PENGAJIAN DHUHA MASJID
BAITUSSALAM
Aqidah
(Fenomena Paranormal)
Ustadz Abdul Roziq
Jum’at 27 Muharram 1438H – 28 Oktober 2016.
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Bahasan berikut adalah tentang Aqidah, berkaitan dengan banyaknya
Fenomena Paranormal di negeri kita. Pernah dahulu di acara TVRI tahun 1980-an
setiap hari Senin pagi ada acara Pelajaran Agama Islam, tetapi karena si
pengelola program itu tidak paham tentang agama Islam, tiba-tiba acara program itu diganti dengan
judul Indonesia Pagi, judulnya tetap pelajaran Agama Islam, tetapi isinya
adalah Pengobatan Alternatif yang berbau perdukunan (paranormal). Yaitu pengobatan jarak jauh.
Misalnya : Si Ustadz berkomunikasi
langsung dengan pemirsa, lalu meyuruh pemirsa membaca Al Fatihah, Surat An
Naas, dst. lalu minta agar jari-jari
sipemirsa ditempelkan di layar TV, lalu ditempelkan di bagian tubuh yang sakit,
sambil ditanya : Bagaimana Bu, Pak, sudah sembuh ? Maka para pemirsa ada yang menjawab : Mendingan, Lumayan, dst.
Padahal ketika itu TVRI dilihat oleh
seluruh penduduk di Nusantara ini.
Tetapi pelajarannya adalah sesat. Karena TVRI dikelola oleh orang yang
tidak paham tentang Islam. sampai
sekarang paranormal (perdukunan) marak di Indonesia. Akhir-akhir ini yang sedang heboh adalah
Paranormal (perdukunan) tentang Penggandaan
Uang dan Para Artis yang menjadi
korban penipuan Perdukunan (Guru Spiritual).
Dari sisi Agama Islam, ada ciri-ciri
manusia yang mendapatkan kelebihan (pertolongan) dari Allah subhanahu wata’ala. Jenis kelebihan/perolongannya
di sebut :
1.Irhas, ialah kelebihan
dari Allah subhanahu wata’ala kepada
Nabi, ketika ia masih kecil, baru lahir. Misalnya : Nabi Isa ‘alaihisalam sudah bisa berbicara ketika
masih bayi. Juga Nabi Yusuf ‘alaihissalam. bisa berbicara ketika masih bayi. Nabi Muhammad saw pernah dibedah dadanya
(dioperasi) oleh malaikat Jibril ketika masih usia 4 tahun, ketika itu sedang
bermain-main dengan teman-teman sebayanya.
2.Mu’jizat, atau I’jaz, artinya melemahkan.
Ketika Nabi/Rasul mendapatkan Mu’jizat biasanya dalam kondisi terdesak.
Sebagaimana Nabi Musa ‘alaihissalam
ketika menghadapi Fir’aun dengan balatentaranya, beliau terdesak di pinggir
laut, lalu turun perintah Allah subhanahau
wata’ala agar Nabi Musa a.s. memukulkan tongkatnya ke air laut, maka air
laut terbelah, sehingga Nabi Musa a.s.beserta para pengikutnya bisa meneruskan
perjalanan melalui laut yang terbelah itu.
Bukan karena tongkatnya yang sakti, melainkan Allah Yang Maha Sakti,
Maha Kuasa, yang bisa membelah laut itu.
Demikian pula Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam, ketika
ditantang oleh orang-orang kafir Mekkah : “Kalau
engkau memang Nabi, cobalah bulan itu engkau belah, bisakah ?”. Tentu
seketika itu Nabi Saw tidak sanggup, karena sebagai manusia biasa, tidak
mungkin untuk membelah bulan. Kemudian beliau
berdo’a kepada Allah subhanahu wata’ala
agar bulan terbelah, lalu beliau mengacungkan tangan beliau ke arah bulan, maka
bulan itu bergerak sedikit-sedikit, lalu lama-lama terlihat terbelah.
