PENGAJIAN DHUHA
MASJID BAITUSSALAM
Indahnya Pelangi
Ukhuwah
Hendri
Tanjung, Ph.D.
Jum’at,
23 Dzulqo’dah 1437H – 26 Agustus 2016.
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Berbicara tentang Ukhuwah, ternyata
menurut Sayid Hawa dalam salah satu Kitab-nya,
Ukhuwah (Persaudaraan) adalah nikmat Allah subhanahu wata’ala. Apalagi bila seseorang sedang menderita sakit
dan di rawat di rumah-sakit, ketika ada seorang saudara (sahabat) datang
berkunjung (menjenguk), maka akan terasa nikmat sekali Ukhuwah (persaudaraan) itu baginya.
Hanya orang-orang tertentu (beriman)
yang diberikan Ukhuwah secara mendalam. Orang yang tidak beriman, maka ukhuwah
mereka adalah semu. Apalagi orang-orang
yang munafik, ukhuwahnya hanya bersifat pura-pura (klise). Bila tujuannya sudah
tercapai, maka pertemanan (ukhuwahnya) selesai/putus.
Tetapi bagi orang yang beriman, ukhuwah
itu meresap sampai dalam jiwanya. Contohnya : Orang-orang yang beribadah Haji
ketika melakukan Thawaf di depan Ka’bah, mereka dari berbagai bangsa dan suku
di dunia ini, berbagai macam warna kulit, dst,
tetapi sangat terasa persaudaraan di antara mereka ketika itu. Kenikmatan terasa sekali ketika kita
dipersatukan. Maka Ibadah Haji adalah ibadah
yang luar-biasa, mempertemukan dan mempersatukan manusia dari seluruh
bangsa di dunia, merasa bersatu dan bersaudara dalam Islam. Bagi orang yang
sudah ber-Haji merasakan betapa nikmatnya ibadah Haji. Mengalahkan semua ibadah yang lain.
Ukhuwah adalah nikmat Allah subhanahu wata’ala. Dan nikmat ukhuwah itu bisa kita rasakan
apabila kita berpegang-teguh pada tali
ajaran Allah subhanahu wata’ala.
Lihat AlQur’aan Surat Ali Imran ayat 103 :
سُوۡرَةُ آل عِمرَان
وَاعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰهِ جَمِيۡعًا وَّلَا
تَفَرَّقُوۡا
وَاذۡكُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰهِ عَلَيۡكُمۡ اِذۡ كُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَ لَّفَ
بَيۡنَ قُلُوۡبِكُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِهٖۤ اِخۡوَانًا ۚ وَكُنۡتُمۡ عَلٰى
شَفَا حُفۡرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَكُمۡ مِّنۡهَا ؕ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ
اللّٰهُ لَـكُمۡ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُوۡنَ ﴿۱۰۳﴾
Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di
tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Dari ayat tersebut, bahwa menjaga ukhuwah (persatuan umat Islam) adalah
perintah agama. Hukumnya Wajib. Dalam Ilmu ‘Ushul Fiqih, semua perintah dalam
AlQur’an hukumnya Wajib. Misalnya : Perintah Sholat, membayar Zakat, Puasa di
bulan Romadhon, Jihad, dst. Termasuk larangannya, kita wajib menghindarinya.
Maka kita wajib menjaga Ukhuwah. Memang terkadang tidak mudah menjaga
Ukhuwah. Godaan Ukhuwah adalah
besar. Karena syaithan tidak ingin umat
Islam bersatu. Bila umat Islam di dunia bersatu, maka habislah musuh-musuh
Islam. Yang demikian itu syaithan tidak
mau. Syaithan ingin orang Islam berpecah-belah. Itulah yang digunakan oleh pemerintahan
penjajah Belanda zaman dahulu. Bangsa Indonesia dipecah-belah, tidak boleh
bersatu, agar Indonesia tetap dalam penjajahan Belanda. Dan ternyata benar,
selama 450 tahun Indonesia dijajah Belanda.
Dalam ayat tersebut diperintahkan : Berpegang-teguhlah (Wa’tashimu) pada tali
(Agama) Allah swt. Dan diingatakan ketika kaum muslimin di zaman Jahiliyah
mereka selalu bermusuhan satu suku dengan suku yang lain.
Antara kabilah-kabilah selalu
bermusuhan. Tetapi setelah masuk Islam
mereka bersatu, dalam Ukhuwah Islamiyah, . Sampai-sampai suku-suku yang belum
masuk Islam ketika itu menjadi heran, melihat mereka yang semula bermusuhan,
setelah masuk Islam menjadi bersatu, saling mengasihi (Ruhama bainahum).
