PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Tanggungjawab Dakwah
Drs. H. Ahmad Yani
Jum’at, 27 Sya’ban 1437H – 3 Juni 2016
Assalamu’alaikum
wa.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Secara harfiah dari segi bahasa arti Dakwah adalah menyeru, mengajak atau memanggil manusia agar
beriman dan taat kepada Allah subhanahu
wata’ala. Maka dapat disimpulkan bahwa tangungjawab dakwah tidak hanya
dibebankan kepada Ustadz, Mubaligh. Khotib,dst, tetapi setiap muslim harus
menunaikan dakwah. Karena kita semua ingin semua orang bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala.
Sebagaimana kita ketahui bahwa penduduk
bumi saat ini sekitar 6 milyar orang, dan jumlah muslim kira-kira 1, 5 (satu
setengah) milyar orang. Artinya masih banyak orang yang belum beriman dan taat kepada Allah subhanahu wata’ala. Apalagi dari sejumlah muslim tersebut masih
banyak orang yang mengaku beriman-pun
belum mau taat. Sementara dakwah
menginginkan agar manusia beriman dan taat.
Dakwah ingin mengubah
manusia dari keadaan “apa adanya” kepada “yang seharusnya”. Maksud “apa adanya”
misalnya ada orang awam, tidak tahu tentang ajaran Islam, tidak paham mana yang
Haq dan mana yang Bathil. Dengan Dakwah ingin kita ubah agar orang menjadi
paham. Dari kaum muslimin saja masih banyak yang awam terhadap agamanya. Banyak
orang yang mengaku muslim tetapi tidak paham tentang agamanya (Islam).
Termasuk dalam kalangan kita sendiri
(kaum muslimin) masih banyak yang belum paham tentang ajaran Islam. Maka disarankan kepada diri kita, cobalah di
catat (ditulis) apa-apa dalam agama Islam yang belum kita pahami, selanjutnya
catatan (tulisan) tersebut disampaikan kepada pengelola pengajian di mana kita
bertempat-tinggal. Agar hal tersebut disampaikan kepada Ustadz yang mengisi
pengajian di tempat kita dan selanjutnya agar dibahas apa-apa yang belum kita
pahami.
Ada lagi, di sekitar tempat tinggal kita
ada orang-orang yang belum punya sikap yang positif. Itu harus kita ubah, yaitu mengubah dari kondisi apa adanya, yaitu sikap dan
sifat yang negativ menjadi sikap dan sifat positif. Misalnya ada orang yang
punya sifat kikir, sombong, malas, dst,
semuanya itu sifat-sifat negativ, dan kita ingin mengubah sifat-sifat negativ
tersebut menjadi sifat yang positiv. Yaitu agar orang yang semula kikir menjadi
dermawan, yang semula sombong menjadi tidak sombong, agar yang semula malas
beribadah menjadi rajin beribadah, berubah menjadi sifat-sifat yang positif
dalam hidupnya.
Menjadi kondisi “yang seharusnya”.
Dakwah
juga
ingin mengubah orang dari kondisi
belum beramal-sholeh menjadi beramal-sholih.
Banyak orang yang sudah tahu, paham, tetapi apa yang mereka ketahui (pahami)
belum berujud menjadi amal. Orang yang tahu
belum tentu mau beramal. Maka kita
ingin apa yang sudah kita pahami berujud menjadi amal yang sholih.
Sebentar lagi kita memasuki bulan
Romadhon tahu 1437 H (tahun 2016), kita berpuasa Romadhon. Ada istilah yang populer, yaitu “Ta’jil” artinya : menyegerakan berbuka puasa. Kenapa disegerakan ? Karena sudah
waktunya (berbuka puasa).
Maka jangan suka menyegerakan sesuatu
yang belum waktunya. Kalau belum waktu berbuka tetapi sudah berbuka maka itu
namanya “Isti’jal” (tergesa-gesa).
Sifat tergesa-gesa dilarang oleh Islam. Tetapi amal-sholih harus kita segerakan
(Ta’jil). Pelajaran dari Ta’jil
adalah : Kita harus bersegera dalam
kebaikan. Amal-sholih jangan ditunda-tunda.
