PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Allah First Series Islam 101
Ustadz Kang Rashid
Jum’at, 20 Muharram 1438H – 21 Oktober 2016.
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Hidup ini tak ubahnya seperti segerombolan
kuda zebra di padang rumput yang luas..
Kuda zebra itu bergerombol bersatu-padu untuk hidup di bumi Allah swt. Namun
tatkala seekor zebra itu terpisah dengan
kelompoknya maka zebra itu diterkam dan dimakan oleh seekor singa. Karena zebra
itu sudah terlepas dari ikatan persatuan gerombolan zebra.
Begitu pula Umat Islam, ketika Umat
Islam bersatu seperti sapu lidi, maka ia akan kuat dan disegani banyak orang.
Tetapi ketika sebatang lidi dari sapu lidi itu memisahkan diri, memecah diri
dari lidi-lidi yang lain dalam ikatan sapu lidi, maka sebatang atau dua batang
lidi itu menjadi lemah, tidak punya kekuatan dan mudah dipatahkan (dihancurkan)
karena sebatang lidi itu sudah lepas dari ikatan sapu lidi. Mudah sekali
“sponsorship” merusak, mematahkan, menghancurkan lidi itu.
Kita lihat saat ini di DKI Jakarta, yang
saat ini Umat Islamnya sedang terpecah belah dan sangat rawan hancur. Maka bila
umat Islam ingin mempunyai kekuatan, seharusnya umat Islam masing-masing
mendekat kepada Yang Maha Satu, Dia-lah Allah
subhanahuu wata’ala.
Bagaimana caranya agar Allah swt
selalu ada dalam hati para suami, para
isteri dan anak-anak. Selanjutnya bagaimana caranya agar Allah swt selalu di
hati para pemimpin, bagaimana agar Allah
swt selalu ada di hati para pemimpin perusahaan. Bila Allah swt sudah ada dalam
hati-hati mereka maka itu akan menjadi kekuatan besar di negeri ini.
Tetapi karena Allah swt di nomor
sekian-kan, maka umat Islam DKI ini centang-perenang, tidak punya kekuatan.
Jumlah kaum Muslimin di Indonesia sangat banyak, tetapi tak ubahnya seperti buih di lautan. Jumlahnya banyak tetapi kualitasnya rendah.
Itulah umat Islam saat ini di Indonesia.
Ada seorang guru, seorang Imam bernama Syaikh Abdul Al Haqqani, cucu dari
Syaikh Abdul Qadir Jailani, beliau datang di Indonesia, diundang ke Istana
Negara, beliau selama sepuluh hari di Indonesia, keliling Nusantara. Sebelum beliau pulang ke negerinya kami
bertanya kepada bel;iau : “Ya Syakih Abdul Al Haqqani, apa yang engkau lihat di
negeri ini ?”.
Beliau menjawab dengan dua ungkapan :
“Negeri ini banyak sekali pemimpinnya, banyak ulamanya, tetapi mereka tidak
takut kepada Allah subhanahu wata’ala.
Banyak sekali orang pintar di negeri ini, tetapi sedikit yang benar”.
Selanjutnya beliau menjelaskan :
Sekolah-sekolah dan kampus-kampus perguruan tinggi melahirkan orang pintar,
seminar-seminar, tempat-tempat pelatihan banyak melahirkan orang pintar, tetapi
sedikit orang yang benar. Memang
kita perlu orang pintar tetapi kita sangat butuh orang-orang yang benar. Dua faktor tersebut (Benar dan
pintar) harus digabungkan, tidak bisa dipisahkan. Tetapi nyatanya di negeri ini (Indonesia)
banyak orang pintar tetapi keblinger (sesat).
Maka dijuallah negeri ini (Indonesia) kepada orang asing.
Yang paling pantas adalah : Bagaimana agar kita pintar dan benar.
Selanjutnya beliau memaparkan : Tubuh kita (manusia) terdiri dari tiga Faktor
: Akal,
Hati dan Jasad. Ketiga faktor tersebut harus kita gunakan
semuanya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman : Wahai orang-orang beriman, masuklah ke dalam
Islam secara kaafah (utuh, total, tidak setengah-setengah).
Menurut Imam Al Ghodzali, Islam yang
utuh ada tiga faktor : Islam – Iman –
Ihsan.
Islam,
di
dalamnya ada 5 rukun : Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa, Haji.
Iman,
di
dalamnya ada 6 rukun : Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-Kitab
Allah, para Rasul, Hari Akhir, Qadha dan Qodar.
