Translate

Tuesday, September 20, 2016

Tiga Amalan Utama, Oleh : Tengku Zulkarnain



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM


Tiga Amalan Utama
Tengku Zulkarnain

Jum’at,  14 Dzulhijjah 1437H – 16 September 2016.

 
Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Di zaman Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam ada salah seorang sahabat beliau bernama Abdullah bin Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu, beliau adalah salah seorang sahabat utama, beliau adalah penghafal AlQur’an terbaik di kala itu,. Pada masa itu ada empat sahabat yang merupakan Ahli AlQur’an, hafal AlQur’an, di antaranya yaitu  : Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu. .

Ketika itu sholat Tarawih dilakukan oleh kaum muslimin secara sendiri-sendiri di masjid Nabawi.  Melihat yang demikian itu Khalifah Umar bin Khathab r.a. merasa tidak baik. Beliau kemudian bermusyawarah dengan para sahabat yang lain  agar sholat Tarawih dilakukan berjamaah sebanyak 20 rakaat dan 3 rakaat Witir. Semua sahabat setuju, maka sholat Tarawih dilakukan secara berjamaah, dan beliau menunjuk Ubay bin Ka’ab untuk menjadi Imam Sholat Tarawih berjamaah. Beliau menilai bahwa Ubay bin Ka’ab adalah ahli AlQur’an,  suara dan bacaannya bagus. Maka beliau menunjuk Ubay bin Ka’ab untuk menjadi Imam Sholat Tarawih di Masjid Nabawi.

Ketika itu Khalifah Umar bin Khathab rodhiyallahu ‘anhu sholat Tarawih di rumah sendirian.
Dan ketika beliau melihat sholat Tarawih berjamaah dilakukan dengan bagus sekali, maka beliau berkata : “Inilah nikmat terbaik dari Bid’ah yang  ada”. (Yaitu Sholat Tarawih berjamaah). Sampai saat ini sholat Tarawih di Masjidil Haram, di Masjid Nabawi dan Masjid Al Aqsha dilakukan secara berjamaah dengan 20 rokaat (tiap 2 rokaaat salam) dan ditutup dengan Witir 3 rokaat.

Sahabat kedua yang ahli AlQur’an adalah Abu Musa Al Asy’ari rodhiyallahu ‘anhu.  Dan cicit beliau yang bernama Abul Hasan Al ‘Asyari menulis Kitab Sifat Duapuluh Allah subhanahu wata’ala. (Terkenal dengan  panggilan Imam Al ‘Asy’ari).
Abu Musa Al ‘Asy’ari nama sebenarnya adalah Qais Al Yamani, pemimpin dari Yaman.  Beliau adalah salah seorang dari empat sahabat yang hafal dan Ahli AlQur’an.

Penghafal (Ahli AlQur’an) yang ketiga adalah Abdullah bin Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu, seorang yang menceritakan Hadits yang kita bahas kali ini. Beliau bertubuh kurus, kecil, sehingga betisnya-pun terlihat kecil.  Ketika beliau hendak memanjat batang Ara, untuk diambil kayunya untuk Siwak (gosok gigi), tersingkap kainnya (gamisnya) sehingga terlihat betisnya yang kecil (kurus), sehingga para sahabat yang lain tertawa. 

Melihat sahabat lain tertawa, mentertawakan betis Abdullah bin Mas’ud r.a.  Rasulullah saw sedikit marah, bertanya ; “Kenapa kalian tertawa?  Demi Allah, bila gunung Uhud itu ditimbang,  maka masih lebih berat betis Abdullah bin Mas’ud di sisi Allah subhanahu wata’ala”.  Itulah sahabat Abdullah bin Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu.  

Sahabat ke-empat yang Hafidz dan Ahli AlQur’an adalah Salim Maula Khudzaifah rodhiyallahu ‘anhu. Salim semula adalah seorang budak yang dibeli (dibebaskan) oleh Khudzaifah r.a. menjadi orang merdeka . Maka beliau disebut Salim Maula Khudzaifah rodhiyallahu ‘anhu.

