PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Ustadz Ahmad Fihri, MA
Assalamu’alikum
wr.wb. ,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Alhamdulillah di bulan Syawal ini kita
masih diberi kesempatan untuk melakukan Shaum (Puasa) Sunnah di bulan Syawal,
yaitu shaum 6 hari dibulan Syawal, secara berurutan mulai tanggal 2 - 7 Syawal.
Boleh juga dilakukan secara tidak berurutan asalkan masih dalam bulan
Syawal. Tetapi Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam selalu
melaksanakan mulai 2 – 7 Syawal. Dalam
Hadits Shahih, Rasulullaah shollallahau
‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa
yang berpuasa di bulan Romadhon lalu disempurnakan dengan enam hari di bulan
Syawal maka ia seperti berpuasa satu tahun penuh”.
Beberapa hari lalu yaitu Senin, Selasa
dan Rabu (13, 14 dan 15 Syawal 1437H)) ada amalan Sunnah yang digabung yaitu Shiamul
Bait (Puasa pertengahan bulan). Menurut para ahli ilmu jiwa (Psykolog) biasanya
di pertengahan bulan Hijrayah, kejiwaan manusia sedang oleng, tidak stabil,
emosinya meletup-letup, bahkan pada hari-hari tersebut orang tidak boleh
didekatkan dengan benda tajam (pisau, dll). Karena dikhawatirkan orang pada
hari-hari pertengahan bulan dimana jiwanya sedang labil, akan melakukan
perbuatan-perbuatan yang tidak diinginkan.
Maka disunnahkan orang melakukan Ayyamul
Bait (Shiamul Bait) berpuasa
pertengahan bulan Hijriyah. Mudah-mudahan kita semua bisa melakukan puasa Ayyamul
Bait, Puasa Senin-Kamis, dan Puasa Sunnah bulan Syawal.
Puasa-Puasa Sunnah tersebut dimaksudkan
untuk menguatkan agar Puasa Romadhon kita menjadi sempurna.
Biasanya di bulan Syawal semangat ibadah
kita menjadi menurun. Yang jelas tidak berpuasa setiap hari sebagaimana bulan
Romadhon, demikian pula sholat malam (Tarawih, Tahajud), membaca AlQur’an, I’tikaf yang selama bulan Romadhon kita
lakukan, ketika bulan Syawal tidak pernah dilakukan. Apalagi lalu ada acara
Lebaran, Mudik, acara Wisata, dst., ibadah kita menjadi berkurang. Ruh kita
menjadi hampa karena lebih banyak bersenang-senang, hiburan lebih banyak, dibandingkan sebelum bulan
Syawal.
Maka diingatkan oleh Allah subhanahu wata’ala dengan agenda : Puasa Syawal selama 6 (enam) hari. Bagaimana dengan Qadha Puasa bagi yang punya “hutang
-puasa” di bulan Romadhon ? Ada beberapa
pendapat ulama yang berbeda.
Pendapat pertama : Dahulukan yang Wajib, yaitu meng-Qadha Puasa barulah kemudian Puasa Syawal. Karena
khawatir ajal menjemput padahal masih punya “hutang-puasa”.
Pendapat kedua : Boleh mendahulukan Puasa Syawal karena mengambil “moment”
di bulan Syawal, dan Qadha Puasa masih bisa dilakukan di luar bulan Syawal.
Namun demikian disyarankan: Bila ‘hutang puasa”-nya hanya beberapa hari, lebih
baik meng-Qadha Puasa lebih dahulu, kemudian lakukan Puasa Syawal yang hukumnya
Sunnah.
Prolog
Bahasan.
Sebagai prolog bahasan, disampaikan tentang Kisah Tamu misterius yang datang di rumah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, sebagaimana disebutkan
dalam AlQur’an Surat Adz Dzariaat ayat
24 – 30 :
24.
Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat)
yang dimuliakan?
25.
(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan:
"Salaamun". Ibrahim menjawab: "Salaamun (kamu) adalah
orang-orang yang tidak dikenal."
26.
Maka dia(Ibrahim) pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian
dibawanya daging anak sapi gemuk.
27.
Lalu dihidangkannya kepada mereka, Ibrahim lalu berkata: "Silahkan anda
makan."
28.
(Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap
mereka. mereka berkata: "Janganlah kamu takut", dan mereka memberi
kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak).
29.
Kemudian isterinya datang memekik lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata:
"(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul".
30.
Mereka (Malaikat) berkata: "Demikianlah Tuhanmu memfirmankan"
Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui.