Bila kebaikan (amal-sholih)
ditunda-tunda, maka kita akan :
1.
Kehilangan
Motivasi.
Amal yang dilakukan di awal waktu, akan menjadi bersemangat. Sedang bila
dilakukan nanti-nanti saja, maka ketika melaksanakan amal-sholih sudah
kehilangan semangat.
2.
Kehilangan
Keutamaan.
Sebab ada sesuatu yang bila dikerjakan di awal waktu jauh lebih baik daripada
dilakukan di akhir waktu. Memang ada amal yang baik bila dilakukan di akhir
waktu, misalnya Sahur lebih baik
dilakukan di akhir-waktu. Sahur boleh dilakukan jam 04.00 tetapi Sahur pada
pukul 04.15 lebih baik. (Sebelum masuk
waktu Imsak).
3.
Kehilangan
Momentum (kesempatan).
Misalnya, ada saudara kita yang sakit di rumah sakit. Kita ada waktu
(kesempatan untuk menjenguk). Uang untuk ongkos transport ada. Tetapi di tunda-tunda. Nanti saja mencari
teman, agar bisa bersama-sama menjenguk. Beberapa hari kemudian ketika kita
menjenguk, ternyata teman yang sakit itu sudah meninggal. Kita kehilangan momentum. Barulah kita
menyesal. Belum sempat bertemu, terman kita sudah meninggal.
Dakwah adalah mengubah orang dari kondisi apa adanya,
menjadi bagaimana yang seharusnya. Oleh karena itu Dakwah adalah wajib bagi
setiap muslim.
Disebutkan dalam Al Qur’an Surat An Nahl ayat 125 :
سُوۡرَةُ النّحل
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ
وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَـٰدِلۡهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ
رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦۖ وَهُوَ أَعۡلَمُ
بِٱلۡمُهۡتَدِينَ (١٢٥)
Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.
Hikmah
dalam
ayat tersebut artinya bijaksana. Artinya, ketika kita mengajak orang harus
bijaksana, jangan memaksa. Mengajak apapun jangan memaksa. Ajaklah orang dengan
baik-baik. Dan sampaikan pelajaran dan nasihat-nasihat yang baik. Berdakwalah
dengan cara sebaik mungkin.
Dalam Hadits diriwayatkan suatu Hari Nabi
Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam sedang berdakwah, antara lain
isinya agar orang jangan berbuat maksiat.
Tiba-tiba datang seorang pemuda berkata : “Ya Rasulullah, saya ingin
berzina, tolong izinkan saya berzina dengan seorang perempuan”.
Mendengar perkataan pemuda tersebut, para
sahabat marah, sambil mengeluarkan pedangnya, tetapi dilarang oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam. Beliau
mencegah sahabatnya agar jangan marah. Bersabarlah.
Kemudian Rasulullah saw bertanya kepada
pemuda itu : “Apakah kamu punya ibu? Punyakah kamu saudara perempuan?”. . Dijawab oleh pemuda itu : “Punya ya
Rasulullah”. Rasulullah saw bertanya : “Bagaimanakah
perasaanmu seandainya ibumu atau saudara perempuanmu dizinahi orang?”. Pemuda
itu langsung menjawab : “Saya tidak suka, saya akan marah kepada orang itu”.
Rasulullah saw bersabda : “Kalau kamu
tidak suka ibumu atau saudara perempuanmu dizinahi orang, kenapa kamu sekarang
minta dibolehkan untuk berzina? Padahal wanita yang akan engkau zinahi juga
punya anggota keluarga, punya saudara, yang perasaan mereka sama dengan kamu”.
Mendengar pertanyaan Rasulullah saw
tersebut, si pemuda tidak jadi berzina. Dia urungkan keinginan untuk berbuat
maksiat. Setelah pemuda itu berkata
bahwa ia tidak jadi dan mengurungkan niatnya itu, Rasulullah saw mendo’akan pemuda
tersebut : “Allahummaghfir dzambahu wa thohir
qolbahu wa hassin farjahu (Ya Allah ampunilah dosa pemuda itu,
bersihkanlah hatinya dan pelihara kemaluannya)
Makna Hadits tersebut : Bahwa berdakwah
harus dengan Hikmah (bijaksana, lemah lembut).