Dengan nyata sekali terlihat bulan itu
terbelah masing-masing belahan berjarak agak berjauhan. Semua orang kafir disitu menyaksikan bahwa
bulan terbelah dengan nyata. Orang-orang
kafir itu memang dasarnya tukang ngeyel, tetap tidak percaya,
dengan mengatakan : “Itu sihir”. Nabi Muihammad saw bersabda : “Kalau kalian
tidak percaya, silakan coba tanyakan kepada rombongan kafilah yang akan
melewati kita, tanyakan apakah mereka melihat bulan terbelah”.
Ketika tidak lama kemudian ada rombogan
kafilah lewat, mereka ditanya, apakah mereka melihat bulan terbelah ?. Mereka
menjawab :”Benar, kami melihat bulan terbelah”.
Mu’jizat datang ketika
ada tantangan. Mu’jizat artinya
melemahkan orang-orang yang menantang, menguji kebenaran Kenabian seorang
Nabi/Rasul.
3.Karomah, pertolongan
kepada orang yang tarafnya adalah taraf Wali.
(Jamak : Aulia). Wali juga bermakna : Kekasih, teman dekat, (as Shodiq), atau Pemimpin. Ketiga makna itu tidak salah.
Menurut Surat Al Maa-idah ayat 51,
kita umat Islam tidak boleh menjadikan orang Yahudi atau Nashrani menjadi
Pemimpin, Kekasih, atau Teman dekat.
Wali
(Kekasih
Allah) adalah orang-orang yang berjuang
dalam hidupnya untuk Allah subhanahu
wata’ala. Sebagaimana perjuangan
Abubakar as Siddiq membantu dan berjuang untuk Allah dan Rasul-Nya. Bahkan
seluruh hartanya diserahkan kepada Rasulullah saw untuk keperluan perjuangan
Islam.
Derajat
Wali
masih bisa dicapai oleh orang biasa. Itupun tidak ada pelajarannya bagaimana
supaya bisa menjadi Wali. Dan kondisinya tidak berulang-ulang. Orang menjadi
Wali adalah karena kedekatannya dengan Allah subhanahu wata’ala.
4.Maunah (Pertolongan
Allah), diberikan kepada orang yang rajin beramal-shalih, menjauhkan diri dari
yang haram, jujur, Wara’ (menjaga dirinya dari segala sesuatu yang Sub-hat,
apalagi haram), hidupnya sederhana. Dan bila mendapatkan pertolongan (Maunah dari
Allah) tidak pernah diceritakan kepada orang lain. Karena bila diceritakaan
akan menjadi Takabur, bangga diri, dan akan hilang Maunahnya, sehingga tidak
ada lagi pertolongan dari Allah subhanahu
wata’ala.
5.Istidzraj, ini yang
haram. Pemberian uluran kesenangan tetapi Allah subhanahu wata’ala tidak ridho. Jadi jangan mudah memberikan
sebutan “orang pinter” kepada
seseorang hanya karena ia seorang Ustadz, Kiai, yang sakti. Apalagi saktinya
karena bikinan. Itu adalah penipuan.
Kemudian bagaimana cara mendapatkan
pertolongan dari Allah subhanahu
wata’ala, lihat Surat Al Baqarah
ayat 269 :
Allah
menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah)
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia
benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah
yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
Sementara banyak orang di negeri kita yang
katanya bergelar Doktor (S3), ternyata tidak tahu AlQur’an. Bahkan bisa ditipu oleh seorang yang mengaku
Kiai, Ustad yang pandai menggandakan uang. Na’udzubillah
min dzalik.
Kemudian ada orang-orang yang membuat
ritual baru, dengan dalih ayat-ayat AlQur’an, tetapi dengan pemahaman yang
keliru. Atau mengadakan ritual baru yang tidak pernah diajarkan (dicontohkan)
oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
atau Sahabat. Itulah yang disebut Bid’ah.
Bahkan ada yang membuat ritual ibadah yang
menuju kepada ke-syirikan.
Dalam ayat tersebut : Yang diberikan Hikmah (pengetahuan AlQur’an dan Hadits) – maksudnya
adalah orang-orang yang benar-benar cerdas, berakal dan pandai (Ulul Albab). Mutlak
ia harus pandai membaca AlQur’an dan paham akan maknanya, paham tentang Hadits,
kelasnya Ulama dan sholih.
