Translate

Wednesday, November 30, 2016

Aqidah (Fenomena Paranormal), oleh : Ustadz Abdul Roziq



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM


 Aqidah (Fenomena Paranormal)
 Ustadz Abdul Roziq


 Jum’at 27 Muharram 1438H – 28 Oktober 2016.
 

Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Bahasan berikut adalah tentang Aqidah, berkaitan dengan banyaknya Fenomena Paranormal di negeri kita. Pernah dahulu di acara TVRI tahun 1980-an setiap hari Senin pagi ada acara Pelajaran Agama Islam, tetapi karena si pengelola program itu tidak paham tentang agama Islam,  tiba-tiba acara program itu diganti dengan judul Indonesia Pagi, judulnya tetap pelajaran Agama Islam, tetapi isinya adalah Pengobatan Alternatif yang berbau perdukunan (paranormal). Yaitu pengobatan jarak jauh.

Misalnya : Si Ustadz berkomunikasi langsung dengan pemirsa, lalu meyuruh pemirsa membaca Al Fatihah, Surat An Naas, dst. lalu minta agar  jari-jari sipemirsa ditempelkan di layar TV, lalu ditempelkan di bagian tubuh yang sakit, sambil ditanya : Bagaimana Bu, Pak, sudah sembuh ?  Maka para pemirsa ada yang menjawab :  Mendingan, Lumayan, dst.

Padahal ketika itu TVRI dilihat oleh seluruh penduduk di Nusantara ini.  Tetapi pelajarannya adalah sesat. Karena TVRI dikelola oleh orang yang tidak paham tentang Islam.  sampai sekarang paranormal (perdukunan) marak di Indonesia.  Akhir-akhir ini yang sedang heboh adalah Paranormal (perdukunan) tentang Penggandaan Uang dan Para Artis yang menjadi korban penipuan Perdukunan (Guru Spiritual).
Dari sisi Agama Islam, ada ciri-ciri manusia yang mendapatkan kelebihan (pertolongan) dari Allah subhanahu wata’ala. Jenis kelebihan/perolongannya di sebut :

1.Irhas, ialah kelebihan dari Allah subhanahu wata’ala kepada Nabi, ketika ia masih kecil, baru lahir. Misalnya : Nabi Isa ‘alaihisalam sudah bisa berbicara ketika masih bayi.  Juga Nabi Yusuf ‘alaihissalam.  bisa berbicara ketika masih bayi.  Nabi Muhammad saw pernah dibedah dadanya (dioperasi) oleh malaikat Jibril ketika masih usia 4 tahun, ketika itu sedang bermain-main dengan teman-teman sebayanya.

2.Mu’jizat,  atau I’jaz, artinya melemahkan. Ketika Nabi/Rasul mendapatkan Mu’jizat biasanya dalam kondisi terdesak. Sebagaimana Nabi Musa ‘alaihissalam ketika menghadapi Fir’aun dengan balatentaranya, beliau terdesak di pinggir laut, lalu turun perintah Allah subhanahau wata’ala agar Nabi Musa a.s. memukulkan tongkatnya ke air laut, maka air laut terbelah, sehingga Nabi Musa a.s.beserta para pengikutnya bisa meneruskan perjalanan melalui laut yang terbelah itu.  Bukan karena tongkatnya yang sakti, melainkan Allah Yang Maha Sakti, Maha Kuasa,  yang bisa membelah laut itu.  

Demikian pula Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam, ketika ditantang oleh orang-orang kafir Mekkah : “Kalau engkau memang Nabi, cobalah bulan itu engkau belah, bisakah ?”. Tentu seketika itu Nabi Saw tidak sanggup, karena sebagai manusia biasa, tidak mungkin untuk membelah bulan.   Kemudian beliau berdo’a kepada Allah subhanahu wata’ala agar bulan terbelah, lalu beliau mengacungkan tangan beliau ke arah bulan, maka bulan itu bergerak sedikit-sedikit, lalu lama-lama terlihat terbelah.