Dakwah juga merupakan kewajiban bagi
setiap kaum muslimin, lihat Surat Ali
Imran ayat 104 :
سُوۡرَةُ آل عِمرَان
وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٌ۬ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ
وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ
هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (١٠٤)
Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar merekalah orang-orang
yang beruntung.
Ma'ruf: segala perbuatan
yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala
perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
Ma’ruf artinya sesuatu
yang sudah dikenal, diketahui. Tentang
kebaikan, semua orang tahu tentang kebaikan, tetapi orang yang tahu tentang
kebaikan belum tentu mau melakukan kebaikan. Maka harus diperintahkan,
disebut : Amar ma’ruf.
Munkar adalah sesuatu
yang orang tidak suka, orang mengingkarinya. Tetapi banyak orang yang
melakukannya, karena hawa-nafsu. Maka
diperintahkan untuk mencegah dan menghindarinya, disebut : Nahi Munkar.
Dalam ayat tersebut dikatakan : Merekalah orang-orang yang beruntung.
Juga diperintahkan agar kita menjadi umat
yang terbaik.
Lihat juga Surat Ali Imran ayat 110 :
سُوۡرَةُ آل عِمرَان
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ
تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنڪَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ
وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡڪِتَـٰبِ لَكَانَ خَيۡرً۬ا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ
ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَڪۡثَرُهُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ (١١٠)
Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli
kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Kita disebut umat terbaik apabila
keberadaan kita di tengah-tengah masyarakat bisa dirasakan manfaatnya bagi
orang lain. Jangan sampai menjadi orang dalam hidup ini tidak terasa
manfaatnya. Sekecil apapun harus ada yang bisa dirasakan manfaat kita oleh
orang lain. Syukur-syukur manfaat kita tidak kecil, tetapi besar dan banyak.
Sehingga ketika kita mati, banyak orang yang merasa kehilangan. Jangan sampai kita ibarat bilangan : Adanya tidak menggenapkan dan ketidak-adanya
tidak mengganjilkan.
Sebaiknya orang itu seperti garam.
Adanya garam sangat dibutuhkan oleh semua orang, terutama bagi ibu-ibu
yang memasak makanan. Bila kurang garam
maka masakan menjadi tidak enak. Dan ketika tidak ada garam, maka orang
mencari-cari garam, karena sangat dibutuhkan.
Meskipun garam itu tidak terlihat, tetapi keberadaannya sangat terasa.
Dalam Hadits disebutkan, Rasulullaha shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sampaikan dariku walaupun hanya satu ayat”.
Maksudnya, meskipun pengetahuan agama kita sangat sedikit, mulailah kita
berdakwah.
Seorang ustadz bernama Samsi Ali (orang Makasar) menceritakan
pengalamannya, bahwa seorang temannya yang orang Amerika yang baru dua bulan
masuk Islam berhasil memasukkan dua temannya lagi menjadi muslim.
Dengan cara apa ia memasukkan temannya
menjadi muslim ? Ialah dengan cara Chatting,
lewat internet, Facebook. Ia berdialog dengan temannya yang anak remaja Amerika
itu melalui Chatting, dua temannya yang
diajak Chatting itu lalu masuk Islam. Alhamdulillah.
Maknanya, bahwa anak remaja tersebut
termasuk orang yang sudah berdakwah.
Berdakwah bisa dalam arti memasukkan orang
kafir menjadi muslim. Bisa dalam arti, orang sudah muslim agar menjadi orang
yang taat beribadah. Bisa saja dakwah dalam arti orang sudah paham dan taat,
agar menjadi orang yang Istiqomah. Sekarang kita ingin
memerankan yang mana, silakan. Kita harus bisa memerankan diri dalam berdakwah.
Silakan pilih posisi yang mana. Orang
harus berdakwah sesuai dengan kemampuan dan potensi masing-masing.
Dakwah
tidak
harus dengan ceramah. Dakwah bisa dengan banyak cara.