Bukan orang yang mengaku ustad tetapi
dalam pemilihan Pilkada ia mendukung orang kafir. Na’udzubillah min dzalik. Itu karena hawa-nafsu, ingin mendapatkan
jabatan dan keduniaan lainnya.
Ketika seseorang ilmunya tinggi, paham
AlQur’an, paham akan Tafsir, tentang Hadits, dan Ilmu Fiqihnya bagus, itulah
yang disebut orang yang dianugerahi Ilmu Hikmah. Diberi pertolongan oleh
Allah subhanahu wata’ala, di
antaranya bisa mengobati orang sakit, do’anya makbul.
Ada 4 syarat agar mendapat anugerah bisa
mengobati orang sakit dengan Ilmu Hikmah:
1. Orangnya harus
sholih/sholihah.
2. Caranya harus
sesuai dengan AlQur’an dan Hadits. Bukan dengan cara yang bertentangan dengan
ajaran Islam, misalnya memindahkan penyakit seseorang kepada seekor kambing
dst, semua itu adalah perbuatan syirik atau sihir, bertentangan dengan ajaran
Islam. Semua itu ujung-ujungnya duit.
3. Tidak komersiil.
4. Tidak di-ekspose,
tidak diumumkan kepada masyarakat.
Kita orang beriman tidak boleh berhubungan
dengan Jin.
Lihat
Surat Al Jin ayat 6 :
Dan
bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan
kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka
dosa dan kesalahan.
Kalau ada orang mengatakan : Nabi Sulaiman ‘alaihissalam boleh meminta
pertolongan kepada Jin. Itu adalah
Syari’at Nabi Sulaiman ‘alaihissalm, sedangkan kita Umat Nabi
Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam
tidak boleh meminta pertolongan kepada Jin sebagaimana disebutkan dalam ayat
tersebut di atas. Dengan datangnya Nabi Muhammad saw, maka Syari’at Nabi
Sulaiman ‘alaihissalam gugur, tidak
berlaku. Kecuali yang memang diteruskan oleh Rasulullah saw. Nabi-Nabi terdahulu boleh dibuat pelajaran,
tetapi tidak boleh ditiru Syariatnya, kecuali diteruskan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.
Saat ini banyak orang mengaku Ustadz,
Kiai, orang pinter, Penasihat spiritual, dst, lalu mengumpulkan orang untuk
dzikir berjamaah, padahal sebetulnya ia seorang
dukun (Paranormal) yang kerjanya menipu dan memperdaya orang umum, bahkan banyak yang terjebak dalam pengaruhnya
sehingga orang (perempuan) yang dizinahi dalam kamarnya. Ketika si dukun itu
ditangkap polisi, diinterogasi sudah berapa orang yang diperlakukan seperti
itu, si dukun menjawab : Sudah tidak terhitung.
Ketahuilah bahwa sembuh dari penyakit bisa
dari setan, dari sihir, dsb. Maka
sembuh bukan ukuran bahwa Ustad atau Kiai itu benar. Justru ketika seseorang sakit dan sudah
berobat ternyata tidak kunjung sembuh, sesungguhnya Allah sedang memberikan
sesuatu yang sangat berharga bagi orang itu, yaitu : Allah subhanahu wata’ala ingin
menghapus dosa-dosa orang itu, sehingga ketika ia menghadapi sakaratul
maut, meninggal, maka ia dalam keadaan tidak punya dosa, karena sudah dihapus
dosa-dosanya ketika ia menderita sakit. Insya Allah ia masuk Surga.
Ajaran
Islam :
Sesungguhnya
Allah menurunkan penyakit beserta penawarnya (obatnya). Maka ketika kita sakit wajib berobat. Ingat,
jangan sekali-kali kamu berobat dengan yang haram. Baik penyakit jasad maupun penyakit kejiwaan
(psikis).
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alikum
warohmatullahi wabarokatuh.
___________
No comments:
Post a Comment