Dengan nyata sekali terlihat bulan itu terbelah masing-masing belahan berjarak agak berjauhan.  Semua orang kafir disitu menyaksikan bahwa bulan terbelah dengan nyata.  Orang-orang kafir itu memang dasarnya tukang ngeyel, tetap tidak percaya, dengan mengatakan : “Itu sihir”. Nabi Muihammad saw bersabda : “Kalau kalian tidak percaya, silakan coba tanyakan kepada rombongan kafilah yang akan melewati kita, tanyakan apakah mereka melihat bulan terbelah”.
Ketika tidak lama kemudian ada rombogan kafilah lewat, mereka ditanya, apakah mereka melihat bulan terbelah ?. Mereka menjawab :”Benar, kami melihat bulan terbelah”.

Mu’jizat datang ketika ada tantangan.  Mu’jizat artinya melemahkan orang-orang yang menantang, menguji kebenaran Kenabian seorang Nabi/Rasul.

3.Karomah, pertolongan kepada orang yang tarafnya adalah taraf Wali. (Jamak : Aulia). Wali juga bermakna : Kekasih,  teman dekat, (as Shodiq), atau Pemimpin. Ketiga makna itu tidak salah. Menurut Surat Al Maa-idah ayat 51, kita umat Islam tidak boleh menjadikan orang Yahudi atau Nashrani menjadi Pemimpin, Kekasih, atau Teman dekat.

Wali (Kekasih Allah)  adalah orang-orang yang berjuang dalam hidupnya untuk Allah subhanahu wata’ala.  Sebagaimana perjuangan Abubakar as Siddiq membantu dan berjuang untuk Allah dan Rasul-Nya. Bahkan seluruh hartanya diserahkan kepada Rasulullah saw untuk keperluan perjuangan Islam.
Derajat Wali masih bisa dicapai oleh orang biasa. Itupun tidak ada pelajarannya bagaimana supaya bisa menjadi Wali. Dan kondisinya tidak berulang-ulang. Orang menjadi Wali adalah karena kedekatannya dengan Allah subhanahu wata’ala.

4.Maunah (Pertolongan Allah), diberikan kepada orang yang rajin beramal-shalih, menjauhkan diri dari yang haram, jujur, Wara’ (menjaga dirinya dari segala sesuatu yang Sub-hat, apalagi haram),  hidupnya sederhana.  Dan bila mendapatkan pertolongan (Maunah dari Allah) tidak pernah diceritakan kepada orang lain. Karena bila diceritakaan akan menjadi Takabur, bangga diri, dan akan hilang Maunahnya, sehingga tidak ada lagi pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala.  

5.Istidzraj, ini yang haram. Pemberian uluran kesenangan tetapi Allah subhanahu wata’ala tidak ridho. Jadi jangan mudah memberikan sebutan “orang pinter” kepada seseorang hanya karena ia seorang Ustadz, Kiai, yang sakti. Apalagi saktinya karena bikinan. Itu adalah penipuan.

Kemudian bagaimana cara mendapatkan pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala, lihat Surat Al Baqarah ayat 269 : 

Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

Sementara banyak orang di negeri kita yang katanya bergelar Doktor (S3), ternyata tidak tahu AlQur’an.  Bahkan bisa ditipu oleh seorang yang mengaku Kiai, Ustad yang pandai menggandakan uang. Na’udzubillah min dzalik.

Kemudian ada orang-orang yang membuat ritual baru, dengan dalih ayat-ayat AlQur’an, tetapi dengan pemahaman yang keliru. Atau mengadakan ritual baru yang tidak pernah diajarkan (dicontohkan) oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam atau Sahabat. Itulah yang disebut Bid’ah.

Bahkan ada yang membuat ritual ibadah yang menuju kepada ke-syirikan.

