, pasanglah di rumah-rumah kita pesan-pesan
Roma-dhon, dengan bahasa-bahasa yang mudah dimengerti, meskipun mungkin dengan
ukuran kecil, untuk mengajak umat mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah subhanahu
wata’ala. serta mengingatkan saudara-saudara kita yang kebetulan lewat di
depan rumah kita. Untuk menjadikan Romadhon lebih membahana dan menggema.
Demikian itu amalan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dan para
sahabat. Begitu pula sesudah Romadhon, Rasulullah saw dan para sahabat
meng-evaluasi ibadah mereka dan enam bulan berikutnya mereka merindukan datangnya
bulan Romadhon berikutnya. Maka
Rasulullah saw beserta para sahabat begitu memasuki bulan Rojab, berdo’a : Allahumma
bariklana fi Rojab wa Sya’ban wa balighna Romadhon (Ya Allah berkahilah kami di bulan Rojab dan sampaikan umur kami hingga
bulan Romadhon yang akan datang).
Walaupun itu Haditsnya Dho’if, karena
tidak terkait dengan Aqidah maka tidak mengapa kita berdo’a sebagaimana
tersebut di atas.
Romadhon
artinya
panas (pembakaran), dan seyogyanya hidup kita di muka bumi ini seperti ketika
bulan Romadhon. Karena visi hidup kita
jelas : Walal akhirotu khoirullaka minal ula (Dan Akhirat itu lebih baik bagimu dari pada
dunia (awalnya).
Bahwa dalam hidup kita di dunia ini orientasi
Akhirat lebih diutamakan.
Romadhon mengajarkan
bahwa orientasi Akhirat lebih utama
dibandingkan dunia. Dalam bulan Romadhon nafsu keduniaan sedikit,
obasesi-obsesi keduniaan dibatasi, dan semua komponen kehidupan kita, ruh dan
jiwa, mulut serta fikiran kita hanya untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala. Selanjutnya yang
selalu kita fikirkan adalah bagaimana kita melakukan amalan-amalan sosial
seperti zakat, shodakoh, waqaf, dst. Sehingga suasana yang terjadi adalah
tenang, teduh, damai, dan nyaman.
Malam harinya di bulan Romadhon kita
mengikuti sholat Tarawih berjamaah
di masjid, sambil mendengarkan ayat-ayat suci AlQur’an dilantunkan oleh Imam
sholat, terasa menyentuh ruh kita sampai relung-hati yang paling dalam. Maka
ketika hendak sholat Tarawih dianjurkan anda memilih masjid-masjid yang sholat
Tarawihnya Tuma’ninah, tidak
terburu-buru, bacaan surat oleh Imam dengan tartil. Karena di negeri kita ini banyak masjid-masjid dimana
sholat Tarawihnya cepat sekali, bacaan suratnya menjadi tidak jelas, dan sholat
Tarawih 23 rokaat dalam setengah jam selesai. Hindari yang demikian itu.
Ketika Imam Sholat Tarawih membaca
surat-nya secara tartil, surat yang
dibaca panjang-panjang, maka akan terasa nikmatnya, apalagi yang mengerti makna
surat yang dibacanya, sungguh suatu kenikmatan yang luar biasa. Maka dianjurkan agar Romadhon tahun ini harus ada yang berbeda dengan Roamdhon
sebelumnya. Demikian itu kita agenda-kan di bulan Romadhon tahun ini.
Dan bulan Romadhon, sebagai “tungku pemanas” kita sedang naik, jiwa
kita terbakar dengan puasa dan ibadah Romadhon, dengan semangat memikirkan
untuk orang lain, beribadah amal-sosial, .peduili dengan orang lain dengan cara
menunaikan zakat, shodakoh, memberi
makan kepada orang fakir-miskin, mengajak berbuka bersama dst, dan ukhuwah
kebersamaan ketika berbuka puasa bersama dengan fakir-miskin sangat terasa
luar-biasa nikmatnya.