Dengan nikmat Ukhuwah tersebut mereka
bersaudara. Padahal sebelumnya mereka berada di tepi jurang Neraka,
terpecah-belah, maka diselamatkan oleh Allah subhanahu wata’ala, dan bersatulah mereka dalam persaudaraan yang
kuat.
Dengan ayat tersebut Allah subhanahu wata’ala mengingatkan tentang betapa nikmatnya
Ukhuwah dan agar kaum muslimin selalu mendapatkan
petunjuk.
Maka kita diperintahkan untuk menjaga Ukhuwah
Islamiyah, meskipun tidak mudah menjaga Ukhuwah. Banyak persoalan-persoalan yang sensitiv
dalam Ukhuwah, karena banyak menyangkut soal-soal perasaan.
Solusi
menjaga Ukhuwah.
Kita perlu menjaga mengelola hati
(manajemen kalbu). Biasanya yang merusak
Ukhuwah adalah : Perasaan Iri, dengki, hasad, mudah tersinggung, merasa
direndahkan, dst. Padahal Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan keteladanan kepada
kita, betapa beliau orang yang sangat sabar. Beliau dihina, dicaci-maki, tetapi
beliau tetap besabar dan tidak membalas.
Semua diserahkan kepada Allah subhanahu
wata’ala.
Dengan kesabaran Rasulullah swt tersebut
akhirnya sampailah Islam kepada kita, Alhamdulillah. Manajemen hati harus kita jaga, bagaimana agar
kita sesama muslim tidak terpecah-hati.
Pecah-hati adalah seperti bersatu tetapi dalam hati kita terpecah-belah.
Dalam satu organisasi perusahaan bawahan menjelek-jelekkan atasan, anak buah
menjelek-jelekkan pimpinan dst. Sesama karyawan tetapi saling
menjelek-jelekkan. Yang demikian akan menimbulkan perpecahan. Maka hendaknya
dijaga jangan sampai ada yang saling menjelekkan.
Bagaimana
menata hati.
Ialah dengan PTIQ (Paham, Taat, Ikhlas,
Qurban).
1.Paham, maksudnya mengerti.
Berbeda dengan tahu (mengetahui). Bila seseorang paham bahwa di suatu tempat sedang dibangun masjid, maka ia akan
menyumbang, memberikan sumbangan untuk masjid tersebut. Bukan sekadar tahu,
melainkan mengerti. Seseorang yang paham
bahwa ada temannya yang sakit, maka ia akan menjenguknya.
Dia paham bahwa menjenguk orang sakit
adalah ibadah. Bukan sekedar tahu. Bila
sekedar tahu maka ia tidak akan menjenguk temannya itu. Itulah gunanya menata
hati.
2.Taat, artinya patuh,
tunduk, konsekuen, bertanggungjawab. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah
mutlak karena keyakinan Aqidah dan
keimanan serta keridhoan Allah subhanahu
wata’ala. Termasuk taat kepada
pemimpin. Maka ketika memilih pemimpin
pilihhlah orang yang beriman dan taat kepada Allah subhanahu wata’ala. Pemimpin
bukan sekedar bisa memimpin rakayat, men-sejahterakan rakyat, tetapi pemimpin
harus bisa mengajak rakyat untuk taat kepada Allah subhanahu wata’ala. Bila
pemimpin bukan orang Islam, bagaimana mungkin ia bisa mengajak rakyat yang
dipimpinnya untuk taat kepada Allah subhanahu
wata’ala.
Lihat Surat
Al Mumtahanah ayat 1 :
سُوۡرَةُ المُمتَحنَة
بِسۡمِ اللهِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِيۡمِ
بِسۡمِ اللهِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِيۡمِ
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَتَّخِذُوۡا
عَدُوِّىۡ وَعَدُوَّكُمۡ اَوۡلِيَآءَ تُلۡقُوۡنَ اِلَيۡهِمۡ بِالۡمَوَدَّةِ
وَقَدۡ كَفَرُوۡا بِمَا جَآءَكُمۡ مِّنَ الۡحَـقِّ ۚ يُخۡرِجُوۡنَ الرَّسُوۡلَ
وَاِيَّاكُمۡ اَنۡ تُؤۡمِنُوۡا بِاللّٰهِ رَبِّكُمۡ ؕ اِنۡ كُنۡـتُمۡ خَرَجۡتُمۡ
جِهَادًا فِىۡ سَبِيۡلِىۡ وَ ابۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِىۡ ۖ تُسِرُّوۡنَ اِلَيۡهِمۡ
بِالۡمَوَدَّةِ ۖ
وَاَنَا اَعۡلَمُ بِمَاۤ اَخۡفَيۡتُمۡ وَمَاۤ اَعۡلَنۡتُمۡؕ وَمَنۡ يَّفۡعَلۡهُ
مِنۡكُمۡ فَقَدۡ ضَلَّ سَوَآءَ السَّبِيۡلِ ﴿۱﴾
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi
teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad),
karena rasa kasih sayang; Padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada
kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu
karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. jika kamu benar-benar keluar untuk
berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat
demikian). kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada
mereka, karena rasa kasih sayang. aku lebih mengetahui apa yang kamu
sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. dan Barangsiapa di antara kamu yang
melakukannya, Maka sesungguhnya Dia telah tersesat dari jalan yang lurus.