Khudzaifah r.a adalah salah seorang sahabat yang sangat dekat dan tahu rahasia Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam.  Semua rahasia-rahasia banyak  yang diberikan oleh Rasulullah  saw tetapi tidak diberikan kepada sahabat yang lain. Dengan pesan beliau agar sesudah beliau wafat kelak, semua rahasia itu diceritakan kepada umat untuk menjadi Ilmu.  Khudzaifah r.a oleh Rasulullah saw diberikan ilmu khusus, yaitu siapa sebenarnya orang-orang  munafiq. Maka siapa-siapa yang munafiq ketika itu hanya Nabi saw sendiri dan Khudzaifah yang tahu. Yang lainnya tidak ada yang tahu.

Sehingga ketika Umar bin Khathab r.a. menjadi Khalifah, setiap ada orang meninggal di Madinah,.  Khalifah Umar bin Khathab menunggu Khudzaifah r.a. datang ta’ziyah atau tidak. Kalau Khudzaifah datang di tempat orang meninggal, maka Khalifah Umar bin Khathab datang juga. Karena yang meninggal itu adalah orang beriman.  Tetapi bila di suatu musibah (kematian) ternyata Khudzaifah tidak datang ta’ziyah, maka Umar bin Khathab r.a juga tidak datang.  Berarti yang meninggal itu pasti orang munafiq.

Suatu hari Khalifah Umar bin Khathab r.a. mendatangi rumah Khudzaifah r.a untuk menanyakan apakah dirinya (Umar bin Khathab ) termasuk orang munafiq atau bukan. Maka dijawab oleh Khudzaifah r.a. : “Bukan, Tuan bukan orang munafiq, melainkan orang yang beriman yang sempurna”.  Maka Umar bin Khathab r.a. merasa lega, karena beliau khawatir jangan-jangan dirinya adalah munafiq tetapi tidak terasa.  Karena orang munafiq akan dimasukkan ke dalam neraka yang paling bawah. Na’udzubillah min dzalik!

Karena sifatnya yang tegas, dan tingkat keimanan yang tinggi  maka Khalifah Umar bin Khathab sangat ditakuti oleh syaithan.  Setiap syaithan berjalan, sekiranya akan berpapasan dengan Umar bin Khathab r..a. pasti syaithan akan mencari jalan lain, menghindar, karena khawatir berpapasan dengan Umar bin Khathab.  Tetapi Umar bin Khathab, Abubakar as Siddiq dan Utsman bin ‘Affan sangat dibenci oleh orang-orang Syi’ah, karena orang Syi’ah menganggap beliau-beliau itu adalah orang-orang penghalang bagi Ali bin Abi Thalib untuk menjadi pengganti Nabi Muhammad saw.

Khudzaifah r.a sebagaimana disebutkan diatas pernah memerdekakan seorang budak bernama Salim menjadi orang merdeka dan akhirnya menjadi sahabat Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.  Salim disebut juga Salim Maula Khudzaifah rodhiyallahu ‘anhu adalah seorang penghafal (Ahli) AlQur’an di zaman Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalalam.

Suatu hari selesai sholat ‘Isya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam pulang melewati rumah Salim Maula Khudzaifah r.a. Dari luar rumah itu beliau mendengar Salim sedang membaca AlQur’an dari dalam rumahnya, dengan suaranya yang bagus (merdu). Beliau dengarkan suara bacaan AlQur’an dari mulut Salim Maula Khudzaifah, beliau tunggu sambil mendengarkan, sampai tengah malam. Beliau asyik mendengarkan bacaan AlQur’an itu dan yang membacanya-pun asyik, sehingga tidak terasa sampai tengah malam.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam kemudian pulang,  sampai di depaan pintu rumah beliau mengucapkan salam dan mengetuk pintu sampai tiga kali tetapi tidak dibukakan pintu oleh isteri beliau (‘Aisyah r.a.) karena ‘Aisyah r.a telah lelap tidur tidak mendengar pintu diketuk.