Maka menjadi “Rugi” kalau para kepala
keluarga (ayah) tidak punya siasat (strategi) ketika melakukan puasa Romadhon.
Misalnya, seorang ayah mengajak kepada
keluarganya, selesai sholat Tarawih di masjid, ajak keluarga untuk membaca
(Taddarus) AlQur’an, setiap malam satu Juz, sehingga satu bulan Romadhon khatam 30 Juz AlQur’an. Atau
mengajak keluarga yang terbiasa pulang-kampung beberapa hari sebelum Lebaran,
diubah pulang-kampung setelah Lebaran. Sehingga
kita dan keluarga bisa melakukan I’tikaf
di masjid-masjid dekat rumah kita.
Kondisi
masyarakat kita.
Dalam masyarakat ada sebagian orang yang
merasa berat ketika memasuki bulan Romadhon.
Ia merasa tidak bersemangat, lelah-lunglai, malas, letih dst. Yang demikian ini tentu ada yang bermasalah. Ada
lagi segolongan orang yang meng-anggap biasa, Romadhon adalah hal biasa, rutinitas,
puasa sekedar menggugurkan kewajiban saja. Tidak ada masalah, tidak ada greget.
Biasa-biasa saja.
Ada lagi segolongan umat yang merasa
gembira dengan datangnya Romadhon, dengan penuh semangat mereka melaksanakan
ibadah Romadhon, bahkan ada yang berdo’a mudah-mudahan Romadhon kali ini
merupakan Romadhon terakhir bagi kami. Dan mereka merindukan datangnya
Romadhon. Karena bulan Romadhon adalah bulan pengampunan dosa, bulan orang dihindarkan
dari api neraka, dan bulan penuh rahmat. Sungguh bulan
kenikmatan.
Tetapi Romadhon adalah juga berkah bagi
orang non-muslim. Bisa kita lihat di Mal-mal, Super Market dan toko-toko
swalayan kepunyaan orang kafir, justeru sudah siap dengan barang-barang
konsumsi Hari Raya Idul-Fitri.(Lebaran).
Mereka sudah mempersiapkan jauh-jauh
hari sebelumnya. Jusrtru di bulan Romadhon toko-mereka semarak dengan berbagai
barang kebutuhan Romadhon dan Idul-Fitri, mereka mendapat keuntungan yang luar-biasa
besarnya dengan datangnya Romadhon dan Idul-Fitri.
Kalau mereka sudah bersiap-siap
menghadapi Romadhon, kenapa kita tidak ? Tentu persiapan kita berbeda
dengan mereka. Persiapan kita adalah
bagaimana agar kita bisa beribadah bulan Romadhon dengan penuh semangat, puasa,
menahan hawa nafsu, malam Tarawih,
Taddarus, berdo’a munajat, sahur, sholat Subuh berjamaah, dst. Dan berkah Romadhon terlihat sekali, di bulan
itu tidak ada lagi orang yang berkekurangan pangan, tidak ada kelaparan, semua
kebutuhan tercukupi.
Bulan Romadhon dimana bulan itu dibuka
pintu-pintu surga, pintu-pintu kebaikan dan ditutup pintu-pintu neraka,
pintu-pintu kejahatan, kemaksiatan.
Ketika malam sholat Tarawih berjamaah,
terasa kebersamaan kita, sehingga
menguatkan ruh kita dengan Allah subhanahu
wata’ala. Apalagi di malam sepuluh
terakhir bulan Romadhon, .banyak masjid-masjid yang menyelenggarakan fasilitas I’tikaf, bagi orang-orang yang ingin melakukannya. Malaikat
berseru : “Wahai pencari kebaikan,
sambutlah. Wahai pencari kejahatan,
berhentilah !” Demikianlah sampai berakhirnya Romadhon. (Hadits Riwayat Imam Ahmad).