Dalam ayat tersebut, yang dimaksud “musuh-Ku dan musuhmu” adalah orang Yahudi, orang Nasrani dan orang kafir.
Artinya jangan mengangkat (memilih) mereka menjadi pemimpin. Allah swt. tidak ridho.
Bila Allah swt. tidak ridho maka celakalah
hidup kita. Maka bila ingin diridhoi Allah swt. jangan mengangkat orang kafir
sebagai pemimpin. Memilih pemimpin dalam arti pemimpin yang mengajak rakyat untuk taat kepada Allah subhanahu wata’ala.
Pemimpin apapun harus kita ketahui riwayat
awalnya, ketika kecil seperti apa, dst.
Karena apa yang akan dilakukan terpengaruh oleh masa kecilnya, riwayat
awalnya. Maka kita harus tahu riwayat awal dari orang yang akan kita pilih
menjadi pemimpin. Pemimpin harus
ber-ilmu dan kuat fisiknya.
Lihat Surat
Al Baqarah ayat 247 :
سُوۡرَةُ البَقَرَة
وَقَالَ لَهُمۡ نَبِيُّهُمۡ اِنَّ اللّٰهَ قَدۡ بَعَثَ
لَـکُمۡ طَالُوۡتَ مَلِكًا ؕ قَالُوۡٓا اَنّٰى يَكُوۡنُ لَهُ الۡمُلۡكُ عَلَيۡنَا
وَنَحۡنُ اَحَقُّ بِالۡمُلۡكِ مِنۡهُ وَلَمۡ يُؤۡتَ سَعَةً مِّنَ الۡمَالِؕ قَالَ
اِنَّ اللّٰهَ اصۡطَفٰٮهُ عَلَيۡکُمۡ وَزَادَهٗ بَسۡطَةً فِى الۡعِلۡمِ وَ
الۡجِسۡمِؕ وَاللّٰهُ يُؤۡتِىۡ مُلۡکَهٗ مَنۡ يَّشَآءُ ؕ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ
عَلِيۡمٌ ﴿۲۴۷﴾
Nabi
mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat
Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah
kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang
diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata:
"Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas
dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui.
Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa
pemimpin harus orang yang ber-ilmu dan
tubuhnya kuat (sehat). Demikian pula ketika memilih Imam Masjid,
hendaknya dipilih dari orang yang paling tinggi ilmu agamanya dan termasuk dalam Jamaah Inti di masjid
tersebut. Jamaah inti adalah orang yang
selalu rajin datang berjamaah di masjid, bukan orang yang hanya kadang-kadang
berjamaah di masjid.
Orang kafir adalah musuh umat Islam.
Sebagaimana disebutkan dalam Surat Al
Anfal
ayat 73 :
سُوۡرَةُ الاٴنفَال
وَالَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا بَعۡضُهُمۡ اَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍؕ
اِلَّا تَفۡعَلُوۡهُ تَكُنۡ فِتۡنَةٌ فِى الۡاَرۡضِ وَفَسَادٌ كَبِيۡرٌؕ ﴿۷۳﴾
Adapun
orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang
lain. jika kamu (hai Para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah
diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan
kerusakan yang besar.
Maknanya, bahwa musuh kita (umat Islam)
adalah orang kafir. Mereka saling tolong-menolong dalam memusuhi orang Islam.
Kita tidak memusuhi mereka, tetapi merekalah yang memusuhi kita. Maka kita harus melawan. Demikian itu yang
terjadi kalau orang Islam sudah dikuasai oleh orang non-muslim. Kita bisa lihat
di Myanmar, dimana umat Islam minoritas, mereka disiksa dan dibunuhi oleh orang
non muslim. Demikian pula yang terjadi
di India, karena minoritas, maka umat Islam di India ditindas, disiksa dan
diperlakukan tidak adil. Masjidnya dibakar.