Ihsan,
adalah
ketika engkau beribadah kepada Allah, seolah-olah engkau melihat Allah. Bila
engkau tidak mampu seperti itu, maka
beribadah-lah solah-olah engkau dilihat oleh Allah swt.
Kita akan mendapatkan posisi Ihsan apabila kita sudah Islam dan
Iman. Makna secara umum, bahwa Islam
adalah : Tekun beribadah.
Iman
adalah
Aqidah yang kuat, kalau sudah Islam maka seluruh kehidupannya Islam, jasadnya,
ruhnya, hatinya, fikirannya, cita-cita dan keinginannya adalah Islam. Kuat Aqidahnya. Maka Islam
dan Iman digabung menjadi Ihsan.
Ihsan adalah akhlak
yang bagus, tekun ibadahnya, hasilnya : Aqidahnya kuat.
Sholat
dan Kedamaian.
Sudah selayaknya orang yang sholat, di
luar sholatpun ia tetap sholat, yaitu menebarkan Salam (kedamaian). Ketika orang masuk ke masjid untuk sholat,
pertama-tama ketika sholat ia meng-Akbarkan (meng-Agungkan) Allah dengan ucapan
Takbirotul Ihrom : Allahu Akbar.
Orang yang sholat adalah membesarkan
Nama Allah. Dalam sholat ia melakukan ruku’ dan sujud dan ketika akhir sholat
diakhiri dengan Salam : Assalamu’alaikum
Maknanya : Memberi kedamaian kepada
lingkungan kita berada.
Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam men-Sunnah-kan bagi orang yang selesai
sholat : Allahumma antassalam, waminkassalam, wa’alaika ya ‘udussalam, fahayyina
robbana bissalam, wa ad-hilna jannata daarussalam ( Wahai Allah, Engkau sumber kedamaian dan
dari Engkau aku bisa damai dalam hati ini, dan kepada Engkau aku kembali kepada
Darussalam, ya Allah hidupkan aku dengan penuh kedamaian, dan masukkan aku ke
dalam surga Darussalam).
Maka orang yang selesaai sholat dan
keluar dari masjid ia akan selalu mengucap salam kepada sesama dengan penuh
kedamaian. Akhlaknya semakin bagus.
Orang-orang sholih di negeri kita sering
mengatakan : Orang yang beriman seperti buah manggis. Luarnya (kulitnya hitam)
tetapi putih dalamnya. Orang yang tidak beriman seperti buah kedondong,
kulitnya (diluar halus, licin) tetapi kusut di dalamnya, banyak durinya. Para
ahli jiwa mengatakan : Buah manggis itu Inner Beauty (Cantik di dalamnya,
jiwanya). Sedangkan kedondong adalah Outer Beauty (cantik di luarnya saja),
hatinya buruk, tidak jujur, sombong.
Di dunia ini banyak manusia seperti buah
kedondong, tampilannya bagus, gagah, cantik, tetapi angkuh hatinya, buruk,
ambisius, ingin menjadi pemimpin terus, menakjubkan luarnya, dihormati, tetapi
hatinya busuk. Outer Beauty tetapi itu memang di-design (dibuat)
demikian. Sebaliknya yang mahal adalah Inner
Beauty (Cantik hatinya, jiwanya).
Bagaimana mencari Inner Beauty ?. Mudah : Seringlah mendatangi Majlis Ta’lim,
banyak dzikir, perbanyak sholat-sholat Sunnat.
Tidak cukup hanya pintar, tetapi harus benar. Sementara di negeri ini
campur-aduk antara manggis dan kedondong. Tetapi yang manggis kebanyakan di
masjid-masjid sedang yang kedondong banyak yang di gedung-gedung bertingkat.
Yang perlu diupayakan adalah bagaimana menggabungkan kedua sifat buah itu,
yaitu orang boleh menjadi buah kedondong tetapi hatinya manggis. Boleh gagah
dan dan cantik tetapi jujur hatinya (jiwanya).
Tidak hanya indah dipandang (Good Looking) tetapi batinnya Amanah.
Kita sedang mencari pimimpin DKI yang
seperti tersebut diatas, pemimpin yang Islam – Iman – Ihsan. Dalam bahasa ilmu Kalam : Yakin, Haqqul Yaqin dan ‘Ainul Yaqin. Menurut bahasa Prof. Dr. Arief Rahman : Learning to Know – Learning to Do – Learning to
Be.