Itulah sebetulnya “Kekuatan kita”, yang
hari ini sedang sirna. Maka bisa kita saksikan, pada pekan pertama dahsyat
sekali, yang berjamaah Tarawih di masjid penuh, bahkan luber sampai di luar
masjid. Pada pekan kedua mulai surut dan
pada pekan terkahir yang berjamaah sholat Tarawih tinggal dua baris. Dari tahun
ke tahun begitu-begitu saja. Maka untuk kali ini marilah kita usahakan agar
Romadhon kali ini berbeda dengan sebelumnya.
Sebagian masyarakat kita di bulan
Romadhon (akhir), mereka sibuk dengan persiapan pulang kampung. Mereka sibuk di
jalan-jalan Tol menuju kampung mereka. Maka kita do’akan dan kita ingatkan
mereka, agar jangan sampai semua itu melalaikan
puasa Romadhon. Maka usahakan agar tahun ini kita bisa I’tikaf di masjid,
jangan pulang kampung.
Kita ubah : Pulang kampung sesudah lebaran.
Lima
langkah menghadapi Romadhon.
1.
Puasa. Puasa
mengajarkan kita untuk berlaku jujur, disiplin, taat dan patuh.
2. Dua kebahagiaan bagi mereka yang berpuasa, yaitu
ketika saat berbuka dan saat kelak bertemu dengan Allah subhanahu wata’ala.
3. Ada tiga do’a
yang tidak ditolak oleh Allah subhanahau
wata’ala yaitu : Do’a orang yang sedang berpuasa dari sejak pagi hingga ia
berbuka (Maghrib), do’a orang yang sedang safar (perjalanan) dan do’a orang
yang didzolimi serta do’a orangtua kepada anaknya. Maka banyak-banyaklah berdoa
ketika sedang Shaum Romadhon.
4. Dijanjikan Babul Royyan (Pintu Surga
khusus untuk orang yang Shaum (Puasa) Romadhon.
5. Puasa adalah ibadah milik Allah antara hamba dan
Tuhannya. Allah subhanahu wata’ala
bersabda : “Semua amal manusia adalah
miliknya, kecuali Puasa Romadhon adalah milik-Ku. Aku-lah yang akan memberikan
pahala bagi siapa yang melakukannya”.
(Hadits riwayat Imam Bukhari).
Menjaga Puasa:
1.
Menunaikan
sunnah-sunnhnya,
2.
Menjaga
dari hal-hal yang merusak pahala dan hikmahnya.
Istilah.
Ta’jil artinya menyegerakan,
bukan makanan kecil untuk berbuka puasa. Juga bukan berarti membatalkan puasa. (Ta’jil =
menyegerakan). Ta’jil artinya
menyegerakan berbuka puasa. Sunnahnya adalah dengan korma.
Sahur artinya waktu
beberapa saat sebelum Subuh. Makan Sahur artinya makan dan minum di waktu akhir
malam, sebelum masuk waktu Subuh. Maka disunnah-kan makan sahur adalah meng-akhirkan (makan diakhir waktu
malam), menjelang waktu Subuh.
Imsak
artinya
menahan, bukan melarang
makan-minum. Waktu Imsak artinya,
siap-siap untuk tidak makan-minum, masih boleh makan dan minum, sampai masuk
waktu Subuh. Ketika masuk waktu Subuh, stop, tidak boleh lagi makan-minum.
Peringatan:
Ketika waktu Sahur adalah waktu yang Mustajab untuk berdo’a, Munajat, memohon segala permintaan kepada Allah subhanahu wata’ala. Maka ketika saat
Sahur TV harus dimatikan, jangan menonton TV, karena TV-TV sekarang isinya
maksiat dan hanya menayangkan orang cengengesan, ketawa-ketawa yang
tidak ada manfaatnya. Lebih baik siap-siap untuk pergi ke masjid/musholla untuk
Sholat Subuh berjamaah.
Do’a ketika berbuka
puasa yang benar adalah sesuai dengan contoh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam : Dzahabadhdhoma’u wabtalatil ‘uruqu, wa tsabatil
ajru
insya Allah ( Telah hilang rasa
lapar dan terbasahi seluruh urat-uratku, dan telah ditetapkan pahala dari Allah
subhanahu wata’ala, insya Allah).
