PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Tiga Amalan Utama
Tengku Zulkarnain
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Di zaman Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam ada salah
seorang sahabat beliau bernama Abdullah bin Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu, beliau adalah salah seorang sahabat utama,
beliau adalah penghafal AlQur’an terbaik di kala itu,. Pada masa itu ada empat
sahabat yang merupakan Ahli AlQur’an, hafal AlQur’an, di antaranya yaitu : Ubay
bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu. .
Ketika itu sholat Tarawih dilakukan oleh
kaum muslimin secara sendiri-sendiri di masjid Nabawi. Melihat yang demikian itu Khalifah Umar bin
Khathab r.a. merasa tidak baik. Beliau kemudian bermusyawarah dengan para
sahabat yang lain agar sholat Tarawih
dilakukan berjamaah sebanyak 20 rakaat dan 3 rakaat Witir. Semua sahabat
setuju, maka sholat Tarawih dilakukan secara berjamaah, dan beliau menunjuk Ubay bin Ka’ab untuk menjadi Imam
Sholat Tarawih berjamaah. Beliau menilai bahwa Ubay bin Ka’ab adalah ahli
AlQur’an, suara dan bacaannya bagus. Maka
beliau menunjuk Ubay bin Ka’ab untuk menjadi Imam Sholat Tarawih di Masjid
Nabawi.
Ketika itu Khalifah Umar bin Khathab rodhiyallahu ‘anhu sholat Tarawih di
rumah sendirian.
Dan ketika beliau melihat sholat Tarawih
berjamaah dilakukan dengan bagus sekali, maka beliau berkata : “Inilah nikmat terbaik dari Bid’ah yang ada”. (Yaitu Sholat Tarawih berjamaah).
Sampai saat ini sholat Tarawih di Masjidil Haram, di Masjid Nabawi dan Masjid
Al Aqsha dilakukan secara berjamaah dengan 20 rokaat (tiap 2 rokaaat salam) dan
ditutup dengan Witir 3 rokaat.
Sahabat kedua yang ahli AlQur’an adalah Abu Musa Al Asy’ari rodhiyallahu ‘anhu. Dan cicit beliau yang bernama Abul Hasan
Al ‘Asyari menulis Kitab Sifat Duapuluh Allah subhanahu wata’ala. (Terkenal dengan panggilan Imam Al ‘Asy’ari).
Abu Musa Al ‘Asy’ari nama sebenarnya
adalah Qais Al Yamani, pemimpin dari Yaman.
Beliau adalah salah seorang dari empat sahabat yang hafal dan Ahli
AlQur’an.
Penghafal (Ahli AlQur’an) yang ketiga
adalah Abdullah bin Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu, seorang yang menceritakan Hadits yang kita bahas kali ini.
Beliau bertubuh kurus, kecil, sehingga betisnya-pun terlihat kecil. Ketika beliau hendak memanjat batang Ara,
untuk diambil kayunya untuk Siwak (gosok gigi), tersingkap kainnya (gamisnya)
sehingga terlihat betisnya yang kecil (kurus), sehingga para sahabat yang lain
tertawa.
Melihat sahabat lain tertawa,
mentertawakan betis Abdullah bin Mas’ud r.a.
Rasulullah saw sedikit marah, bertanya ; “Kenapa kalian tertawa? Demi
Allah, bila gunung Uhud itu ditimbang,
maka masih lebih berat betis Abdullah bin Mas’ud di sisi Allah subhanahu
wata’ala”. Itulah sahabat Abdullah bin Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu.
Sahabat ke-empat yang Hafidz dan Ahli
AlQur’an adalah Salim Maula Khudzaifah rodhiyallahu ‘anhu. Salim semula
adalah seorang budak yang dibeli (dibebaskan) oleh Khudzaifah r.a. menjadi
orang merdeka . Maka beliau disebut Salim
Maula Khudzaifah rodhiyallahu ‘anhu.