Learning
to Know
(akal, berfikir), - Learning
to Do (Qalbu) – Learning to Be
(Ikhtiar). Silakan orang yang beriman, ikhtiarnya harus maksimal tetapi
“menjeritnya” harus kepada Allah subhanahu
wata’ala. Silakan berusaha mencari
kehidupan di siang hari, tetapi ketika malam hari Tahajud-lah (menjerit) minta pertolongan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Bila bergabung antara Learning to Know
dengan Learning to Do, maka akan muncul Learning to Be.
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, Nabi Musa dan Harun ‘alaihimussalam, Muhammad
Fatih II (Penakluk Konstantinopel) sudah Learning to Be (Kekuatan).
Lihat sejarah Mesir, Raja Fir’aun adalah
luar-biasanya kekuasaannya. Bahkan kecerdasanya hebat. Bisa membikin Piramid
yang luar-biasa. Fir’aun itu gagah, pandai, cerdas, tetapi tidak benar. Dia
mengaku Tuhan yang paling tinggi.
Bila digabung dengan Qarun, orang
terkaya di dunia ketika itu, maka dua-duanya kafir dan maksiat. Kekayaan dan
kekuasaan (Fir’aun) kalah dengan
Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimussalam.
Nabi Musa dan Nabi Harun berani melawan Fir’aun karena mereka punya “Allah First”. Kita kaum muslimin banyak tetapi kalah,
karena tidak punya “Allah First”.
Nabi Musa ‘alaihissalam ketika itu dipesankan oleh Allah subhanahau wata’ala agar ketika menemui Fir’aun berkatalah dengan halus dan santun.
Dan diikut sertakan Nabi Harun
(saudaranya) menghadap Raja Fir’aun. Dalam akhir ceritanya, Nabi Musa dan Nabi
Harun menang melawan Fir’aun. Karena kualitas Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimussalam tinggi. Kuncinya adalah
pada : Lailaha illallah (Tidak ada sesembahan kecuali Allah). Dan
disampaikan dengan bahasa yang halus dan santun. Itu yang terjadi antara Nabi Musa dengan
Fir’aun. Nabi Musa dan Harun bisa mengalahkan Fir’aun karena beliau sudah Learning to Be berhadapan dengan
Fir’aun dan Qarun.
Sementara kita umat Islam di Indonesia sesama
muslim saling membentak, saling menuduh, dan saling menjatuhkan. Itulah
centang-perenang kaum Muslimin di Indonesia.
Muhammad
Fatih II
seorang putera dari Sultan Murad II penguasa Turki Usmani, ia pemuda berumur 24
tahun bisa mengalahkan penguasa Rumawi dalam merebut Konstantinopel. Pertama-tama Muhammad Fatih II menyerbu
Konstantinopel tetapi kalah. Bala-tentaranya
sebanyak 150 ribu orang mati di atas Laut
Marmara. Ketika itu Muhammad Fatih II mengandalkan Learning to Know saja, mengandalkan taktik-strategi saja, tetapi
tetap kalah oleh Penguasa Rumawi.
Maka ketika suatu malam beliau sholat
malam dan berdo’a dalam kesedihannya, karena banyak bala-tentara yang mati. :
“Ya Allah, ampunilah kami”.
Ketika itu datanglah seorang guru
spiritualnya bernama Syaikh Syamsudin
(konon ia adalah keturunan Abubakar as Siddiq) datang mendampingi Muhammad
Fatih II, berkata : “Wahai anakku Muhammad Fatih, sehebat apapun strategi-mu
dan sebanyak apapun bala-tentaramu, tetapi engkau tidak minta kepada Allah, aku
pastikan kamu pasti kalah. Cobalah kamu menjerit kepada Allah, meminta
pertolongan Allah agar dimenangkan perangmu”.
Maka malam harinya Muhammad Fatih II
beserta bala-tentaranya melakukan sholat Tahajud,
menjerit meminta pertolongan kepada Allah subhanahu
wata’ala, yang beliau ucapkan salah satu kalimatnya adalah :
Ya Qoyyu ya Qoyyum, birokhtika
astaghitsu, Ashlihli sya’ni kullah, Wala takilni ila nafsi thorfata’ain - Wahai Rabb yang Maha Hidup, Yang Maha
berdiri sendiri (tidak butuh segala sesuatu)
dengan rahmat-Mu aku meminta
perolongan . Perbaikilah segala keadaan dan urusanku, jangan Engkau serahkan aku kepada diriku meski sekejap mata sekalipun
(Tanpa mendapat pertolongan dari-Mu).
Selesai sholat Tahajud, Muhammad Fatih
II beserta bala-tentaranya punya ide
bagaimana cara melewati selat Bosporus (Laut Marmara), dimana sebelum itu
setiap kapal yang melewati selalu tenggelam dan robek lambung kapalnya.