Dalam ayat tersebut : Yang diberikan Hikmah (pengetahuan AlQur’an dan Hadits) – maksudnya adalah orang-orang yang benar-benar cerdas, berakal dan pandai (Ulul Albab). Mutlak ia harus pandai membaca AlQur’an dan paham akan maknanya, paham tentang Hadits, kelasnya Ulama dan sholih.
Bukan orang yang mengaku ustad tetapi dalam pemilihan Pilkada ia mendukung orang kafir. Na’udzubillah min dzalik. Itu karena hawa-nafsu, ingin mendapatkan jabatan dan keduniaan lainnya.

Ketika seseorang ilmunya tinggi, paham AlQur’an, paham akan Tafsir, tentang Hadits, dan Ilmu Fiqihnya bagus, itulah yang disebut orang yang dianugerahi Ilmu Hikmah. Diberi pertolongan oleh Allah subhanahu wata’ala, di antaranya bisa mengobati orang sakit, do’anya makbul.

Ada 4 syarat agar mendapat anugerah bisa mengobati orang sakit dengan Ilmu Hikmah:
1.     Orangnya harus sholih/sholihah.
2.     Caranya harus sesuai dengan AlQur’an dan Hadits. Bukan dengan cara yang bertentangan dengan ajaran Islam, misalnya memindahkan penyakit seseorang kepada seekor kambing dst, semua itu adalah perbuatan syirik atau sihir, bertentangan dengan ajaran Islam. Semua itu ujung-ujungnya duit.
3.     Tidak komersiil.
4.     Tidak di-ekspose, tidak diumumkan kepada masyarakat.

Kita orang beriman tidak boleh berhubungan dengan Jin.
Lihat Surat Al Jin ayat 6 :

Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.

Kalau ada orang mengatakan : Nabi Sulaiman ‘alaihissalam boleh meminta pertolongan kepada Jin.  Itu adalah Syari’at  Nabi Sulaiman ‘alaihissalm, sedangkan kita Umat Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam tidak boleh meminta pertolongan kepada Jin sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut di atas. Dengan datangnya Nabi Muhammad saw, maka Syari’at Nabi Sulaiman ‘alaihissalam gugur, tidak berlaku. Kecuali yang memang diteruskan oleh Rasulullah saw.   Nabi-Nabi terdahulu boleh dibuat pelajaran, tetapi tidak boleh ditiru Syariatnya, kecuali diteruskan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.

Saat ini banyak orang mengaku Ustadz, Kiai, orang pinter, Penasihat spiritual, dst, lalu mengumpulkan orang untuk dzikir berjamaah, padahal sebetulnya ia seorang dukun (Paranormal) yang kerjanya menipu dan memperdaya orang umum,  bahkan banyak yang terjebak dalam pengaruhnya sehingga orang (perempuan) yang dizinahi dalam kamarnya. Ketika si dukun itu ditangkap polisi, diinterogasi sudah berapa orang yang diperlakukan seperti itu, si dukun menjawab : Sudah tidak terhitung.

Ketahuilah bahwa sembuh dari penyakit bisa dari setan, dari sihir, dsb. Maka sembuh bukan ukuran bahwa Ustad atau Kiai itu benar.  Justru ketika seseorang sakit dan sudah berobat ternyata tidak kunjung sembuh, sesungguhnya Allah sedang memberikan sesuatu yang sangat berharga bagi orang itu, yaitu : Allah subhanahu wata’ala ingin menghapus dosa-dosa orang itu, sehingga ketika ia menghadapi sakaratul maut, meninggal, maka ia dalam keadaan tidak punya dosa, karena sudah dihapus dosa-dosanya ketika ia menderita sakit. Insya Allah ia  masuk Surga.

Ajaran Islam :
Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit beserta penawarnya (obatnya).  Maka ketika kita sakit wajib berobat. Ingat, jangan sekali-kali kamu berobat dengan yang haram.  Baik penyakit jasad maupun penyakit kejiwaan (psikis). 

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                         ___________

No comments:

Post a Comment