Khudzaifah r.a adalah
salah seorang sahabat yang sangat dekat dan tahu rahasia Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam. Semua rahasia-rahasia banyak yang diberikan oleh Rasulullah saw tetapi tidak diberikan kepada sahabat
yang lain. Dengan pesan beliau agar sesudah beliau wafat kelak, semua rahasia
itu diceritakan kepada umat untuk menjadi Ilmu.
Khudzaifah r.a oleh
Rasulullah saw diberikan ilmu khusus, yaitu siapa sebenarnya orang-orang munafiq. Maka siapa-siapa yang munafiq ketika
itu hanya Nabi saw sendiri dan Khudzaifah yang tahu. Yang lainnya tidak ada yang
tahu.
Sehingga ketika Umar bin Khathab r.a.
menjadi Khalifah, setiap ada orang meninggal di Madinah,. Khalifah Umar bin Khathab menunggu Khudzaifah
r.a. datang ta’ziyah atau tidak. Kalau Khudzaifah datang di tempat orang
meninggal, maka Khalifah Umar bin Khathab datang juga. Karena yang meninggal
itu adalah orang beriman. Tetapi bila di
suatu musibah (kematian) ternyata Khudzaifah tidak datang ta’ziyah, maka Umar
bin Khathab r.a juga tidak datang.
Berarti yang meninggal itu pasti orang munafiq.
Suatu hari Khalifah Umar bin Khathab
r.a. mendatangi rumah Khudzaifah r.a untuk menanyakan apakah dirinya (Umar bin
Khathab ) termasuk orang munafiq atau bukan. Maka dijawab oleh Khudzaifah r.a.
: “Bukan, Tuan bukan orang munafiq, melainkan orang yang beriman yang
sempurna”. Maka Umar bin Khathab r.a.
merasa lega, karena beliau khawatir jangan-jangan dirinya adalah munafiq tetapi
tidak terasa. Karena orang munafiq akan
dimasukkan ke dalam neraka yang paling bawah. Na’udzubillah min dzalik!
Karena sifatnya yang tegas, dan tingkat
keimanan yang tinggi maka Khalifah Umar
bin Khathab sangat ditakuti oleh syaithan.
Setiap syaithan berjalan, sekiranya akan berpapasan dengan Umar bin Khathab
r..a. pasti syaithan akan mencari jalan lain, menghindar, karena khawatir
berpapasan dengan Umar bin Khathab.
Tetapi Umar bin Khathab, Abubakar as Siddiq dan Utsman bin ‘Affan sangat
dibenci oleh orang-orang Syi’ah, karena orang Syi’ah menganggap beliau-beliau
itu adalah orang-orang penghalang bagi Ali bin Abi Thalib untuk menjadi
pengganti Nabi Muhammad saw.
Khudzaifah r.a sebagaimana disebutkan
diatas pernah memerdekakan seorang budak bernama Salim menjadi orang merdeka dan akhirnya menjadi sahabat Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wasallam. Salim disebut
juga Salim Maula Khudzaifah rodhiyallahu ‘anhu adalah seorang penghafal (Ahli) AlQur’an di
zaman Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasalalam.
Suatu hari selesai sholat ‘Isya
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
pulang melewati rumah Salim Maula
Khudzaifah r.a. Dari luar rumah itu beliau mendengar Salim sedang membaca
AlQur’an dari dalam rumahnya, dengan suaranya yang bagus (merdu). Beliau
dengarkan suara bacaan AlQur’an dari mulut Salim Maula Khudzaifah, beliau
tunggu sambil mendengarkan, sampai tengah malam. Beliau asyik mendengarkan
bacaan AlQur’an itu dan yang membacanya-pun asyik, sehingga tidak terasa sampai
tengah malam.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam kemudian pulang, sampai di depaan pintu rumah beliau
mengucapkan salam dan mengetuk pintu sampai tiga kali tetapi tidak dibukakan
pintu oleh isteri beliau (‘Aisyah r.a.) karena ‘Aisyah r.a telah lelap tidur
tidak mendengar pintu diketuk.