Kepada orang-orang yang masih awam,
cobalah membikin kelompok pengajian di sekitar anda tinggal. Kemudian anda
undang seorang guru (Ustadz) untuk memberikan ceramah agama Islam. Itu juga
disebut dakwah. Atau seseorang punya jabatan misalnya Ketua Rt, atau Rw. Atau
jabatan apa saja, maka gunakan jabatannya itu untuk dakwah. Kalau orang beragama lain semangat
mendakwahkan agamanya, kenapa kita tidak ?
Ataukah dakwah hanya akan kita serahkan
kepada para Mubaligh, Khotib, Ustadz, Ulama dan Kiai, padahal kita semua ini
bisa terlibat di dalam Dakwah?. Sebaiknya tidak demikian.
Tanya-Jawab.
Pertanyaan:
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa
dakwah (mengajak) itu tidak boleh memaksa.
Kamipun mengajak kepada teman (teman-teman) tetapi mereka diam saja
tidak ada respon. Kami memang tidak
memaksa mereka. Lalu kami mengadakan
acara dakwah dengan memanggil seorang Ustadz dan ternyata bisa terlaksana
dengan baik. Ternyata begitu acara
dakwah selesai, teman-teman yang kami ajak tetapi tidak memberi respon itu
bahkan menyalahkan kami, kenapa membikin acara dakwah tidak mengajak mereka.
Bagaimana dengan hal yang demikian itu ?
Jawaban
:
Ketika mengajak, ajaklah teman anda itu
dengan bahasa yang enak dan ber-variasi.
Anda perlu belajar kepada para Salesman
(Salesgirl) yang menawarkan produk.
Begitulah salah satu cara kita mengajak berdakwah. Atau dengan cara
lain, misalnya melalui media lain, SMS, Facebook atau WA. Atau dengan cara lain yang kiranya baik dan
enak sehingga orang yang kita ajak merasa tertarik.
Bila anda berkenan bisa panggil saya (Drs. H. Ahmad Yani) No. HP : 08129021953.
Pertanyaan:
Bagaimana jika seseorang ingin mengajak
(berdakwah) menuju kebaikan. Padahal ia
merasa dirinya selama ini banyak melakukan ketidak-baikan (melakukan sesuatu
yang tidak baik).
Semantara dalam AlQur’an Surat Ash Shoff ayat 2 – 3 menyebutkan : Wahai
orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat.
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak
kamu kerjakan.
Mohon penjelasan.
Jawaban:
Ayat tersebut diawali dengan kalimat : Hai orang-orang yang beriman. Maka ayat
tersebut ditujukan kepada semua orang yang beriman. Maka bila anda merasa
menjadi orang yang beriman, hendaknya anda berhenti mengatakan sesuatu yang
tidak anda kerjakan. Maksud ayat tersebut, hendaknya anda konsekuen, lakukan satunya kata dan perbuatan.
Sebetulnya, dakwah yang hendak kita
lakukan adalah juga untuk kepentingan kita sendiri. Orang lain memang mendapat
manfaat dengan dakwah kita, tetapi yang utama adalah untuk kepentingan kita
sendiri. Sebab bila kita berdakwah, maka kita akan selalu berusaha membuktikan kebenaran Iman. Keutamaan dakwah adalah
: Memperoleh derajat hidup yang tinggi. Dan juga memperoleh pahala yang besar.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam sebuah Haidts shahih : Siapa yang mengajak kepada kebaikan, maka ia
akan mendapat pahala sebanyak nilai pahala yang orang dapatkan itu.
Maksudnya, bila seseorang mengajak orang
lain sholat, padahal orang lain itu semula tidak pernah sholat, sekarang
setelah ia dakwahkan, ia ajak untuk sholat dan mau mengerjakan sholat dengan
rajin, maka ia (yang mengajak sholat itu) akan mendapatkan pahala sebesar
pahala sholat temannya itu, tanpa mengurangi pahala sholat orang yang diajaknya
itu.
Artinya, kepentingannya juga untuk orang
yang mengajak (berdakwah) itu sendiri.