Menurut
para ahli Tafsir AlQur’an, tamu tersebut adalah tiga malaikat yang
menyerupai manusia, mengucapkan Salam
kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam,
lalu dijawab oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
dengan jawaban Salam, sambil ditanyakan siapakah anda (tamu tersebut). Dan
kemudian tamu tersebut dipersila-kan masuk ke rumah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
Sambil diam-diam Nabi Ibrahim ‘alaihissalam pergi ke belakang rumahnya
menemui isterinya, memberitahu bahwa ada tamu datang, dan kemudian mengambil
seekor anak sapi lalu disembelihnya, dimasak (dibakar), lalu daging anak-sapi panggang itu dihidangkan
kepada tamu-tamunya (Ayat 26-27).
Ketika dihidangkan daging-panggang itu
ternyata tamu-tamu itu tidak mau memakannya (ayat 28), maka Nabi Ibrahim ‘alaihissalam merasa takut sambil dalam
hatinya bertanya “siapakah tamu ini?’. Maka Tamu itu berkata : Jangan takut,
lalu memberikan kabar bahwa Sarah
(isteri Nabi Ibrahim) akan mempunyai anak yang ‘alim, yang di kemudian hari
diberi nama Ishaq.
Dalam sejarah, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menikah dengan
isteri pertama (Sarah), tetapi tidak punya anak sampai usia 80 tahun. Ibrahim ‘alaihisalam
mengembara ke Mesir, kembali ke Palestina
(sekarang) dengaan membawa seorang hamba sahaya (Hajar), kemudian beliau menikah dengan Hajar,
kemudian Hajar mempunyai anak (Ismail), kemudian pergi ke Makkah (Lembah
Bakkah) yang gersang, kering-kerontang. Hajar dan anaknya (Ismail) ditinggalkan
di Makkah. Maka Hajar berdo’a : Ya Allah kalau memang ini sudah kehendak-Mu,
berilah kami air, untuk menyambung
kehidupan kami seterusnya.
Ternyata
dengan do’a tersebut, setelah Hajar setengah lari mondar-mandir (antara
bukit Sofa dan Marwa) mencari air dengan
kebingungan, keluarlah air (mata air) yang sampai sekarang masih mengeluarkan
air yaitu Sumur Zamzam.
Parjalanan sejarah selanjutnya, ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kembali lagi ke Makkah dan hidup bersma Hajar serta
puteranya Ismail, turunlah ayat,
perintah Allah subhanahu wata’ala
kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam untuk
menyembelih puteranya yang sangat disayanginya itu. Dalam mimpinya Nabi Ibrahim
‘alaihissalam mendapat perintah untuk
menyembelih puteranya (Ismail).
Maka disampaikanlah perintah Allah subhanahu wata’ala itu kepada
keluarganya, isterinya dan juga kepada Ismail, putera satu-satunya yang sangat
beliau sayangi. Bahwa Allah subhanahu
wata’ala memerintahkan untuk menyembelih puteranya yaitu Ismail. Nabi
Ibrahim berkata kepada puteranya Ismail :
“Dalam
tidurku aku bermimpi (mendapat
perintah Allah subhanahu wata’ala) agar aku menyembelih engkau, wahai anakku.
Bagaiamana pendapatmu?”
Ismail
‘alaihissalam sebagai anak
yang sholih, menjawab : “Bila itu memang
perintah Allah subhanahu wata’ala, wahai ayahku, lakukanlah, insya Allah kita
termasuk anak yang sabar”.
Demikianlah kisah Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimussalam. Merupakan gambaran
(simbul) orang yang Ikhlas kepada Allah subhanahu
wata’ala.
Itulah inti Qurban, mengurbankan apa yang kita miliki. Ismail bagi Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah “Harga luar biasa”. Yang semula menjadi milik
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, tiba-tiba
harus diserahkan kembali kepada Allah subhanahu
wata’ala. Bagi kita umat Islam, harta
yang telah kita miliki tiba-tiba harus dikurbankan untuk Allah subhanahu wata’ala, yaitu dengan cara
menyembelih hewan Qurban lalu dagingnya dibagi-bagikan kepada orang lain,
terutama mereka yang berhak (fakir-miskin, tetangga dan kerabat).
Dan kisah Nabi Ibrahim itu-pun ada
balasannya langsung dari Allah subhanahu
wata’ala. Ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kembali ke kampungnya
(Falistin) maka datanglah “tamu misterius” yang datang ke rumah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam (sebaghaimana ayat
tersebut di atas), dan memberitahukan bahwa isterinya (Sarah) akan mempunyai
anak (Ishaq). Sehingga Sarah mendengar
berita itu lalu berteriak histeris, sambil menampar mukanya berkali-kali,
berkata : “Aku ini mandul, ternyata aku akan punya anak”. Saking gembiranya.
Di kemudian hari Sarah melahirkan anak
bernama Ishaq, dan Ishaq menurunkan anak yaitu Ya’qub dan Ya’qub inilah yang
menurunkan anak bernama Yusuf (Nabi
Yusuf ‘alaihissalam). Dan selanjutnya
dari Nabi Ya’qub ‘alaihissalam
turun-temurun menjadi orang-orang Bani
Israil (Keturunan Israil). Israil
adalah sebutan kesayangan dari Allah swt. untuk Nabi Ya’qub ialaihissalam).