Karena ditunggu ternyata pintu tidak
dibuka, maka Rasulullah saw menggelar sorbannya, digelar di depan pintu lalu
beliau tidur di depan pintu. Rumah
‘Aisyah r.a ada di samping masjid Nabawi. Malam menjelang Subuh ‘Aisyah r.a terbangun, lalu sadar bahwa
Rasulullah saw tidak ada disampingnya, berarti tidak pulang. Tetapi ‘Aisyah r.a berfikir : Tidak mungkin
Rasulullah berdusta. Malam ini giliran di rumahku, tidak mungkin
ada di rumah isteri beliau yang lain.
Demikian fikir beliau. Maka dibukalah
pintu rumahnya, dan terlihat Rasulullah saw sedang tidur di luar rumah di depan
pintu. Maka sambil menangis ‘Aisyah r.a membangunkan suaminya sambil bertanya :
‘Kenapa engkau tidur di sini, ya Rasulullah ?”.
Rasulullah saw bersabda : “Aku telah bangunkan engkau tiga kali tetapi
engkau tidak bangun. Maka aku tidak mau menngganggu hakmu untuk tidur malam.
Maka aku tidur di sini”.
Demikian agungnya pribadi Rasulullah saw
sampai beliau tidak mau mengganggu isteri beliau yang sedang asyik tidur malam
hari, karena memang itu hak isteri beliau. Kemudian beliau menceritakan kenapa
sampai malam baru pulang, karena mendengarkan suara bacaan AlQur’an oleh Salim Maula Khudzaifah.
1.Sholat
pada waktunya.
Salah seorang ahli AlQur’an lain di
zaman Nabi saw adalah Abdullah bin
Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu. Suatu hari Abdullah bin Mas’ud r.a. bertanya
kepada Rasulullah saw : “Ya Rasulullah,
apakah amalan hamba yang paling dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala ?”. Maka
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda : “Sholat pada waktunya”.
Imam Al Ghodzali rohimakumullah menjelaskan hadits tersebut : Yang dimaksud Sholat pada waktunya, adalah sholat berjamaah di masjid dimana telah dikumandangkan Adzan di tempat
itu. Bukan sholat sendiri-sendiri atau
sholat di rumah masing-masing, melainkan sholat berjamaah di Masjid (Musholla) bagi laki-laki. Dasar hukum dari AlQur’an, disebutkan : “Tegakkan sholat, bayarlah zakat,oleh kamu dan ruku’lah kamu bersama orang-orang yang
ruku’”. Artinya ketika melakukan sholat
(sholat Fardhu) wajib berjamaah.
Dalam Hadits lain diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Sholat
bagi laki-laki adalah berjamaah”.
“Sholat
berjamaah di masjid adalah lebih baik daripada sholat di rumah sendiri dengan
duapuluh tujuh derajat”.
Para sahabat bertanya : “Ya Rasulullah, apa maksud duapuluh derajat?”. Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda
(menjawab) : “Jarak antara derajat yang
satu dengan derajat berikutnya sejauh
antara langit dan bumi”.
Maka tidak terbayangkan betapa besar dan
tinggi nilai sholat berjamaah. Sehingga dalam riwayat disebutkan bahwa bila ada
seorang sahabat ketika itu tidak sholat berjamaah, ia menangis karena sangat
menyesal selama 40 hari. Maka amal yang paling besar di dunia ini adalah : Sholat pada waktunya berjamaah bersama imam
sholat.
Walaupun sholat di luar itu sah, tetapi
bukan amal terbaik. Sholat berjamaah bersama Imam di masjid adalah amal paling
besar di dunia. Seandainya seseorang punya emas sebesar gunung lalu
disedekahkan kepada fakir-miskin, pahalanya tidak akan bisa melebihi sholat
fardhu dua rokaat (Subuh) bersama Imam.
Maka sholat fardhu berjamaah jangan
dianggap remeh.
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Sholat
Sunnat dua rokaat sebelum sholat Subuh lebih baik dibandingkan dunia
se-isinya”.
Betapa besar nilai sholat. Maka bila
ditanya siapakah orang yang paling kaya di dunia ini ?, Jawabnya : Orang yang sholat Sunnat dua rokaat sebelum
subuh.