Karena ditunggu ternyata pintu tidak dibuka, maka Rasulullah saw menggelar sorbannya, digelar di depan pintu lalu beliau tidur di depan pintu.  Rumah ‘Aisyah r.a ada di samping masjid Nabawi. Malam menjelang Subuh  ‘Aisyah r.a terbangun, lalu sadar bahwa Rasulullah saw tidak ada disampingnya, berarti tidak pulang.  Tetapi ‘Aisyah r.a berfikir : Tidak mungkin Rasulullah berdusta.  Malam ini giliran di rumahku, tidak mungkin ada di rumah isteri beliau yang lain. 

Demikian fikir beliau. Maka dibukalah pintu rumahnya, dan terlihat Rasulullah saw sedang tidur di luar rumah di depan pintu. Maka sambil menangis ‘Aisyah r.a membangunkan suaminya sambil bertanya : ‘Kenapa engkau tidur di sini, ya Rasulullah ?”.  Rasulullah saw bersabda : “Aku telah bangunkan engkau tiga kali tetapi engkau tidak bangun. Maka aku tidak mau menngganggu hakmu untuk tidur malam. Maka aku tidur di sini”. 

Demikian agungnya pribadi Rasulullah saw sampai beliau tidak mau mengganggu isteri beliau yang sedang asyik tidur malam hari, karena memang itu hak isteri beliau. Kemudian beliau menceritakan kenapa sampai malam baru pulang, karena mendengarkan suara bacaan AlQur’an oleh Salim Maula Khudzaifah.

1.Sholat pada waktunya.
Salah seorang ahli AlQur’an lain di zaman Nabi saw adalah Abdullah bin Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu.  Suatu hari Abdullah bin Mas’ud r.a. bertanya kepada Rasulullah saw : “Ya Rasulullah, apakah amalan hamba yang paling dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala ?”. Maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sholat pada waktunya”.

Imam Al Ghodzali rohimakumullah menjelaskan hadits tersebut  : Yang dimaksud Sholat pada waktunya, adalah sholat berjamaah di masjid dimana telah dikumandangkan Adzan di tempat itu.  Bukan sholat sendiri-sendiri atau sholat di rumah masing-masing, melainkan sholat berjamaah di Masjid (Musholla) bagi laki-laki.  Dasar hukum dari AlQur’an, disebutkan : “Tegakkan sholat, bayarlah zakat,oleh kamu  dan ruku’lah kamu bersama orang-orang yang ruku’”.  Artinya ketika melakukan sholat (sholat Fardhu) wajib berjamaah.

Dalam Hadits lain diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sholat bagi laki-laki adalah berjamaah”. 
Sholat berjamaah di masjid adalah lebih baik daripada sholat di rumah sendiri dengan duapuluh tujuh derajat”.

Para sahabat bertanya : “Ya Rasulullah,  apa maksud duapuluh derajat?”. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda (menjawab) : “Jarak antara derajat yang satu dengan derajat berikutnya  sejauh antara langit dan bumi”.

Maka tidak terbayangkan betapa besar dan tinggi nilai sholat berjamaah. Sehingga dalam riwayat disebutkan bahwa bila ada seorang sahabat ketika itu tidak sholat berjamaah, ia menangis karena sangat menyesal selama 40 hari. Maka amal yang paling besar di dunia ini adalah : Sholat pada waktunya berjamaah bersama imam sholat.

Walaupun sholat di luar itu sah, tetapi bukan amal terbaik. Sholat berjamaah bersama Imam di masjid adalah amal paling besar di dunia. Seandainya seseorang punya emas sebesar gunung lalu disedekahkan kepada fakir-miskin, pahalanya tidak akan bisa melebihi sholat fardhu dua rokaat (Subuh) bersama Imam.
Maka sholat fardhu berjamaah jangan dianggap remeh.

Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sholat Sunnat dua rokaat sebelum sholat Subuh lebih baik dibandingkan dunia se-isinya”.  
Betapa besar nilai sholat. Maka bila ditanya siapakah orang yang paling kaya di dunia ini ?, Jawabnya : Orang yang sholat Sunnat dua rokaat sebelum subuh.
Kalau sholat Sunnatnya saja sedemikian tinggi nilainya, apalagi Sholat Subuh-nya.
Sholat Subuh tidak ada yang tahu pahalanya kecuali Allah subhanahu wata’ala.
Sayang, banyak orang tidak menyadari akan hal tersebut.

Dalam Hadits lain Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Sholat itu tiang agama. Siapa yang menjaga sholat maka ia telah membangun agamanya. Siapa yang meninggalkan sholat maka ia telah meruntuhkan (menghancurkan) agama”.

Sekarang ini banyak orang tidak sholat, dibiarkan. Padahal mereka adalah peng-hancur agama.  Seandainya ada orang membawa palu atau linggis lalu ia merusak ingin menghancurkan sebuah masjid, pasti banyak orang akan mencegahnya. Ia pasti akan dicaci-maki beramai-ramai. Alasannya : Ia menghancurkan bangunan masjid. 
Tetapi terhadap orang yang tidak sholat, padahal ia menghancurkan agama, dibiarkan.  Bahkan ada teman sekerja bertahun tahun tidak sholat kita biarkan.
Bahkan seorang anak kita yang kita tanggung hidupnya serumah dengan kita, tetapi tidak sholat, dibiarkan, padahal dia adalah penghancur agama. Bagaimana ?.
Kalaupun semua anggota keluarga melakukan sholat, lalu ada satu orang tidak melakukan sholat,  maka hancurlah agama seisi rumah itu sampai Kiamat.

Kemungkaran.
Sedikit saja kejahatan (kemungkaran) yang dilakukan di satu tempat (lingkungan) maka seluruh lingkungan itu menjadi rusak. Maka benar sekali peribahasa : Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Ada satu orang saja tidak melakukan sholat, maka rusaklah agama di seisi rumah itu.
Maka kita disuruh mencegah kemungkaran yang paling besar di rumahtangga kita, yaitu kemungkaran tidak sholat.  Dalam Hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Perintahkan kepada anakmu ketika ia berumur tujuh tahun. Kalau sampai umur sepuluh tahun tidak mau sholat, maka pukullah.

Padahal kewajiban sholat adalah ketika Aqil Baligh, yaitu sekitar 14 – 15 tahun. Tetapi Islam mengajar (mendidik) anak untuk sholat lebih awal, yaitu sejak umur 7 sampai 10 tahun.  Maknanya, betapa pentingnya sholat. Kalau sampai meninggalkan sholat berarti menghancurkan agama. Dan kita tidak boleh membiarkan seorangpun dari keluarga kita menjadi penghancur agama.

Lihat AlQur’an Surat Bani Israil, Allah subhanahu wata’ala berfirman  :
Di belakang mereka muncul generasi yang menyia-nyiakan sholat dan mengikuti hawa-nafsu. Mereka generasi baru itu akan terjerumus ke dalam kehancuran yang nyata dengan sehancur-hancurnya.

Pokok pangkalnya adalah sholat.  Bila orang tidak sholat, maka ia akan berbuat dosa-dosa yang lain, mudah sekali diperbuat.  Saat ini kita ribut-ribut ketika hendak memilih pemimpin. Banyak dari kita yang menyeru : Pilihlah pemimpin Islam.  Sementara orang yang disuruh memilih itu tidak sholat. Maka mereka tidak peduli siapa calon yang hendak dipilih. Islam atau bukan.

Saat ini kehancuran di bidang agama sudah sangat parah. Di mana-mana terjadi kemungkaran. Pelacuran, Homoseks, dan segala kemaksiatan terjadi di mana-mana. Itu semua karena orang sudah banyak yang tidak mau sholat.
Padahal sarana dan prasaran untuk sholat sudah sangat mudah. Air dengan mudah di dapat.  Masjid dimana-mana ada. Ditempat kerja juga ada musholla, disediakan. Tinggallah kita mau atau tidak menjaga “Tiang Agama” ini.