Ia mendapatkan “Bonus yang besar”, dari dakwahnya itu dan dapat membuktikan
keimanan yang benar. Dan menjadikan orang yang berdakwah itu berhati-hati,
karena apa yang ia sampaikan menjadi beban moral baginya. Orang yang
mendakwahkan agar orang lain suka ber-shodakoh, maka ia akan terdorong menjadi
orang yang suka ber-shodakoh.
Dakwah juga menjadi semacam “Rem” bagi sebuah kendaraan.
Agar jalannya berhati-hati, tidak menabrak sana-sini. Supaya jalannya aman
karena ada Rem. Agar hidup kita selalu bisa mengerem terhadap keinginan hawa-nafsu,
dst. bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Kalau tidak ada “Rem”
maka orang akan meng-halalkan segala cara. Tidak peduli dengan jabatan yang ia miliki,
tidak peduli dengan nama-baik yang dia sandang,
dst. Yang penting mendapatkan yang dia kehendaki. Na’udzubillah min dzalik.
Untuk berdakwah tidak usah menunggu
menjadi “orang suci”. Untuk menjadi orang suci dalam arti tanpa dosa, sangat
tidak mungkin. Oleh karena itu dakwahlah sekarang juga, sesuai dengan kemampuan
anda.
Pertanyaan:
Dakwah antara lain untuk menambah jumlah
muslim semakin banyak. Di daerah-daerah
banyak yang tidak ada Da’i-nya.
Karena semua Da’i berkumpul di Jakarta.
Justru di daerah yang banyak adalah
da’i-da’i agama lain, sehingga jumlah penganut agama lain semakin bertambah
sementara itu kaum muslimin jumlahnya
semakin berkurang. Mohon penjelasan bagaimana jalan keluar untuk hal tersebut ?
Jawaban:
Bila diukur dari prosentase, semua
prosentas itu belum pasti, karena sampai saat ini belum ada data yang akurat mengenai
hal itu. Harus dibedakan antara prosentase dengan jumlah penduduk. Bisa
jadi orang-orang non-muslim tidak ikut KB (Keluarga Berencana) sehingga anak
mereka banyak. Sementara orang-orang Islam ikut KB dan sukses KB-nya. Anak-anak
muslim hanya sedikit.
Di suatu kampung penduduknya 100%
muslim. Kemudian suatu hari ada orang
non-muslim masuk dan tinggal di kampung itu, maka penduduk kampung itu menjadi
99,9% muslim.
Saat ini pertumbuhan jumlah penduduk dengan
pemukiman-pemukiman baru, orang-orang non muslim menyebar di berbagai perumahan
(kampung). Lalu ada penduduk non muslim
meskipun sedikit. Maka prosentase orang muslim semakin berkurang.
Mungkin saja ada orang muslim di antara
mereka ada yang murtad menjadi non muslim. Sebaliknya orang yang non muslim
masuk Islam, menjadi muslim juga banyak.
Banyak orang-orang Cina yang masuk Islam, seperti yang dibina oleh PITI.
Sementara di Maumere (NTT) yang semula
umat Islam hanya 10% saat ini lebih dari 13%, demikian menurut keterangan
Bupati setempat.
Dakwah di daerah-daerah terpencil masih
ada. Banyak para sponsor yang mengirim para Da’i ke daerah-daerah. Bahkan menjelang
Romadhon tahun ini (2016) Kedutaan Besar Arab Saudi mengirim para Da’i ke
seluruh daerah di Indonesia. Bagi kita,
kontribusi kita bisa membantu berdakwah dari sisi pendanaan, da’i-da’i bisa kita kirim ke daerah-daerah
atau dai-da’i yang ada di Jakarta di training lalu di kirim ke daerah agar
mereka tanggungjawabnya lebih besar.
Mereka membutuhkan bantuan antara lain literatur, buku-buku Ilmu Islam, dst.
Diakui memang dibandingkan luas daerah dengan
jumlah da’i yang ada sekarang masih sangat kurang. Apalagi mereka tidak
didukung dengan dana yang cukup.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanafaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
____________
No comments:
Post a Comment