Kalau sholat Sunnatnya saja sedemikian
tinggi nilainya, apalagi Sholat Subuh-nya.
Sholat Subuh tidak ada yang tahu
pahalanya kecuali Allah subhanahu
wata’ala.
Sayang, banyak orang tidak menyadari
akan hal tersebut.
Dalam Hadits lain Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Sholat itu tiang agama. Siapa yang menjaga
sholat maka ia telah membangun agamanya. Siapa yang meninggalkan sholat maka ia
telah meruntuhkan (menghancurkan) agama”.
Sekarang ini banyak orang tidak sholat,
dibiarkan. Padahal mereka adalah peng-hancur agama. Seandainya ada orang membawa palu atau
linggis lalu ia merusak ingin menghancurkan sebuah masjid, pasti banyak orang
akan mencegahnya. Ia pasti akan dicaci-maki beramai-ramai. Alasannya : Ia
menghancurkan bangunan masjid.
Tetapi terhadap orang yang tidak sholat,
padahal ia menghancurkan agama, dibiarkan.
Bahkan ada teman sekerja bertahun tahun tidak sholat kita biarkan.
Bahkan seorang anak kita yang kita
tanggung hidupnya serumah dengan kita, tetapi tidak sholat, dibiarkan, padahal
dia adalah penghancur agama. Bagaimana ?.
Kalaupun semua anggota keluarga
melakukan sholat, lalu ada satu orang tidak melakukan sholat, maka hancurlah agama seisi rumah itu sampai
Kiamat.
Kemungkaran.
Sedikit saja kejahatan (kemungkaran)
yang dilakukan di satu tempat (lingkungan) maka seluruh lingkungan itu menjadi
rusak. Maka benar sekali peribahasa : Karena
nila setitik, rusak susu sebelanga. Ada satu orang saja tidak melakukan
sholat, maka rusaklah agama di seisi rumah itu.
Maka kita disuruh mencegah kemungkaran
yang paling besar di rumahtangga kita, yaitu kemungkaran tidak sholat. Dalam Hadits
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Perintahkan kepada anakmu ketika ia berumur tujuh tahun. Kalau sampai
umur sepuluh tahun tidak mau sholat, maka pukullah.
Padahal kewajiban sholat adalah ketika Aqil
Baligh, yaitu sekitar 14 – 15 tahun. Tetapi Islam mengajar (mendidik)
anak untuk sholat lebih awal, yaitu sejak umur 7 sampai 10 tahun. Maknanya, betapa pentingnya sholat. Kalau
sampai meninggalkan sholat berarti menghancurkan agama. Dan kita tidak boleh
membiarkan seorangpun dari keluarga kita menjadi penghancur agama.
Lihat AlQur’an Surat Bani Israil, Allah subhanahu wata’ala berfirman :
Di
belakang mereka muncul generasi yang menyia-nyiakan sholat dan mengikuti
hawa-nafsu. Mereka generasi baru itu akan terjerumus ke dalam kehancuran yang
nyata dengan sehancur-hancurnya.
Pokok pangkalnya adalah sholat. Bila orang tidak sholat, maka ia akan berbuat
dosa-dosa yang lain, mudah sekali diperbuat.
Saat ini kita ribut-ribut ketika hendak memilih pemimpin. Banyak dari
kita yang menyeru : Pilihlah pemimpin Islam.
Sementara orang yang disuruh memilih itu tidak sholat. Maka mereka tidak
peduli siapa calon yang hendak dipilih. Islam atau bukan.
Saat ini kehancuran di bidang agama
sudah sangat parah. Di mana-mana terjadi kemungkaran. Pelacuran, Homoseks, dan
segala kemaksiatan terjadi di mana-mana. Itu semua karena orang sudah banyak
yang tidak mau sholat.
Padahal sarana dan prasaran untuk sholat
sudah sangat mudah. Air dengan mudah di dapat.
Masjid dimana-mana ada. Ditempat kerja juga ada musholla, disediakan.
Tinggallah kita mau atau tidak menjaga “Tiang Agama” ini.