Berbuka
disunahkan
dengan korma satu, dua atau tiga buah dan minum air putih. Kemudian segera
menuju masjid/musholla untuk sholat Maghrib berjamaah.
Tarawih, berasal dari
kata rohah,
artinya istirahat. Sholat Tarawih artinya sholat yang santai, pelan-pelan,
boleh istirahat sebentar, tidak terburu-buru.
Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam
Hadits shahih dari Abu Hurairah rodhiyallahu
‘anhu : “Barangsiapa yang beribadah
di bulan Romadhon karena iman dan mengharap ganjaran maka akan dihapuskan dosa-dosanya di waktu
yang telah lalu”.
Saran
:
Bila sholat Tarawih dengan dua-rokaat
salam – dua rokaat salam, sampai selesai, maka Sholat Witir-nya juga dua-rokaat
salam lalu ditambah satu rokaat dan salam.
Bila sholat Tarawih dengan empat rokaat
salam – empat rokaat salam, maka sholat
Witir-nya tiga rokaat sekaligus lalu salam.
Dalam Hadits shahih Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam ketika
sholat Witir, maka rokaat pertama (sesudah Al Fatihah) beliau membaca SuratAl A’la, rokaat kedua membaca Surat Al Kafirun dan pada rokaat ketiga membaca Surat Al Ikhlas, Surat Al Falaq dan Surat
An Naas ( Surat Al Muwidatain).
Surat
Al Muwwidatain artinya :
Dua surat Perlindungan, yaitu Surat untuk memohon perlindungan kepada
Allah subhanahu wata’ala, yaitu Surat Al Falaq dan Surat An Naas. Surat tersebut
biasanya dibaca oleh orang yang sedang me-Ruqyah dirinya atau orang lain.
Dalam Surat Al Falaq memohon perlindungan dari 4 kejahatan (eksternal) :
1.
Min Syarri ma kholaq (kejahatan yang
Allah ciptakan yaitu manusia, hewan, system, dst.)
2.
Min Syarri ghosyik (kejahatan malam sampai pagi),
3.
Min Syarrin nafasat fil ‘uqod (kejahatan tukang sihir yang menghembus-kan
manteranya dan mengikatkan buhul-nya).
4.
Min Syarri hasidin idza hasad (Kejahatan orang yang dengki apabila ia
dengki)
Dalam Surat An Naas memohon perlindungan dari 3 kejahatan (internal) :
1.
Min syarril waswasil khonnaas (Bisikan
syaitan yang tersembunyi),
2.
Yuwaswisu fi sudurinnaas (Bisikan
kejahatan dalam dada),
3.
Minal jinnati wannaas (kejahatan dari
golongan jin dan manusia).
Disunnahkan dalam bulan Romadhon banyak Taddarus dan bershodaqoh, Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam dalam Hadits shahih bersabda : “Barangsiapa yang memberi makan untuk berbuka seseorang yang sedang
berpuasa maka baginya pahala yang sama dengan orang yang berpuasa itu tanpa
mengurangi pahala puasa orang itu”.
I’tikaf
artinya
berdiam diri di masjid pada sepuluh hari terakhir di bulan Romadhon. Antara
lain untuk mendapatkan Lailatul Qadar
(Malam yang lebih baik daripada seribu bulan). Ketika I’tikaf dianjurkan untuk
banyak-banyak dzikir, wirid, berdo’a, Munajat, membaca Al Qur’an dan
sholat-sholat Sunnah.
Umroh.
Dalam Hadits disebutkan bahwa Umroh di
bulan Romadhon pahalanya sama dengan ibadah Haji.
Pertanyaan
:
Bolehkah dalam bulan Romadhon melakukan sholat Tahajud meskipun sudah melakukan
sholat Tarawih ?.
Jawaban
:
Tarawih adalah Qiyamul Lail (Sholat malam) dalam bulan Romadhon. Tahajud adalah
sholat malam, maka Tarawih sama dengan Tahajud.
Sekian bahasan mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU
ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
_____________
No comments:
Post a Comment