Ayat
30 :
Mereka (Malaikat, tamu misterius) itu berkata : “Demikianlah Tuhanmu
men-firmankan”. Sesungguhnya Dia-lah
Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Makna ayat tersebut menurut para ahli
tafsir: Bila Allah subhanahu wata’ala
berkehendak apa saja, cukup mengatakan mengakatan “Kun Fayakun” ( Jadi, maka
jadilah). Apapun kondisinya seseorang,
bila Allah menghendaki punya anak, maka punya anaklah Sarah meskipun sudah
dinyatakan mandul. Sesungguhnya Dia-lah Yang maha Bijaksana Lagi Maha Mengetahui.
Maka bagi kita saat ini, yang belum
dikaruniai anak, jangan galau,
bersabarlah dan berdoa’alah selalu memohon dikaruniai anak, di-alah Yang maha Bijaksana dalam semua
urusan-Nya dalam semua transkasi dengan hamba-hamba-Nya, Yang Maha Mengetahui
terhadap segala urusaan hamba-Nya. Semua perkara hendaknya dikembalikan kepada
Allah subhanahu wata’ala.
Demikianlah Allah subhanahu wata’ala menyampaikan wahyu-Nya (AlQur’an) kepada Nabi
Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam.
Kisah-kisah dalam AlQur’an itu disampaikan kepada Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam yang ummiy (tidak bisa baca-tulis). Dengan alasan :
1. Untuk membedakan
mana yang Wahyu dan mana yang perkataan Nabi saw.
2. Agar jangan sampai
ada percampuran antara perkataan Nabi saw sebagai manusia biasa dan Wahyu Allah
subhanahu wata’ala. yang diagungkan
yaitu Kalamullah (AlQur’an).
Sebagaimana dikatakan oleh orang-orang
kafir liberal (Orang Barat yang kafir) yang selalu mengatakan : AlQur’an itu tidak benar, Nabinya saja tidak
bisa baca-tulis, bagaimana kami akan percaya kepada AlQur’an ?
Padahal dalam prosesnya, hanya pada saat
itu saja Nabi Muhammad shollallahu
‘alaihi wasallam bersifat Ummiy (tidak bisa baca-tulis), tetapi proses
selanjutnya Allah subhanahu wata’ala
memberikan kemuliaan-kemuliaan kepada Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam antara lain dengan adanya
Mu’jizat-Mu’jizat dan
kecerdasan-kecerdasan lain. Seandainya
Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi
wasallam diberikan kelebihan (Mu’jizat) seperti fase-nya Nabi Isa ‘alaihissalam, maka sudah bisa dipastikan akan lahir Kultus yang berlebihan terhadap Nabi
Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam.
Maka dalam AlQur’an disebutkan : Kisah-kisah tersebut untuk menguatkan Nabi
Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam.
Bagi kita umat Islam saat ini yang masih
punya anak kecil, berilah cerita-cerita atau kisah-kisah dari AlQur’an dan
Hadits tentang para Nabi, kisah-kisah yang mulia, Jangan disodori dongeng kancil atau
profil-profil artis, pemain bola, dst., yang tidak ada manfaatnya bagi
pendidikan anak. Tidak ada efek
ke-Imanan bagi anak-anak kita.
Dengan menceritakan kisah-kisah yang ada
dalam AlQur’an kepada anak-anak kita, maka bagi anak kita akan menjadi
pelajaran, contoh, ibrah, dan fasilitator dasar-dasar keimanan.
Nabi
Ibrahim
‘alaihissalam juga disebut sebagi Abul
Anbiyaa (Nenek-moyang para Nabi). Dan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah teladan orang yang sukses mendidik
anak-laki. Sedangkan yang sukses mendidik anak perempuan adalah
Nabi Besar Muhammad shollalalahu ‘alaihi
wasallam dan keluarga beliau.
Maka dalam Sholat bagian terakhir kita
selalu ber-sholawat (mendo’akan) kepada
Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi
wasallam dan keluarga beliau dan Nabi Ibrahim dan keluarga beliau.
Dan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah salah seorang dari Ulul ‘Azmi. Dari 25 orang Nabi dan Rasul ada 5 orang Nabi dan Rasul
yang yang dimasukkan ke dalam Nabi-Nabi
‘Ulul Azmi (Luar-biasa Kesabarannya) :
Nabi Nuh ‘alaihissalam, Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam, Nabi Musa ‘alaihissalam
Nabi ‘Isa ‘alaihissalam dan Nabi
Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam.
Untuk pertemuan berikutnya akan dibahas
tentang Qurban dan ‘Aqiqoh.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK..
Wassalamu’alikum
warohmatullahi wabarokatuh.
__________
No comments:
Post a Comment