Di India, dimana Islam hanya 20% dari
seluruh penduduknya, tetapi ketika sholat Subuh masjid penuh seperti ketika
sholat Jum’at. Presidennya selalu dari orang Islam (muslim).
2.Berbuat
baik kepada orangtua.
Dalam Hadits, selanjutnya Abdullah bin
Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu bertanya
kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam : (Setelah sholat pada waktunya), lalu apa lagi ya Rasulullah?
Maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Berbuat baik
kepada kedua orangtua (Birrul walidain).
Jangan sampai ibu-bapak kita
dikecewakan. Orangtua adalah “Tiket masuk surga”.
Dalama Hadits shahih Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Sungguh celaka seorang manusia (Diulang
kata-kata itu tiga kali). Lalu para sahabat bertanya : “Siapakah ia yang celaka
itu, ya Rasulullah ?”. Rasulullah saw bersabda:
Ada tiga : Pertama, seseorang ketika disebut namaku, orang itu
tidak bersholawat. Kedua, orang yang
kedua orangtuanya atau salah satunya masih hidup, ia tidak akan masuk surga
karena tidak mau mengurus orangtuanya. Ketiga,
sampai habis Romadhon dosanya tidak diampuni karena tidak mau beramal di bulan
Romadhon.
Orangtua (Ibu-Bapak) kita adalah “Tiket”
masuk surga. Seorang sahabat pernah
bertanya : “Ya Rasulullah, kepada siapa aku harus berbuat baik ?”. Beliau
menjawab : Ibumu. Sahabat itu bertanya lagi : Sesudah itu, siapa ?”. Beliau menjawab : Ibumu. Sahabat itu
bertanya lagi : “Sesudah itu siapa lagi?”. Beliau menjawab : Ibumu.
Sahabat bertanya lagi : “Sesudah itu, siapa, ya Rasulullah ?”. Beliau
menjawab : Bapakmu.
Dari Hadits tersebut, kita bisa
menyimpulkan bahwa Islam mengajarkan kepada kita harus menghormat Ibu tiga kali
lebih hormat dibandingkan Bapak. Kenapa Ibu ? Karena seorang ibu sangat berjasa
bagi anaknya. Anak tidak bisa membayar jasa seorang ibunya sampai hari Kiamat.
Allah subhanahu wata’ala telah berfirman dalam AlQur’an :
-
Ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan susah-payah.
-
Allah mewajibkan
kamu menyembah Allah dan tidak berbuat syirk, sembahlah Allah sebagai
satu-satunya Tuhan dan kepada ibu-bapakmu kamu wajib berbuat ihsan.
-
Taatilah Allah
dan Rasul-Nya.
Makna Ihsan dalam kalimat tersebut adalah : Berbuat yang terbaik kepada
kedua orangtua. Berbuat baik kepada
orangtua adalah “Tiket” masuk Surga.
Ridho Allah tergantung kepada ridho orangtua kita.
3.
Jihad fissabilillah.
Bersungguh-sungguh mengorbankan harta
dan diri untuk membela agama (Islam).
Maka kalau orang yang demikian itu mati,
dihitung mati syahid.
Tanya-Jawab.
Pertanyaan:
Bagaimana bentuk kebaikan dari seorang
anak apabila orangtuanya sudah meninggal ?
Jawaban:
Dalam Hadits, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
Bahwa berbuat baik (berbakti) kepada kedua orang tua apabila orangtua sudah meninggal
adalah:
1.
Rajinlah
berdo’a untuk orangtuanya,
2.
Banyak
memohonkan ampun kepada Allah subhanahu
wata’ala untuk kedua orangtuanya.
3.
Tunaikan
wasiatnya (kalau ada wasiat),
4.
Uruslah
saudara-saudara dari orangtua kita.
5.
Hormati
sahabat-sahabat orangtua kita.
Jika lima tersebut dilaksanakan, maka
orangtua di alam Barzah akan ridho kepada kita, dan seluruh dosa-dosa kita
diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA, ASYHADU
AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
__________
No comments:
Post a Comment