Muhammad Fatih II diberi ilham
(petunjuk) dari Allah subhanahu wata’ala,
yaitu agar Bala-tentaranya menggotong kapal melewati daratan (tidak melewati
selat Bosporus). Ternyata dengan susah-payah
beliau dan balatentaranya berhasil mengangkat kapal melewati daratan, melewati
Bukit Galata dan masuk laut Hitam di
malam hari dan langsung menuju Kontantinopel dan menyerbu ke kota itu. Berhasil
menguasai Konstantinopel tanpa perlawanan berarti. Kemenangan Islam atas
pertolongan Allah subhanahu wata’ala.
Sebelumnya, Muhammad Fatih II dengan Sunnatullah, tetapi lupa
kepada Inayatullah. Maka
kemudian beliau menggabungkan antara fikir dan dzikir, antara pintar dan benar,
maka Muhammad Fatih II menjadi seorang Pemuda paling hebat ketika itu. Karena
bisa menaklukkan Konstantinopel.
Itulah kekuatan Allah First.
Kalau Nabi Ibrahim ‘alaihissalam melawan Raja
Namrud sudah Learning to Be, Nabi
Musa dan Nabi Harun ‘alaihissalam, melawan
Fir’aun sudah Learning to Be, Muhammad
Fatih II melawan Rumawi sudah Learning
to Be sehingga berhasil menaklukkan Konstantinopel, maka bagaimana dengan kita umat Islam saat
ini meng-Upgrade diri dari Islam
kepada Iman, dan dari Iman kepada Ihsan?
Dari Learning to Know menjadi Learning
to Do dan menjadi Learning to Be. Lalu ada penyakitnya, salah satu sebabnya
kenapa tidak meningkat adalah kita beribadah tidak ada Ruh-nya. Ibadah sholat hanya ritual saja, tidak tahu
Ruh dan Makna-nya. Ibadah Haji atau
Umroh begitu-begitu saja, hanya ritual saja, sehingga ibadahnya tidak ada
efeknya. Ibadah harus punya Ruh.
Setelah Learning to Know harus Learning
to Do. Kalau kita tidak bisa
meng-Upgrade-nya tentu ada sebabnya.
Sebabnya adalah :
Dosa. Yang
menyebabkan tidak meningkat kualitas Imannya adalah karena dosa. Maka negeri
ini menjadi centang-perenang. Menurut Imam Al Ghodzali ada 4 maksiat Hati :
1.
Sombong,
2.
Serakah,
3.
Berangan-angan,
4.
Hasud,
irihati, dengki dan dendam.
Itulah penyakit yang sangat mempengaruhi
kaum muslimin.
Ada seorang orientalis dari Jepang bernama
Prof. Dr. Nakaro Emoto yang
mengadakan penelitian seluruh dunia, apakah penyakit hati yang 4 (empat)
tersebut ada dalam diri manusia, ternyata beliau menyimpulkan dalam sebuah buku
bahwa :
Penyakit
angkuh (sombong) :
Paling banyak di Amerika, sedikit di Asia. Menurutnya bangsa Amerika adalah
bangsa yang paling sombong. Rata-rata diplomat Amerika adalah angkuh (sombong).
Pernyataan politiknya-pun pernyataan politik yang angkuh. Orang Amerika sering mengangkat kaki di depan
orangtuanya. Kepada orang tuanya hanya menyebut namanya.
Penyakit
Serakah :
Adanya di benua Eropa. Dalam sejarah, bangsa penjajah adalah bangsa Eropa :
Inggris, Belanda, Spanyol, Portugis, dst.
Penyakit
Berangan-angan
(Panjang angan-angan) : Paling banyak di benua Afrika.
Penyakit
Hasud, Irihati, Dengki dan dendam : Paling banyak di benua Asia. Termasuk
Indonesia.
Karena penyakit-penyakit tersebut maka
Umat Islam tidak pernah naik-tingkat, dari Islam
tetap Islam, tidak pernah menjadi
Iman dan menjadi Ihsan.
Hanya Learning to Know saja,
tidak pernah naik menjadi Learning to Do
apalagi Learning to Be.
Bagaimana cara menghilangkan biang-kerok
kemaksiatan tersebut ?
Bawalah Tauhid hati yang sudah bersih kepada lingkungan masing-masing, dan
bawalah Tauhid Hati itu ke Negara (pemerintahan). Pasti akan ber-efek.