Di India, dimana Islam hanya 20% dari seluruh penduduknya, tetapi ketika sholat Subuh masjid penuh seperti ketika sholat Jum’at. Presidennya selalu dari orang Islam (muslim).

2.Berbuat baik kepada orangtua.
Dalam Hadits, selanjutnya Abdullah bin Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam : (Setelah sholat pada waktunya), lalu apa lagi ya Rasulullah? Maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Berbuat baik kepada kedua orangtua (Birrul walidain).

Jangan sampai ibu-bapak kita dikecewakan. Orangtua adalah “Tiket masuk surga”.
Dalama Hadits shahih Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Sungguh celaka seorang manusia (Diulang kata-kata itu tiga kali). Lalu para sahabat bertanya : “Siapakah ia yang celaka itu, ya Rasulullah ?”. Rasulullah saw bersabda:
Ada tiga : Pertama, seseorang ketika disebut namaku, orang itu tidak bersholawat. Kedua, orang yang kedua orangtuanya atau salah satunya masih hidup, ia tidak akan masuk surga karena tidak mau mengurus orangtuanya. Ketiga, sampai habis Romadhon dosanya tidak diampuni karena tidak mau beramal di bulan Romadhon.

Orangtua (Ibu-Bapak) kita adalah “Tiket” masuk surga.  Seorang sahabat pernah bertanya : “Ya Rasulullah, kepada siapa aku harus berbuat baik ?”. Beliau menjawab : Ibumu. Sahabat itu bertanya lagi : Sesudah itu, siapa ?”.  Beliau menjawab : Ibumu. Sahabat itu bertanya lagi : “Sesudah itu siapa lagi?”. Beliau menjawab : Ibumu. Sahabat bertanya lagi : “Sesudah itu, siapa, ya Rasulullah ?”. Beliau menjawab : Bapakmu.

Dari Hadits tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa Islam mengajarkan kepada kita harus menghormat Ibu tiga kali lebih hormat dibandingkan Bapak. Kenapa Ibu ? Karena seorang ibu sangat berjasa bagi anaknya. Anak tidak bisa membayar jasa seorang ibunya sampai hari Kiamat.

Allah subhanahu wata’ala telah berfirman dalam AlQur’an :
-         Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan susah-payah.
-         Allah mewajibkan kamu menyembah Allah dan tidak berbuat syirk, sembahlah Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan kepada ibu-bapakmu kamu wajib berbuat ihsan.
-         Taatilah Allah dan Rasul-Nya.

Makna Ihsan dalam kalimat tersebut adalah : Berbuat yang terbaik kepada kedua orangtua.  Berbuat baik kepada orangtua adalah “Tiket” masuk Surga.  Ridho Allah tergantung kepada ridho orangtua kita.

3. Jihad fissabilillah.
Bersungguh-sungguh mengorbankan harta dan diri untuk membela agama (Islam).
Maka kalau orang yang demikian itu mati, dihitung mati syahid.

Tanya-Jawab.

Pertanyaan:
Bagaimana bentuk kebaikan dari seorang anak apabila orangtuanya sudah meninggal ?

Jawaban:
Dalam Hadits, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Bahwa berbuat baik (berbakti) kepada kedua orang tua apabila orangtua sudah meninggal adalah:
1.     Rajinlah berdo’a untuk orangtuanya,
2.     Banyak memohonkan ampun kepada Allah subhanahu wata’ala untuk kedua orangtuanya.
3.     Tunaikan wasiatnya (kalau ada wasiat),
4.     Uruslah saudara-saudara dari orangtua kita. 
5.     Hormati sahabat-sahabat orangtua kita.

Jika lima tersebut dilaksanakan, maka orangtua di alam Barzah akan ridho kepada kita, dan seluruh dosa-dosa kita diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA, ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                            __________

No comments:

Post a Comment