3.Ikhlas, artinya semua
yang dilakukan adalah karena Allah swt. Ada unsur maksimal dalam bekerja.
Ketika sholat maka sholatnya dilakukan :
1. Semaksimal
mungkin. Yaitu sholat di awal waktu,
2. Tuma’ninah,
gerakan sholatnya tenang, bersungguh-sungguh, tidak terburu-buru, sempurna baik
gerakan maupun bacaannya.
3. Sesuai dengan Syari’at
(Contoh Rasulullah saw).
4.Qurban, maksudnya memberikan
(mengeluarkan) segala sesuatu yang disayanginya untuk orang lain. Lihat Surat Al Hasyr ayat 9 :
سُوۡرَةُ الحَشر
وَالَّذِيۡنَ تَبَوَّؤُ الدَّارَ وَالۡاِيۡمَانَ مِنۡ
قَبۡلِهِمۡ يُحِبُّوۡنَ مَنۡ هَاجَرَ اِلَيۡهِمۡ وَلَا يَجِدُوۡنَ فِىۡ
صُدُوۡرِهِمۡ حَاجَةً مِّمَّاۤ اُوۡتُوۡا وَيُـؤۡثِرُوۡنَ عَلٰٓى اَنۡفُسِهِمۡ
وَلَوۡ كَانَ بِهِمۡ خَصَاصَةٌ ؕ وَمَنۡ يُّوۡقَ شُحَّ نَـفۡسِهٖ
فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَۚ ﴿۹﴾
Dan
orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor)
sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang
berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh
keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka
(Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka
sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung
Maksud ayat tersebut adalah mengutamakan
tamu, orang yang baru datang. Meskipun dirinya dalam keadaan kekurangan.
-
Memuliakan tamu. Sebagaimana sifat
orang Arab ketika kedatangan tamu, maka mereka sangat mengutamakan tamu,
memuliakannya. Yaitu dengan cara segera mengeluarkan makanan dan minuman untuk
disuguhkan kepada tamunya. Bila hal
tersebut dipraktekkan dalam kehidupan kita kaum muslimin sehari-hari, kita
muliakan saudara kita, baik itu teman kerja, atasan, bawahan, pasti Ukhuwah
akan muncul. Kebalikannya adalah Suhha (kikir, pelit).
-
Mendo’akan orang
lain.
Tetapi tidak usah diberitahukan kepada orang yang didoakan. Agar terjaga
ke-ikhlasan do’anya dan terjaga pahalanya.
-
Hilangkan iri-dengki. Inilah perbuatan
yang berat. Sebaik-baik orang pasti punya rasa iri-dengki. Syaithan tidak rela bila manusia tidak punya
sifat iri-dengki. Maka kita usahakan
sekuat mungkin menghilangkan rasa iri-dengki.
-
Qurban Perasaan. Itulah pengurbanan yang paling tinggi. Qurban
perasaan biasanya karena tersinggung. Maka usahakan agar tidak cepat
tersinggung. Lihat Surat Al Kahfi ayat
28 :
-
-
سُوۡرَةُ
الکهف
-
وَاصۡبِرۡ
نَـفۡسَكَ مَعَ الَّذِيۡنَ يَدۡعُوۡنَ رَبَّهُمۡ بِالۡغَدٰوةِ وَالۡعَشِىِّ
يُرِيۡدُوۡنَ وَجۡهَهٗ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنٰكَ عَنۡهُمۡ ۚ تُرِيۡدُ زِيۡنَةَ
الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا ۚ وَ لَا تُطِعۡ مَنۡ اَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهٗ عَنۡ ذِكۡرِنَا
وَاتَّبَعَ هَوٰٮهُ وَكَانَ اَمۡرُهٗ فُرُطًا ﴿۲۸﴾
-
-
Dan bersabarlah
kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja
hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti
orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti
hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.
Maksudnya, agar kita bersabar, tidak boleh
cepat tersinggung. Kita tidak boleh ingin cepat berhasil, jangan mengikuti
hawa-nafsu sehingga cepat marah, tersinggung dst. Bersabar juga merupakan
pengurbanan hati (perasaan). Bila kita
bersabar, maka insya Allah kita akan diberikan kemudahan oleh Allah subhanahu
wata’ala.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
____________
No comments:
Post a Comment