Contoh : Sebuah perusahaan batubara yang
sudah hampir jatuh pailit. Pimpinan
perusahaan itu minta nasihat kepada Ustad, lalu disarankan agar pimpinan
perusahaan itu banyak shodakoh, memberi santunan kepada anak-yatim,
fakir-miskin dst. Lalu dilaksanakan apa
yang menjadi saran itu.
Sambil pimpinan perusahaan itu berdo’a : Allahumma inkana rizqi fissamaa’i
wa anzil-hu, wa inkana fil ardh fa akhrij-hu, wa inkana mu’siron fayassir-hu, wa inkana
haraman fa thohir-hu, wa inkana ba’idan fa qarib-hu (Ya Allah jika rezkiku masih di langit,
turunkanlah. Dan jika ada di dalam bumi keluarkanlah. Jika sukar mudahkanlah,
jika kotor sucikanlah, jika masih jauh,
dekatkanlah).
Do’a itu di-aminkan oleh sekitar
tigaratus orang dan ternyata dahsyat. Dengan disertai zakat dan shodakoh.
Efeknya : Pimpinan
perusahaan batubara tersebut tiba-tiba punya ide mambuat perusahaan pembangkit
litrik di Semarang – Jawa Tengah. Dengan bahan bakarnya batubara. Juga membikin
tempat pembakaran emas dan baja. Semenjak
itu batubara menjadi laku keras dan ada pembelinya (pemakainya) yaitu
Pembangkit listrik dan pembakaran emas dan baja. Perusahaan kembali berjaya
lagi, bahkan lebih jaya dibandingkan sebelumnya. Pertanyaannya : Ide itu dari siapa ?
Tentu itu petunjuk dari Allah subhanahu wata’ala. Yang sebelumnya
tidak terfikirkan oleh pimpinan perusahaan batubara itu. Maka sesungguhnya
orang yang tidak dekat dengan Allah subhanahu
wata’ala kotor hatinya. Padahal
seperti difirmankaan oleh Allah subhanahu
wata’ala : Siapa yang dekat dengan Allah maka Allah akan memberikan jalan
keluar dari segala kesulitan. Bahkan orang akan diberikan rezki dari jalan yang
tidak disangka-sangka.
Bagaimana cara membersihkan hati agar
agar selalu yakin kepada Allah subhanahu
wata’ala, bahkan menjadi Haqqul Yakin dan ‘Ainul
Yakin. Dari Learning to Know menjadi Learning to Do selanjutnya
meningkat menjadi Learning to Be. Bila orang sudah menjadi Learning to Be,
maka ia menjadi pemenang. Untuk itu
solusinya adalah selalu mendatangi Majlis Dzikir (Majlis Ta’lim), banyak
dzikir.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Setiap segala sesuatu yang kotor ada pembersihnya. Membersihkan hati hanyalah dengan cara
banyak berdzikir. Perbanyaklah mengucapkan : Lailaha illallah. Kapan
saja, di mana saja dan berapa kali saja, sebanyak-banyaknya.
Kesimpulan
:
1.
Mari
berubah. Jangan pernah kita bersandar kepada siapapun kecuali kepada Allah subhanahu wata’ala.
2.
Jangan
bersandar pada kecerdasan. Apa arti kecerdasan tanpa pertolongan Allah subhanahu wata’ala.
3.
Jangan
bersandar pada harta yang kita kumpulkan, karena harta itu mudah bagi Allah
untuk mengambilnya kembali.
4. Allah subhanahau wata’ala berkali-kali
meneguhkan janji-Nya. Barangsiapa yang
benar-benar bertakwa kepada Allah, maka bagiya jalan keluar dari setiap
kesulitannya. Jalan keluar itu datang justru karena ketakwaan kita kepada Allah
subhanahu wata’ala.
5. Mengapa orang
pandai banyak yang sengsara, mengapa orang berharta banyak yang sengsara,
karena persoalaan tidak bisa dipecahkan hanya mengandalkan kemampuan kita.
Ketakwaan itulah yang mendatangkan pertolongan Allah subhanahu wata’ala.
6.
Dan
Allah akan membukakan pintu rezki yang tidak di duga-duga.
7.
Allah
subhanahau wata’ala akan
mempertemukan dengan siapa yang Dia Kehendaki.
8.
Barang
siapa yang bertawakkal kepada Allah akan dicukupkan segala kebutuhan lahir dan kebutuhan
bathinnya.
9. Tidak ada
persoalan yang bisa diselesaikan tanpa bimbingan Allah subhanahu wata’ala.
Sekian bahasan, mudah-mudahan
bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
___________
No comments:
Post a Comment